ANTOSIANIN TSBA New
ANTOSIANIN TSBA New
Disusun Oleh :
PENDAHULUAN
BAB 2
LANDASAN TEORI
Bawang merah biasanya memiliki jumlah umbi per rumpun bervariasi antara
sampai 8 umbi dan bentuk umbinya dapat bervariasi mulai dari bentuk agak bulat
sampai berbentuk lebih gepeng (Sunaryono dan Sudamo 1989, Rukman 1994).
Menurut Tjitrosoepomo (2010), bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Liliales
Famili : Liliaceae
Genus : Allium
Bawang merah tidak berbatang, daun tunggal memeluk umbi lapis. Umbi
lapis menebal dan berdaging, warna merah keputihan. Perbungaan berbentuk
bongkol, mahkota bunga berbentuk bulat telur. Buah batu bulat, berwarna hijau. Biji
segitiga warna hitam. Bagian yang digunakan umbi lapis (Fauzi DA, 2008).
Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak
lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk ke
dalam kelompok rempah tidak bersubtitusi yang berfungsi sebagai bumbu 21
penyedap makanan serta bahan obat tradisional (Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, 2007).
Satu setengah sampai tiga setengah ons bawang segar apabila dikonsumsi
secara teratur mengandung kuersetin yang cukup sebagai perlindungan terhadap
kanker. Bawang kaya akan flavonoid yang telah diketahui untuk mendeaktifkan
banyak karsinogen potensial dan pemicu tumor seperti menganggu pertumbuhan sel
sensitif estrogen pada kanker payudara (Anonim , 2007).
2.2 Antosianin
Antosianin berasal dari kata anthos (Yunani) yang berarti bunga dan kyanos
(Yunani) yang berarti biru adalah pigmen yang tergolong dalam kelompok senyawa
flavonoid. Flavonoid umumnya larut dalam air sehingga dapat diekstraksi dengan
alkohol (Harborne, 1987).
Metode pembuatan ekstrak yang dipakai dalam penelitian ini adalah maserasi.
Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif mudah
larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang mudah mengembang dalam
cairan penyari, tidak mengandung benzoin, stirat, dan lain-lain. Cairan peyari yang
digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol, atau pelarut lain. Keuntungan cara
penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan
sederhana dan mudah dilakukan.
2.4 Antioksidan
Granul berasal dari kata granula yang artinya butir. Pada umum sebelum
pecetakan tablet, bahan obat (zat aktif) dan bahan pembantu digranulasi, sehingga
menjadi butir granul, granul tersebut mempuyai daya lekat dan daya alirnya menjadi
lebih baik. Ukuran biasanya berkisar ayakan 4-12 mesh. Umumnya granul dibuat
dengan cara melembutkan serbuk yang diinginkan atau campuran serbuk yang
diingin. Setelah dibuat dan dibiarkan beberapa waktu, granul tidak segera mengering
seperti balok bila dibandingkan dengan serbuknya. Hal ini karena luas permukaan
granul lebih kecil dibandingkan serbuk (Ibrahim F., 1989).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Rotary evaporator
2. Spektrofotometer UV-Vis
3. Corong kaca
4. Neraca analitik
5. Kertas saring
6. Peralatan gelas
7. Blender
8. Corong pisah
9. Kromatografi kolom
10. Ayakan no.20
11. Waterbath
Bahan
Preparasi Sampel
Dikeringkan di udara terbuka tanpa terkena cahaya matahari langsung, dengan tujuan
untuk menghilangkan kadar air yang terkandung di dalamnya dan sekaligus
mencegah terjadinya pembusukan sehingga dapat menghasilkan mikroorganisme
Sampel yang telah kering dihaluskan dengan blender untuk memperluas permukaan
serta membantu pemecahan dinding dan membran sel, sehingga lebih mudah
memaksimalkan proses ekstraksi.
Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi. Proses ekstraksi ini dilakukan
untuk menghindari kerusakan dari sebagian senyawa golongan flavonoid yang tidak
tahan panas. Selain itu senyawa flavonoid juga mudah teroksidasi pada suhu yang
tinggi. Metode maserasi ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan metode lainnya
khususnya dalam hal isolasi senyawa bahan alam, karena selain murah dan mudah
dilakukan, dengan adanya perendaman sampel dengan pelarut maka akan terjadi
pemecahan dinding dan membran sel yang diakibatkan oleh adanya gaya difusi.
Serbuk kulit bawang merah direndam dengan etanol 96%, ditutup dan didiamkan
selama 24 jam dan setiap hari diaduk selama beberapa menit, kemudian disaring
dengan kertas saring. Residu yang dihasilkan kemudian diremaserasi kembali dengan
penambahan etanol 96% setiap harinya selama 3 hari. Filtrat yang diperoleh
dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak pekat
kulit bawang merah. Pemilihan pelarut etanol dikarenakan etanol bersifat polar,
universal, dan mudah didapat (Trifani 2012) dan juga sifatnya yang mudah menguap
sehingga mudah dipisahkan dari ekstrak.
Ekstrak kulit bawang merah ditambahkan dengan NaOH 2 M tetes demi tetes terjadi
perubahan berwarna hijau kebiru-biruan yang kemudian lama-lama memudar menjadi
warna kuning (Harbone, 1996)
Uji Antioksidan
Ekstrak kering kulit bawang merah (Allium cepa L.) ditambah dengan asam
sitrat, laktosa, aspartam, serta sebagian PVP yang dibasahi dengan essence jeruk di
dalam alkohol 70% (1:4) hingga massa dapat dikepal. Komponen basa yaitu natrium
bikarbonat dan sisa PVP dibasahi dengan essence jeruk dalam alkohol 70% (1:4)
hingga massa dapat dikepal. Masing-masing komponen diayak dengan ayakan No. 20
dan 24, lalu granul yang diperoleh dikeringkan dalam almari pengering selama 24
jam. Granul asam dan granul basa yang telah kering ditambahkan aerosil dan
dicampur hingga homogen
A. Pengujian waktu alir. Ditimbang 100 gram granul, dimasukkan ke dalam corong
yang tertutup ujung tangkainya. Dibuka tutup corong, dicatat waktu yang diperlukan
oleh granulat yang mengalir seluruhnya.
B. Pengujian sudut diam. Ditimbang 100 gram granul, dimasukkan ke dalam corong
yang tertutup ujung tangkainya.Dibuka tutup corong, dibiarkan granul mengalir
membentuk kerucut yang stabil.Diukur tinggi kerucut (h) dan jari-jari (r), dihitung
dengan rumus tan α = h/r.
D. Pengujian waktu larut. Diambil satu sachet granul effervescent (15 gram)
dilarutkan dalam 200 ml air pada suhu kamar tanpa pengadukan. Dicatat waktu larut
granul.
E. Pengujian tanggapan rasa. Diambil satu sachet granul effervescent (15 gram)
dilarutkan dalam 200 ml air pada suhu kamar tanpa pengadukan. Dicatat rasa yang
dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel H.C. and Ibrahim F., 1989, Pengantar sediaan farmasi, Penerbit
Universitas Indonesia.
Anonim., 2007. Pengenalan dan Pengendalian Beberapa OPT Benih Hortikultura.
Proyek Pengembangan Penyuluhan Pertanian Pusat, Departemen Pertanian.
Jakarta.
Antolovich, M., P. D. Prenzler, E. Patsalides, S. McDonald, and K. Robards. 2002.
Methods for Testing Antioxidant Activity. Analyst. 127: 183–198.
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Penerbit ITB. Bandung.
Harborne, J., 1996. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Cetakan kedua. Penerjemah: Padmawinata, K. dan I. Soediro.
Bandung: Penerbit ITB.
Jackman, R. L., & Smith, J. L. (1996). Anthocyanin and Betalains. In G. A. Henry, &
J. D. Houghton (Eds.), Natural Food Colourant 2nd Edition (pp. 243-280).
London: Chapman and Hall.
Lestario, L. N., Rahayuni, E., & Timotius, K. H. 2011. Kandungan Antosianin dan
Identifikasi Antosianidin dari Kulit Buah Jenitri (Elaeocarpus angustifolius
Blume).
Purwandari, L.E. 2007. Optimasi Campuran Asam Sitrat-Asam Tartrat dan Natrium
Bikarbonat sebagai Eksipien dalam pembuatan Granul Effervescent Ekstrak
Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrizha Roxb.) secara Granulasi Basah
dengan Metode Desain Faktorial. Skripsi. Yogyakarta:Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma.
Piyukrit Tongbun, Suwit Suwanno, & Sutira Saupak. (2012). The efficiency of
antibacterial activity of Gacinia atroviridis water extraction, 5(1).
Rahayu, S., N. Kurniasih & V. Amalia. 2015. Ekstraksi Dan Identifikasi Senyawa
Flavonoid Dari Limbah Kulit Bawang Merah Sebagai Antioksidan Alami. Al
Kimiya, 2(1)
Rodrigues A., Fogliano V., Graziani G., Mendes, S., Vale, A. And Goncalves, C.
2003. Nutrition Value of Onion Regional Varieties in Northwest Portugal.
EJEAFChe 2(4)
Rosmala Dewi, Iskandarsyah, & Dewi Oktarina. (2014). Tablet Effervescent Ekstrak
Belimbing Wuluh ( Averrhoa bilimbi L.) dengan variasi Kadar Pemanis
Aspartam
Sunarjono, H. dan P. Soedomo. 1983. Budidaya Bawang Merah (Allium ascalonicum
L.) Cetakan Kedua. Bandung. Sinar Baru.
Sudirja, 2007. Pedoman Bertanam Bawang. Kanisius, Yogyakarta.