Anda di halaman 1dari 32

KEPERAWATAN ANAK

“PNEUMONIA DAN PJB”


DIBINA OLEH IBU BAIDAH.,S.KEP.,NS.,M.KEP

NAMA : SARTIKA TIARA WATI


NIM : 11409718065
TINGKAT : 2B

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM VI/TANJUNGPURA


TAHUN AJARAN
2020
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan hidayahnya kami dapat menyusun makalah Kep Aanak. Selesainya penyusunan ini berkat
bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu, pada kesempatan ini kami sampaikan terima kasih
dan penghargaan yang terhormat kepada : BAIDAH.,S.KEP.,NS.,M.KEP.Secara khusus kami
menyampaikan terima kasih kepada bapak yang telah memberikan dorongan kepada kami.
Kami menyadari bahwa ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat kami harapkan dan sebagai umpan balik yang positif demi
perbaikan di masa mendatang. Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang ilmu Keperawatan.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih dan kami berharap agar makalah ini
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

                                                                        Banjarmasin, Maret 2020

Penulis,
 

                                                   

                                                
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 3
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penulis 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Pneunomia 6
B. Diagnosa keperawatan pada pneumonia 10
C. Definisi PJB 17
D. Diagnosa keperawatan pada PJB 26
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 32
B. Saran 32
DAFTAR PUSTAKA iii
BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Pneumonia adalah penyakit umum di semua bagian dunia. Ini adalah penyebab utama
kematian di antara semua kelompok umur. Pada anak-anak, banyak dari kematian ini terjadi
pada masa neonatus. Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa satu dari tiga
kematian bayi baru lahir disebabkan pneumonia. Lebih dari dua juta anak balita meninggal
setiap tahun di seluruh dunia. WHO juga memperkirakan bahwa sampai dengan 1 juta ini
(vaksin dicegah) kematian yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus''''pneumoniae, dan lebih
dari 90% dari kematian ini terjadi di negara-negara berkembang. Kematian akibat pneumonia
umumnya menurun dengan usia sampai dewasa akhir. Lansia individu, bagaimanapun, berada
pada risiko tertentu untuk pneumonia dan kematian terkait. Karena beban yang sangat tinggi
penyakit di negara berkembang dan karena kesadaran yang relatif rendah dari penyakit di
negara-negara industri, komunitas kesehatan dunia telah menyatakan untuk 2 November Hari
Pneumonia Dunia, sehari untuk warga yang prihatin dan pembuat kebijakan untuk mengambil
tindakan terhadap penyakit.  Di Inggris, kejadian tahunan dari pneumonia adalah sekitar 6
kasus untuk setiap 1000 orang untuk kelompok usia 18-39. Bagi mereka 75 tahun lebih dari
usia, ini meningkat menjadi 75 kasus untuk setiap 1000 orang. Sekitar 20-40% individu yang
membutuhkan pneumonia kontrak yang masuk rumah sakit antara 5-10% diterima ke unit
perawatan kritis. Demikian pula, angka kematian di Inggris adalah sekitar 5-10%. Individu-
individu ini juga lebih cenderung memiliki episode berulang dari pneumonia. Orang-orang yang
dirawat di rumah sakit untuk alasan apapun juga berisiko tinggi untuk pneumonia. Pneumonia
merupakan komplikasi yang sering terjadi setelah stroke yang menyulitkan penyembuhan
pasien. Insidens yang tinggi dari pneumonia nosokomial merupakan masalah yang sering
terjadi di rumah sakit.

B.     RUMUSAN MASALAH

1.      Apa itu pneumonia dan PJB?


2.      Mengapa sesorang bisa terkena pneumonia dan PJB?
3.      Apa yang menyebabkan seseorang terkena pneumonia?
4.      Bagaimana tanda serta gejala dari pneumonia?
5.      Bagaimana Asuhan Keperawatan serta diagnosa keperawatan yang tepat pada kasus
pneumonia dan PJB?

C.    TUJUAN

1.      Untuk menjelaskan apa itu Pneumonia dan PJB


2.      Untuk menjelaskan penyebab penyakit Pneumonia, tanda dan gejala serta patofisiologinya
dalam tubuh.
3.      Untuk mengetahui tindak lanjut intervensi keperawatan pada klien Pneumonia.
4.      Untuk menjelaskan peran perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan utamanya
terhadap penderita Pneumoia

D.    MANFAAT

1. Menambah wawasan, pengetahuan penulis dan pembaca di bidang kesehatan


khususnya pneumonia
2. Memberikan informasi mengenai masalah keperawatan pada pasien dengan pneumonia
dan penatalaksanaan masalah keperawatan
3. Dengan makalah ini diharapkan supaya para pembaca bisa lebih mengenal terhadap
tanda dan gejala yang berhubungan dengan Pneumonia.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Pneumonia

Pneumonia adalah peradangan paru dimana asinus paru terisi cairan radang dengan atau
tanpa disertai infiltrasi dari sel radang kedalam dinding alveoli dan rongga interstisium. (secara
anatomis dapat timbul pneumonia lobaris maupun lobularis / bronchopneumonia.

Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan yang terbanyak
didapatkan dan sering merupakan penyebab kematian hampir di seluruh dunia. Di Indonesia
berdasarkan survei kesehatan rumah tangga tahun 1986 yang dilakukan Departemen
Kesehatan, pneumonia tergolong dalam penyakit infeksi akut saluran nafas, merupakan
penyakit yang banyak dijumpai.

Gambaran patologis dalam batas-batas tertentu, tergantung pada penyebabnya. Di antaranya


yaitu :

1. Pneumonia bakteri

Ditandai oleh eksudat intra alveolar supuratif disertai konsolidasi. Proses infeksi dapat
diklasifikasikan berdasarkan anatomi. Terdapat konsolidasi dare seluruh lobus pada pneumonia
lobaris, sedangkan pneumonia lobularis atau broncopneumonia menunjukkan penyebaran
daerah infeksi yang berbecak dengan diameter sekitar 3-4 cm, mengelilingi dan mengenai
broncus.

2. Pneumonia Pneumokokus

Pneumokokus mencapai alveolus-alveolus dalam bentuk percikan mucus atau saliva. Lobus
paru bawah paling sering terserrang, karena pengaruh gaya tarik bumi. Bila sudah mencapai
dan menetap di alveolus, maka pneumokokus menimbulkan patologis yang khas yang terdiri
dare 4 stadium yang berurutan :

- kongesti (4-12 jam pertama)eksudat serusa masuk dalam alveolus-alveolus dare


pembuluh darah yang bocor dan dilatasi

- hepatisasi merah (48 jam berikutnya) paru-paru tampak merah dan tampak bergranula
karena sel darah merah, fibrin, dan leukosit polimorfonuklear mengisi alveolus-alveolus

- hepatisasi kelabu (3-8 hari) paru-parub tampak abu-abu karena leukosit dan fibrin
mengalami konsolidasi dalam alveolus yang terserang.

- Resolusi (7-11 hari) eksudat mengalami lisis dan direabsorbsi oleh mikrofag sehingga
jaringan kembali pada strukturnya semula.

Timbulnya pneumonia pneumokokus merupakan suatu kejadian yang tiba-tiba, disertai


menggigil, demam, rasa sakit pleuritik, batuk dan sputum yang berwarna seperti karat.
Pneumonia pneumokokus biasanya tidak disertai komplikasi dan jaringan yang rusak dapat
diperbaiki kemabali. Komplikasi tentang sering terjadi adalah efusi plura ringan. Adanya
bakterimia mempengaruhi prognosis pneumonia. Adanya bakterimia menduga adanya
lokalisasi proses paru-paru yang tidak efektif. Akibat bakterimia mungkin berupa lesi metastatik
yang dapat mengakibatkan keadaan seperti meningitis, endokariditis bacterial dan peritonitis.
Sudah ada vaksin untuk merlawan pneumonia pneumokokus. Biasanya diberikan pada mereka
yang mempunyai resiko fatal yang tinggi, seperti anemia sickle-sell, multiple mietoma, sindroma
nefrotik, atau diabetes mellitus.

3. Pneumonia Stafilokokus

Mempunyai prognosis jelek walaupun diobati dengan antibiotika. Pneumonia ini menimbulkan
kerusakan parenkim paru-paru yang berat dan sering timbul komplikasi seperti abses paru-paru
dan empiema. Merupakan infeksi sekunder yang sering menyerang pasien yang dirawat di
rumah sakit, pasien lemah dan paling sering menyebabkan broncopneumonia.

4. Pneumonia Klebsiella / Friedlander

Penderita ini berhasil mempertahankan hidupnya, akhirnya menderita pneumonia kronik disertai
obstruksi progresif paru-paru yang akhirnya menimbulkan kelumpuhan pernafasannya. Jenis ini
yang khas yaitu, pembentukan sputum kental seperti sele kismis merah (red currant jelly).
Kebanyakan terjadi pada lelaki usia pertengahan atau tua, pecandu alcohol kronik atau yang
menderita penyakit kronik lainnya.

5. Pneumonia pseudomonas

Sering ditemukan pada orang yang sakit parah yang dirawat di rumah sakit atau yang
mnenderita supresi system pertahanan tubuh (misalnya mereka yang menderita leukemia atau
transplantasi ginjal yang menerima obat imunosupresif dosis tinggi). Seringkali disebabkan
karena terkontaminasi peralatan ventilasi.

6. Pneumonia Virus

Ditandai dengan peradangan interstisial disertai penimbunan infiltrat dalam dinding alveolus
meskipun rongga alveolar sendiri bebas dare eksudat dan tidak ada konsolidasi. Pneumonia
virus 50 % dare semua pneuminia akut ditandai oleh gejala sakit kepala, demam dan rasa sakit
pada otot-otot yang menyeluruh, rasa lelah sekali dan batuk kering. Kebanyakan pneumonia ini
ringan dan tidak membutuhkan perawatan di rumah sakit dan tidak mengakibatkan kerusakan
paru-paru yang permanen. Pengobatan pneumonia virus bersifat sympomatik dan paliatif,
karena antibiotik tidak efektif terhadap virus. Juga dapat mengakibatkan pneumonitis berbecak
yang fatal atau pneumonitis difus.

7. Pneumonia Mikoplasma

Serupa dengan pneumonia virus influenza, disertai adanya pneumonitis interstitial. Sangat
mudah menular tidak seperti pneumonia virus, dapat memberikan respon terhadap tetrasiklin
atau eritromisin.

8. Pneumonia Aspirasi

Merupakan pneumonia yang disebabkan oleh aspirasi isi lambung. Pneumonia yang
diakibatkannya sebagian bersifat kimia, karena diakibatkan oleh reaksi terhadap asam
lambung, dan sebagian bersifat bacterial, karena disebabkan oleh organisme yang mendiami
mulut atau lambung. Aspirasi paling sering terjadi selama atau sesudah anestesi (terutama
pada pasien obstretik dan pembedahan darurat karena kurang persiapan pembedahan), pada
anak-anak dan pada setiap pasien yang disertai penekanan reflek batuk atau reflek muntah.
Inhalasi isi lambung dalam jumlah yang cukup banyak dapat menimbulkan kematian yang tiba-
tiba, karena adanya obstruksi, sedangkan aspirasi isi lambung dalam jumlah yang sedikit dapat
mengakibatkan oedema paru-paru yang menyebar luas dan kegagalan pernafasan. Beratnya
respon peradangan lebih tergantung dare pH dare zaat yang diaspirasikan. Aspirasi pneumonia
selalu terjadi apabila pH dan zat yang diaspirasi 2,5 atau kurang. Aspirasi pneumpnia sering
menimbulkan kompliokasi abses, bronchiectase, dan gangrean. Muntah bukan sarat masuknya
isi lambung kedalam cabang tracheobronchial, karena regurgitasi dapat juga terjadi secara
diam-diam pada pasien yang diberi anestesi. Paling penting pasien harus ditempatkan pada
posisi yang tepat agar secret orofarengeal dapat keluar dare mulut.

9. Pneumonia Hypostatik

Pneumonia yang sering timbul pada dasar paru yang disebabkan oleh nafas yang dangkal dan
terus menerus dalam posisi yang sama.

Daya tarik bumi menyebabkan darah tertimbun pada bagian bawah paru dan infeksi membantu
timbulnya pneumonia yang sesungguhnya

10. Pneumonia Jamur

Tidak sesering bakteri. Beberapa jamur dapat menyebabkan penyakit paru supuratif
granulomentosa yang seringkali disalah tafsirkan sebagai TBC. Banyak dare infeksi jamur
bersifat endemic pada daerah tertentu. Contohnya di US, hystoplasmosis (barat bagian tengah
dan timur), koksibiodomikosis (barat daya) dan blastomikosis (tenggara). Spora jamur ini
ditemukan dalam tanah dan terinhalasi. Spora yang terbawa masuk kebagian paru yang lebih
difagositosis terjadi reaksi peradangan disertai pembentukan kaverne. Semua perubahan
patologis ini mirip sekali dengan TBC sehingga perbedaan kurang dapat ditentukan dengan
menemukan dan pembiakan jamur dare jaringan paru.tes serologi serta tes hypersensitifitas
kulit yang lambat belum menunjukan tanda positif sampai beberapa minggu sesudah terjadi
infeksi, bahkan pada penyakit yang berat tes mungkin negatif. Pneumonia jamur sering
menimbulkan komplikasi pada stadium terakhir penyakit tersebut, terutama pada penyakit yang
sangat berat, misalnya Ca atau leukemia, candida alicans adalah sejenis ragi yang sering
ditemukan pada sputum orang yang sehat dan dapat menyerang jaringan paru. Penggunaan
antibiotik yang lama juga dapat mengubah flora normal tubuh dan memungkinkan infasi
candida. Amfotinsin B merupakan obat terpilih untuk infeksi jamur pada paru.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi trakeobronkial,
pembentukan edema, peningkatan produksi sputum. (Doenges, 1999 : 166)

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus kapiler,


gangguan kapasitas pembawa aksigen darah, ganggguan pengiriman oksigen. (Doenges, 1999
: 166)

3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli. (Doenges,
1999 :177)

4. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan


berlebih, penurunan masukan oral. (Doenges, 1999 : 172)

5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kebutuhan metabolik sekunder
terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia yang berhubungan dengan toksin bakteri bau
dan rasa sputum, distensi abdomen atau gas.( Doenges, 1999 : 171)

6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen untuk aktifitas sehari-hari.


(Doenges, 1999 : 170)

FOKUS INTERVENSI

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi trakeobronkial,


pembentukan edema, peningkatan produksi sputum

Tujuan :

- Jalan nafas efektif dengan bunyi nafas bersih dan jelas

- Pasien dapat melakukan batuk efektif untuk mengeluarkan sekret

Hasil yang diharapkan :

- Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih/ jelas

- Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas

- Misalnya: batuk efektif dan mengeluarkan sekret.

Intervensi :
a. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas. Misalnya: mengi, krekels dan ronki.

Rasional: Bersihan jalan nafas yang tidak efektif dapat dimanifestasikan dengan adanya bunyi
nafas adventisius

b. Kaji/ pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi/ ekspirasi

Rasional: Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada
penerimaan atau selama stres/ adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan
frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.

c. Berikan posisi yang nyaman buat pasien, misalnya posisi semi fowler

Rasional: Posisi semi fowler akan mempermudah pasien untuk bernafas

d. Dorong/ bantu latihan nafas abdomen atau bibir

Rasional: Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dipsnea dan
menurunkan jebakan udara

e. Observasi karakteristik batik, bantu tindakan untuk memoerbaiki keefektifan upaya batuk.

Rasional: Batuk dapat menetap, tetapi tidak efektif. Batuk paling efektif pada posisi duduk tinggi
atau kepala di bawah setelah perkusi dada.

f. Berikan air hangat sesuai toleransi jantung.

Rasional: Hidrasi menurunkan kekentalan sekret dan mempermudah pengeluaran.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus kapiler,


gangguan kapasitas pembawa oksigen darah, gangguan pengiriman oksigen.

Tujuan :

- Perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentang normal dan
tidak ada distres pernafasan.

Hasil yang diharapkan :

- Menunjukkan adanya perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan


- Berpartisispasi pada tindakan untuk memaksimalkan oksigenasi

Intervensi :

a. kaji frekuensi, kedalaman, dan kemudahan pernafasan

Rasional :Manifestasi distres pernafasan tergantung pada derajat keterlibatan paru dan status
kesehatan umum

b. Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku. Catat adanya sianosis

Rasional :Sianosis menunjukkan vasokontriksi atau respon tubuh terhadap demam/ menggigil
dan terjadi hipoksemia.

c. Kaji status mental

Rasional :Gelisah, mudah terangsang, bingung dapat menunjukkan hipoksemia.

d. Awsi frekuensi jantung/ irama

Rasional :Takikardi biasanya ada karena akibat adanya demam/ dehidrasi.

e. Awasi suhu tubuh. Bantu tindakan kenyamanan untuk mengurangi demam dan menggigil

Rasional :Demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan metabolik dan kebutuhan oksigen dan
mengganggu oksigenasi seluler.

f. Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam, dan batuk efektif

Rasional :Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran sekret


untuk memperbaiaki ventilasi.

g. Kolaborasi pemberian oksigen dengan benar sesuai dengan indikasi

Rasional :Mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg.

3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli

Tujuan:
- Pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang normal dan paru
jelas/ bersih

Intervensi :

a. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada.

Rasional :Kecepatan biasanya meningkat, dispnea, dan terjadi peningkatan kerja nafas,
kedalaman bervariasi, ekspansi dada terbatas.

b. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas adventisius.

Rasional :Bunyi nafas menurun/ tidak ada bila jalan nafas terdapat obstruksi kecil.

c. Tinggikan kepala dan bentu mengubah posisi.

Rasional :Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan.

d. Observasi pola batuk dan karakter sekret.

Rasional :Batuk biasanya mengeluarkan sputum dan mengindikasikan adanya kelainan.

e. Bantu pasien untuk nafas dalam dan latihan batuk efektif.

Rasional :Dapat meningkatkan pengeluaran sputum.

f. Kolaborasi pemberian oksigen tambahan.

Rasional :Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas.

g. Berikan humidifikasi tambahan

Rasional :Memberikan kelembaban pada membran mukosa dan membantu pengenceran sekret
untuk memudahkan pembersihan.

h. Bantu fisioterapi dada, postural drainage

Rasional :Memudahkan upaya pernafasan dan meningkatkan drainage sekret dari segmen paru
ke dalam bronkus.

4. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilngan cairan


berlebih, penurunan masukan oral.
Tujuan : Menunjukkan keseimbangan cairan dan elektrolit

Intervensi :

a. Kaji perubahan tanda vital, contoh :peningkatan suhu, takikardi,, hipotensi.

Rasional :Untuk menunjukkan adnya kekurangan cairan sisitemik

b. Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa (bibir, lidah).

Rasional :Indikator langsung keadekuatan masukan cairan

c. Catat lapporan mual/ muntah.

Rasional :Adanya gejala ini menurunkan masukan oral

d. Pantau masukan dan haluaran urine.

Rasional :Memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan kebutuhan


penggantian

e. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi.

Rasional :Memperbaiki ststus kesehatan

5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan


metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia, distensi abdomen.

Tujuan :

- Menunjukkan peningkatan nafsu makan

- Mempertahankan/ meningkatkan berat badan

Intervensi :

a. Identifikasi faktor yang menimbulkan mual/ muntah.

Rasional :Pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah


b. Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin, bantu kebersihan
mulut.

Rasional :Menghilangkan bahaya, rasa, bau,dari lingkungan pasien dan dapat menurunkan
mual

c. Jadwalkan pengobatan pernafasan sedikitnya 1 jam sebelum makan.

Rasional :Menurunkan efek mual yang berhubungan dengan pengobatan ini

d. Auskultasi bunyi usus, observasi/ palpasi distensi abdomen.

Rasional :Bunyi usus mungkin menurun bila proses infeksi berat, distensi abdomen terjadi
sebagai akibat menelan udara dan menunjukkan pengaruh toksin bakteri pada saluran gastro
intestinal

e. Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering atau makanan yang
menarik untuk pasien.

Rasional :Tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat
untuk kembali

f. Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar.

Rasional :Adanya kondisi kronis dapat menimbulkan malnutrisi, rendahnya tahanan terhadap
infeksi, atau lambatnya responterhadap terapi

6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen untuk aktifitas hidup sehari-
hari.

Tujuan : Peningkatan toleransi terhadap aktifitas.

Intervensi :

a. Evakuasi respon pasien terhadap aktivitas.

Rasional :Menetapkan kemampuan/ kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi

b. Berikan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung selama fase akut.

Rasional :Menurunkan stres dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat


c. Jelaskan pentingnya istitahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbamgan
aktivitas dan istirahat.

Rasional :Tirah baring dipertahankan untuk menurunkan kebutuhan metabolik

d. Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan.

Rasional :Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan


oksigen

C. PENYAKIT JANTUNG BAWAAN ( PJB )

Penyakit jantung bawaan ialah kelainan ”susunan” jantung, “mungkin” sudah terdapat sejak
lahir. Perkataan “susunan” berarti menyingkirkan aritmia jantung, sedangkan “mungkin” sudah
terdapat sejak lahir berarti tidak selalu dapat ditemukan selama beberapa minggu/bulan setelah
lahir.

Penyakit jantung bawaan atau congenital heart disease adalah suatu kelainan formasi dari
jantung atau pembuluh besar dekat jantung. "congenital" hanya berbicara tentang waktu tapi
bukan penyebabnya. Itu artinya "lahir dengan" atau "hadir pada kelahiran".

1. Etiologi

Penyebab penyakit jantung congenital berkaitan dengan kelainan perkembangan embrionik,


pada usia lima sampai delapan minggu, jantung dan pembuluh darah besar dibentuk. Penyebab
utama terjadinya penyakit jantung congenital belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada
beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian penyakit
jantung bawaan.

 Faktor Prenatal :

1. Ibu menderita penyakit infeksi : rubella, influenza atau chicken fox.


2. Ibu alkoholisme.

3. Umur ibu lebih dari 60 tahun.

4. Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.

5. Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu dan sebelumnya ikut program KB oral atau
suntik, minum obat-obatan tanpa resep dokter, ( thalidmide, dextroamphetamine, aminopterin,
amethopterin).

6. Terpajan radiasi (sinar X).

7. Gizi ibu yang buruk.

8. Kecanduan obat-obatan yang mempengaruhi perkembangan embrio.

 Faktor Genetik :

Berdasarkan kelainan anatomis ,PJB secara garis besar dibagi atas 3 kelompok,yaitu:

1. Adanya penyempitan stenosis atau bahkan pembutuan pada bagian tertentu jantung

a. Stenosis ( penyempitan ) katup pulmonal : terjadi pembebanan pada jantung kanan,


yang pada akhirnya berakibat gagal jantung kanan. Maka istilah ini bukanlah jantung gagal
berdenyut, melainkan jantung tak mampu memopakan darah sesuai kebutuhan tubuh dan
sesuai jumlah darah yang kembali ke jantung. Tanda gagal jantung kanan adalah
pembengkakan kelopak mata, tungkai, hati dan enimbunan cairan di rongga perut.

b. Stenosis ( penyempitan katup aorta ) : terjadi pembebanan pada jantung kiri, yang pada
akhirnya berakibat kegagalan jantung kiri, yang ditandai oleh sesak, batuk kadang-kadang
berdahak berdarah.

c. Atresia ( pembuntuankatup pulmonal ) : pada fase ini katup pulmonal sama sekali buntu,
sehingga tak ada aliran darah dari jantung ke paru.

d. Coarcetatio aorta : pad kasus ini area lingkungan pembuluh darah aorta mengalami
penyempitan.

2. Adanya lubang pada sekat pembatas antar ruang jantung


a. Atrial septal efek ( ASD ) : lubang ASD kini dapat ditutup dengan tindakan non bedah;
Amplatzer septal okluder ( ASO ) yakni memasang alat penymbat yang dimasukan melalui
pembuluh darah di lipatan paha..

3. Pembuluh darah utama jantung keluar dari ruang jantung dalam posisi tertukar
(pembuluh darah aorta keluar dari bilik kanan sedangkan pembuluh darah pulmonal atau paru
keluar dari bilik kiri )

3. Tanda dan Gejala PJB

 Sesak napas

 Sianosis

 Nyeri dada

 Syncope

 Kurang gizi / kurang pertumbuhan

Penyebab :

1. Faktor lingkungan. Contoh : bahan kimia, obat-abatan, dan infeksi.

2. Penyakit tertentu ibu. Contohnya :

-Ibu yang terinfeksi suatu virus Seperti virus Rubella.

Rubella atau campak Jerman adalah penyakit yang disebabkan suatu virus RNA dari golongan
Togavirus. Penyakit ini relatif tidak berbahaya dengan morbiditas dan mortalitas yang rendah
pada manusia normal. Tetapi jika infeksi didapat saat kehamilan, dapat menyebabkan
gangguan pada pembentukan organ dan dapat mengakibatkan kecacatan. Dibawah ini contoh
virus Rubella.

-Ibu menderita diabetes malitus.

-Ibu yang melahirkan diatas 40 th.

3. Abnormalitas kromosom (genetic)


4. Penyakit turunan / genetic. Contohnya : ayah / ibu menderita penyakit jantung bawaan

5. Idiopatik / faktor2 yg tidak diketahui.

2. Epidimiologi PJB

Insidens penyakit jantung bawaan (PJB) berkisar antara 6 sampai 10 per 1.000 kelahiran hidup
(rata-rata 8 per 1.000 kelahiran hidup). PJB diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, yaitu PJB non-
sianotik dan sianotik. Jumlah pasien PJB non-sianotik berkisar 3-4 kali PJB sianotik. Dari yang
non-sianotik, kelainan defek septum ventrikel (ventricular septal defect, VSD) merupakan
kelainan terbanyak, yaitu antara seperempat sampai sepertiga dari seluruh angka kejadian PJB.
Sedangkan PJB sianotik yang terbanyak adalah tetralogi Fallot. Perbandingan antara penyakit
jantung bawaan non-sianotik dan sianotik adalah 4:1. Walaupun lebih sedikit, PJB sianotik
menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi daripada PJB non-sianotik.

Demam reumatik merupakan penyebab penyakit jantung didapat yang terpenting. Meskipun di
negara maju insidens penyakit ini telah menurun tajam selama 6 dekade terakhir, dalam 10
tahun terakhir terjadi peningkatan kasus yang mencolok di beberapa negara bagian. Angka
kejadian endokarditis infektif sangat sulit ditentukan. Sastroasmoro dkk. (1989) melaporkan
angka yang cukup tinggi yaitu 1 dari 740 pasien yang dirawat inap di bagian Ilmu Kesehatan
Anak FKUI-RSCM Jakarta.

3. Tipe – tipe PJB

1. Detour defek di dalam jantung

kerusakan yg menyebab darah mengalir di jalur yang tidak normal langsung melalui sisi kiri dan
kanan jantung. Terbagi 2 macam yaitu:
• Atrial septal defect (ASD). ASD (atrium septal defect) : atruim kanan kiri lubang yang
terdapat antara atrium kanan dan kiri sering terjadi pada bayi perempuan.

• Ventricular septal defekt

2. Detour defek di luar jantung, rute darah yang berlokasi di luar jantung.Terbagi 3 macam
yaitu:

• Obstruktif defect

• Cyanotic defect (blue babies)

• Hypoplastis heart defect

7. Faktor Risiko PJB

 VSD kecil, terbagi 4 yaitu:

a. Defect kecil 1-5 mm

b. Tidak ada gangguan tunggal

c. Bising jantung normal

d. Menutup secara spontan

 VSD sedang, terbagi 5 yaitu :

a. Sering terjadi septum pada bayi

b. Sesak napas pada waktu aktivitas

c. Defect 5 -10 mm

d. BB sukar naik

e. Bentuk dada normal

 VSD besar, terbagi 4 yaitu:


a. Sering timbul pada neonatus. Neonatus => masa kehidupan setelah lahir sampai usia 28
hari (1 bulan).

b. Dyspnea meningkat. Dyspnea => gangguan pada pernapasan seperti : sesak napas /
kesulitan bernapas.

c. Pada minggu ke-2 dan ke -3 terjadi gagal jantung

d. Minggu ke-6 terjadi infeksi saluran nafas.

4. Patofisiologi PJB

Ukuran defek secara anatomis menjadi penentu utama besarnya pirau kiri-ke-kanan(right-to-left
shunt ). Pirau ini juga ditentukan oleh perbandingan derajat resistensi vaskular dansistemik.
Ketika defek kecil terjadi (<0.5 cm2), defek tersebut dikatakan restriktif. Pada defek nonrestriktif
(>1.0 cm2), tekanan ventrikel kiri dan kanan adalah sama. Pada defek jenis ini, arahpirau dan
besarnya ditentukan oleh rasio resistensi pulmonal dan sistemik.Setelah kelahiran (dengan
VSD), resistensi pulmonal tetap lebih tinggi melebihi normal danukuran pirau kiri-ke-kanan
terbatas. Setelah resistensi pulmonal turun pada minggu-minggupertama kelahiran, maka
terjadi peningkatan pirau kiri-ke-kanan. Ketika terjadi pirau yang besarmaka gejala dapat terlihat
dengan jelas. Pada kebanyakan kasus , resistensi pulmonal sedikitmeningkat dan penyebab
utama hipertensi pulmonal adalah aliran darah pulmonal yang besar.Pada sebagian pasien
dengan VSD besar, arteriol pulmonal menebal. Hal ini dapat menyebabkanpenyakit vaskular
paru obstuktif. Ketika rasio resistensi pulmonal dan sistemik adalah 1:1, makapirau menjadi
bidireksional (dua arah), tanda-tanda gagal jantung menghilang dan pasienmenjadi sianotik.
Namun hal ini sudah jarang terlihat karena adanya perkembangan intervensisecara
bedah.Besarnya pirau intrakardia juga ditentukan oleh berdasarkan rasio aliran darah
pulmonaldan sistemik. Jika pirau kiri-ke-kanan relatif kecil (rasio aliran darah pulmonal dan
sistemik adalah 1.75:1), maka ruang-ruang jantung tidak membesar dan aliran darah paru
normal. Namun jika pirau besar (rasio 2.5:1) maka terjadi overload

volume atrium dan ventrikel kiri,peningkatan EDV dan peningkatan tekanan vena pulmonal
akibat aliran darah dari kiri masuk kekanan dan ke paru dan kembali lagi ke kiri (membentuk
suatu aliran siklus). Peningkatan tekanandi bagian kanan (normal ventrikel kanan 20 mmHg,
ventrikel kiri 120mmHg) juga menyebabkanhipertrofi ventrikel kanan, peningkatan aliran
pulmonal dan hipertensi arteri pulmonal.

Trunkuspulmonalis, atrium kiri dan ventrikel kiri membesar karena aliran pulmonal yang juga
besar.Selain itu, karena darah yang keluar dari ventrikel kiri harus terbagi ke ventrikel kanan,
maka jumlah darah yang mengalir ke sistemik pun berkurang (akan mengativasi sistem Renin-
Angiotensin dan retensi garam.

5. Komplikasi PJB

• ENDOKARDITIS

=> jangkitan pd lapisan dalam jantung

=> infeksi mikroba pada permukaan endotel jantung.

• OBSTRUKSI PEMBULUH DARAH PULMONAL = gangguan pada pembuluh darah


pulmonal

• CHR (GAGAL JANTUNG KONGESTIF) = gagal jantung bawaan

• HEPATOMEGALI = Pembesaran hati

• ENTEROHOLITIS NEKROSIS

Enteroholitis=> penebalan dan pengerasan pembuluh darah arteri akibat plak.


Nekrosis adalah kematian pada sel

6. Pemeriksaan Penunjang PJB

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Foto thoraks, disini akan kelihatan atrium dan ventrikel kiri akan membesar / terjadi
pembesaran pada jantung.

2. Pemeriksaan dengan doppler berwarna, untuk mengevaluasi aliran darah berwarna.


3. Kateterisasi jantung, untuk meyakinkan dari pemeriksaan doppler. Seperti kamera/video
kecil untuk melihat bagaimana kondisi pembuluh darah dari jantung.

4. Elektrokardiografi ( EKG ), hasilnya berupa gelombang yang menyatakan penyakit


tersebut.

KOMPLIKASI

1. Sindrom eisenmenger, terjadi pada PJB non-sianotik yang menyebabkan aliran darah ke
paru meningkat. Akibatnya pembuluh kapiler akan meningkat dan terjadi resistensi sehingga
peningkatan pada arteri pulmonal.

2. Serangan sianotik, terajadi pada PJB sianotik. Menjadi lebih kebiruan pada membran
mukosa dari sebelumnya dan sesak nafas.

3. Abses otak, terjadi pada anak berusia diatas dua tahun, diakibatkan oleh hidroksia dan
terjadi pada PJB sianotik.

7. Manifestasi Klinis PJB

Manifestasi klinis pada bayi premature sering disamarkan oleh masalah-masalah lain yang
berhubungan dengan premature (misalnya syndrome gawat nafas).Tanda-tanda kelebihan
beban ventrikel tidak terlehat selama 4-6 jam sesudah lahir.Bayi dengan PDA kecil mungkin
asimptomatik, bayi dengan PDA lebih besar dapat menunjukkan tanda-tanda gagal jantung
kongestif ( CHF )

• Kadang-kadang terdapat tanda-tanda gagal jantung

• Machinery mur-mur persisten (sistolik,emudian menetap,paling nyata terdengar di tepi


sternum kiri atas)

• Tekanan nadi besar ( water hammer pulses ) / nadi menonjol dan meloncat-
loncat,tekanan nadi yang lebar(lebih dari 25 mmhg)

• Takhikardia ( denyut apeks lebih dari 170 ),ujung jari hiperemi


• Resiko endokarditis dan obstruksi pembuluh darah pulmonal

• Infeksi saluran nafas berulang,mudah lelah

• Apnea

• Tachypnea

• Nasal flaring

• Retraksi dada

• Hipoksemia

• Peningkatan kebutuhan ventilator(sehubungan dngan masalah paru)

8. Penatalaksanaan PJB

1. Istirahat, dimana kerja jantung tidak normal harus dikurangi beberapa kegiatan anak
seperti bedres total, dengan istirahat anak dapat mengurangi gejala PJ pada anak.

2. Digitalisasi, dengan memperlambat, memperkuat kontraksi otot dan menignggiknan


curah jantung.

3. Diuretikum, untuk bekerja pada bagian korteks serebri

4. Diet , diberikan pada anak makanan yang lunak dan rendah garam sesuai kebutuhan
anak.

5. Pengobatan penunjang

a. Oksigen, diberikan 40-50% dan suhunya 37 C0 dan aliran nya 4-5 l/menit.

b. Penenang, seperti atonorfin dan dianjurkan untuk anak yang gelisah.

c. Posisi, bayi ditidurkan dengan posisi kepala lebih tinggi dari badan dengan posisi 20 C0.

d. Korensi gangguan asam basa dan elektrolit,

e. Antibiotika,

f. Rotating forniquit
g. Seksi vena, vena yang dicari dikaki untuk pemberian cairan karena vena-vena yang lain
sudah tidak mungkin lagi dilakukan pemberian cairan.

D. ASKEP PENYAKIT JANTUNG BAWAAN

1. PENGKAJIAN

 Riwayat keperawatan : respon fisiologi terhadap defek (sianosis, aktivitas terbatas)

 Kaji adanya tanda-tanda gagal jantung,napas cepat, sesak napas, retrasi, bunyi jantung
tambahan (machinery mur-mur),edera tungkai,hepatomegali.

 Kaji adanya hipoksia kronis : Clubbing finger

 Kaji adanya hyperemia pada ujung jari

 Kaji pola makan, pola pertambahan berat badan

 Pengkajian psikososial meliputi : usia anak, tugas perkembangan anak, respon keluarga
terhadap penyakit anak, koping keluarga, dan penyesuaian keluarga terhadap stress

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a) Penurunan curah jantung berhubungan dengan malformasi jantung

b) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongersti pulmonal

c) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen


oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel.

d) Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan tidak adekuatnya


suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan

e) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelelahan pada saat
makan dan meningkatkan kebutuhan kalori

f) Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya status kesehatan

g) Perubahan peran orang tua berhubungan dengan hospitalisasi anak, kekhawatiran


terhadap penakit anak.
3. INTERVENSI

a) Mempertahankan curah jantung yang adekuat

• Observasi kualitas dan kekuatan denyut jantung, nadi perifer, warna, dan kehangatan
kulit.

• Tegakkan derajat sianosis(sirkumonal, membran mukosa,clubbing)

• Monitor tanda-tanda CHF (gelisah, takikardi, tachypnea,sesak, mudah lelah, periorbital


edema, oliguria, dan hematomegali)

• Kolaborasi pemberian di goxin sesuai order dengan menggunakan teknik pencegahan


bahaya toksisitas.

• Berikan pengobatan intuk penurunan afterload

• Berikan diuretic sesuai indikasi

b) Mengurangi adanya peningkatan resistensi pembuluh paru

o Monitor kualitas dan irama pernafasan

o Atur posisi anak dengan posisi fowler

o Hindari anak dari orang yang terinfeksi

o Berikan istirahat yang cukup

o Berikan nutrisi yang optimal

o Berikan oksigen jika ada indikasi

c) Mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat

 Ijinkan anak untuk sering istirahat dan hindari gangguan pada saat tidur

 Anjurkan untuk melakukan permainan dan aktivitas ringan

 Bantu anak untuk memilih aktivitas yang sesuai dengan usia, kondisi, dan kemampuan anak

 Hindarkan suhu lingkungan yang terlalu panas atau terlalu dingin


 Hindarkan ha;-hal yang menyebabkan ketakutan / kecemasan pada anak

d) Memberikan support untuk tumbuh kembang

 Kaji tingkat tumbuh kembang anak

 Berikan stimulasi tumbuh kembang, kreativitas bermain, game, nonton TV, puzzle,
menggambar dan lain-lain sesuai kondisi dan usia anak

 Libatkan keluarga agar tetap memberikan stimulasi selama dirawat.

e) Mempertahankan pertumbuhan berat badan dan tinggi badan yang sesuai

Monitor tinggi badan dan berat badan, dokumentasikan dalam bentuk grafik untuk
mengetahui kecendrungan pertumbuhan anak

Timbang berat badan setiap haridengan timbangan yang sama dan waktu yang sama

Catat intake dan output secara benar

Berikan makanan dengan porsi kecil tapi sering untuk menghindari kelelahan pada saat
makan

Anak-anak yang mendapatkan diuretic biasanya sangat haus ,oleh karena itucairan tidak
dibatasi

f) Anak dengan tidak akan menunjukkan tanda-tanda infeksi

 Hindaari kontak dengan individu yamg terinfeksi

 Berikan istirahatyang adekuat

 Berikan kebutuhan nutrisi yang optimal

g) Memberikan support pada orang tua

 Ajarkan keluarga /orang tua untukmengekpresikan perasaannya karena memilili anak


dengan kelainanj jantung,mendiskusikan rencana pengobatan,dan memiliki peranan penting
dalam keberhasilan pengobatan

 Eksplorasi perasaaan orang tua mengenai perasaan ketakutan,rasa bersalah,berduka,dan


perasaan tidak mampu
 Mengurangi ketakutan dan kecemasan orangtua dengan memeberikan informasi yang jelas

 Libatkan orang tua dalam perawatan anak selama di rumah sakit

 Memberikan dorongan kepada keluarga untuk melibatkan anggota keluarga lain dalam
perawatan anak

4. IMPLEMENTASI

 Control sesuai waktu yang ditentukan

 Jelaskan kebutuhan aktivitas yang dapat dilakukan anak sesuai dengan usia dan kondisi
penyakit

 Mengajarkan keterampilan yang diperlukan di rumah, yaitu;

 Teknik pemberian obat

 Teknik pemberian makanan

 Tindakan untuk mengatasi jika terjadi hal-hal yang mencemaskan tanda-tanda komplikasi,
siapa yang akan dihubungi jika membutuhkan pertolongan.

5. EVALUASI

Langkah-langkah untuk mengevaluasi pelayanan keperawatan :

1) Menentukan garis besar masalah kesehatan yang di hadapi ,

2) Menentukan bagaimana rumasan tujuan perawatan yang akan dicapai,

3) Manantukan kriteria dan standar untuk evaluasi. Kriteria dapat berhubungan dengan
sumber-sumber proses atau hasil, tergantung kepada dimensi evaluasi yang diinginkan,

4) Menentukan metode atau tehnik evaluasi yang sesuai serta sumber-sumber data yang
diperlukan,

5) Membandingkan keadaan yang nyata (sesudah perawatan) dengan kriteria dan standar
untuk evaluasi,
6) Identivikasi penyebab atau alasan yang tidak optimal atau pelaksanaan yang kurang
memuaskan,

7) Perbaiki tujuan berikutnya. Bila tujuan tidak tercapai perlu ditentukan alasan : mungkin
tujuan tidak realistik, mungkin tindakan tidak tepat, atau mungkin ada faktor lingkungan yang
tidak diatasi.

Macam-macam evaluasi yaitu :

1) Evalusi kuantitatif

Evaluasi ini dilaksanakan dalam kuantitas atau jumlah pelayanan atau kegiatan yang telah
dikerjakan. Contoh : jumlah pasien hipertensi yang telah dibina selama dalam perawatan
perawat.

2) Evaluasi kualitatif

Evaluasi kualitatif merupakan evaluasi mutu yang dapat difokuskan pada salah satu dari tiga
diimensi yang saling terkait yaitu :

a) Struktur atau sumber

Evaluasi ini terkait dengan tenaga manusia, atau bahan-bahan yang diperlukan dalam
pelaksanaan kegiatan. Dalam upaya keperawatan hal ini menyangkut antara lain:

 Kualifikasi perawat

 Minat atau dorongan

 Waktu atau tenaga yang dipakai

 Macam dan banyak peralatan yang dipakai

 Dana yang tersedia

b) Proses

Evaluasi proses berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan.
Misalnya : mutu penyuluhan yang diperlukan kepada klien dengan gejala-gejala yang
ditimbulkan.

c) Hasil
Evaluasi ini difokuskan kepada bertambahnya klien dalam melaksanakan tugas-tugas
kesehatan.

Hasil dari keperawatan pasien dapat diukur melalui 3 bidang :

1. Keadaan fisik

Pada keadaan fisik dapat diobservasi melalui suhu tubuh turun, berat badan naik , perubahan
tanda klinik.

2. Psikologik-sikap

Seperti perasaan cemas berkurang, keluarga bersikap positif terhadap patugas kesehatan.

3. Pengetahuan¬¬-perilaku

Misalnya keluarga dapat menjalankan petunjuk yang diberikankeluarga dapat menjelaskan


manfaat dari tindakan keperawatan.

BAB III

PENUTUP

B. Kesimpulan

 Jantung adalah organ berongga dan berotot yang terletak ditengah thoraks, dan ia menepati
rongga ditengah paru dan diafragma. Beratnya sekitar 300 g ( 10,6 oz ), meskipun berat dan
ukuran dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, berat badan, beratnya latihan dan kebiasaan fisik
dan penyakit jantung.

 Fungsi jantung adalah memompa darah ke jaringan, menyuplai O2 dan zat nutrisi lain sambil
mengangkut CO2 dan sampah hasil metabolisme. Sebenarnya terdapat dua pompa jantung,
yang terletak disebelah kanan dan kiri. Kerja pompa jantung dijalankan oleh kontraksi dan
relaksasi ritmit dinding otot.

 Penyebab penyakit jantung congenital berkaitan dengan kelainan perkembangan embrionik,


pada usia lima sampai delapan minggu, jantung dan pembuluh darah besar dibentuk. Penyebab
utama terjadinya penyakit jantung congenital belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada
beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian penyakit
jantung bawaan.

Sirkulasi Fetus: Tiga fitur utama dari sirkulasi fetus adalah :

 Sirkulasi maternal (ibu) melalui plasenta membawa oksigen dan nutrisi ke fetus dan
mengeluarkan karbondioksida dari sirkulasi fetus.

Foramen ovale adalah sebuah lubang yang terletak di septum (dinding) antara kedua ruangan
atas jantung (atrium kanan dan kiri). Foramen mengizinkan darah mengalir melalui jalur
samping (shunt) dari atrium kanan ke atrium kiri.

Jalur samping yang lain, duktus arteriosus, mengizinkan darah yang miskin oksigen mengalir
dari arteri pulmonary ke dalam aorta dan melalui itu ke tubuh.

DAFTAR PUSTAKA

Barbara Engram (1998), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal – Bedah Jilid I, Peneribit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.

Barbara C. Long (1996), Perawatan Medikal Bedah: Suatu Pendekatan Proses Keperawatan,
The C.V Mosby Company St. Louis, USA.
Hudak & Gallo (1997), Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik Volume I, Penerbit Buku
Kedoketran EGC, Jakarta.

Jan Tambayonmg (2000), Patofisiologi Unutk Keperawatan, Penerbit Buku Kedoketran EGC,
Jakarta.

Marylin E. Doenges (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta.

Sylvia A. Price (1995), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 4 Buku 2,
Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai