Anda di halaman 1dari 12

PERILAKU SEHAT

THEORY OF PLANNED BEHAVIOR

Disusun oleh:

Salma Idzni Meisyah 111811133158

Verina Maya S 111811133159

Anastasya Erika Pradani 111811133200

Nabila Malik 111811133209

Nurfitrah Windriadi Oetomo 111811133210

Audrey Salsabilla Rivdya Ade Pradini 111811133211

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2019

1
SEJARAH THEORY OF PLANNED BEHAVIOR

Theory of Planned Behavior ialah teori perkembangan dari theory of reasoned action
(TRA) oleh Fishbein dan Ajzen pada 1975. Fishbein melakukan penelitian mengenai sikap
dan pendirian individu yang disebabkan oleh perilaku dan juga melakukan analisa gangguan
untuk memprediksi suatu perilaku individu terhadap sikapnya. Theory of reasoned action
(TRA) sendiri juga sering disebut Behavioral Intention Theory. Model ini menggunakan
pendekatan kognitif dan dasari ide bahwa,”…manusia adalah hewan yang memiliki alasan
dalam memilih aksi yang dilakukan, prosesnya sitematis dan memanfaatkan informasi yang
tersedia bagi mereka....” (Ajzen dan Fishbein, 1980;Fishbein dan Middlestadt: 1989). Sama
seperti theory of reasoned action (TRA) yang berfokus pada intensi individu untuk
melakukan perilaku tertentu. Intensi dianggap dapat melihat faktor-faktor motivasi yang
mempengaruhi perilaku. Intensi merupakan indikasi seberapa keras orang mau berusaha
untuk mencoba dan berapa besar usaha yang akan dikeluarkan individu untuk melakukan
suatu perilaku.

Pada theory of reason action (TRA), dijelaskan bahwa niat atau intensi seseorang
terhadap berperilaku dibentuk oleh 2 faktor, yaitu attitude toward behavior (sikap pribadi)
dan subjective norms (norma subjektif) (Fishbein & Ajzen, 1975). Attitude toward behavior
(sikap pribadi) merupakan evaluasi positif atau negatif individu terhadap perilaku tertentu.
Sedangkan subjective norms (norma subjektif) tertentu adalah persepsi seseorang terhadap
tekanan sosial untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku (Fishbein & Ajzen, 1975).
Namun Ajzen berpendapat bahwa theory of reason action belum dapat menjelaskan tingkah
laku yang tidak sepenuhnya berada di bawah kontrol seseorang. Karena itu dalam theory of
planned behavior Ajzen menambahkan satu faktor yang menentukan intensi yaitu perceived
behavioral control.

Perceived behavioral control merupakan persepsi individu terhadap kontrol yang


dimilikinya sehubungan dengan perilaku tertentu (Ajzen, 2005). Faktor ini menurut Ajzen
mengacu pada persepsi individu mengenai mudah atau tidaknya individu untuk memunculkan
perilaku tertentu dan diasumsikan merupakan refleksi dari pengalaman masa lalu dan juga

2
hambatan yang dapat diantisipasi. Menurut Ajzen (2005) ketiga faktor ini yaitu attitude
toward berhavior (sikap pribadi), subjective norms (norma subjektif), dan perceived
behavioral control dapat memprediksi intensi individu dalam melakukan perilaku tertentu.

Theory of Planned Behavior (TPB) sangat sesuai apabila digunakan untuk


menjelaskan berbagai perilaku, terutama pada bidang yang membutuhkan perencanaan
seperti kewirausahaan. TBP juga biasa digunakan sebagai variabel intervening guna
menjelaskan niat atau intensi seseorang yang kemudian menjelaskan perilaku dari orang
tersebut.

KONSEP VARIABEL
 Normative Belief & Subjective Norms
1. Normative belief: persepsi seseorang tentang tekanan normatif sosial, atau
keyakinan orang lain yang bahwa mereka harus atau tidak seharusnya melakukan
perilaku tersebut atau disebut belief mengenai kesetujuan dan atau
ketidaksetujuan seseorang maupun kelompok terhadap suatu perilaku (salient
referent beliefs).
2. Subjective norms: persepsi seseorang tentang perilaku tertentu, yang dipengaruhi
oleh penilaian orang lain yang signifikan atau persepsi seseorang tentang
pemikiran orang lain yang akan mendukung atau tidak mendukungnya dalam
melakukan sesuatu. (mis., Orang tua, pasangan, teman, guru). Subjective norm
mengacu pada tekanan sosial yang dihadapi oleh individu untuk melakukan atau
tidak melakukan sesuatu. Subjective norm ditentukan oleh kombinasi antara
belief individu tentang kesetujuan dan atau ketidaksetujuan seseorang maupun
kelompok terhadap suatu perilaku (normative beliefs), dengan motivasi individu
untuk dipatuhi (motivation to comply). Hal ini terkait dengan keyakinan bahwa
orang lain mendorong atau menghambat untuk melaksanakan perilaku. Seorang
individu akan cenderung melakukan perilaku jika termotivasi oleh orang lain
yang menyetujuinya untuk melakukan perilaku tersebut.
Banyak orang bersedia membayar premi besar untuk makanan yang diproduksi secara
organik seperti buah organik yang dihasilkan dan vegetasi khusus. Saat ini diperkirakan
perintah harga premium semakin mengingkat. (Chadwick dkk: 1990). Banyaknya orang yang
melakukan hal tersebut turut memengaruhi keputusan individu dalam masyarakat tersebut
untuk turut membayar tinggi demi konsumsi sayuran organic.

3
 Kontrol Keyakinan Dan Persepsi Tentang Kontrol Perilaku
Kontrol keyakinan seseorang tentang adanya faktor yang dapat memfasilitasi
atau menghambat kinerja perilaku. Konsep kontrol perilaku yang dirasakan secara
konseptual terkait dengan self-efficacy. Persepsi tentang kontrol perilaku (perceived
behavioral control) didefinisikan sebagai persepsi individu mengenai kemudahan atau
kesulitan untuk melakukan suatu perilaku. Perceived behavioral control ditentukan
oleh kombinasi antara belief individu mengenai faktor pendukung dan atau
penghambat untuk melakukan suatu perilaku (control beliefs), dengan kekuatan
perasaan individu akan setiap faktor pendukung ataupun penghambat tersebut
(perceived power control).
Pengalaman individu dalam konsumsi sayuran organik terjadi sejak akhir perand dunia II
di United States. Hal ini membuat wapsada individu dan memutuskan mengkonsumsi yang
aman.
Dewasa ini, teori ini juga dapat diterapkan untuk beberapa perilaku sehat lainnya, seperti
pencegahan perilaku merokok. Komponen attitude toward behavior dari pencegahan perilaku
merokok adalah membuat perokok percaya akan hal postitif dan negative dari merokok
sehingga ia memiliki kecenderungan untuk  sadar akan konsekuensi merokk. Komponen
subjective norms adalah orang-orang disekitar perokok yang diminta atau dibuat untuk
mendukung perokok berhenti merokok; perokok juga distimulasi agar menginternalisasi
bahwa ia harus berhenti merokok. Lalu, komponen   perceived behavioral control adalah
penggalian pengalaman buruk akibat merokok serta mendukung perokok agar mengkontrol
perilaku merokoknya.

 Niat Berperilaku
Niat Berperilaku: indikasi kesiapan individu untuk melakukan perilaku yang
diberikan. Diasumsikan sebagai anteseden langsung dari perilaku. Ini didasarkan pada
sikap terhadap perilaku, norma subyektif, dan kontrol perilaku yang dirasakan.
Perilaku adalah respons individu yang dapat diamati dalam situasi tertentu
sehubungan dengan target yang diberikan. Fungsi perilaku juga dari niat dan persepsi
kontrol perilaku dalam kontrol perilaku yang dirasakan diharapkan untuk memberikan
pengaruh niat pada perilaku, sehingga niat yang menguntungkan menghasilkan
perilaku hanya ketika kontrol perilaku yang dirasakan kuat.

4
PERBANDINGAN KONSEPTUAL / OPERASIONAL KONTROL PERILAKU YANG
DIPERSEPSIKAN VS SELF-EFFICACY
Secara konseptual, tidak ada perbedaan antara kontrol perilaku yang dipersepsikan
(PBC) dan self-efficacy (SE). Keduanya merujuk pada kepercayaan orang bahwa mereka
mampu melakukan perilaku yang diberikan. Namun secara operasional, PBC dan SE
biasanya dinilai dengan cara yang berbeda. Penelitian dengan konsep self-efficacy Bandura
biasanya mendefinisikan serangkaian hambatan potensial untuk kinerja perilaku, dan peserta
diminta untuk menunjukkan seberapa besar kemungkinan mereka dapat mengatasi setiap
hambatan. Untuk menilai PBC, peserta biasanya diminta untuk menilai sejauh mana mereka
memiliki kemampuan untuk melakukan perilaku, berapa banyak perilaku di bawah kendali
mereka, dll. Konsep self-efficacy berakar pada teori kognitif sosial Bandura. Ini mengacu
pada keyakinan bahwa seseorang dapat berhasil melaksanakan perilaku yang diperlukan
untuk menghasilkan hasilnya. Konsep self-efficacy digunakan sebagai kontrol perilaku yang
dirasakan, yang berarti persepsi tentang kemudahan atau kesulitan perilaku tertentu. Ini
terkait dengan keyakinan kontrol, yang mengacu pada keyakinan tentang adanya faktor-
faktor yang dapat memfasilitasi atau menghambat kinerja perilaku. Konsep self-efficacy
berakar pada teori kognitif sosial Bandura. Ini mengacu pada keyakinan bahwa seseorang
dapat berhasil melaksanakan perilaku yang diperlukan untuk menghasilkan hasilnya. Konsep
self-efficacy digunakan sebagai kontrol perilaku yang dirasakan, yang berarti persepsi
tentang kemudahan atau kesulitan perilaku tertentu. Ini terkait dengan keyakinan kontrol,
yang mengacu pada keyakinan tentang adanya faktor-faktor yang dapat memfasilitasi atau
menghambat kinerja perilaku.

SIKAP TERHADAP PERILAKU VS EKSPETASI HASIL.


Theory of Planned Behavior menentukan sifat hubungan antara keyakinan dan sikap.
Menurut model-model ini, sikap orang terhadap perilaku ditentukan oleh keyakinan mereka
yang dapat diakses tentang perilaku tersebut, di mana keyakinan didefinisikan sebagai
probabilitas subyektif bahwa perilaku tersebut akan menghasilkan hasil tertentu.
Ekspektasi hasil berasal dari model nilai-harapan. Ini adalah keyakinan, sikap,
pendapat, dan harapan yang menghubungkan variabel. Teori evaluasi positif perilaku
terencana kinerja diri dari perilaku tertentu mirip dengan konsep untuk manfaat yang
dirasakan, yang mengacu pada keyakinan mengenai efektivitas perilaku pencegahan yang
diusulkan dalam mengurangi kerentanan terhadap hasil negatif, sedangkan evaluasi negatif
mereka tentang kinerja diri mirip dengan hambatan yang dirasakan, yang mengacu pada

5
evaluasi konsekuensi negatif potensial yang mungkin dihasilkan dari berlakunya perilaku
kesehatan yang dianut.
Masyarakat United States bereaksi terhadap sayuran organik. Sayuran organik
dianggap solusi akan kekhawatiran penggunaan nitrogen sintetis yang telah meningkat enam
kali lipat dan produksi pestisida telah meningkat sekitar dua puluh kali (Andow dan Davis:
1989).

PENGARUH SOSIAL.
Konsep pengaruh sosial telah dinilai oleh norma sosial dan kepercayaan normatif baik
dalam teori tindakan yang beralasan maupun teori perilaku terencana. Pikiran elaboratif
individu tentang norma subyektif adalah persepsi tentang apakah mereka diharapkan oleh
teman, keluarga, dan masyarakat untuk melakukan perilaku yang direkomendasikan.
Pengaruh sosial diukur dengan evaluasi berbagai kelompok sosial.

6
FORMULA

Behavioral Intention Theory summarized in mathematical form :

A = Sikap terhadap perilaku

7
b = Belief (kepercayaan terhadap konsekuensi perilaku)

e = Evaluation / outcome (hikmah dari konsekuensi perilaku)

SN = Norma subjektif (norma yang dipersepsikan individu)

n = Normative belief (kepercayaan atas setuju atau ketidaksetujuan terhadap norma yang
dimaksud)

m = Motivation to comply (motivasi pendukung kepercayaan tersebut)

PBC = Perceived behavioral control

c = Control belief (kepercayaan individu atas baik tidaknya perilaku)

p = Perceived power control (persepsi individu atas baik tidaknya perilaku)

Mathematical form to predict behavior :

B = Behavior

BI = Behavioral intention

PBC = Perceived behavioral control

w = weight

8
Aplikasi Theory of Planned Behavior pada Perilaku
Pemberian ASI Eksklusif : Studi Kasus
ASI Eksklusif bermanfaat bagi ibu, bayi, dan masyarakat. Salah satu intervensi untuk
mencegah kematian bayi yaitu pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif selama enam
bulan. Sementara itu cakupan ASI Eksklusif di Indonesia masih belum mencapai target.
Tujuan penelitian adalah mengaplikasikan Theory of Planned Behavior (TPB) untuk
menjelaskan hubungan antara sikap, norma subjektif, dan persepsi kendali perilaku dengan
niat dan perilaku pemberian ASI eksklusif. Penelitian dilakukan dengan pendekatan metode
penelitian studi kasus terpancang. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Karanganyar
Provinsi Jawa Tengah, dengan mengambil 14 desa dari 177 desa. Penelitian dilaksanakan
pada bulan April – Agustus 2016. Sasaran penelitian adalah ibu yang mempunyai bayi
berusia antara 6-12 bulan dan stakeholders program ASI Eksklusif di Puskesmas dan Dinas
Kesehatan Kabupaten. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposif. Pengumpulan
data dilakukan melalui kajian dokumen, observasi partisipasi, wawancara mendalam dan
fokus group diskusi (FGD). Wawancara mendalam dilakukan terhadap 49 informan terdiri
dari ibu menyusui dari bayi berusia 6-12 bulan sebanyak 30 orang dan stakeholders program
ASI Eksklusif sebanyak 19 orang. Analisis data menggunakan analisis isi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa TPB memberikan kerangka untuk menjelaskan dimensi
utama dari perilaku pemberian ASI eksklusif. Kesimpulan: Sikap, norma subjektif dan
persepsi kendali perilaku secara kolektif berhubungan dengan niat perilaku dan niat
merupakan anteseden langsung dari perilaku pemberian ASI Eksklusif. Saran: meningkatkan
cakupan program pemberian ASI Eksklusif dapat dilakukan dengan membantu memperbaiki
sikap positif, merubah norma subjektif untuk mendukung pemberian ASI Eksklusif,
memperbaiki kendali perilaku yang dirasakan, dan memperkuat niat pemberian ASI
Eksklusif.

9
KESIMPULAN

Manusia biasanya berperilaku dengan cara yang masuk akal, mereka


mempertimbangkan perilakunya berdasarkan informasi yang tersedia, dan secara implisit atau
eksplisit juga mempertimbangkan akibat dari tindakan mereka (Ajzen, 2006). Ajzen (2005)
menjelaskan, perilaku didasarkan faktor kehendak yang melibatkan pertimbangan-
pertimbangan untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku; dimana dalam
prosesnya, berbagai pertimbangan tersebut akan membentuk intensi untuk melakukan suatu
perilaku. Planned Behavior Theory (TPB) adalah perluasan dari reasoned action theory.
Reasoned action theory menyatakan bahwa niat untuk melaksanakan perbuatan tertentu
diakibatkan oleh dua alasan, yaitu norma subjektif dan sikap terhadap perilaku (Fishbein dan
Ajzen, 1975). Namun, beberapa tahun kemudian Ajzen (1988) menambahkan satu faktor lagi
yang menentukan perilaku seseorang yaitu perceived behavioral control. Intensi (niat)
merupakan keputusan dalam berperilaku melalui cara yang dikehendaki atau stimulus untuk
melaksanakan perbuatan (Corsini, 2002). Perilaku yang sudah terbentuk merupakan hasil dari
suatu intensi yang kemudian menjadi dorongan seseorang dalam berperilaku. Intensi akan
tetap menjadi kecenderungan berperilaku sampai pada saat yang tepat ada usaha yang
dilakukan untuk mengubah intensi tersebut menjadi sebuah perilaku (Ajzen, 2005).

Theory of planned behavior menjelaskan bahwa sikap terhadap perilaku merupakan


pokok penting yang sanggup memperkirakan suatu perbuatan, meskipun demikian perlu
dipertimbangkan sikap seseorang dalam menguji norma subjektif serta mengukur kontrol
perilaku persepsian orang tersebut. Bila ada sikap yang positif, dukungan dari orang sekitar
serta adanya persepsi kemudahan karena tidak ada hambatan untuk berperilaku maka niat
seseorang untuk berperilaku akan semakin tinggi (Ajzen, 2005). Ajzen (2005)
mengidentifikasi faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi attitude toward the behavior,
subjective norm, dan perceived behavioral control ke dalam tiga kategori, yaitu (a) faktor
personal yang terdiri dari sikap secara umum, kepribadian, nilai hidup, emosi, dan intelijensi;
(b) faktor sosial, terdiri dari usia, jenis kelamin, etnis, tingkat pendidikan, penghasilan, dan
kepercayaan atau agama; (c) faktor informasi, terdiri dari pengalaman, pengetahuan, dan
pemberitaan media massa.

Kekurangan dari theory of planned behavior adalah kurangnya intervensi dari sendiri
untuk diri sendiri. Kita ketahui bahwa teori ini masih bergantung pada oranag lain dan tidak

10
terlalu menjadikan individu itu sendiri sebagai control utama. Teori ini juga merupakan teori
yang masih baru, sehingga banyak orang yang belum mengetahui teori ini (Smet: 1994).
Dibalik kekurangan tentu ada kelebihan, yaitu teori ini telah jelas dalam menjabarkan
komponen perilaku yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, sehingga teori ini cukup mudah
untuk dipahami. Sasaran teori ini adalah prediksi perilaku yang dapat diamati secara langsung
dan dibawah kendali seseorang. Teori ini juga relative mudah diaplikasikan pada
pengggunaan substansi tertentu seperti rokok, narkoba, alcohol, perilaku makan, penggunaan
kondon, dan lain sebagainya.

11
Daftar Pustaka

Ajzen, I. (1991). The Theory of Planned Behavior. Organizational Behavior and Human Decision
Processes, 179-211.

Machrus, H. (2010). Pengukuran Perilaku berdasarkan Theory of Planned Behavior. Jurnal Psikologi
Sosial, 67-69

12

Anda mungkin juga menyukai