Anda di halaman 1dari 2

Bismillahirrahmanirrahim

Fatwa Nomor (1) terkait Pandemi Korona

Persatuan Ulama Muslim Internasional menyerukan agar kegiatan Shalat Jumat & Shalat
Lima Waktu berjama’ah di setiap negara terdampak Pandemi Korona -yang berdasarkan
laporan medis terpercaya telah menyebabkan kekhawatiran publik- ditangguhkan untuk
sementara waktu sampai pandemi ini dapat dikendalikan.

***

Dunia merasakan kecemasan luar biasa akibat penyebaran Virus Korona (Covid-19) yang
begitu cepat, disusul dengan diklasifikasikannya virus ini sebagai pandemi global
oleh World Health Organization (WHO).

Virus mematikan ini nyatanya memiliki resiko penularan yang tinggi di keramaian publik,
terlebih lagi melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi. Dengan ini, maka
sejatinya setiap pertemuan besar dapat menjadi faktor pendukung dan ladang penularan
virus.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, banyak dari kaum muslimin seantero dunia yang
bertanya-tanya mengenai pelaksanaan Shalat Jumat dan shalat lima waktu berjama’ah di
masjid dalam keadaan mencemaskan seperti saat ini. Apakah harus tetap dilaksanakan?
Atau boleh shalat di rumah tanpa jama’ah, bahkan saat Shalat Jumat sekalipun? Atau
bagaimana hukumnya?

Berikut jawabannya:

1. Firman Allah ta’ala:


“…Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan
berbuat baiklah, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”
(QS Al Baqarah: 195)
Ayat ini mengandung larangan untuk menjatuhkan diri sendiri ke dalam marabahaya,
dan perintah untuk berbuat ihsan, yang mana ihsan ini dicintai dan diridhai oleh
Allah atas hamba-hamba-Nya.

2. Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shalallahu ‘alayhi wa sallam


bersabda:
“Tidak boleh membahayakan diri sendiri, dan tidak boleh membahayakan oranglain.”
Hadits ini secara umum melarang segala sesuatu yang dapat mendatangkan
mudharat baik untuk diri sendiri maupun oranglain.

3. Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shalallaahu ‘alayhi wa sallam


bersabda: “Barangsiapa yang memakan tumbuhan ini -yaitu bawang-, maka
janganlah ia mendekati masjid-masjid kami.”
Semua dalil-dalil di atas -ataupun yang semisalnya- dengan jelas menunjukan bahwa
pelaksanaan Shalat Jumat dan shalat lima waktu berjamaah dalam kondisi yang berisiko
mendatangkan bahaya khususnya bagi kesehatan; tidak disyariatkan, bahkan tidak
diperkenankan.

Hadits terakhir bahkan melarang seseorang yang dari mulutnya mengeluarkan bau tidak
sedap untuk datang ke masjid, khawatir kalau-kalau bau tak sedap itu mengganggu jama’ah
yang lain. Jika ‘hanya karena’ bau tak sedap saja Rasul melarang seseorang untuk datang ke
masjid, maka bagaimana dengan seseorang yang mungkin saja menyebabkan orang lain
tertular virus berbahaya, atau seseorang yang berisiko tinggi tertular virus -akibat
imunitasnya yang kurang baik misalnya-? Apakah beliau akan tetap memerintahkan mereka
untuk datang ke masjid? Tentu saja tidak, beliau pasti akan melarang mereka.

Selain itu, ketika shalat, jama’ah harus saling berdekatan dan berdempetan satu sama lain.
Bahkan mereka bisa merasakan nafas orang di sampingnya.

Setiap orang dari mereka bisa saja bersin atau batuk sewaktu-waktu, dan penularan virus
saat itu sangat mungkin terjadi kepada orang-orang di kanan-kiri mereka.

Berdasarkan dalil-dalil syar’i di atas, dan berdasarkan firman Allah ta’ala dalam Surah Al
Ma’idah ayat 2: “… Dan tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan taqwa”, Persatuan
Ulama Muslim Internasional menyeru kepada segenap kaum muslimin untuk
menangguhkan sementara pelaksanaan Shalat Jumat dan shalat lima waktu berjama’ah di
setiap negara terdampak pandemi yang telah menjadi sumber kekhawatiran nyata publik
-berdasarkan laporan medis terpercaya yang telah disetujui oleh negara-. Penangguhan ini
hendaknya terus berlanjut hingga pandemi dapat dikendalikan, dan status bahaya
penularan telah dinyatakan berakhir oleh pihak yang berwenang.

Anda mungkin juga menyukai