Anda di halaman 1dari 8

A.

PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan adalah untuk menstabilkan pasien, menghentikan
pendarahan, dan menghilangkan darah dan udara dalam rongga pleura.
Penanganan pada hemothoraks adalah:
1. Resusitasi cairan
Terapi awal hemotoraks adalah dengan penggantian volume darah
yang dilakukan bersamaan dengan dekompresi rongga pleura.
Dimulai dengan infus cairan kristaloid secara cepat dengan jarum
besar dan kemudian pemnberian darah dengan golongan spesifik
secepatnya. Darah dari rongga pleura dapat dikumpulkan dalam
penampungan yang cocok untuk autotranfusi. Bersamaan dengan
pemberian infus dipasang pula chest tube (WSD)
2. Pemasangan chest tube
Pemasangan chest tube (WSD) ukuran besar agar darah pada
toraks dapat cepat keluar sehingga tidak membeku di dalam pleura.
Hemotoraks akut yang cukup banyak sehingga terlihat pada foto
toraks sebaiknya di terapi dengan chest tube kaliber besar. Chest
tube tersebut akan mengeluarkan darah dari rongga pleura,
mengurangi resiko terbentuknya bekuan darah di dalam rongga
pleura, dan dapat dipakai dalam memonitor kehilangan darah
selanjutnya. WSD adalah suatu sistem drainase yang menggunakan
air. Fungsi WSD sendiri adalah untuk mempertahankan tekanan
negatif intrapleural.
B. Diagnosa Keperawatan Trauma
Masalah keperawatan yang lazim muncul, yaitu (Bulecheck, 2012) :
1. Ketidakefektifan pola napas

2. Defisit volume cairan

3. Penurunan curah jantung

4. Nyeri akut

5. Gangguan mobilitas fisik

C. Manajemen ABC

1. Airway
Dengan kontrol tulang belakang. Membuka jalan napas menggunakan
teknik ‘head tilt chin lift’ atau menengadahkan kepala dan mengangkat
dagu,periksa adakah benda asing yang dapat mengakibatkan tertutupnya
jalan napas, muntahan, makanan, darah atau benda asing lainnya.
2. Dengan ventilasi yang adekuat. Memeriksa pernapasan dengan
menggunakan cara ‘lihat – dengar – rasakan’ tidak lebih dari 10 detik
untuk memastikan apakah ada napas atau tidak. Selanjutnya lakukan
pemeriksaan status respirasi korban (kecepatan, ritme dan adekuat
tidaknya pernapasan)
3. Sirkulasi
Dengan kontrol perdarahan hebat. Jika pernapasan korban tersengal-sengal
dan tidak adekuat, maka bantuan napas dapatdilakukan. Jika tidak ada

1
tanda-tanda sirkulasi, lakukan resusitasi jantung paru segera. Rasio
kompresi dada dan bantuan napas dalam RJP adalah 30 : 2 (30kali
kompresi dada dan 2 kali bantuan napas)

2
A. Rencana Tindakan Keperawatan (Ackley, 2011)

No. Diagnosa NOC NIC


1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Airway management 1. Ketika
pola nafas keperawatan selama 1x 24 1. Monitor respiratory rate, menin
berhubungan dengan jam diharapkan pola nafas kedalaman, kenyamanan dilanju
Deformitas dinding pasien efektif. bernapas. pengu
dada, nyeri, studi
gangguan NOC peruba
muskuloskeletal - Respiratory status: terjadi
ventilation 2. Studi
Batasan - respiratory status: 2. Tentukan jika penyebab, dispne
karakteritik airway patency apakah fisiologis atau berhub
- Perubahan - vital sign status psikologis. kecem
kedalaman fisiolo
pernapasan Kriteria hasil: batuk,
- Dispneu - Menunjukkan jalan nafas 3. Peneli
- Penurunan yang paten (irama nafas, 3. Baringkan pasien dalam tegak
kapasitas vital frekuensi pernafasan posisi yang nyaman, dalam tidal d
- Pernapasan dalam rentang normal, posisi duduk, dengan kepala tinggi
cuping hidung tidak ada suara nafas tempat tidur ditinggikan 60- dengan
- Penggunaan otot abnormal). 90 derajat. <45%
aksesorius untuk - Tanda-tanda vital dalam 4. Ada
bernafas rentang normal (tekanan 4. Catat penggunaan otot nafas signal
- Takipnea darah, nadi, pernafasan). tambahan yang digunakan, bernaf
- Penurunan retraksi, konfusi, atau
tekanan ekspirasi letargy. 5. Suara
- Penurunan 5. Auskultasi suara napas, mengi
tekanan inspirasi catat penurunan dan respira
hilangnya suara nafas, dengan
crackles atau wheezing

Kolaborasi 6. Satura
6. Monitor saturasi oksigen 90% m

3
secara berkesinambungan oksige
dengan menggunakan pulse
oximetry. 7. Pembe
7. Berikan oksigen sesuai menga
resep. 8. Meng
8. Kaji seri foto thorak perba
hemo
rak d
Meng
selan
mem
paru
9. Awasi GDA dan nadi 9. Meng
oksimetri, kaji pertu
kapasitas venti
vital/pengukuran
volume tidal.
2. Penurunan Setelah dilakukan 1. Catat adanya tanda 1. Meng
curah jantung intervensi selama 1 dan gejala penurunan keseh
berhubungan x 24 jam penurunan curah jantung sehin
dengan curah jatung teratasi mene
Perubahan  Tanda-tanda vital 2. Monitor status yang
kontraktilitas, dalam rentang pernapasan 2. Statu
perubahan normal mena
afterload,  Tidak ada distensi jantu
perubahan vena leher ditem
irama. AGD dalam batas sehig
normal 3. Monitor balance interv
Batasan cairan 3. Volum
Karakteristik : yang
meny
 Perubahan 4. Atur periode latihan penu
irama jantung dan istirahat untuk jantu
: Takikardi menghindari 4. Aktiv

4
kelelahan dapa
 Perubahan 5. Monitor adanya kerja
Afterload : dyspnea dan takipnea
kulit lembab, 5. Dysp
penurunan mung
nadi perifer, kuran
penurunan 6. Monitor tekanan dibaw
resistensi darah, nadi, suhu, dan akiba
vaskular paru, RR jantu
dispnea. 6. Meng
7. Monitor jumlah, bunyi, perke
 Perubahan dan irama jantung klien
kontraktilitas : interv
batuk, 7. Jumla
dispnea 8. Kaji kulit terhadap jantu
paroksismal pucat dan sianosis. kerja
nokturnal mem
8. Pucat
 Perilaku : menu
Gelisah perife
terha
9. Tinggikan kaki, adek
hindari tekanan pada jantu
bawah lutut. dan a
dapa
refrak
10. Berikan oksigen 9. Menu
tambahan dengan dan d
nasal kanula atau inside
masker sesuai pemb
indikasi. 10. M
sedia
kebu

5
untuk
hypo

3. Nyeri akut Setelah dilakukan Managemen Nyeri


berhubungan tindakan keperawatan 1. Lakukan pengkajian 1.
dengan agen selama 3x 60 menit nyeri secara perta
injury. pasien menunjukkan komprehensif peng
penurunan nyeri, termasuk lokasi, mene
Batasan dibuktikan dengan karakteristik, durasi, tidak
Karakteristik: kriteria hasil: frekuensi, kualitas mend
 Perubahan - Tanda dan symbol nyeri
selera makan vital dalam rentang presipitasi Tany

 Perubahan normal tenta

frekuensi - Tidak nyeri

pernapasana, mengalami mem

jantung gangguan tidur dan 2. Observasi reaksi sesua

 Laporan tampak tenang nonverbal dari nyeri

isyarat ketidaknyamanan 2.

 Mengekspresi nonv

kan perilaku serin


3. Kontrol lingkungan meng
 Melaporkan
yang dapat yang
nyeri secara
mempengaruhi nyeri disam
verbal
seperti suhu langs
ruangan, 3.
pencahayaan dan yang
kebisingan meru
4. Tingkatkan istirahat mem
yang

4.
6
5. Monitor vital sign beris
sebelum dan nyeri
sesudah pemberian pasie
analgesik pertama dimin
kali 5.
mem
sebel
pemb
dapa
seber
analg
6. Kolaborasi: Berikan meng
analgetik untuk pasie
mengurangi nyeri yang
dicer
perub
luar b
6.
an se

4. Kekurangan Setelah dilakukan Managemen Cairan


volume cairan tindakan keperawatan 1. Kaji BB, penyakit yang 1. Infor
berhubungan 2x24 jam diharapkan mendasari, dan untu
dengan volume cairan klien prosedur bedah yang peng
kehilangan kembali seimbang. dijalani. 2. Mem
cairan secara - Keseimbangan 2. Monitor tanda kehil
aktif. cairan kehilangan cairan klien
- Hidrasi pada pasien. 3. Untu
Batasan - Status nutrisi: 3. Monitor cairan yang kese
karakteristik: intake makanan dan masuk dan keluar. tubu
 Penurunan minuman 4. Berikan caiaran sesuai 4. Menc
status mental Kriteria Hasil: kebutuhan dan yang dehid
 Penurunan - Tekanan darah, diprograrmkan

7
tekanan dan nadi, suhu tubuh
frekuensi dalam batas
nadi normal.
 Penurunan - Tidak ada tanda-
turgor kulit tanda dehidrasi,
 Membran elastisitas turgor
mukosa kulit baik,
kering membrane mukosa
 Peningkatan lembab, tidak ada
hematokrit ras haus yang

 Peningkatan berlebihan.

suhu tubuh
 Penurunan
berat badan

Anda mungkin juga menyukai