Anda di halaman 1dari 24

TETANUS

 Tetanus merupakan penyakit ineksi yang disebabkan oleh toksin kuman klostridium tetani
 Manifestasi kejang otot proksimal(kekakuan seluruh tubuh)
 Klostridium tetani: kuman yang mengeluarkan toksin neurotoksik (kejang otot dan sara tepi
perifer)
 Luka dalam perawatan yang salah
 Klostridium bisa dari tanah, tempat kotor, besi berkarat sampai tusuk sate
 Toksin: rusak eritrosit, rusak leukosit
 Toksin=) tetanospasmin; neurotropik yang disebabkan ketegangan dan spasme otot
 Anamnesis: riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, diagnose tik, psikososial
 Tanda dan gejala tetanus: panas badan tinggi, penurunan tingkat kesadaran, kaku, kejang
 Penyebabnya yaitu karena luka
 Gejala: kapan mulai serangan?, apakahsembuh/bertambah buruk?
 Stimulasi kejang, tindakan yang dilakukan untuk atasi kejang, penurunan kesadaran
 Pemeriksaan fisik
1. Peningkatan suhu tubuh 38-40°c
2. hipertermi→inflamasi, aktivasi toksin ke SSP
3. bradikardi→penurunan perfusi jaringan otak
4. takikardi→peningkatan metabolism
5. 6B; breathing, blood, braind, bladder, bowel, bone
 Diagnostik: laboratorium → leukosit, cairan otak untuk deteksi kuman
 Terapi pencegahan: rawat luka →H2O2
Antimiktoba→open fraktur
ATS: TT→imunitas
 Terapi pengobatan : ATS fenobarbital diazepam
Debridement luka oksigenasi

Meningitis
 Meningitis merupakan inflamasi selaput meningen (selaput yang melapisi otak dan medulla
spinalis)
 Diagnose keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d akumulasi sekret didalam trakea, penurunan
kemampuan batuk
2. Hipertermi b.d proses inlamasi dan efek toksin pada jaringan otak
3. Risiko tinggi cedera: kejang berulang
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d asupan in adekuat
5. Hambatan mobilitas fisik b.b kejang umum
6. Gangguan ADL b.d kelemahan
7. Gangguan eliminasi urin b.d spasme abdomen
8. Koping individu tidak efektif b.d prognosis penyakit yang tidak jelas
9. Ansietas b.d prognosis penyakit, kemungkinan kejang berulang
 1. Bakteri: pembentuk pus(nanah)→meningokokus, pnemukokus, influenza
2. virus
3. jamur
 Manifestasi klinis: hipertermi, nyeri kepala hebat,, bradikardia, penurunan kesadaran,
penurunan kemampuan batuk, mual, muntah, anoreksia, kelemahan fisik, kejang, kaku kuduk
 1. Kaku kuduk→kepala ditekuk, tangan yang lain diletakkan diatas dada, perhatikan adanya
tahanan. tahanan→+
2. kernig→paha fleksi sampai membuat sudut 90°. Tungkai baah di ekstensikan sampai
membentuk sudut >135°. Tahanan an rasa nyeri pada sudut <135°→+
3. lasegue→salah satu tungkai diangkat lurus dengan fleksibel di persendian panggul. Tungkai
lain lurus. Normal: dapat menapai sudut 70° sebelum timbul rasa sakit dan tahanan. Bila rasa
sakit dan tahanan pada <70°→+
 Diagnostic : 1. Lab klinik: hb, leukosit, trombosit dl
2. analisis cairan otak
3. kultur→jenis mikroba
4. rontgen paru, thorak dan ct scan: edema serebral
 Penatalaksanaan : antibiotic, antimikroba, simptomatik, pencegahan cedera
 Diagnose keperawatan
1. Nyeri b.d peningkatan tik
2. Perfusi jaringan otak tidak efektif b.d inflamasi, edema otak
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d akumulasi sekret, penurunan kemampuan batuk,
perubahan tingkat kesadaran
4. Pola napas tidak efektif b.d penurunan tingkat kesadaran
5. Hipertermi b.d inflamasi, peningkatan metabolism
6. Resiko defisit cairan: muntah dan demam
7. Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake in adekuat, mual muntah
8. 8resiko trauma: kejang berulang
9. Gangguan ADL b.d kelemahan fisik umum
10. Ansietas b.d prognosis penyakit

CEDERA KEPALA
 1. CKR: 13-15 (cedera ringan)
2. CKS : 9-12 (cedera sedang)
3. CKB :kurang dari 8 (cedera berat)
 Gcs(glasgow coma scale)
1. Eye: 4: dengan spontan
3: dengan diajak bicara
2: dengan rangsangan nyyeri
1: tidak membuka mata
2. Verbal: 5: orientasi baik
4: jawaban kacau
3: berkata tidak sesuai
2: hanya mengerang
1:tidak ada suara
3. Motorik: 6: sesuai perintah
5: gerakan normal
4: fleksi cepat, abduksi bahu (reaksi)
3: fleksi lengan dengan adduksi bahu
2: ekstensi lengan, adduksi, endoro tasi bahu, pronasi lengan bawah
1: tidak ada gerakan
 Intraserebral hematoma (ich)
 Subdural hematoma (sdh)
 Epidural hematoma (edh)
 Diagnostic: 1. CT Scan
2. MRI
3. angiografi serebral
4. EEG
5. rotgen: fraktur
6. kadar elektrolit
7. AGS
 Penatalaksanaan: 1. ABC
2. status neurologis
3. oksigenasi
4. glukosa
 Diagnose kep: 1. Pola napas tidak efektif b.d depresi SSP, kelemahan otot pernapasan
2. bersihan jalan napas napas tdk eektif b.d penumpukan sekret, penurunan
kemampuan batuk
3. nyeri b.d trauma jaringan
4. gngguan perfusi jaringan otak b.d edema otak
5. nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake in adekuat
6. gangguan komplikasi verbal b.d pemasangan tracheostomi dan paralisis
7. gangguan mobilittas fisik b.d kelemahan
8. ansietas keluarga b.d krisis situasional
9. kerusakan integritas kulit b.d trauma mekanik
10. resiko tinggi peningkatan tik b.d perdarahan
SISTEM MUSKULOSKLETAL, SISTEM PERSYARAFAN, SISTEM PENGINDRAAN

 Sistem muskuloskletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengurus pergerakan


 Komponen utamanya merupakan jarringan ikat tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligamen dan
jaringan lainnya
 Tulang ada 206: tulang tengkorak=8
Tulang tengkorak wajah=14
Tulang dalam = 6
Lidah = 1
Kerangka dada = 25
Tulang belakang- panggul= 26
Eks atas= 64
Eks bawah= 62
 Fungsi tulang: membentuk rangka badan
Tempat melekatnya oto
Melindungi organ bagian dalam
Mengatur dan defosit kalsium, fosfat, magnesium, garam
 Bentuk tulang: 1. Tulang panjang (long bone): femur, tibia, fibula, ulna, humerus
2. tulang pendek (short bone): metacarpal
3. tulang pipih (fist bone): scapula
4. tulang tak beraturan : tulang belakang
5. tulang sesamoidd (diantara dua tulang): patella
6. tulang sutura: sambungan tulang tengkorak
 Pengkajian muskuloskletal: 1. Look: deformitas, luka, kerusakan jaringan, pembuluh darah
2. feel: keluhan nyeri tekan, local
3. keterbatasan pergerakan, imobilisas
 Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang , yang biasanya disertai dengan luka
sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon, kerusakan pembuluh darah dan patah
tulang
 Fraktur traumatic: kecelakaan, jatuh
 Fraktur patologik: komplikasi penyakit: kanker
 Menifestasi klinis: 1. Deformitas: memendek
2. bengkak: edema
3. memar: perdarahan subkutan
4. spasme otot: bidai otot involunter
5. nyeri: intrupsi sel sarap
6. kehilangan fungsi
7. gerakan abnormal
8. perubahan neurovaskuler kebas
9. syok: nyeri, perdarahan
 Diagnose keperawatan: 1. Nyeri b.d kompresi sarap, kerusakan neuromuskuloskletal
2. keruskan integritas jaringan b.d edera jaringan lunak
3. hambatan mobilitas fisik b.d respon nyeri, kerusakan
neuromuskuloskletal, pergerakan pragmen tulang
4. kecemasan b.d prosedur pembedahan, kondisi sakit
5. resiko tinggi tinggi syok hypovolemik b.d kehilangan banyak darah
cedera askuler
 Pemeriksaan fisik: 1. Pengkajian tingkat kesadaran
2. pengkajian fungsi serebral
3. pengkajian sarap kranial
4. pengkajian sistem motorik
5. respon reflek
6. sistem sensorik
 Stroke merupakan gangguan peredaran darah otak (GPDO)
 Penyakit neurologis yang paling sering dijumpai adalah kelainan fungsi otak yang timbul
mendadak yang terjadi karena gangguan peredaran darah otak berlangsung selama 24 jam,
dapat menyebabkan kematian menimbulkan kecacatan, kelumpuhan anggota gerak, gangguan
bicara, daya pikir
 Thrombosis serebral: pembuluh darah oklusi: iskemia jarinagn, edem dan kongesti
 Hemoragi: hipertensi
 Hipoksia umum: hipertensi berat, gangguan jantung
 Hipoksia local: vasokontriksi arteri otak, spasme arteri serebral
 Faktor resiko: hipertensi, DM, penyakit kardiovaskuler, kolestrol tinggi, obesitas, merokok,
konsumsi alcohol, penyalahgunaan obat
 Tips mudah mengenali gejala dan tanda tanda strok
1. Se: senyum tidak simetris (menong ke satu sisi), tersedak, sulit menelan air minum secara
tiba-tiba
2. Ge: gerakan separuh anggota tubuh lemah secara tiba tiba
3. Ra: bicara pelo/ tiba tiba tidak dapat bicara/tidak mengerti kata kata/ bicara tidak nyambung
4. Ke: kebas atau baal atau kesemutan separuh tubuh
5. R: rabun, pandangan satu mata kabur terjadi tiba tiba
6. S: sakit kepala hebat yang muncul tiba tiba dan tiak pernah dirasakan sebelumnya, gangguan
fungsi keseimbangan seperti terasa berputar, gerakan sulit di koordinasikan
 Diagnose keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan otaak b.d perdarahan intraserebral, edema otak
2. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d akumulasi sekret sk. Penurunan tingkat kesadaran
3. Hambatan mobilitas fisik b.d kelemahan neuromuscular, hemiplegia hemiparese
4. Defisit perawatan diri b.d kelemahan neuromuscular
5. nyeri

ROM
Range Of Motion (ROM) adalah tindakan/latihan otot atau persendian yang diberikan kepada pasien
yang mobilitas sendinya terbatas karena penyakit, diabilitas, atau trauma. Dimana klien menggerakan
masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif. Atau juga dapat di
definisikan sebagai jumlah maksimum gerakan yang mungkin dilakukan sendi pada salah satu dari tiga
potongan tubuh: sagital, frontal, dan transfersal. Potongan sagital adalah garis yang melewati tubuh dari
depan ke belakang, membagi tubuh menjadi bagian kiri dan kanan. Potongan frontal melewati tubuh
dari sisi ke sisi dan membagi tubuh menjadi bagian depan dan belakang. Potongan transfersal adalah
garis horizontal yang membagi tubuh menjadi bagian atas dan bawah.

B. Tujuan

1. Untuk mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan pada otot yang dapat dilakukan secara
aktif maupun pasif tergantung dengan keadaan pasien.

2. Meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas dan kekuatan otot.

C. Manfaat

a. Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan pergerakan

b. Mengkaji tulang sendi, otot

c. Mencegah terjadinya kekakuan sendi

d. Memperlancar sirkulasi darah

D. Jenis ROM

1. ROM aktif : Perawat memberikan motivasi, dan membimbing klien dalam melaksanakan
pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal (klien aktif).

2. ROM pasif : Perawat melakukan gerakan persendian klien sesuai dengan rentang gerak yang
normal (klien pasif).

E. Indikasi

1. Klien dengan tirah baring yang lama.

2. Stroke atau penurunan tingkat kesadaran.

3. Kelemahan otot.

4. Fase rehabilitasi fisik.

F. Kontra Indikasi
1. Klien dengan fraktur.

2. Klien dengan peningkatan tekanan intrakranial.

3. Trombus/emboli pada pembuluh darah.

4. Kelainan sendi atau tulang.

5. Klien fase imobilisasi karena kasus penyakit (jantung).

GERAKAN ROM AKTIF

1. Fleksi

2. Ekstensi

3. Hiperekstensi

4. Rotasi

5. Sirkumsisi

6. Supinasi

7. Pronasi

8. Abduksi

9. Adduksi

10. Oposisi

LATIHAN AKTIF ANGGOTA GERAK ATAS DAN BAWAH

a. Latihan I

- Angkat tangan yang kontraktur menggunakan tangan yang sehat ke atas.

- Letakkan kedua tangan diatas kepala.

- Kembalikan tangan ke posisi semula.

. Latihan II

- Angkat tangan yang kontraktur melewati dada ke arah tangan yang sehat.

- Kembalikan keposisi semula.


c. Latihan III

- Angkat tangan yang lemah menggunakan tangan yang sehat ke atas.

- Kembalikan ke posisi semula.

d. Latihan IV

- Tekuk siku yang kontraktur menggunakan tangan yang sehat.

- Luruskan siku kemudian angkat ke atas.

- Letakkan kembali tangan yang kontraktur ditempat tidur.

e. Latihan V

- Pegang pergelangan tangan yang kontraktur menggunakan tangan yang sehat angkat ke atas
dada.

- Putar pergelangan tangan ke arah dalam dan ke arah keluar.

f. Latihan VI

- Tekuk jari-jari yang kontraktur dengan tangan yang sehat kemudian luruskan.

- Putar ibu jari yang lemah menggunakan tangan yang sehat.

g. Latihan VII

- Letakkan kaki yang sehat dibawah yang kontraktur.

- Turunkan kaki yang sehat sehingga punggung kaki yang sehat dibawah pergelangan kaki yang
kontraktur.

- Angkat kedua kaki ke atas dengan bantuan kaki yang sehat, kemudian turunkan pelan-pelan.

h. Latihan VIII

- Angkat kaki yang kontraktur menggunakan kaki yang sehat ke atas sekitar 3cm.

- Ayunkan kedua kaki sejauh mungkin kearah satu sisi kemudian ke sisi yang satunya lagi.

- Kembalikan ke posisi semula dan ulang sekali lagi.

i. Latihan IX

- Anjurkan pasien untuk menekuk lututnya, bantu pegang pada lutut yang kontraktur dengan
tangan yang lain.

- Dengan tangan yang lainnya penokong memegang oinggang pasien.


- Anjurkan pasien untuk memegang bokongnya.

- Kembalikan ke posisi semula dan ulangi sekali lagi.

OSTEOMILITIS

Adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak.

KLASIFIKASI:

Osteomilitis Primer, Sekunder,Akut,Hematoge,Direk,Sub-akut, Kronis.

ETIOLOGI :

Staphylococcus aureus hemolitikus (koagulasi positif) sebanyak 90% dan jarang oleh
streptococcus hemolitikus.

Haemophylus influenza (50%) pada anak-anak dibawah umur 4 tahun. Organism yang lain
seperti : bakteri coli, salmonella thyposa dan sebagainya.

Proses spesifik (M.Tuberculosa)

Penyebaran hematogen dari pusat infeksi jauh (tonsilitis, bisul atau jerawat, ISPA).

PATOFISIOLOGI:

Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang. Organisme
patogenik lainnya yang sering dijumpai pada Osteomielitis meliputi : Proteus, Pseudomonas,
dan Escerichia Coli.

MANIFESTASI KLINIS :

Fase akut dan kronik.

PENATALAKSANAAN :

Pemberian antibiotik ditujukan untuk mencegah terjadinya penyebaran infeksi pada tulang
sehat lainnya, mengontrol eksaserbasi akut.

Tindakan operatif dilakukan bila fase eksaserbasi akut telah reda setelah pemberian dan
rumatan antibiotik yang adekuat.

DIAGNOSA :

Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan

Kerusakan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan
menahan beban berat badan.
Resiko terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang,
kerusakan kulit

Gangguan intergritas kulit berhubungan dengan efek pembedahan ; imobilisasi

OSTEOARTRITIS

Adalah suatu penyakit sendi menahun yang ditandai oleh adanya kelainan pada tulang
rawan (kartilago) sendi dan tulang didekatnya.

ETIOLOGI :

Umur

Kegemukan

Trauma

Akibat penyakit radang sendi lain

Hormon estrogen

KLASIFIKASI :

Tipe primer (idiopatik): tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang berhubungandengan
osteoarthritis.

Tipe sekunder: seperti akibat trauma, infeksi dan pernah fraktur.

TANDA & GEJALA :

Rasa nyeri pada sendi

Kekakuan dan keterbatasan gerak

Peradangan

Pembengkakan Sendi

Deformitas

PENATALAKSANAAN:

Tindakan preventif:

Penurunan BB.

Pencegahan cedera.

Screening sendi paha.


Farmakologi : obat NSAID bila nyeri muncul, Asetaminophen, tramadol

Terapi konservatif : kompres hangat, mengistirahatkan sendi, pemakaian alat- alat ortotik untuk
menyangga sendi yang mengalami inflamasi.

Pembedahan: artroplasti.

PENCEGAHAN :

Menjaga berat badan

Olah raga yang tidak banyak menggunakan persendian

Aktifitas Olah raga sesuai kebutuhan.

Menghindari perlukaan pada persendian.

DIAGNOSA :

Nyeri akut b/d distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses inflamasi, distruksi sendi.

Gangguan Mobilitas Fisik b/d Deformitas skeletal, nyeri, ketidaknyamanan penurunan


kekuatan otot.

Gangguan Citra Tubuh b/d ketidakseimbangan mobilitas.

PARKINSON

Adalah proses degeneratif yang melibatkan neuron dopaminergik dalam substansia


nigra (daerah ganglia basalis yang memproduksi dan menyimpan neurotransmitter
dopamin).

Usia

Genetik

Periode

Faktor lingkungan

GEJALA :

Motorik :

Tremor

Rigiditas/kekakuan

Freezing
Bicara monoton

Nonmotorik :

Disfungsi otonom

Gg. Tidur

Gg. Sensasi

Gg. Suasana hati

PEMERIKSAAN PENUNJANG :

EEG

CT Scan

PENATALAKSANAAN :

Terapi simtomatik, untuk mempertahankan independensi pasien,

Neuroproteksi

Neurorestorasi

PENGOBATAN :

Farmakologi

Pembedahan : DBS & transplantasi

Nonfarmakologi : edukasi

LOWER BACK PAIN

Adalah rasa nyeri yang dirasakan pada bagian pinggang bawah yang disebkan oleh
kelainan system musculoskeletal, neuromuscular, vascular, viseral, & psikogenik.

ETIOLOGI :

Kegemukan.

Mengangkat beban dengan cara yang salah.

Keseleo.

Terlalu lama pada getaran.

Gaya berjalan.
Merokok.

Duduk terlalu lama.

Kurang latihan (olahraga)

MANIFESTASI KLINIS :

LBP Viscerogenik

LBP Vaskulogenik

LBP Neurogenik

LBP Spondilogenik

LBP Psikogenik

DIAGNOSA :

Nyeri b.d masalah muskuloskeletal.

Kerusakan mobilitas fisik b.d nyeri spasme otot dan berkurangnya kelenturan.

Gangguan pola tidur b.d nyeri, tidak nyaman

HERNIA NUKLEUS PULPOPUS

Adalah menjebolnya nucleus pulposus ke dalam kanalis vertebralis akibat degenerasi annulus
fibrosus korpus vertebralis.

ETIOLOGI :

Gerakan yang salah sehingga tulang punggung mengalami penyempitan kebawah

Stres fisik akibat angkat beban berat dalam posisi membungkuk

Jatuh pd posisi membungkuk

GEJALA :

dapat berupa nyeri yang menusuk tajam seperti nyeri gigi pada bagian bawah pinggang yang
menjalar ke lipatan bokong.

PENCEGAHAN :

Menjaga berat badan sehingga tekanan pada tulang belakang tidak berat

Duduk dengan sikap tubuh yang bena


Olahraga untuk menjaga kelenturan dan kekuatan otot

Menghindari aktivitas berulang (repetitif)

OTITIS MEDIA PURULEN

adalah peradangan akut sebagian atau seluruh telinga tengah, tuba eustachi, antrum
mastoid, dan sel-sel mastoid.

ETIOLOGI :

Bakteri :

Virus : influenza

FAKTOR RISIKO :

Usia(Bayi&Anak-anak)

Konsumsi ASI yang menurun

Alergi

Kongenital

Trauma atau cedera

BSD GEJALA :

OMA : Proses peradangan pada telinga tengah yang terjadi secara cepat dan singkat (dalam
waktu kurang dari 3 minggu) yang disertai dengan gejala lokal dan sistemik.

Otitis Media Supuratif Kronik: Infeksi kronik telinga tengah disertai perforasi membran timpani
dan keluarnya sekret.

BSD PERUBAHAN MUKOSA :

Stadium Oklusi : ditandai dengan gambaran retraksi membran timpani akibat tekanan negatif
telinga tengah. Membran timpani kadang tampak normal atau berwarna suram.

Stadium Hiperemis: ini tampak pembuluh darah yang meleba disebagian atau seluruh
membran timpani, membran timpani tampak hiperemis disertai edem.

Stadium Supurasi : Ditandai dengan edem yang hebat telinga tengah disertai hancurnya sel
epitel superfisial serta terbentuknya eksudat purulen di kavum timpani sehingga membran
timpani tampak menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar.

Stadium Perforasi :Terjadi ruptur membran timpani sehingga nanah keluar dari telinga tengah
ke liang telinga.
MANIFESTASI KLINIS :

Othalgia (Nyeri telinga)

Demam, batuk, pilek

Membran timpani abnormal (sesuai stadium)

Gangguan pendengaran

Keluarnya secret di dari telinga berupa nanah

Anak rewel, menangis, gelisah

Kehilangan nafsu makan, dan lain-lain.

PEMERIKSAAN PENUNJANG :

Otoskopi

Otoskop Pneumatic

Timpanometri

Timpanosintesis

Uji Rinne

Uji Webber

Uji Swabach

TULI KONDUKTIF

Adalah kondisi ketika suara tidak bisa masuk ke telinga bagian dalam karena ada masalah
pada saluran telinga, gendang telinga, maupun tulang-tulang pendengaran di telinga bagian
tengah.

PENYEBAB :

Cairan di telinga bagian tengah.

Infeksi telinga tengah (otitis media) atau infeksi pada saluran telinga (otitis ekterna).

Infeksi saluran eustachius yang menghubungkan antara telinga tengah dan hidung.
Lubang di gendang telinga.

ETIOLOGI :

Penderita tuli konduktif biasanya sulit mendengar suara pelan. Sedangkan suara yang lebih
nyaring mungkin akan terdengar pelan.

Gangguan pendengaran ini paling sering terjadi pada anak-anak yang memiliki infeksi telinga
berulang atau yang sering memasukkan benda asing ke dalam saluran telinga mereka.

PENATALAKSANAAN :

Membersihkan liang telinga dengan penghisap atau kapas dengan hati-hati. Penilaian terhadap
secret,oedema dinding kanalis dan membrane timpani bila memungkinkan.

Terapi antibiotika local, topical dan sistemik

Terapi analgetik

DIAGNOSA :

Gangguan komunikasi verbal b.d degenerasi tulang-tulang pendengaran bagian dalam

Harga Diri b.d Fungsi Pendengaran Menurun

Kurang aktivitas b.d menarik diri lingkungan

GLASGLOW COMA SCALE (GCS)

Adalah suatu skala neurologic yang dipakai untuk menilai secara objektif derajat kesadaran
seseorang.

GCS terdiri dari 3 pemeriksaan, yaitu penilaian: respons membuka mata (eye opening),
respons motorik terbaik (best motor response), dan respons verbalterbaik (best verbal
response).

Skor tertinggi menunjukkan pasien sadar (compos mentis), yakni GCS 15 (E4M6V5), dan skor
terendah menunjukkan koma (GCS 3 = E1M1V1).

PENILAIAN GCS :

a. Compos mentis adalah kondisi sadar sepenuhnya. Pada kondisi ini, respon pasien terhadap
diri sendiri dan lingkungan sangat baik. Pasien juga dapat menjawab pertanyaan penanya
dengan baik. Nilai GCS untuk compos mentis adalah 15-14.

b. Apatis adalah kondisi di mana seseorang tidak peduli atau merasa segan terhadap
lingkungan sekitarnya. Nilai GCS untuk apatis adalah 13-12.
c. Delirium adalah kondisi menurunnya tingkat kesadaran yang disertai dengan kekacauan
motorik. Pada kondisi ini pasien mengalami gangguan siklus tidur, merasa gelisah, mengalami
disorientasi, merasa kacau, hingga meronta-ronta. Nilai GCS adalah 11-10.

d. Somnolen adalah kondisi mengantuk yang cukup dalam namun masih bisa dibangunkan
dengan menggunakan rangsangan. Ketika rangsangan tersebut berhenti, maka pasien akan
langsung tertidur kembali. Nilai GCS untuk somnolen adalah 9-7.

e. Sopor adalah kondisi mengantuk yang lebih dalam dan hanya dapat dibangunkan melalui
rangsangan yang kuat seperti rangsangan nyeri. Meskipun begitu pasien tidak dapat bangun
dengan sempurna dan tidak mampu memberikan respons verbal dengan baik. Nilai GCS
adalah 6-5.

f. Semi-koma atau koma ringan adalah kondisi penurunan kesadaran di mana pasien tidak
dapat memberikan respons pada rangsangan verbal dan bahkan tidak dapat dibangunkan
sama sekali. Tetapi jika diperiksa melalui mata maka masih akan terlihat refleks kornea dan
pupil yang baik. Pada kondisi ini respons terhadap rangsangan nyeri tidak cukup terlihat atau
hanya sedikit. Nilai GCS untuk semi-koma adalah 4.

g. Koma adalah kondisi penurunan tingkat kesadaran yang sangat dalam. Dalam kondisi ini
tidak ditemukan adanya gerakan spontan dan tidak muncul juga respons terhadap rangsangan
nyeri. Nilai GCS untuk koma adalah 3.

CARA MENGUKUR TINGKAT KESADARAN ORANG DEWASA


a. Mata
 Nilai (4) untuk mata terbuka dengan spontan.
 Nilai (3) untuk mata terbuka ketika diberikan respons suara atau diperintahkan membuka mata.
 Nilai (2) untuk mata terbuka ketika diberikan rangsangan nyeri.
 Nilai (1) untuk mata tidak terbuka meskipun diberikan rangsangan.
b. Respons verbal
 Nilai (5) untuk mampu berbicara normal dan sadar terhadap lingkungan sekitarnya.
 Nilai (4) untuk cara bicara yang tidak jelas atau diulang-ulang, serta mengalami disorientasi atau tidak
mengenali lingkungannya.
 Nilai (3) untuk mampu berbicara tapi tidak dapat berkomunikasi.
 Nilai (2) untuk bersuara namun tidak berkata-kata atau hanya mengerang saja.
 Nilai (1) untuk tidak bersuara sama sekali.
c. Gerakan tubuh
 Nilai (6) untuk dapat mengikuti semua perintah yang diinstruksikan.
 Nilai (5) untuk dapat menjangkau atau menjauhkan stimulus ketika diberikan rangsangan nyeri.
Nilai (4) untuk dapat menghindari atau menarik tubuh menjauhi stimulus ketika diberi rangsangan
nyeri. Nilai (3) untuk satu atau kedua tangan menekuk (abnormal flexion) ketika diberikan rangsangan
nyeri. Nilai(2) untuk satu atau kedua tangan lurus (abnormal extension) ketika diberikan rasa nyeri.

Nilai (1) untuk tidak ada respons sama sekali.

FRAKTUR TERTUTUP PADA


DAERAH TUNGKAI

Fraktur adalah suatu bentuk diskontinuitas / terputusnya hubungan struktur tulang. Fraktur merupakan
lesi tulang yang paling sering terjadi.

Fraktur tertutup sama bahanya dengan fraktur terbuka karena luka dari jaringan lunak menyebabkan
perdarahan yang banyak.

Fraktur tertutup femur dapat menyebabkan perdarahan lebih

KLASIFIKASI FRAKTUR:

Fraktur traumatik à karena trauma

Direk : fraktur terjadi langsung pada area yang mengalami trauma. (ex : antebrakhii dipakai menahan
pukulan lawan sehingga terjadi fraktur corpus ulna).

Indirek : fraktur terjadi di area lain setelah gaya trauma dihantarkan melalui tulang. (ex : jatuh dengan
lengan lurus menumpu sehingga terjadi fraktur clavikula).

Fraktur fatik/stress à karena trauma kronis/berulang sehingga tulang tersebut menjadi lemah (ex.
Fraktur os fibula pada atlet).

Fraktur Patologis à karena proses patologis yang membuat tulang menjadi rapuh

General : osteoporosis, penyakit Paget, metastasis kanker ke tulang

Lokal : tumor, infeksi, kista pada tulang

Berdasarkan Garis Fraktur

Fraktur transversal

Fraktur oblik

Fraktur Spiral

Fraktur Butterfly

Berdasarkan Bentuk Fraktur


Fraktur komplit

Fraktur inkomplit

Fraktur segmental

Fraktur kominutif

Fraktur kompresi

Berdasarkan Hubungan Dengan Jaringan Sekitar

Fraktur simple/tertutup à kulit di area fraktur masih intak / utuh tidah robek

Fraktur terbuka à kulit di area fraktur robek sehingga tulang terekspose keluar àpotensial infeksi tinggi

Fraktur komplikasi à fraktur menyebabkan kerusakan struktur / jaringan lain seperti vasa darah, saraf,
sendi, organ viscera dll

Tanda Dan Gejala:

Look

vrgt

Perubahan bentuk (deformitas) à tanda pasti

Bengkak

Feel

Nyeri tekan

Krepitasi

Ekstremitas distal teraba dingin

Pulsasi distal tidak teraba

Move

Gerakan sendi yang terbatas

Prinsip dan prosedur”RICE”

R : REST à Merehatkan korban atau bagian yang cedera.


I : ICE à Kompres bagian tubuh yang cedera dengan air dingin selama 10-20 menit,
fungsinya adalah untuk mencegah peradangan.

C : Compression à Balut bagian yang cedera dengan perban elastis, tujuannya


untuk menekan bengkak supaya tidak makin parah.

E : Elevation à Meninggikan bagian yang cedera, supaya lebih banyak darah di


pembuluh darah balik, mengurangi pembengkakan (edema)

Penatalaksanaan:

Pada survey primer, kita harus sangat berhati-hati, karena pada fraktur tulang besar kita juga
harus mengontrol perdarahan. Pada survey sekunder yang lazimnya dilakukan adalah :

1. Look/inspeksi à DOTS

D : deformitas à kelainan bentuk, (angulasi/bengkok, rotasi, pemanjangan, pemendekan dll).

O : Open injury à jika luka terbuka cegah kontaminasi

T : Tenderness à nyeri tekan

S : Swelling à Pembengkakan

2. Feel/palpasi à cari apakah ada tenderness, krepitasi, nyeri saat digerakkan dll.

3. Move/gerakkan à adakah gerakan abnormal, limited movement, loss of function

Periksa trauma daerah lain head to toe (leher, kepala, dada, perut, pelvis, tungkai, lengan,
punggung).

Periksa komplikasi fraktur (GSS)

G : gerakan/move à mengecek fungsi saraf motoris (minta korban menggerakkan jari dll)

S : sensasi à mengecek fungsi saraf sensoris (pasien ditanya bagian apa yg dipegang dokter dll)

S : sirkulasi à cek waktu pengisian kapiler/WPK, warna kulit, suhu kulit, pulsasi

Periksa radiologis dengan sisi antero-posterior dan lateral. Foto harus memuat 2 sendi (1
proksimal 1 distal, identitas, tanggal yang jelas)

SPLINT/SPALK

Maacam-macam Splint

Rigid Splint : tipe ini dapat dibuat dari macam bahan termasuk papan panjang, plastik keras, besi atau
kayu.
Soft Splint : tipe ini meliputi splint udara, bantal dan mitela. Splint udara baik untuk fraktur pada lengan
bawah dan tungkai bawah.

Tujuan:

Untuk mencegah pergerakan tulang yang patah.

Mengurangi rasa nyeri.

Mengurangi kerusakan otot lebih lanjut, selaras dengan pembuluh darah.

Korban yang memerlukan pemindahan tempat, memerlukan imobilisasi yang baik dengan
menggunakan long spine board.

SISTEM MUSKULOSKLETAL

PENUNJANG BENTUK TUBUH DAN MENGURUS PERGERAKAN

KOMPONEN UTAMA : JARINGAN IKAT

TULANG, SENDI, OTOT RANGKA, TENDON, LIGAMEN DAN AJRINGAN LAINNYA

TULANG

TENGKORAK OTAK : 8

TENGKORAK WAJAH : 14

TELINGA DALAM : 6

LIDAH : 1

KERANGKA DADA : 25

TL. BELAKANG-PANGGUL: 26

EKS ATAS: 64

EKS BAWAH : 62

Bentuk tulang:

Tulang Panjang (long bone) ⇨ femur, tibia, fibula, ulna, humerus

Tulang Pendek (short bone) ⇨ metakarpal

Tulang Pipih (fist bone) ⇨ skapula

Tulang tak beraturan ⇨ tulang belakang


Tulang sesamoid (diantara 2 tulang) ⇨ patella

Rulang sutura ⇨ sambungan tulang tengkorak

Pengkajian:

Look: DEFORMITAS, LUKA, KERUSAKAN JARINGAN, PEMBULUH DARAH,

Feel: KELUHAN NYERI TEKAN, LOKAL

Move: KETERBATASAN PERGERAKAN, IMMOBILISASI

Fraktur

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya disertai dengan luka sekitar
jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon, kerusakan pembuluh darah

Patah Tulang

Traumatik:

KECELAKAAN, JATUH

Patologik:

KOMPLIKASI PENYAKIT : KANKER

Manifestasi klinis:

DEFORMITAS : MEMENDEK

BENGKAK : EDEMA

MEMAR : PERDARAHAN SUBKUTAN

SPASME OTOT : BIDAI OTOT INVOLUNTER

NYERI : INTRUPSI SEL SARAP

KEHILANGAN FUNGSI

GERAKAN ABNORMAL

PERUBAHAN NEUROVASKULER : KEBAS

SYOK : NYERI, PERDARAHAN

Diagnosa:

Nyeri b.d kompresi sarap, kerusakan neuromuskuloskletal


Kerusakan integritas jaringan b.d cedera jar lunak

Hambatan mob fisik b.d respon nyeri, kerusakan neuromuskuloskletal, pergerakan pragmen tulang

Kecemasan b.d prosedur pembedahan, kondisi sakit

Resiko tinggi syok hypobolemik d.f kehilangan banyak darah cedera vaskuler

Pemeriksaan fisik neurologi

PENGKAJIAN TINGKAT KESADARAN

PENGKAJIAN FUNGSI SEREBRAL

PENGKAJIAN SARAP KRANIAL

PENGKAJIAN SISTEM MOTORIK

RESPON REFLEKS

SISTEM SENSORIK

Stroke:

Gangguan perederahan darah otak (GPDO)

Penyakit neurologis yang paling sering dijumpai

Adl : kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang terjadi karena gangguan peredaran darah otak
berlangsung selama 24 jam, dapat menyebabkan kematian.

Meenimbulkan kecacatan: kelumpuhan anggota gerak, ggn. Bicara, daya pikir

Trombosis serebral : pembuluh darah oklusi ⇨ iskemia jaringan, edema dan kongesti.

Hemoragi : hipertensi

Hipoksia umum : hipertensi berat, ggn. Jantung

Hipoksia lokal : vasokontriksi arteri otak, spasme arteri serebral

Faktor Resiko

Hipertensi*

Diabetets Mellitus

Penyakit kardiovaskuler

Koleterol tinggi
Obesitas

Merokok

Konsumsi alkohol

Penyalahgunaan obat

Anda mungkin juga menyukai