Anda di halaman 1dari 26

Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada
serviks/mulut rahim, di mana pada keadaan ini terdapat sekelompok sel-sel jaringan
yang tumbuh secara terus –menerus dan tidak terbatas, tidak terkoordinasi dan tidak
berguna bagi tubuh sehingga jaringan di sekitarnya tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya ( Sarwono, 1996). Sampai saat ini, kanker serviks merupakan
jenis kanker yang terbanyak diderita dan masih menduduki peringkat pertama
dibanding jenis kanker lainnya.
Menurut perkiraan Departemen Kesehatan saat ini ada sekitar 200 ribu kasus
setiap tahunnya. Peningkatan tersebut disebabkan oleh kurang pengetahuan atau
ketidakmengertian masyarakat tentang tanda-tanda awal dari kanker serviks serta
keuntungan dari deteksi dini, sehingga sebagian besar klien baru menyadari dan
memeriksakan diri setelah kanker sudah stadium tinggi.
Penderita kanker mulut rahim di Indonesia ternyata jumlahnya sangat banyak.
Menurut perkiraan Departemen Kesehatan saat ini ada sekitar 100 kasusper 100 ribu
penduduk atau 200 ribu kasus setiap tahunnya. Selain itu, lebih dari 70 persen kasus
yang datang ke rumah sakit ditemukan dalam keadaan stadium lanjut.

B. Rumusan masalah
1. Apa itu kanker serviks?
2. Apa itu kanker payudara?

C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana terjadinya kanker serviks
2. Untuk mengetahui bagaimana yrtjadinya kanker payudara
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 2

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Kanker Serviks


Kanker serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada
serviks/mulut rahim, di mana pada keadaan ini terdapat sekelompok jaringan
yang tumbuh secara terusmenerus dan tidak terbatas, tidak terkoordinasi dan
tidak berguna bagi tubuh, sehingga jaringan disekitarnya tidak dapat berfungsi
dengan baik. ( Sarwono, 1996 ). Kanker leher rahim merupakan tumor ganas
yang mengenai lapisan permukaan (epitel) dari leher rahim dimana sel-sel
tersebut berubah menjadi sel-sel yang tidak normal sehingga dapat membentuk
tumor/ dungkul.(Lokakarya Manado, 2001)
1. Faktor Penyebab ( Sarjadi, 1995 )
Walaupun dalam arti biologis sebab kanker serviks belum diketahui, tetapi
ada keadaan tertentu yang berhubungan erat sekali dengan penyakit ini, sehingga
dapat dianggap sebagai faktor-faktor penyebab.
a. Umur pertama kali kawin yang relatif muda ( dibawah 20 tahun ). Dikatakan
bahwa pada usia muda epitel serviks uteri belum cukup kuat untuk menerima
rangsangan spermatosoa. Makin muda umur pertama kali kawin, makin tinggi
resiko mendapatkan kanker serviks uteri.
b. Jumlah kelahiran per-vagina yang cukup banyak, dimana melahirkan anak
lebih dari tiga kali akan mempertinggi resiko.
c. Higiene atau kebersihan alat genital yang kurang baik, sehingga memudahkan
terjadinya servisitis yang dipercaya erat kaitannya dengan terjadinya kanker
serviks.
d. Spermatosoa terutama yang mempunyai kandungan protein tinggi akan
merubah susunan biokimia sel epitel yang siap tumbuh menjadi kanker.
e. Smegma, yang berdasarkan penelitian ditemukan pada kelompok Yahudi
yang mempunyai kebiasaan melakukan sirkumsisi pada bayi pria yang baru
lahir, ternyata insiden kanker serviks uteri ditemukan sangat sedikit pada
istri-istri mereka.

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 3

f. Hubungan seksual yang terlalu sering, terlebih dengan pasangan yang


berbedabeda akan meninggikan resiko.
Berbagai virus ( virus herpes simpleks tipe-2, human papilloma virus )
disebut-sebut juga menyebabkan terjadinya kanker ini.
2. Tanda dan gejala
Perubahan prekanker pada leher rahim biasanya tidak menimbulkan gejala
dan perubahan ini tidak terdeteksi kecuali jika wanita tersebut menjalani
pemeriksaan panggul dan Pap smear.
Gejala biasanya baru muncul ketika sel leher rahim yang abnormal berubah
menjadi keganasan dan menyusup ke jaringan di sekitarnya. Pada saat ini akan
timbul gejala berikut:
 Perdarahan vagina yang abnormal, terutama diantara 2 menstruasi, setelah
melakukan hubungan seksual dan setelah menopause
 Menstruasi abnormal (lebih lama dan lebih banyak)
 Keputihan yang menetap, dengan cairan yang encer, berwarna pink, coklat,
mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.

Gejala dari kanker serviks stadium lanjut:


a. Nafsu makan berkurang, penurunan berat badan, kelelahan
b. Nyeri panggul, punggung atau tungkai
c. Dari vagina keluar air kencing atau tinja
d. Patah tulang (fraktur)
Menurut Manuaba, gejala klinis stadium awal, yaitu tanpa keluhan
ditemukan secara kebetulan, beser putih (fluor albus) yang sulit sembuh, kontak
berdarah ( perdarahan post koital ) atau perdarahan per vagina yang disangka
sebagai perpanjangan waktu haid. Sedangkan pada stadium lanjut, baru terlihat
tanda-tanda yang lebih khas, baik berupa perdarahan yang hebat, fluor albus yang
berbau dan rasa sakit yang dapar hebat.

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 4

3. Pencegahan dan Deteksi Dini kanker Serviks ( Tucker, 1999 )


Kanker leher rahim juga bisa dicegah, berikut adalah upaya pencegahan
Kanker leher rahim:
a. Jauhi Rokok
Tembakau mengandung bahan-bahan karsinogen baik yang dihisap sebagai
rokok/sigaret atau dikunyah. Asap rokok menghasilkan polysiclicaromatic
hydrocarbon heterocyclic nitrosamines. Pada wanita perokok konsentrasi
nikotin pada getah serviks 56 kali lebih tinggi dibandingkan di dalam
serum.efek langsung bahan-bahan tersebut adalah menurunkan status imun
local sehingga dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus. Ini peringatan
paling penting buat wanita perokok. Kecuali mengakibatkan penyakit pada
paru-paru dan jantung, kandungan nikotin dalam rokok pun bisa
mengakibatkan Kanker serviks(leher rahim). Nikotin membuat semua selaput
lendir sel-sel tubuh bereaksi atau menjadi terangsang, baik pada mukosa
tenggorokan, paru-paru, juga serviks. Sayangnya tidak diketahui pasti
seberapa banyak jumlah nikotin dikonsumsi yang bisa menyebabkan kanker
serviks, tetapi, mengapa harus ambil risiko, lebih baik tinggalkan segera
rokok jika kita ingin terbebas dari kanker.
b. Pencucian Vagina
Banyak orang yang melakukan pencucian vagina dengan obat-obatan
antiseptik tertentu. Alasannya beragam, entah untuk "kosmetik" atau
kesehatan. Padahal, kebiasaan mencuci vagina bisa menimbulkan kanker
serviks, baik obat cuci vagina antiseptik maupun deodoran. Douching atau
cuci vagina menyebabkan iritasi di serviks. Iritasi berlebihan dan terlalu
sering akan merangsang terjadinya perubahan sel, yang akhirnya jadi kanker.
Jadi, sebaiknya pencucian vagina dengan bahan-bahan kimia tak dilakukan
secara rutin. Kecuali bila ada indikasi, misalnya, infeksi yang memang
memerlukan pencucian dengan zat-zat kimia. Itu pun seharusnya atas saran
dokter. Artinya, jangan sembarangan membeli obat-obatan pencuci vagina.
Terlebih lagi, pembersih tersebut umumnya akan membunuh kuman-kuman.
Termasuk kuman Basillus doderlain di vagina yang memproduksi asam laktat
untuk mempertahankan pH vagina. Kita tahu, bila pH tidak seimbang lagi di

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 5

vagina, maka kuman lain, seperti jamur dan bakteri, bisa punya kesempatan
hidup di tempat tersebut. Ini akan bisa menimbulkan penyakit-penyakit lain.
c. Nutrisi
Pola hidup mengkonsumsi makanan tinggi lemak pun akan membuat orang
tersebut melupakan zat-zat gizi lain, seperti beta karoten, vitamin C, dan asal
folat. Padahal, kekurangan ketiga zat gizi ini bisa menyebabkan timbul
kanker serviks Beta karoten, vitamin C, dan asam folat dapat memperbaiki
atau memperkuat mukosa diserviks. Jika kekurangan zat-zat gizi tersebut
akan mempermudah rangsangan sel-sel mukosa tadi menjadi kanker. Beta
karoten banyak terdapat dalam wortel, vitamin C terdapat dalam buah-buahan
berwarna oranye, sedangkan asam folat terdapat dalam makanan hasil laut.(8)
d. Hubungan Seks yang aman
Hubungan seks idealnya dilakukan setelah seorang wanita benar-benar
matang. Ukuran kematangan bukan hanya dilihat dari dia sudah menstruasi
atau belum. Tapi juga bergantung pada kematangan sel-sel mukosa yang
terdapat diselaput kulit bagian dalam rongga tubuh. Umumnya sel-sel mukosa
baru matang setelah wanita tersebut berusia 20 tahun ke atas. Jadi, seorang
wanita yang menjalin hubungan seks pada usia remaja paling rawan bila
dilakukan di bawah usia 16 tahun. Hal ini berkaitan dengan kematangan
selsel mukosa pada serviks si wanita. Pada usia muda, sel-sel mukosa pada
serviks belum matang. Artinya, masih rentan terhadap rangsangan sehingga
tak siap menerima rangsangan dari luar. Termasuk zat-zat kimia yang dibawa
sperma. Lain hal bila hubungan seks dilakukan kala usia sudah di atas 20
tahun, dimana sel-sel mukosa tak lagi terlalu rentan terhadap perubahan.
Hubungan seksual pada usia di bawah 17 tahun diketahui dapat merangsang
tumbuhnya sel kanker pada organ kandungan perempuan, karena pada
rentang usia 12-17 tahun, perubahan sel dalam mulut rahim sedang aktif
sekali. Perlu diketahui, ketika sel sedang membelah secara aktif (metaplasi),
idealnya tidak terjadi kontaks atau rangsangan apa pun dari luar, termasuk
injus (masuknya) benda asing dalam tubuh perempuan. Dengan adanya benda
asing, termasuk alat kelamin laki-laki dan sel sperma, akan mengakibatkan
perkembangan sel ke arah yang abnormal. Apalagi kalau sampai terjadi luka

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 6

yang mengakibatkan infeksi dalam rahim. Sel abnormal dalam mulut rahim
itu dapat mengakibatkan kanker mulut rahim (serviks). Kanker serviks yang
menyerang alat kandungan perempuan, berawal dari mulut rahim dan
berisiko menyebar ke vagina hingga keluar di permukaan. Selain itu, kanker
serviks juga berisiko menyebar ke organ lainnya di dalam tubuh, misalnya
uterus, ovarium, tuba fallopi, ginjal, paru-paru, lever, tulang hingga otak
e. Tidak Berganti-Ganti Pasangan
Bisa juga kanker serviks muncul pada wanita yang berganti-ganti
pasangan seks. Bila berhubungan seks hanya dengan pasangannya, dan
pasangannya pun tak melakukan hubungan seks dengan orang lain, maka
tidak akan mengakibatkan kanker serviks. Bila berganti-ganti pasangan, hal
ini terkait dengan kemungkinan tertularnya penyakit kelamin, salah satunya
Human Papilloma Virus (HPV). Virus ini akan mengubah sel-sel di
permukaan mukosa hingga membelah menjadi lebih banyak, Apabila terlalu
banyak dan tidak sesuai dengan kebutuhan, tentu akan menjadi kanker.
f. Sunat pada laki-laki
Meski hanya menyerang perempuan, tetapi kaum adam memiliki andil
yang cukup besar dalam proses penularan kanker serviks. Lelaki yang pernah
berhubungan dengan perempuan penderita kanker serviks kemungkinan
menyimpan virus HPV di penisnya. Ketika ia berhubungan dengan
perempuan lain, maka virus tersebut akan ikut berpindah.
Pencegahan tidak hanya dilakukan oleh istri, tetapi juga suami. Selain
setia terhadap pasangan, kaum pria dapat mengurangi risiko penularan kanker
serviks dengan melakukan sunat. Dalam dunia medis yang dimaksud dengan
sunat adalah tindakan memotong atau menghilangkan sebagian atau seluruh
kulit penutup depan dari penis. Beberapa penelitian membuktikan, bahwa
sunat mengurangi risiko pria dan pasangannya dari penularan berbagai
penyakit termasuk kanker serviks. Bahkan ada penelitian yang menyatakan
kalau sunat secara signifikan mengurangi risiko penularan HIV/AIDS. Salah
satu ilmuwan yang melakukan penelitian tersebut adalah Dr Bertran Auvert
dari Universitas Versailles, Prancis. Auvert melakukan tes terhadap 1.200
pria yang memeriksakan diri ke klinik di Afrika Selatan. Dari tes tersebut

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 7

diketahui kasus infeksi HPV pada pria yang sudah disunat jumlahnya kurang
dari 15 persen. Sementara pada pria yang belum disunat jumlahnya dapat
mencapai 22 persen. Maka penelitian ini sekaligus menjawab pertanyaan
mengapa wanita yang bersuamikan pria yang disunat berisiko lebih rendah
terkena kanker serviks.
g. Vaksinasi
Cervari adalah vaksin kanker serviks terbaru di Indonesia yang
ditujukan baik bagi remaja putri maupun perempuan dewasa (usia 10
tahun s/d 55 tahun) untuk pencegahan kanker serviks . vaksinmengandung
antigen untuk HPV tipe 16 dan 18 yang menjadi penyebab lebih dari 70%
kasus kanker serviks di dunia. Vaksin kanker serviks GSK memberikan
100% perlindungan terhadap human papillomavirus (HPV) tipe 16 dan 18
yang terkait dengan lesi pra-kanker.rvarix juga memberikan perlindungan
tambahan terhadap type HPV onkogenik yang lain yaitu tipe HPV 45, 31 dan
52.
Metode deteksi dini kanker serviks
1) Inspeksi visual dengan asam asetat (IVA)
Pemeriksaan IVA diperkenalkan Hinselman 1925. Organisasi
Kesehatan Dunia WHO meneliti IVA di India, Muangthai, dan
Zimbabwe. Ternyata efektivitasnya tidak lebih rendah daripada tes Pap.
Di Indonesia IVA sedang dikembangkan dengan melatih tenaga
kesehatan, termasuk bidan. Banyaknya kasus kanker serviks di Indonesia
semakin diperparah disebabkan lebih dari 70% kasus yang datang ke
rumah sakit berada pada stadium lanjut.
Dengan begitu banyaknya angka kejadian kanker serviks, sepatutnya
bidan sebagai tenaga kesehatan terdepan dalam kesehatan wanita ikut
serta dalam menurunkan angka kejadian kanker serviks dengan metode
yang sederhana yaitu IVA tes.
2) Metode skrining IVA mempunyai kelebihan, diantaranya..
a) Mudah, praktis dan sangat mampu laksana.
b) Butuh bahan dan alat yang sederhana dan murah
c) Sensivitas dan spesifikasitas cukup tinggi

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 8

d) Dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bukan dokter ginekologi,


dapat dilakukan oleh bidan di setiap tempat pemeriksaan kesehatan
ibu atau dilakukan oleh semua tenaga medis terlatih
e) Alat-alat yang dibutuhkan dan Teknik pemeriksaan sederhana sangat
sederhana.
f) Metode skrining IVA sesuai untuk pusat pelayanan sederhana
3) Syarat ikut IVA TEST :
a) Sudah pernah melakukan hubungan seksual
b) Tidak sedang datang bulan/haid
c) Tidak sedang hamil
d) 24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual
4) Pelaksanaan skrining IVA
Untuk melaksanakan skrining dengan metode IVA, dibutuhkan tempat
dan alat sebagai berikut:
a) Ruangan tertutup, karena pasien diperiksa dengan posisi litotomi.
b) Meja/tempat tidur periksa yang memungkinkan pasien berada pada
posisi litotomi.
c) Terdapat sumber cahaya untuk melihat serviks
d) Spekulum vagina
e) Asam asetat (3-5%)
f) Swab-lidi berkapas
g) Sarung tangan
5) Teknik IVA
Dengan spekulum melihat serviks yang dipulas dengan asam asetat 3-
5%. Pada lesi prakanker akan menampilkan warna bercak putih yang
disebut aceto white epithelum Dengan tampilnya porsio dan bercak putih
dapat disimpul- kan bahwa tes IVA positif, sebagai tindak lanjut dapat
dilakukan biopsi. Andaikata penemuan tes IVA positif oleh bidan, maka
di beberapa negara bidan tersebut dapat langsung melakukan terapi
dengan cryosergury. Hal ini tentu mengandung kelemahankelemahan
dalam menyingkirkan lesi invasif.

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 9

6) Kategori pemeriksaan IVA


Ada beberapa kategori yang dapat dipergunakan, salah satu kategori
yang dapat dipergunakan adalah:
a) IVA negative = Serviks normal.
b) IVA radang = Serviks dengan radang (servisitis), atau kelainan jinak
lainnya (polip serviks).
c) IVA positif = ditemukan bercak putih (aceto white epithelium).
Kelompok ini yang menjadi sasaran temuan skrining kanker serviks
dengan metode IVA karena temuan ini mengarah pada diagnosis
Serviks-pra kanker (dispalsia ringan-sedang-berat atau kanker serviks
in situ).
d) IVA- Kanker serviks Pada tahap ini pun, untuk upaya penurunan
temuan sta-dium kanker serviks, masih akan bermanfaat bagi
penurunan kematian akibat kanker serviks bila ditemukan masih pada
stadium invasif dini.
4. Pap Smear
Tes Pap diperkenalkan 1928 oleh Dr George Papnicolau. Sejak dilakukan
tes Pap, kejadian kanker serviks menurun drastis. Angka kematian akibat kanker
serviks di negara maju menurun sekitar 75 persen (dari 1940an ke 1980an).
Internasional Agency for Research on Cancer (IARC) melaporkan, hasil
penapisan setiap lima tahun dan mengobati penyakit prakanker mulut rahim
diperkirakan dapat menurunkan angka kejadian kanker serviks hingga lebih dari
80 persen.
Prosedur pemeriksaan tes Pap mudah, murah, aman, dan non-invasif.
Angka sensitivitas 90 persen. Kesalahan biasanya disebabkan oleh pengambilan,
fiksasi, dan proses pewarnaan preparat yang tidak tepat. Kesalahan lain mungkin
terjadi saat pembacaan sediaan tes Pap. Tes Pap tidak dapat digunakan sebagai
satu-satunya dasar dalam menegakkan lesi keganasan serviks. Pemeriksaan tes
Pap hanyalah menapis dari sel-sel serviks wanita yang tampak sehat tanpa gejala
dan kemudian dilakukan tindak lanjut.

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 10

a. Siapa yang Harus Melakukan Pap Smear


American Cancer Society merekomendasikan Pap smear pertama sekitar 3
tahun setelah hubungan seksual pertama atau pada usia 21 tahun. Setelah
usia 21 tahun, petunjuknya sbb:

Usia (tahun) Frekuensi


Sekali setahun Pap smear regular atau setiap 2 tahun menggunakan
21 – 29
Pap smear berbasis cairan
Setiap 2 – 3 tahun jika anda memiliki hasil 3 tes normal secara
30 – 69
berurutan
Anda dapat menghentikan Pap smear jika anda memiliki hasil 3 tes
Lebih dari
normal secara berurutan dan Pap smear anda normal selama
70
10 tahun
Tanpa melihat usia anda, jika anda memiliki faktor resiko anda perlu
melakukan tes setiap tahun. Faktor resikonya yaitu:
1) Riwayat aktivitas seksual saat remaja, khususnya jika anda memiliki lebih
dari pasangan seks
2) Saat ini memiliki pasangan seks yang banyak (multiple)
3) Pasangan yang memulai aktivitas seksual sejak dini dan yang memiliki
banyak pasangan seksual sebelumnya
4) Riwayat penyakit menular seksual
5) Riwayat keluarga dengan kanker serviks
6) Diagnosis kanker serviks atau Pap smear memperlihatkan sel prakanker
7) Infeksi human papilloma virus (HPV)
8) Perokok
9) Terpapar dietilstilbestrol (DES) sebelum lahir
10) Infeksi HIV
11) Sistem imun yang lemah karena beberapa faktor seperti transplantasi
organ, kemoterapi atau penggunaan kortikosteroid kronis

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 11

b. Persiapan Pap Smear


Agar pemeriksaan pap smear anda efektif, ada beberapa tips sebelum
melakukan tes:
1) Hindari berhubungan seksual atau menggunakan obat vaginal atau
busa/krim/gel spermisid selama 2 hari sebelum melakukan Pap smear
karena ini dapat menyembunyikan sel abnormal
2) Pap smear tidak dilakukan selama periode haid anda, walaupun tes dapat
dilakukan lebih baik untuk menghindari waktu tertentu dari siklus anda
c. Cara Pelaksanaan Pap Smear
Pap smear dilakukan di ruang dokter/bidan. Pertama anda berbaring di atas
meja periksa dengan lutut ditekuk. Tumit anda akan diletakkan pada alat
stirrups. Secara perlahan dokter/bidan akan memasukkan alat spekulum ke
dalam vagina anda. Lalu dokter/bidan akan mengambil sampel sel serviks
anda dan membuat apusa (smear) pada slide kaca untuk pemeriksaan
mikroskopis.
Bidan anda akan mengirim slide ke laboratorium, yang mana seorang
cytotechnologist (orang yang terlatih untuk mendeteksi sel abnormal) akan
memeriksanya. Teknisi ini bekerja dengan bantuan patologis (dokter yang
ahli dalam bidang abnormalitas sel). Patologis bertanggung jawab untuk
diagnosis akhir. Pendekatan terbaru dengan menggunakan cairan untuk
mentransfer sampel sel ke laboratorium. Dokter/bidan akan mengambil sel
dengan cara yang sama, namun dokter/bidan akan mencuci alat dengan cairan
khusus, yang dapat menyimpan sel untuk pemeriksaan nantinya. Ketika
sampel sampai ke laboratorium, teknisi menyiapkan slide mikroskopik yang
lebih bersih dan mudah diinterpretasikan dibanding slide yang disiapkan
dengan metode tradisional. Umumnya dokter akan melakukan Pap smear
selama pemeriksaan panggul (prosedur sederhana untuk memeriksa genital
eksternal, uterus, ovarium, organ reproduksi lain dan rektum). Walaupun
pemeriksaan panggul dapat mengetahui masalah reproduksi, hanya Pap smear
yang dapat mendeteksi kanker serviks atau prakanker sejak dini.

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 12

d. Hasil pemeriksaan pap smear


Pap smear hanya sebagai tes skrining untuk melihat ada atau tidaknya lesi
kanker, bukan sebuah diagnosis. Istilah yang digunakan untuk
mendeskripsikan sel abnormal dipilih secara hati-hati untuk mengirim pesan
spesifik kepada dokter anda tentang resiko yang ada. Berikut beberapa istilah
yang mungkin digunakan dokter dan kemungkinan langkah anda selanjutnya:
1) Normal
Tes anda negatif (tidak ada sel abnormal terdeteksi). Anda tidak perlu
pengobatan atau tes lebih lanjut sampai Pap smear dan pemeriksaan
panggul selanjutnya.
2) Sel bersisik atipikal tidak terdeterminasi signifikan (Atypical squamous
cells of undetermined significance)
Sel bersisik tipis dan datar, tumbuh di permukaan serviks yang sehat.
Pada kasus ini, Pap smear mengungkap adanya sedikit sel bersisik
abnormal, namun perubahan ini belum jelas memperlihatkan apakah ada
sel prakanker. Dengan tes berbasis cairan, dokter anda dapat menganalisa
ulang sampel untuk mengetahui adanya virus yang dapat menimbulkan
kanker, seperti HPV. Jika tidak ada virus, sel abnormal yang ditemukan
tidak menjadi perhatian utama. Jika dikhawatirkan ada virus, anda perlu
melakukan tes lebih lanjut.
3) Lesi intraepitelial sel bersisik (Squamous intraepithelial lesion)
Istilah ini digunakan untuk mengindikasi bahwa sel yang diperoleh dari
Pap smear mungkin sel prakanker. Jika perubahan masih tingkat rendah,
ukuran, bentuk dan karakteristik lain dari sel memperlihatkan adanya lesi
prakanker yang dalam beberapa tahun akan menjadi kanker. Jika
perubahan termasuk tingkat tinggi, ada kemungkinan lebih besar lesi
akan menjadi kanker lebih cepat. Perlu dilakukan tes diagnostik.
4) Sel glandular atipikal (Atypical glandular cells)
Sel glandular memproduksi lendir dan tumbuh pada permulaan serviks
dan dalam uterus. Sel glandular atipikal mungkin menjadi abnormal,
namun tidak jelas apakah mereka bersifat kanker. Tes lebih lanjut
diperlukan untuk menentukan sumber sel abnormal.

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 13

5) Kanker sel bersisik atau sel adenokarsinoma (Squamous cancer or


adenocarcinoma cells)
Sel yang diperoleh dari Pap smear memperlihatkan abnormal, sehingga
patologis hampir yakin ada kanker dalam vagina, serviks atau uterus. Sel
bersisik menunjukkan kanker timbul di permukaan datar sel pada serviks.
Adenokarsinoma menunjukkan kanker timbul di sel glandular. Jika sel
sejenis ditemukan, dokter akan segera melakukan investigasi lebih lanjut.
Pap smear berbasis cairan akan memberi hasil negatif palsu yang lebih
sedikit. Dengan tes yang sama, hasil positif palsu sangat jarang. Hasil negatif
palsu tidak berarti ada kesalahan yang dibuat, banyak faktor yang menyebabkan
negatif palsu, yaitu:
1) Pengambilan sel yang tidak cukup
2) Sel abnormal sedikit
3) Lokasi lesi tidak dapat dijangkau
4) Lesi kecil
5) Sel abnormal meniru sel benigna
6) Darah atau pembengkakan sel menyembunyikan sel abnormal
e. Thin Prep Test
Thin Prep Pap Test adalah Pap smear cara baru, yang mana getah
leher rahim diambil seperti biasa dengan cytobrush, tetapi tidak langsung
dibuat sediaan apus diatas kaca objek, melainkan dicelupkan atau direndam
dalam botol kecil berisi cairan fiksasi/pengawet.Cara ini memastikan sel-sel
yang terkumpul pada cytobrush lebih mudah dilepaskan ke dalam cairan
pengawet dan dapat tertampung seluruhnya sehingga tidak ada sel yang
hilang.Pembuatan sediaan apus/slide diatas kaca objek dilakukan oleh mesin
Thin Prep Proccessor di Laboratorium Sitologi.
Keunggulan teknologi baru mutakhir ini ternyata dapat meningkatkan
ketelitian dan ketepatan diagnosa dalam mendeteksi sel prakanker dan sel
kanker leher rahim sehingga dapat menghindari hasil negatif palsu yang
sering terjadi pada hasil pemeriksaan Pap Smear cara konvensional. Dengan
demikian hasil Thin Prep Pap Test sangat dapat dipercaya.Thin Prep Pap Test
adalah peningkatan kemampuan yang ampuh terhadap Pap Smear cara biasa

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 14

yang pertama kali dilakukan sejak diperkenalkan 50 tahun yang


lalu.Penelitian dari berbagai sumber diseluruh dunia membuktikan bahwa
hasil Thin Prep Pap Test lebih akurat (tepat) daripada hasil PAP SMEAR cara
biasa. Thin Prap Pap Test memang dikembangkan untuk mengatasi kendala
dan hasil negatif palsu yang sering ditemukan pada hasil Pap Smear cara
biasa/konvensional.Pengambil apusan getah leher rahim (dokter/bidan)
dengan lembut akan mengapus sekret/getah dari leher rahim anda tanpa rasa
nyeri dengan alat cytobrush. Sekret yang didapat segera direndam atau
dicelupkan kedalam botol berisi cairan pengawet dan kemudian sampel dalam
botol itu dikirim ke Laboratorium Sitologi.
f. Pap Net
Pada dasarnya pemeriksaan Pap Net berdasarkan pemeriksaan slide
Tes Pap. Bedanya untuk mengidentifikasi sel abnormal dilakukan secara
komputerisasi. Slide hasil Tes Pap yang mengandung sel abnormal
dievaluasi ulang oleh ahli patologi/sitologi. Pusat komputerisasi Pap Net
yaitu New York, Amsterdam dan Hongkong. Saat ini di jaringan Pap Net
yang ada di Indonesia slidenya dikirim ke Hongkong. Ini skrining preparat tes
Pap yang telah diwarnai dengan komputer. Pap Net bertujuan meningkatkan
akurasi pemeriksaan tes Pap, karena dapat mendeteksi sel-sel abnormal lebih
teliti meski masih perlu dibaca lagi oleh tenaga ahli sitologi.
Kelebihan Pap Net adalah dapat memeriksa banyak preparat, waktu
skrining lebih cepat, tidak ada faktor kelelahan, dan akurasi lebih tinggi, alat
ini dapat mengidentifikasi sel-sel abnormal atau sel-sel prakanker walaupun
jumlahnya masih sedikit sekali. Bahkan jika jumlah selnya hanya 5 pun
keberadaannya sudah bisa terdeteksi. Umumnya, pembesaran komputer yang
digunakan mencapai 50, 200 dan 400 kali. Namun, alat ini tidak
mempengaruhi negatif palsu yang disebabkan oleh salah pengambilan dan
harganya sangat mahal.
g. Kolposkopi
Pemeriksaan melihat porsio (juga vagina dan vulva) dengan
pembesaran 1015x.; untuk menampilkan porsio, dipulas terlebih dahulu
dengan asam asetat 3-5%. Pada porsio dengan kelainan (infeksi HPV atau

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 15

NIS) terlihat bercak putih atau perubahan corakan pembuluh darah.


Kolposkopi dapat berperan sebagai alat skrining awal, namun ketersediaan
alat ini terbatas karena mahal.Oleh karena itu alat ini lebih sering digunakan
dalam prosedur pemeriksaan lanjut dari hasil Tes Pap abnormal
Kalau pemeriksaan sitologi menilai perubahan morfologi sel-sel yang
mengalami eksfoliasi, maka kolposkopi menilai perubahan pola epitel dan
vaskular serviks yang mencerminkan perubahan biokimia dan perubahan
metabolik yang terjadi di jaringan serviks. Hampir semua NIS terjadi di
daerah transformasi, yaitu daerah yang terbentuk akibat proses metaplasia.
Daerah ini dapat dilihat seluruhnya dengan alat kolposkopi, sehingga biopsi
dapat dilakukan lebih terarah. Jadi tujuan pemeriksaan kolposkopi bukan
untuk membuat diagnosis histologik tetapi menentukan kapan dan di mana
biopsi harus dilakukan. Pemeriksaan kolposkopi dapat mempertinggi
ketepatan diagnosis sitologi menjadi hampir mendekati 100%.
Di Indonesia pemeriksaan kolposkopi biasanya merupakan
pemeriksaan lanjutan setelah pemeriksaan Pap Smear, tetapi di negara maju
pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan standar untuk deteksi dini terhadap
kanker vulva/vagina termasuk kanker serviks.
h. Servikografi
Pemeriksaan kelainan di porsio dengan membuat foto pembesaran
porsio setelah dipulas dengan asam asetat 3-5% yang dapat dilakukan oleh
bidan. Hasil foto serviks dikirim ke ahli ginekologi (yang bersertifikat untuk
menilai). Servikografi terdiri dari kamera 35 mm dengan lensa 100 mm dan
lensa ekstensi 50 mm. fotografi diambil oleh dokter, perawat,atau tenaga
kesehatan lainnya, dan slide (servikogram) dibaca oleh yang mahir dengan
kolposkop. Disebut negatif atau curiga jika tidak tampak kelainan abnormal,
tidak memuaskan jika SSK tidak tampak seluruhnya dan disebut defek secara
teknik jika servikogram tidak dapat dibaca (faktor kamera atau flash).
Kerusakan (defect) secara teknik pada servikogram kurang dari 3 %.
Servikografi dapat dikembangkan sebagai skrining kolposkopi. Pemeriksaan
servikografi, sitologi, servikografi dan kolposkopi dilakukan serentak pada
257 kasus di Korea dalam skrining massal. Mereka menemukan sensitivitas

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 16

servikografi, tes Pap dan kolposkopi masing-masing 85 %, 55% dan 95%,


dan spesifisitas masingmasing 82,3%, 78,1% dan 99,7%. Kombinasi
servikografi dan kolposkopi dengan sitologi mempunyai sensitivitas masing-
masing 83% dan 98% sedang spesifisitas masing-masing 73% dan 99%.
Perbedaan ini tidak bermakna. Dengan demikian servikografi dapat
digunakan sebagai metoda yang baik untuk skrining massal, lebihlebih di
daerah di mana tidak ada seorang spesialis sitologi, maka kombinasi
servikogram dan kolposkopi kelihatannya merupakan keharusan.
i. Gineskopi
Alat ini dikenalkan Abrams, 1987. Gineskopi menggunakan teleskop
monokuler, ringan dengan pembesaran 2,5 x dapat digunakan untuk
meningkatkan skrining dengan sitologi. Biopsi atau pemeriksaan kolposkopi
dapat segera disarankan bila tampak daerah berwarna putih dengan pulasan
asam asetat. Sensitivitas dan spesifisitas masing-masing 84% dan 87% dan
negatif palsu sebanyak 12,6% dan positif palsu 16%. Perbandingan yang
dilakukan oleh Samsudin,dkk membandingkan pemeriksaan gineskopi
dengan pemeriksaan sitologi pada sejumlah 920 pasien dengan hasil sebagai
berikut: Sensitivitas 95,8%; spesifisitas 99,7%; predictive positive value
88,5%; negative value 99,9%; positif palsu 11,5%; negatif palsu 4,7% dan
akurasi 96,5%. Hasil tersebut memberi peluang digunakannya gineskopi oleh
tenaga paramedik/bidan untuk mendeteksi lesi prakanker bila fasilitas
pemeriksaan sitologi tidak ada.
j. Tes DNA - HPV
Telah dibuktikan bahwa lebih 90% kondiloma serviks, NIS dan
kanker serviks mengandung DNA-HPV. Hubungannya dinilai kuat dan tiap
tipe HPV mempunyai hubungan patologi yang berbeda. Tipe 6 dan 11
termasuk tipe HPV risiko rendah jarang ditemukan pada karsinoma invasif
kecuali karsinoma verukosa. Sementara itu tipe 16, 18, 31 dan 45 tergolong
tipe HPV risiko tinggi. HPV typing dilakukan dengan hibridasi DNA

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 17

B. Kanker Payudara
Ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan
seorang perempuan terkena kanker payudara. Secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi 4 faktor, yaitu:
1. Faktor Genetik
o Riwayat keluarga.
Jika ada anggota keluarga yang terkena kanker payudara atau kanker
indung telur maka dapat meningkatkan risiko. Risiko akan semakin
meningkat ketika kanker payudara dialami anggota keluarga langsung
(ibu, saudara perempuan maupun anak perempuan), apalagi jika
kanker tersebut menyerang saat mereka di bawah usia 50 tahun.
o Terbukti positif mutasi gen BRCA1 atau BRCA2 pada pemeriksaan
genetik terhadap darah. Kondisi ini secara bermakna meningkatkan
peluang perempuan atau pria terkena kanker payudara.
2. Faktor Hormon
o Riwayat kehamilan.
Perempuan yang melahirkan anak di bawah usia 30 tahun mempunyai
risiko lebih rendah mengalami kanker payudara dibanding perempuan
yang melahirkan anak setelah 30 tahun atau tidak memilki anak sama
sekali.
o Riwayat menyusui.
Risiko kanker payudara akan menurun jika perempuan sering
menyusui dan dalam jangka waktu yang lama. o Riwayat haid.
Perempuan yang pertama kali mengalami haid lebih awal (sebelum
usia 12 tahun) atau mengalami menopause setelah usia 55 tahun
memiliki risiko tinggi.
o Penggunaan hormon estrogen eksternal seperti terapi sulih hormon,
pil KB yang mengandung estrogen saja. Faktor risiko akan meningkat
jika penggunaan dilakukan terus-menerus dalam jangka waktu lama.

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 18

3. Faktor Diet
o Sampai saat ini belum ada penelitian yang dapat membuktikan secara
menyakinkan kaitan diet dengan kejadian kanker payudara. Hanya saja
diet tinggi lemak dan rendah serat dapat meningkatkan faktor risiko
kanker payudara. Sedangkan diet yang mengandung omega 3 (ikan),
buah, sayur, makanan yang mengandung fitoestrogen (tahu, tempe), dan
vitamin antioksidan (vitamin A, C, E) dapat menurunkan faktor risiko. o
Alkohol dan merokok dapat meningkatkan faktor risiko melalui jalur
hormonal.
4. Faktor Lingkungan
o Riwayat terkena radiasi di bagian dada terutama jika terkena pada usia
sebelum 40 tahun, misalnya pada penderita limfoma hodgkin yang
mendapat terapi sinar (radioterapi) di dada.
o Tidak ada hubungannya antara penggunaan pestisida atau berada pada
lingkungan yang terpapar dengan medan elektromagnetik dengan
kejadian kanker payudara.
a. Pemeriksaan Payudara dengan Mammografi
Deteksi dini terhadap penyakit kanker payudara seharusnya layak
diperhatikan dengan sungguh-sungguh oleh setiap wanita karena hal itu
merupakan ujung tombak dari proses penyembuhan kanker tersebut.Dengan
deteksi dini, timbulnya sel-sel kanker dapat segera diatasi dan dicegah
penyebarannya. Kanker payudara pada tahap awal tidak menimbulkan gejala
apapun, namun bersamaan dengan berkembangnya penyakit akan timbul gejala
yang menyebabkan perubahan pada payudara. Untuk itu dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan secara berkala.
Disamping melakukan Sadari untuk deteksi dini kanker, kita juga perlu
untuk melakukan chek up rutin. Pemeriksaan ini penting dilakukan karena
perubahan tumor jinak menjadi kanker membutuhkan waktu yang lama, sekitar
5-15 tahun, tergantung kondisi seseorang. Bila ditemukan pada fase tumor jinak,
keberhasilan pengobatan dan kemampuan bertahan hidup pasien menjadi lebih
besar.

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 19

American Cancer Society dalam proyek skrining kanker payudara


menganjurkan hal berikut ini pada wanita walaupun tidak dijumpai keluhan
apapun:
1) Wanita > 20 tahun melakukan SADARI tiap tiga bulan.
2) Wanita > 35 tahun-40 tahun melakukan mammografi.
3) Wanita > 40 tahun melakukan check up pada dokter ahli.
4) Wanita > 50 tahun check up rutin/mammografi setiap tahun.
5) Wanita yang mempunyai faktor risiko tinggi (misalnya keluarga ada yang
menderita kanker) pemeriksaan ke dokter lebih rutin dan lebih sering.
Pada wanita berusia di atas 35 tahun pemeriksaan pertama yang
dianjurkan adalah mamografi. Dengan mamografi, kelainan yang teraba atau
tidak teraba dapat terlihat dan mempunyai gambaran yang khusus sehingga dapat
dibedakan tumor jinak atau ganas.Di Indonesia sendiri, wanita usia 35-39 tahun
dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan dasar mammografi setahun sekali.
Sedangkan wanita usia 40-49 tahun dianjurkan setiap 1-2 tahun dan bagi wanita
usia 50 tahun ke atas, sebaiknya memeriksa setahun sekali, meski tidak ada
keluhan.
Pengertian Mammografi
Mammografi adalah pemeriksaan radiologi khusus menggunakan sinar X
dosis rendah yang dapat mendeteksi adanya perubahan jaringan payudara,
bahkan sebelum adanya perubahan yang kelihatan pada payudara ataupun
benjolan yang dapat dirasakan.
Cara Pelaksanaan Mammografi
Caranya, kita akan diminta berdiri di depan mesin. Beberapa menit
kemudian, payudara akan ditekan mendatar menggunakan 2 buah plat plastik.
Untuk beberapa saat, tekanan pada payudara ini akan membuat kita menjadi tak
merasa nyaman. Semakin datar posisi payudara, hasil yang diperlihatkan akan
lebih bagus. Setiap payudara akan diambil dua gambar yang seluruhnya hanya
membutuhkan waktu beberapa menit saja. Melalui gambar inilah, dokter akan
memeriksa segala bentuk kelainan yang mungkin terjadi pada payudara kita.
Mammografi dianggap sebagai senjata yang paling efektif untuk deteksi dini

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 20

kanker sebab dapat mendeteksi hampir 80%-90% dari semua kasus kanker
payudara.
Anjuran untuk memeriksa payudara dengan mammografi setiap tahun,
sempat menimbulkan pro dan kontra. Karena dikhawatirkan paparan sinar
rontgennya, meski dalam dosis rendah, malah akan memicu timbulnya kanker
Meski belum sempurna, namun alat yang dikembangkan sejak 1990 ini mampu
mendeteksi secara dini adanya kanker payudara. Sementara risiko terpapar
radiasinya cukup rendah, mengingat dosisnya yang amat kecil.

Pemeriksaan mammografi sangat wajib dilakukan pada kita yang memiliki


latar belakang berikut:
1) Memiliki keluarga yang menderita kanker payudara.
2) Memiliki siklus haid yang panjang (artinya menstruasi di usia muda tapi
menopausenya lambat).
3) Tidak pernah hamil.
4) Hamil pertama di atas usia 35 tahun.
5) Pernah menderita kanker endometrial atau kanker ovarium.
6) Mendapat radiasi untuk pengobatan keloid.
7) Pernah menjalani terapi hormon dalam jangka waktu cukup lama.
Memang tidak dipungkiri kadang mammografi gagal mendeteksi tumor
atau kadang menunjukkan ada tumor padahal tidak ada. Yang paling baik adalah
gabungan pemeriksaan mammografi dan pemeriksaan fisik payudara. Pada
perempuan usia di bawah 35 tahun yang jaringan payudaranya masih cukup
padat apabila dalam pemeriksaan fisik ditemukan benjolan maka pemeriksaan
lanjutan adalah USG payudara. Alat ini juga tersedia di berbagai klinik dan
rumah sakit dan dapat dengan mudah membedakan benjolan berisi cairan (kista)
dengan benjolan padat (solid).
Dibawah ini adalah langkah pemeriksaan yang dapat kita lakukan untuk
melakukan deteksi dini kanker payudara :

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 21

Usia Pendapat Pakar Apa yang Perlu Dilakukan


Di bawah 40 tahun Umumnya mereka Pemeriksaan sendiri setiap bulan.
sependapat Tidak perlu mammografi

Dibawah 40 tahun tapi Mintalah program khusus Pemeriksaan sendiri setiap bulan.
beresiko tinggi (saudara pada dokter Pemeriksaan fisik setahun sekali.
perempuan atau ibu Mulai pemeriksaan mammografi
menderita kangker payudara 5 - 10 tahun sebelum usia ibu atau
pada usia muda saudara perempuan kita terserang
kangker payudara.

40-49 tahun, tidak beresiko Masih silang pendapat. Pemeriksaan sendiri setiap bulan.
tinggi Pemeriksaan fisik 1-2 kali/tahun.
Mammografi boleh tidak
dilakukan atau setahun sekali.

40-49 tahun beresiko tinggi Masih silang pendapat Pemeriksaan fisik setiap bulan.
Pemeriksaan fisik dan
mammografi setahun sekali.

50-74 tahun dengan resiko Umumnya setuju Pemeriksaan sendiri setiap bulan.
normal atau tinggi Lakukan pemeriksaan fisik dan
mammografi setahun sekali.

75 tahun atau lebih Masih silang pendapat Pemeriksaan sendiri setiap bulan.
Pemeriksaan fisik dan
mammografi setahun sekali.

b. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)


Berikut cara pemeriksaan payudara yang bisa dilakukan sendiri:
1) Inspeksi (melihat) payudara di muka cermin
Berdirilah di muka cermin, kemudian gantungkan kedua lengan secara
lemas disisi tubuh.
Perhatikan apakah ada kelainan pada payudara, seperti :
▪ ketidaktarikan kulit,
▪ puting susu masuk ke dalam,
▪ benjolan,

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 22

▪ borok pada payudara,


▪ perubahan warna kulit,
▪ pori-pori yang melebar seperti kulit jeruk,
▪ atau ketidaksamaan bentuk/besar payudara kanan dan kiri.
▪ Kemudian angkat kedua lengan di samping kepala. Perhatikan
apakah ada kelainan atau ketidaksamaan gerakan payudara kanan-
kiri pada saat lengan diangkat.
2) Palpasi (meraba) payudara sambil berbaring
Pemeriksaan palpasi dilakukan dengan ujung 4 jari tangan (jari telunjuk
sampai dengan kelingking) kecuali jempol. Lakukan perabaan, dengan
tangan kiri untuk payudara kanan dan dengan tangan kanan untuk
payudara kiri. Pada saat memeriksa payudara sebelah kanan, punggung
kiri diganjal bental, demikian pula sebaliknya saat memeriksa payudara
kiri.
Lakukan palpasi dengan sirkuler (melingkar), mengitari putting susu
kemudian pindah ke daerah di atasnya, lakukan itu secara melingkar
juga. demikian seterusnya sampai ke tepi.
Perhatikan, apakah ada perbedaan kepadatan antara payudara kanan
dengan payudara kiri, atau teraba benjolan, dan terasa nyeri pada bagian
yang anda raba, kalau iya pastikan di mana letaknya.
3) Memijat puting susu dengan jari
Perhatikan apakah ada cairan abnormal yang keluar dari putting susu,
seperti cairan jernih, nanah, darah atau yang lainnya.

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 23

BAB III
EVALUASI

1. Gejala dari kanker serviks stadium lanjut, yaitu:


a. Perdarahan vagina yang abnormal
b. Menstruasi abnormal (lebih lama dan lebih banyak)
c. Keputihan yang menetap, dengan cairan yang encer, berwarna pink, coklat,
mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.
d. Dari vagina keluar air kencing atau tinja
2. Metode skrining IVA mempunyai kelebihan, kecuali:
a. Mudah, praktis dan sangat mampu laksana.
b. Butuh bahan dan alat yang mahal
c. Sensivitas dan spesifikasitas cukup tinggi
d. Dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bukan dokter ginekologi, dapat
dilakukan oleh bidan.
3. Metode deteksi dini kanker serviks yang ditemukan oleh Dr George Papnicolau, yaitu:
a. IVA test
b. Thin prep
c. Kolposkopi
d. Pap smear
4. Metode deteksi dini kanker serviks yang ditemukan oleh Hinselman, yaitu:
a. IVA test
b. Thin prep
c. Kolposkopi
d. Pap smear
5. Mengidentifikasi dan mendeteksi sel abnormal pada serviks dilakukan secara
komputerisasi, disebut:
a. IVA test
b. Thin prep
c. Pap Net
d. Pap smear

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 24

REFERENCI
Bapelkes Manado. (2001).Lokakarya Penanggulangan Kanker Terpadu Paripurna
Derek Llewyn-Jones. (2001) Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta
Elizabeth Tara, MD, Panduan Lengkap Pencegahan dan Pengendalian Kanker Pada
Wanita, Jakarta. Ladang Pustaka dan Inti Media
Ida Bagus Manuaba. (1998). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita
Rustam E Harahap, Neoplasia Intraepitel pada Serviks

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya ii

KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan YME, atas
berkat dan rahmat-NYA makalah ini dapat dibuat dan disampaikan tepat pada
waktunya.
Adapun penulisan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Kesehatan Perempuan,dengan judul “ Deteksi dini dalam gangguan kesehatan
reproduksi”
Selain itu kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penulisan makalah  ini. Kami juga berharap dengan adanya
makalah ini dapat menjadi salah satu sumber literatur atau sumber informasi
pengetahuan bagi pembaca.
Namun kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kami memohon maaf jika ada hal-hal yang kurang berkenan dan kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menjadikan ini lebih
sempurna. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Tasikmalaya, 10 Maret 2020

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan masalah................................................................................. 1
C. Tujuan penulisan................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Kanker Serviks.................................................................... 2
1. Faktor Penyebab............................................................................... 2
2. Tanda dan gejala.............................................................................. 3
3. Pencegahan dan Deteksi Dini kanker Serviks ................................. 4
4. Pap Smear......................................................................................... 9
B. Kanker Payudara................................................................................... 17
1. Faktor Genetik.................................................................................. 17
2. Faktor Hormon................................................................................. 17
3. Faktor Diet....................................................................................... 18
4. Faktor Lingkungan........................................................................... 18
BAB III EVALUASI....................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 24

Kesehatan Reproduksi

Anda mungkin juga menyukai