Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................
i
DAFTAR ISI.............................................................................................................
ii
BAB I. PENDAHULUAN..................................................................................
1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI.......................................................................................
2
2.2 SEJARAH........................................................................................
2
2.3 EPIDEMIOLOGI...........................................................................
3
2.4 KOMORBIDITAS.........................................................................
3
2.5 ETIOLOGI.....................................................................................
4
2.6 PATOFISIOLOGI ........................................................................
4
2.7 KRITERIA DIAGNOSIS..............................................................
5
2.8 MANIFESTASI KLINIS...............................................................
7
2.9 STRESOR PENCETUS.................................................................
7
2.10DIAGONOSIS BANDING..............................................................
8
1
2.11 DIAGNOSIS BANDING..............................................................
8
2.12TERAPI............................................................................................
8
2.12.1 TERAPI NON FARMAKOLOGIS...................................
9
2.12.2 TERAPI FARMAKOLOGIS.............................................
9
BAB III. KESIMPULAN .....................................................................................
10
3.1 KESIMPULAN..............................................................................
11
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
12
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
2
stresor.1,2Pengelompokan bersama kedua konsep tersebut di dalam DSM-IV
sebagai gangguan psikotik singkat adalah dengan mengingat kesulitan praktis
dalam membedakan konsep-konsep tersebut di dalam praktis klinis.1
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. DEFINISI
2.2. SEJARAH
4
dihipotesiskan sebagai memuaskan tujuan pasien, sering kali suatu tipe pelepasan
diri dari suatu kondisi traumatis.1
2.3. EPIDEMIOLOGI
2.4. KOMORBIDITAS
Gangguan sering terjadi pada pasien dengan gangguan kepribadian (paling sering
gangguan histrionik, paranoid, skizoid, skizotipal, dan kepribadian borderline).1
5
2.5. ETIOLOGI
2.6. PATOFISIOLOGI
Hipotesis dopamin pada gangguan psikosis serupa dengan penderita skizofrenia
adalah yang paling berkembang dari berbagai hipotesis, dan merupakan dasar dari
banyak terapi obat yang rasional. Hipotesis ini menyatakan bahwa skizofrenia
disebabkan oleh terlalu banyaknya aktivitas dopaminergik. Beberapa bukti yang
terkait hal tersebut yaitu:1,2,3,5
1. Kebanyakan obat-obat antipsikosis menyekat reseptor D2 pascasinaps di
dalam sistem saraf pusat, terutama di sistem mesolimbik frontal;
2. Obat-obat yang meningkatkan aktifitas dopaminergik, seperti levodopa
(suatu precusor), amphetamine (perilis dopamine), atau apomorphine
(suatu agonis reseptor dopamin langsung),baik yang dapat mengakibatkan
skizofrenia atau psikosis pada beberapa pasien;
3. Densitas reseptor dopamin telah terbukti, postmortem, meningkat di otak
pasien skizofrenia yang belum pernah dirawat dengan obat-obat
antipsikosis;
4. Positron emission tomography (PET) menunjukkan peningkatan densitas
reseptor dopamin pada pasien skizofrenia yang dirawat atau yang tidak
dirawat, saat dibandingkan dengan hasil pemeriksaan PET pada orang
yang tidak menderita skizofrenia; dan
6
5. Perawatan yang berhasil pada pasien skizofrenia telah terbukti mengubah
jumlah homovanilic acid (HVA), suatu metabolit dopamin, di cairan
serebrospinal, plasma, dan urin.5
Namun teori dasar tidak menyebutkan hiperaktivitas dopaminergik apakah
karena terlalu banyaknya pelepasan dopaminergik, terlalu banyaknya reseptor
dopaminergik atau kombinasi mekanisme tersebut. Neuron dopaminergik di
dalam jalur mesokortikal dan mesolimbik berjalan dari badan selnya di otak
tengah ke neuron dopaminoseptif di sistem limbik dan korteks serebral.3
2.7. DIAGNOSIS1,2,4
Diagnosis DSM-IV memiliki rangkaian diagnosis untuk gangguan psikotik,
didasarkan terutama atas lama gejala. Untuk gejala psikotik yang berlangsung
sekurangnya satu hari tetapi kurang dari satu bulan dan yang tidak disertai dengan
satu gangguan mood, gangguan myang berhubungan dengan zat, atau suatu
gangguan psikotik karena kondisi medis umum, diagnosis gangguan psikotik
singkat kemungkinan merupakan diagnosis yang tepat. Untuk gejala psikotik
singkat kemungkinan merupakan diagnosis yang tepat. Untuk gejala psikotik yang
lebih dari satu hari diagnosis yang sesuai harus dipertimbangkan adalah gangguan
delusional (jika waham merupakan gejala psikotik utama), gangguan
skizofreniform (jika waham merupakan gejala psikotik utama), gangguan
skizofreniform (jika gejala berlangsung kurang dari 6 bulan) dan skizofrenia (jika
gejala telah berlangsung lebih dari 6 bulan).1,2
Jadi gangguan psikotik singkat diklasifikasikan di dalam DSM-IV sebagai
suatu gangguan psikotik dengan durasi singkat. Kriteria diagnosis menentukan
sekurang-kurangnya satu gejala yang jelas psikotik yang berlangsung selama satu
hari sampai satu bulan. DSM-IV menentukan lebih lanjut penentuan dua ciri:
adanya atau tidak adanya satu atau lebih stressor yang jelas dan; suatu onset pascs
persalinan.1,2
Seperti pada pasien psikiatri akut, riwayat yang diperlukan untuk membuat
diagnosis mungkin tidak dapat diperoleh hanya dari pasien. Walaupun adanya
gejala psikotik mungkin jelas, informasi mengenai gejala prodromal, episode
suatu gangguan mood sebelumnya, dan riwayat ingesti zat psikotomimetik yang
belum lama mungkin tidak dapat diperoleh dari wawancara klinis saja. Di
7
samping itu, klinisi mungkin tidak mampu memperoleh informasi yang akurat
tentang ada atau tidaknya stressor pencetus.1,2
Lama suatu epiode gangguan adalah sekurangnya 1 hari tetapi kurang dari 1
bulan, akhirnya kembali penuh kepada tingkat fungsi pramorbit.
Gangguan tidak lebih baik diterangkan oleh suatu gangguanmood dengan ciri
psikotik, gangguan skizoafektif atau skizofrenia dan bukan karena efek
fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat yang disalahgunakan, suatu
medikasi) atau kondisi medis umum.
Sebutkan jika :
Dengan stresor nyata (psikosis reaktif singkat) : jika gejala terjadi segera
setelah dan tampak sebagai respons dari suatu kejadian yang sendiri atau
bersama-sama, akan menimbulkan stres yang cukup besar bagi hampir setiap
orang dalam keadaan yang sama dalam kultur orang tersebut
Tanpa stresor nyata : jika gejala psikotik tidak terjadi segera setelah, atau
tampaknya bukan sebagai respon terhadap kejadian yang sendirinya atau
bersama-sama akan menimbulkan streas yang cukup besar bagi hampir setiap
orang dalam keadaan yang sama dalam kultur orang tersebut.
8
1. Gangguan psikotik polimorfik akut tanpa gejala skizofrenia
2. Gangguan psikotik polimorfik akut dengan gejala skizofrenia
3. Gangguan psikotik Lir-Skizofrenia Akut
4. Gangguan psikotik akut lainnya dengan predominan waham
9
kecelakaan kendaraan yang berat. Beberapa klinisi berpendapat bahwa keparahan
peristiwa harus dipertimbangkan di dalam hubungan dengan kehidupan pasien.
Walaupun pandangan tersebut adalah beralasan, tetapi mungkin memperluas
definisi stresor pencetus dengan memasukkan peristiwa yang tidak berhubungan
dengan episode psikotik. Klinisi lain berpendapat bahwa stresor mungkin
merupakan urutan peristiwa yang menimbulkan stres sedang, bukannya peristiwa
tunggal yang menimbulkan stres dengan jelas. Tetapi, penjumlahan derajat stres
yang disebabkan oleh urutan peristiwa memerlukan suatu derajat pertimbangan
klinis yang hampir tidak mungkin.
10
Lamanya gejala akut dan residual sering kali hanya beberapa hari. Kadang-
kadang, gejala depresif mengikuti resolusi gejala psikotik. Bunuh diri adalah suatu
keprihatinan pada fase psikotik maupun fase depresif pascapsikotik. Sejumlah
indikator telah dihubungkan dengan prognosis yang baik. Pasien dengan ciri-ciri
tersebut kecil kemungkinannya untuk menderita episode selanjutnya dan kecil
kemungkinannya kemudian akan menderita skizofrenia atau suatu gangguan
mood.
2.12. TERAPI
Rawat inap. Seorang pasien psikotik akut mungkin memerlukan rawat inap yang
singkat baik untuk evaluasi maupun proteksi. Evaluasi memerlukan pemantauan
gejala yang ketat dan penilaian tingkat bahaya pasien terhadap diri sendiri dan
orang lain. Selain itu, rawat inap yang tenang dan terstruktur dapat membantu
pasien mendapatkan kembali kesadarannya terhadap realita. Sementara klinisi
menunggu efek perawatan atau obat-obatan, mungkin diperlukan pengasingan,
pengendalian fisik, atau pemantauan satu pasien oleh satu pemeriksa.1,2
11
koping adalah topik utama psikoterapi. Masalah terkait meliputi membantu pasien
menangani rasa harga dirinya yang hilang dan mendapatkan kembali rasa percaya
diri. Setiap strategi pengobatan didasarkan pada peningkatan keterampilan
menyelesaikan masalah, sementara memperkuat struktur ego melalui psikoterapi
tampaknya merupakan cara yang paling efektif. Keterlibatan keluarga dalam
proses pengobatan mungkin penting untuk mendapatkan keberhasilan.1,2,5
Farmakoterapi1,2
Dua kelas utama obat yang perlu dipertimbangkan di dalam pengobatan gangguan
psikotik adalah obat antipsikotik antagonis reseptor dopamin dan benzodiazepin.
Jika dipilih suatu antipsikotik, suatu antipsikotik potensi tinggi, misalnya
haloperidol biasanya digunakan. Khususnya pada pasien yang berada pada resiko
tinggi untuk mengalami efek samping ekstrapiramidal, suatu obat antikolinergik
kemungkinan harus diberikan bersama-sama dengan antipsikotik sebagai
profilaksis terhadap gejala gangguan pergerakan akibat medikasi. Selain itu,
benzodiazepin dapat digunakan dalam terapi singkat psikosis. 7Walaupun
benzodiazepin memiliki sedikit kegunaan atau tanpa kegunaan dalam pengobatan
jangka panjang gangguan psikotik, obat dapat efektif untuk jangka singkat dan
disertai dengan efek samping yang lebih jarang daripada antipsikotik. Pada kasus
yang jarang benzodiazepin disertai dengan peningkatan agitasi dan pada kasus
yang lebih jarang lagi dengan kejang putus obat yang hanya biasanya terjadi pada
penggunaan dosis tinggi terus-menerus.6Medikasi hipnotik sering kali berguna
selama satu sampai dua minggu pertama setelah resolus episode psikotik.
Pemakaian jangka panjang medikasi harus dihindari dalam pengobatan gangguan
ini.1,7
12
BAB III
KESIMPULAN
3. KESIMPULAN
Gangguan psikotik akut adalah gangguan yang berlangsung kurang dari satu
bulan tetapi sekurangnya satu hari; gejala mungkin memenuhi atau tidak
memenuhi kriteria diagnosis untuk skizofrenia. Insidensi psikosis reaktif singkat
DSM-III-R diperkirakan adalah 1,4 per 100.000 yang direkrut.
13
DAFTAR PUSTAKA
14