Anda di halaman 1dari 21

KONSEP DASAR KESULITAN BELAJAR

Dosen Pengampu : Permata Sari, M.Pd

Disusun Oleh:

Nuryakin 1711080071

Riska Cahya Safitri 1711080084

Rusdiana Siti K. 1711080086

BKPI/F/VI

BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

RADEN INTAN LAMPUNG

TAHUN 1441 H / 2020 M

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan berkah, rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Konsep Dasar Kesulitan Belajar” yang diampu oleh Ibu Permata Sari, M.Pd.
tercinta semoga selalu diber keshatan sehingga dapat membimbing kami dalam
menuntut ilmu. Sholawat dan salam-Nya semoga selalu tercurahkan kepada
suritauladan umat Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan petujuk
kepada kita semua melalui peninggalan-Nya Al-Qur’an dan Al-Hadist

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah masih banyak terdapat


kesalahan dan kekurangan maka kami mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang. Dalam penulisan
makalah ini.

Bandar Lampung, 06 Maret 2020

Penulis

Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.......................................................................1

B. Rumusan Masalah...................................................................1

C. Tujuan.....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A.Pengertian Kesulitan Belajar...................................................3

B.Faktor-faktor Kesulitan Belajar...............................................4

C.Jenis-jenis Kesulitan Belajar...................................................9

D.Kedudukan Analisis Belajar Dalam Pembelajaran................11

E.Cara Mengatasi Kesulitan Belajar...........................................12

BAB III PENUTUP

Kesimpulan.........................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsure yang


sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang
pendidikan. ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan
pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik
ketika ia berada dalam sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga
sendiri. Pada masa sekarang ini banyak sekali anak-anak mengalami kesulitan
dalam belajar. Hal tersebut tidak hanya dialami oleh siswa-siswa yang
berkemampuan kurang saja. Hal tersebut juga dialami oleh siswa-siswa yang
berkemampuan tinggi.

Selain itu, siswa yang berkemampuan rata-rata juga mengalami


kesulitan dalam belajar. Sedang yang namanya kesulitan belajar itu merupakan
kondisi proses belajar yang ditandai oleh hambatan-hambatan tertentu untuk
mencapai kesuksesan. Kesulitan berasal dari kata “sulit” yang artinya sukar
sekali, susah dicari, tersembunyi, dirahasiakan. Kesulitan artinya sesuatu yang
sulit, keadaan yang sulit, kesukaran atau kesusahan. Kesulitan belajar ini tidak
selalu disebabkan oleh faktor intelegensi yang rendah (kelainan mental) akan
tetapi juga disebabkan oleh faktor-faktor non-intelegensi. Dengan demikian, IQ
yang tinggi belum tentu mendapat jaminan keberhasilan belajar, karena dalam
rangka memperoleh keberhasilan tidak selalu diukur dengan IQ seseorang.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian kesulita belajar?


2. Apa faktor-faktor penyebab kesulitan belajar?
3. Apa jenis-jenis kesulitan belajar?
4. Bagaimana kedudukan analisis kesulitan belajar dalam pembelajaran?
5. Bagaimana cara mengatasi kesulitan belajar?

1
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui pengertian kesulitan belajar
2. Untuk Mengetahui faktor-faktor penyebab kesulitan belajar
3. Untuk Mengetahui Apa jenis-jenis kesulitan belajar
4. Untuk Mengetahui Bagaimana kedudukan analisis kesulitan belajar
dalam pembelajaran
5. Untuk Mengetahui Bagaimana cara mengatasi kesulitan belajar

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesulitan Belajar

Pengertian belajar sendiri menurut para ahli ialah Menurut Slameto dan
Wardani adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi individu dengan
lingkungannya.1 Menurut Crombach belajar adalah shown by a change in
behavior as a result of experience (tidak lain dari pada perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman)”. Menurut Syah juga mengemukakan bahwa
belajar adalah tahapan perubahan seluruh tungkah laku individu yang relatif
menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang
melibatkan proses kognitif.

Dan Kesulitan belajar menurut KBBI merupakan suatu kondisi dimana


peserta didik tidak dapat belajar dengan baik, disebabkan karena adanya
gangguan, baik berasal dari faktor internal maupun faktor eksternal, yang
menyebabkan siswa tidak mampu berkembang sesuai dengan kapasitasnya. 2
Menurut ahli Syah mengemukakan kesulitan belajar adalah Sebagai suatu
kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan-hambatan
tertentu untuk mencapai hasil belajar. Hambatan itu mungkin disadari dan
mungkin juga tidak disadari oleh orang yang mengalaminya, dan dapat bersifat
psikologis, sosiologis, ataupun fisiologis dalam keseluruhan proses belajarnya.
Orang yang mengalami kesulitan belajar akan mengalami hambatan dalam
proses mencapai hasil belajarnya sehingga prestasi yang dicapainya berada di
bawah yang semestinya.

1
Imron, Ali. 1996. Belajar dan Pembelajarn. h. 30
2
Kamus Besar Bahasa Indonesia, diakses 03 Maret 2020 pukul 15.00 wib

3
Jadi, dapat pendapat ahli dapat disimpulkan kesulitan belajar dalam arti
luas adalah dalam belajar setiap individu memiliki pemasalahan yang tidak
hanya dapat ditandai dengan prestasi rendah, akan tetapi juga dapat ditandai
dari tingkah laku dalam arti luas, seperti perbandingan prestasi belajar yang
dicapai dengan tingkat kecerdasan, sikap, perbuatan-perbuatan dan tingkat
kepuasan idividu yang belajar, tetapi dari factor internal maupun eksternal
individu.

B. Faktor-faktor Kesulitan belajar


Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar
terdiri dari dua macam, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.3
1. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang ada di dalam individu yang sedang
belajar. Faktor internal dibagi menjadi beberapa faktor, yaitu :
a. Jasmani, yang terdiri dari faktor:
1) cacat tubuh atau adanya susunan saraf yang tidak berkembang secara
sempurna.
2) Mempunyai penyakit yang sifatnya menahun yang dapat menghambat
usaha-usaha  belajar secara optimal.
3) Kelemahan pada unsur pancaindera (misalnya mata/telinga yang tidak
sempurna/cacat) yang dapat mengganggu interaksi dalam proses
pembelajaran.
b. Psikologis dan Mental, yang terdiri dari faktor :

1) inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan.

2) Tingkat kecerdasan rendah.

3) Aktivitas yang tidak terarah, kurang semangat, kurang menguasai


keterampilan.

c. Emosional dan kebiasaan Sikap Yang Salah, terdiri dari faktor :


3
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. h. 100

4
1) Terdapatnya rasa tidak aman (insecurity).
2) Penyesuaian yang salah terhadap orang-orang.
3) Kurang menaruh minat terhadap pekerjaan sekolah.
4) Malas dan tidak mau belajar.
5) Sering tidak mengkuti pelajaran (bolos).
6) Banyak melakukan aktivitas yang bertentangan dan tidak menunjang
aktivitas sekolah.
d. Tidak Memiliki Ketrampilan Dan Pengetahuan Dasar Yang Diperlukan,
seperti :
1) Ketidakmampuan membaca, menulis, kurang menguasai pengetahuan
dasar untuk bidang studi yang ditempuh (misalnya bahasa inggris).
2) Memiliki kebiasaan belajar dan cara bekerja yang salah.
2. Faktor eksternal
a. Keluarga, yang meliputi : Cara orang tua mendidik, hubungan antara
anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, latar belakang
orang tua, banyak atau sedikit anggota keluarga, adat istiadat keluarga,
ketrentaman dan keamanan sosio-psikologis dalam rumah.
b. Sekolah, yang meliputi : Kelemahan dari sistem belajar mengajar pada
tingkat-tingkat pendidikan, kurikulum yang seragam, buku sumber yang
tidak sesuai dengan tingkat kematangan dan perbedaan individu, relasi guru
dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, terlalu sering pindah sekolah atau
tinggal kelas. terlalu berat beban belajar (siswa) dan atau mengajar (guru),
ketidaksesuaian sistem pengajaran. terlalu besar populasi siswa dalam kelas,
terlalu banyak menuntut kegiatan diluar, disiplin sekolah, alat pelajaran,
waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode
belajar, dan tugas rumah.
c. Masyarakat, yang meliputi : Kegiatan siswa dalam masyarakat, media
massa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat atau pengaruh
kelompok pergaulan yang tidak edukatif dan merusak moral siswa.

5
Menurut Cooney, Davis & Henderson mengemukakan penyebab
kesulitan belajar, sebagai berikut:4

1. Faktor Fisiologis

Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait


dengan kurang berfungsinya otak, susunan syaraf ataupun bagian-bagian tubuh
lain. Para guru harus menyadari bahwa hal yang paling berperan pada waktu
belajar adalah kesiapan otak dan sistem syaraf dalam menerima, memroses,
menyimpan, ataupun memunculkan kembali informasi yang sudah disimpan.
Kalau ada bagian yang tidak beres pada bagian tertentu dari otak seorang
siswa, maka dengan sendirinya si siswa akan mengalami kesulitan belajar.
Bayangkan kalau sistem syaraf atau otak anak kita karena sesuatu dan lain hal
kurang berfungsi secara sempurna. Akibatnya ia akan mengalami hambatan
ketika belajar. Untuk menghindari hal tersebut dan untuk membantu siswanya,
seorang guru hendaknya memperhatikan hal-hal yang berkait dengan kesulitan
siswa ini. Seorang siswa dengan pendengaran ataupun penglihatan yang kurang
baik, sebaiknya menempati tempat di bagian depan. Untuk para orang tua,
terutama ibu, makanan selama masa kehamilan akan sangat menentukan
pertumbuhan dan perkembangan fisik putra-putrinya. Makanan yang dapat
membantu pertumbuhan otak dan sistem syaraf bayi yang masih di dalam
kandungan haruslah menjadi perhatian para orang tua.

2. Faktor Sosial

Faktor sosial merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dibantah jika


orang tua dan masyarakat sekeliling sedikit banyak akan berpengaruh terhadap
kegiatan belajar dan kecerdasan siswa sebagaimana ada yang menyatakan
bahwa sekolah adalah cerminan masyarakat dan anak adalah gambaran
orangtuanya. Oleh karena itu ada beberapa faktor  penyebab kesulitan
belajar yang berkait dengan sikap dan keadaan keluarga serta
masyarakat sekeliling yang kurang mendukung siswa tersebut untuk belajar

4
Syaiful, Bahri Djamarah. 2011. Psikologi Belajar. h. 78

6
sepenuh hati. Sebagai contoh, orang tua yang sering menyatakan bahwa Bahasa
Inggris adalah bahasa setan (karena sulit) akan dapat menurunkan kemauan
anaknya untuk belajar bahasa pergaulan internasional itu. Kalau ia tidak
menguasai bahan tersebut ia akan mengatakan “Ah bapak saya tidak bisa loh”
Untuk itu, setiap guru tidak seharusnya menyatakan sulitnya mata pelajaran
tertentu di depan siswanya. Tetangga yang mengatakan sekolah tidak penting
karena banyak sarjana menganggur, masyarakat yang selalu minum-minuman
keras dan melawan hukum, orangtua yang selalu marah, nonton TV setiap saat,
tidak terbuka ataupun kurang menyayangi anaknya dengan sepenuh hati dapat
merupakan contoh dari beberapa faktor sosial yang menjadi penyebab
kesulitan belajar siswa. Intinya, lingkungan di sekitar siswa harus dapat
membantu mereka untuk belajar semaksimal mungkin selama mereka belajar
di sekolah. Dengan cara seperti ini, lingkungan dan sekolah akan membantu
para siswa, harapan bangsa ini untuk berkembang dan bertumbuh menjadi
lebih cerdas. Siswa dengan kemampuan cukup seharusnya dapat
dikembangkan menjadi siswa berkemampuan baik, yang berkemampuan
kurang dapat dikembangkan menjadi berkemampuan cukup. Sekali lagi, orang
tua, guru, dan masyarakat, secara sengaja atau tidak sengaja,
dapat menyebabkan kesulitan bagi siswa.

3. Faktor Kejiwaan

Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait


dengan kurang mendukungnya perasaan hati (emosi) siswa untuk belajar secara
sungguh-sungguh. Sebagai contoh, ada siswa yang tidak suka mata pelajaran
tertentu karena ia selalu gagal mempelajari mata pelajaran itu. Jika hal ini
terjadi, siswa tersebut akan mengalami kesulitan belajar yang sangat berat. Hal
ini merupakan contoh dari faktor emosi yang menyebabkan kesulitan belajar.
Contoh lain adalah siswa yang rendah diri, siswa yang ditinggalkan orang yang
paling disayangi dan menjadikannya sedih berkepanjangan akan
mempengaruhi proses belajar dan dapat menjadi faktor penyebab kesulitan
belajarnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang dapat mempelajari

7
suatu mata pelajaran dengan baik akan menyenangi mata pelajaran tersebut.
Begitu juga sebaliknya, anak yang tidak menyenangi suatu mata pelajaran
biasanya tidak atau kurang berhasil mempelajari mata pelajaran tersebut.
Karenanya, tugas utama yang sangat menentukan bagi seorang guru adalah
bagaimana membantu siswanya sehingga mereka dapat mempelajari setiap
materi dengan baik. Yang perlu mendapatkan perhatian juga, hukuman yang
diberikan seorang guru dapat menyebabkan siswanya lebih giat belajar, namun
dapat juga menyebabkan mereka tidak menyukai guru mata pelajaran tersebut.
Dapat juga terjadi, si siswa lalu membenci sama sekali mata pelajaran yang
diajarkan guru tersebut. Kalau hal seperti ini yang terjadi, tentunya akan
sangat merugikan si siswa tersebut. Peran guru memang sangat menentukan
dalam kejiwaan siswa dalam mengajar.

4. Faktor Intelektual

Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait


dengan kurang sempurna atau kurang normalnya tingkat kecerdasan
siswa. Para guru harus meyakini bahwa setiap siswa mempunyai tingkat
kecerdasan berbeda. Ada siswa yang sangat sulit menghafal sesuatu, ada yang
sangat lamban menguasai materi tertentu, ada yang tidak memiliki pengetahuan
prasyarat dan juga ada yang sangat sulit membayangkan dan bernalar. Hal-hal
yang disebutkan tadi dapat menjadi faktor penyebab kesulitan belajar pada diri
siswa tersebut. Di samping itu, hal yang perlu mendapatkan perhatian adalah
para siswa yang tidak memiliki pengetahuan prasyarat. Ketika sedang belajar
matematika atau IPA, ada siswa SLTP yang tidak dapat menentukan hasil 1/2 +
1/3, (–5) + 9, ataupun 1 : ½. Siswa seperti itu, tentunya akan mengalami
kesulitan karena materi terebut menjadi pengetahuan prasyarat untuk
mempelajari matematika ataupun IPA SLTP. Untuk menghindari hal tersebut,
Bapak atau Ibu Guru hendaknya mengecek dan membantu siswanya menguasai
pengetahuan prasyarat tersebut sehingga mereka dapat mempelajari materi baru
dengan lebih baik.

8
5. Faktor Kependidikan

Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait


dengan belum mantapnya lembaga pendidikan secara umum. Guru yang selalu
meremehkan siswa, guru yang tidak bisa memotivasi siswa untuk belajar lebih
giat, guru yang membiarkan siswanya melakukan hal-hal yang salah, guru yang
tidak pernah memeriksa pekerjaan siswa, sekolah yang membiarkan para siswa
bolos tanpa ada sanksi tertentu, adalah contoh dari faktor-faktor penyebab
kesulitan dan pada akhirnya akan menyebabkan ketidak berhasilan siswa
tersebut. Berdasar penjelasan di atas, Bapak dan Ibu Guru sudah seharusnya
menyadari akan adanya beberapa siswa yang mengalami kesulitan atau kurang
berhasil dalam proses pembelajarannya. Hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor tertentu, sehingga mereka tidak dapat belajar dan kurang berusaha sesuai
dengan kekuatan mereka. Idealnya, setiap guru harus berusaha dengan sekuat
tenaga untuk membantu siswanya keluar dari setiap kesulitan yang
dihadapinya. Namun hal yang perlu diingat, penyebab kesulitan itu
dapat berbeda- beda. Ada yang karena faktor emosi seperti ditinggal saudara
kandung tersayang ataupun karena faktor fisiologis seperti pendengaran yang
kurang. Untuk itu, para guru harus mampu mengidentifikasi kesulitan dan
penyebabnya lebih dahulu sebelum berusaha untuk mencarikan jalan
pemecahannya. Pemecahan masalah kesulitan belajar siswa sangat tergantung
pada keberhasilan menentukan penyebab kesulitan tersebut.

C. Jenis-jenis Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan


tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis,
maupun fisiologis. Kesulitan belajar siswa mencakup pengetian yang luas,
diantaranya : (a) learning disorder; (b) learning disfunction; (c)
underachiever; (d) slow learner, dan (e) learning diasbilities.5

5
Rindu.https://jaririndu.blogspot.com/2017/03/konsep-dasar-kesulitan-
belajar.html. Diakses 03 Maret 2020 pukul 15.00 wib

9
a. Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses
belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan.
Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak
dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya
respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya
lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh: siswa yang sudah
terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin
akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan
lemah-gemulai.

b. Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang


dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa
tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat
dria, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh: siswa yang yang memiliki
postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley,
namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak
dapat menguasai dengan baik.

c. Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki


tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi
belajarnya tergolong rendah. Contoh: siswa yang telah dites kecerdasannya
dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 –
140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau rendah.

d. Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses
belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan
sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.

e. Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala


dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil
belajar di bawah potensi intelektualnya.

D. Kedudukan Analisis Belajar Dalam Pembelajaran

10
Sebelum menetapkan alternatif pemecahan masalah kesulitan belajar
siswa, guru sangat dianjurkan terlebih dahulu melakukan identifikasi (upaya
mengenal gejala dengan cermat) terhadap fenomena yang menunjukkan
kemungkinan adanya kesulitan belajar yang melanda siswa tersebut. 6 Upaya
seperti ini disebut diagnosis yang bertujuan menetapkan “jenis penyakit” yakni
jenis kesulitan belajar siswa. Dalam melakukan analisis diperlukan adanya
prosedur yang terdiri atas langkah-langkah tertentu yang diorientasikan pada
ditemukannya kesulitan belajar jenis tertentu yang dialami siswa. Prosedur
seperti ini dikenal sebagai “Analistik” kesulitan belajar.

Ketidak berhasilan dalam proses belajar mengajar dalam mencapai


ketuntasan bahan tidak dapat dikembalikan kepada hanya pada satu faktor akan
tetapi kepada banyak faktor yang terlibat dalam proses belajar mengajar.
Faktor yang dapat kita persoalkan adalah siswa yang belajar, jenis kesulitan
yang dihadapi siswa dan kegiatan yang terlibat dalam proses. Yang penting
dalam kegiatan proses analisis kesulitan adalah menemukan letak kesulitan dan
jenis kesulitan yang dihadapi siswa agar pengajaran perbaikannya (learning
corrective) yang dilakukan dapat dilaksanakan secara efektif. Bila telah
ditemukan bahwa sejumlah siswa tidak memenuhi kriteria persyaratan
ketuntasan yang telah ditetapkan,kegiatan analisis terutama harus
ditujukan kepada:

1. Bakat yang dimiliki siswa yang berbeda antara yang satu dari yang lainnya.

2. Ketekunan dan tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam menguasai bahan
yang dipelajarinya.

3. Waktu yang tersedia untuk menguasai ruang lingkup tertentu sesuai dengan
bakat siswa yang sifanya individual dan usaha yang dilakukannya

6
Bunga.http://atalewobunga.blogspot.com/2013/12/kedudukan-diagnosis-
kesulitan-belajar.html. Diakses 03 Maret 2020 pukul 15.50 wib

11
4. Kualitas pengajaran yang tersedia yang dapat sesuai dengan tuntutan dan
kebutuhan serta karakteristik individu.

5. Kemampuan siswa untuk memahami tugas-tugas belajarnya.

6. Tingkat dari jenis kesulitan yang diderita siswa sehingga dapat ditentukan
perbaikannya apa cukup dengan mengulang dengan cara yang sama
mengambil alternatif kegiatan lain melalui pengajaran remedial.

Jelaslah sudah kedudukan analisis adalah dalam menemukan letak


kesulitan belajar siswa dan menentukan kemungkinan cara mengatasinya
dengan memperhitungkan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
kegiatan belajar.

E. Cara Mengatasi Kesulitan Belajar

Tugas pendidik atau konselor adalah mempersiapkan generasi bangsa agar


mampu menjalani kehidupan dengan sebaik-baiknya dikemudian hari sebagai
khalifah Allah di bumi. Dalam menjalankan tugas ini pendidikan berupaya
mengembangkan potensi (fitrah) sebagai anugrah Allah yang tersimpan dalam
diri anak, baik yang bersifat jasmaniah maupun ruhaniah, melalui pembelajaran
sebuah pengetahuan, kecakapan, dan pengalaman berguna bagi hidupnya.
Berikut ini beberapa cara dalam mengatasi kesulitan belajar:

1. Observasi Kelas

Pada tahap ini observasi kelas dapat membantu mengurangi kesulitan dalam
tingkat pelajaran, misalnya memeriksa keadaan secara fisik bagaimana kondisi
kelas dalam kegiatan  belajar, cukup nyaman, segar, sehat dan hidup atau tidak.
Kalau suasana kelas sangat nyaman, tenang dan sehat, maka itu semua dapat
memotivasi siswa untuk belajar lebih semangat lagi.7

2. Pemeriksaan Alat Indera

7
Saddamal-Majdzub. http://almajdzubnews.blogspot.com/2013/02/makalah-kesulitan-
belajar-siswa.html. Diakses 03 Maret 2020 pukul 16.00 wib

12
Dalam hal ini dapat difokuskan pada tingkat kesehatan siswa khusus mengenai
alat indera. Diupayakan minimal dalam sebulan sekali pihak sekolah
melakukan tes atau  pemeriksaan kesehatan di Puskesmas / Dokter, karena
tingkat kesehatan yang baik dapat menunjang pelajaran yang baik pula. Maka
dari itu, betapa pentingnya alat indera tersebut dapat menstimulasikan bahan
pelajaran langsung ke diri individu.

3. Teknik Main Peran

Disini, seorang guru bisa berkunjung ke rumah seorang murid. Di sana seorang
guru dapat leluasa melihat, memperhatikan murid berikut semua yang ada di
sekitarnya. Di sini guru dapat langsung melakukan wawancara dengan orang
tuanya mengenai kepribadian anak, keluarga, ekonomi, pekerjaan dan lain-lain.
Selain itu juga, guru bisa melihat keadaan rumah, kondisi dan situasinya
dengan masyarakat secara langsung.

4. Tes Diagnostik Kecakapan/Tes IQ/Psikotes

Dalam hal ini seorang guru dapat mengetahui sejauh mana IQ seseorang dapat
dilihat dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan praktis dan sederhana.
Dengan latihan psikotes dapat diambil beberapa nilai kepribadian siswa secara
praktis dari segi dasar, logika dan  privasi seseorang.

5. Menyusun Program Perbaikan

Penyusunan program hendaklah dimulai dari segi pengajar dulu. Seorang


pengajar harus menjadi seorang yang konsevator, transmitor, transformator,
dan organisator. Selanjutnya lengkapilah beberapa alat peraga atau alat yang
lainnya yang menunjang pengajaran lebih baik, karena dengan kelengkapan-
kelengkapan yang lebih kompleks, motivasi belajarpun akan dengan mudah
didapat oleh para siswa. Hendaklah semua itu disadari sepenuhnya oleh para
pengajar sehingga tidak ada lagi kendala dan hambatan yang dapat
mempengaruhi kegiatan belajar. Selain itu tingkat kedisiplinan yang diterapkan

13
di suatu sekolah dapat menunjang kebaikan dalam proses belajar. Disiplin
dalam belajar akan mampu memotivasi kegiatan belajar siswa.

Cara lain yang dapat diambil guru dalam mengatasi kesulitan belajar
siswanya. Akan tetapi sebelum pilihan tertentu diambil, guru sangat diharapkan
untuk terlebih dahulu melakukan beberapa langkah berikut ini:

a. Menganalisis hasil diagnosis, yakni menelaah bagian-bagian masalah dan


hubungan antar  bagian tersebut untuk memperoleh pengertian yang benar
mengenai kesulitan belajar yang dihadapi siswa.

b. Mengidentifikasi dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang memerlukan


adanya  perbaikan.

c. Menyusun program perbaikan. Dalam menyusun program pengajaran


perbaikan diperlukan adanya ketetapan sebagai  berikut:

1. Tujuan pengajaran remedial Contoh dari tujuan pengajaran remedial yaitu


siswa dapat memahami kata “tinggi”, “pendek” dan “gemuk” dalam
berbagai konteks kalimat.

2. Materi pengajaran remedial Contoh materi pengajaran remedial yaitu


dengan cara lebih khusus dalam mengembangkan kalimat-kalimat yang
menggunakan kata-kata seperti di atas.

3. Metode pengajaran remedial Contoh metode pengajaran remedial yaitu


dengan cara siswa mengisi dan mempelajari hal-hal yang dialami oleh
siswa tersebut dalam menghadapi kesulitan belajar.

4. Alokasi waktu Contoh alokasi waktu remedial misalnya waktunya Cuma


60 menit.

5. Teknik evaluasi pengajaran remedial Contoh teknik evaluasi pengajaran


remedial yaitu dengan menggunakan tes isian yang terdiri atas kalimat-
kalimat yang harus disempurnakan, contohnya dengan menggunakan kata
tinggi, kata pendek, dan kata gemuk. Selanjutnya untuk memperluas

14
wawasan pengetahuan mengenai alternatif-alternatif atau cara-cara
pemecahan masalah kesulitan belajar siswa, guru sangat dianjurkan
mempelajari buku-buku khusus mengenai bimbingan dan penyuluhan.

Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono langkah-langkah untuk mengatasi


kesulitan belajar adalah sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data. Untuk menemukan sumber penyebab kesulitan belajar,


diperlukan banyak informasi. Untuk memperoleh informasi tersebut, maka
perlu diadakan suatu pengamatan langsung yang disebut dengan pengumpulan
data.

2. Pengolahan Data. Data yang telah terkumpul dari kegiatan tahap pertama
tersebut, selanjutnya diadakan pengolahan secara cermat. Dalam pengolahan
data langkah yang dapat ditempuh antara lain:

a. Identifikasi kasus
b. Membandingkan antar kasus
c. Membandingkan dengan hasil tes
d. Menarik kesimpulan.

3. Diagnosis. Diagnosis adalah keputusan (penentu) mengenai hasil dari


pengolahan data. Diagnosis ini dapat berupa hal-hal sebagai berikut:

a. Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar anak (berat dan ringannya).


b. Keputusan mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi sumber penyebab
kesulitan belajar.
c. Keputusan mengenai factor utama penyebab kesulitan belajar.
4. Pragnosis. Prognosis artinya “ramalan”. Apa yang telah ditetapkan dalam tahap
diagnosis, akan menjadi dasar utama dalam menyusun dan menetapkan
ramalan mengenai bantuan apa yang harus diberikan kepadanya untuk
membantu mengatasi masalahnya.

5. Treatment atau Perlakuan. Perlakuan disini maksudnya adalah pemberian


bantuan kepada anak yang bersangkutan (yang mengalami kesulitan belajar)

15
sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap prognosis tersebut.
Bentuk treatment yang mungkin dapat diberikan contohnya bimbingan belajar
kelompok, bimbingan belajar individual dan lain-lain.

6. Evaluasi. Evaluasi disini untuk mengetahui apakah treatment yang telah


diberikan tersebut berhasil dengan baik, artinya ada kemajuan, atau bahkan
gagal sama sekali. Kalau ternyata treatment yang diberikan tidak berhasil,
maka diadakan pengecekan kembali

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesulitan belajar dalam arti luas adalah dalam belajar setiap
individu memiliki pemasalahan yang tidak hanya dapat ditandai dengan
prestasi rendah, akan tetapi juga dapat ditandai dari tingkah laku dalam arti
luas, seperti perbandingan prestasi belajar yang dicapai dengan tingkat
kecerdasan, sikap, perbuatan-perbuatan dan tingkat kepuasan idividu yang
belajar, tetapi dari factor internal maupun eksternal individu. Faktor-faktor
yang mempengaruhi ialah factor interna terdiri dari: jasmani, psikologis
dan mental, emosional dan kebiasaan sikap yang salah, tidak memiliki
keterampilan dan pengetahuan dasar. Faktor eksternal ialah: keluarga,
sekolah dan masyarakat.
Faktor kesulitan belajar menurut Cooney, Davis dan Henderson
ialah factor fisiologis, sosial, kejiwaan, intelektual dan kependidikan Jenis-
jenis kesulitan belajar ialah learning disorder atau kekacauan belajar,
learning disfunction, under achiever, slow learner atau lambat belajar,
learning disabilities atau ketidakmampuan belajar. Cara mengatasi
kesulitan belajar ialah: observasi kelas, pemeiksaan alat indera, teknik
main peran, tes diagnostic kecakapan/tes IQ/psikotes, dan menyusun
program perbaikan. Faktor yang dapat kita persoalkan adalah siswa yang
belajar, jenis kesulitan yang dihadapi siswa dan kegiatan yang terlibat
dalam proses. Yang penting dalam kegiatan proses analisis kesulitan
adalah menemukan letak kesulitan dan jenis kesulitan yang dihadapi siswa
agar pengajaran perbaikannya (learning corrective) yang dilakukan dapat
dilaksanakan secara efektif. Jelaslah sudah kedudukan analisis adalah
dalam menemukan letak kesulitan belajar siswa dan menentukan
kemungkinan cara mengatasinya dengan memperhitungkan faktor-faktor
yang mempengaruhi keberhasilan kegiatan belajar.

17
DAFTAR PUSTAKA

Imron, Ali. 1996. Belajar dan Pembelajarn. Jakarta: PT Pustaka Jaya.

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT


Pustaka Jaya.

Syaiful, Bahri Djamarah. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Saddam al-Majdzub. http://almajdzubnews.blogspot.com/2013/02/makalah-
kesulitan-belajar-siswa.html. Diakses 03 Maret 2020
Rindu. https://jaririndu.blogspot.com/2017/03/konsep-dasar-kesulitan-
belajar.html. Diakses 03 Maret 2020
Bunga.http://atalewobunga.blogspot.com/2013/12/kedudukan-diagnosis-
kesulitan-belajar.html. Diakses 03 Maret 2020

18

Anda mungkin juga menyukai