Anda di halaman 1dari 15

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Perilaku

2.1.1 Pengertian Perilaku

Dari ssegi biologis, perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme

(mahluk hidup) yang bersangkutan. Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas

manusia,baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar

(Notoatmodjo: 2012).

Skinner (1938) seorang ahli psikologis, merumuskan bahwa perilaku merupakan

respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku terjadi

melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut

merespons, maka teori ini disebut “S-O-R” atau Stimulus Organisme Respons (Skinner

(1938) dalam buku Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan, 2012: 131). Skinner

membedakan adanya dua respons :

1. Respondent response atau reflexive, merupakan respons yang timbul akibat

rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Karena menimbulkan respons-respons

yang relative tetap,maka stimulus ini disebut eliciting stimulation. Contoh dari

respons ini seperti makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya

terang menyebabkan mata tertutup. Selain itu, respondent response ini juga mencakup

perilaku emosional seperti mendengar berita duka menjadi sedih dan menangis, lulus

ujian meluapkan kegembiraannya dengan mengadakan pesta (Notoatmodjo: 2012).

2. Operant response atau instrumental response, respons yang timbul dan berkembang

kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu (Notoatmodjo: 2012).


Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena memperkuat

respons. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan

baik (respons terhadap uraian tugasnya atau job skripsi) kemudian memperoleh

penghargaan dari atasannya (stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan

lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya (Notoatmodjo: 2012).

Menurut Skinner, untuk membentuk jenis respons atau perilaku perlu adanya operant

conditioning atau suatu kondisi tertentu. Pembentukan perilaku dalam operant

conditioning melalui beberapa prosedur berikut :

a. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau reinforce

berupa hadiah-hadiah atau rewards bagi perilaku yang akan dibentuk.

b. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang

membentuk perilaku yang dikehendaki.

c. Menggunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai tujuan sementara.

d. Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen yang

telah disusun.

(Notoatmodjo, 2012: 133).

Berdasarkan batasan perilaku dari Skinner , maka perilaku kesehatan adalah

respons seseorang terhadap objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit,sistem

pelayanan kesehatan,makanan dan minuman serta lingkungan. Dari batasan

tersebut, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu :

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health maintenance)

Adalah usaha seseorang untuk menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha

seseorang dalam penyembuhan bilamana sakit. Oleh karena itu, perilaku

pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari tiga aspek :


a. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta

pemulihan setelah sakit.

b. Perilaku peningkatan kesehatan, orang yang sehat perlu diupayakan supaya

mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin.

c. Perilaku gizi (makanan dan minuman)

2. perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan

kesehatan, atau disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior)

Perilaku yang menyangkut upaya atau usaha seseorang untuk sembuh dari

penyakit yang sedang diderita. Perilaku ini dimulai dari mengobati diri sendiri

sampai mencari pengobatan ke luar negri.

3. perilaku kesehatan lingkungan

Upaya seseorang dalam mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu

kesehatannya sendiri.

Menurut (Becker, 1979 dalam promosi kesehatan dan perilaku kesehatan,

2012: 135-136) klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan ini adalah :

a. Perilaku hidup sehat (healthy life style)

Upaya seseorang dalam meningkatkan kesehatan dengan menerapkan pola

gaya hidup sehat seperti : makanan yang bergizi, oahraga teratur, tidak merokok,

istirahat yang cukup, mengendalikan stress.

b. Perilaku sakit (illnes behavior)

perilaku ini mencakup respon seseorang terhadap penyakitnya, penyebab dan

tanda gejala dari penyakitnya, serta upaya seseorang dalam mengobati

penyakitnya.

c. Perilaku peran sakit


perilku ini meliputi : tindakan untuk memperoleh kesembuhan,

mengenal/mengetahui

2.1.2 Jenis Perilaku

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus, maka perilaku dapat dibedaan menjadi

dua :

1. Perilaku tertutup (covert behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup.

Disebut covert behavior atau unobservable behavior karena respons atau reaksi

terhadap sstimulus masih terbatas pada perhatian, persepsi pengetahuan/kesadaran

dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, serta belum

dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Misalnya : seorang ibu hamil tahu

pentingnya periksa kehamilan, seorang pemuda tahu bahwa HIV/AIDS dapat

menular melalui hubungan seks (Notoatmodjo: 2012) . Sikap merupakan bentuk

periaku tertutup lainnya, yakni penilaian terhadap objek.

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respons seorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka.

Disebut overt behavior karena respons terhadap stimulus sudah jelas dalam bentuk

tindakan atau praktik yang dengan mudah dapat diamati dan dilihat oleh orang

lain. Misalnya penderita TB paru rutin minum obat.


2.2 Konsep Remaja

2.2.1 Pengertian Remaja

Remaja dalam ilmu psikologis diperkenalkan dengan istilah lain, seperti

puberteit,adolescence, dan youth. Remaja atau adolescence (inggris), berasal dari

bahasa latin “adolescere” yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang

dimaksud adalah bukan kematangan fisik saja tetapi juga kematangan social dan

psikologi (Intan Kumalasari, 2012: 13).

Menurut WHO , masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju

masa dewasa,dimana pada masa itu terjadi pertumbuhan yang pesat termasuk fungsi

reproduksi sehingga memengaruhi terjadinya perubahan-perubahan

perkembangan,baik fisik,mental maupun peran sosial (Surjadi, dkk., 2002: 35)

Pieget (1991) menyatakan bahwa secara psikologis remaja adalah suatu usia dimana

individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak

tidak merasa bahwa dirinya berada dibawah tingkat orang yang lebih tua melainkan

merasa sama atau paling tidak sejajar (Ali, 2005: 9).

2.2.2 Batasan Usia Remaja

Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan social budaya setempat.

Ditinjau dari bidang kesehatan WHO, masalah

Tiga hal yang menjadikan masa remaja penting sekali bagi kesehatan

reproduksi adalah sebagai berikut :

1. Masa remaja (usia 10-19 tahun) merupakan masa yang khusus dan penting

karena merupakan periode pematangan organ reproduksi manusia dan

sering disebut masa pubertas.

2. Masa remaja terjadi perubahan fisik secara cepat dan tidak seimbang

dengan perubahan kejiwaan (mental-emosional). Perubahan yang secara


cepat ini membingungkan bagi remaja yang mengalaminya. Oleh karena

itu, perlu adanya dukungan dari lingkungan sekitarnya agar remaja dapat

tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa yang sehat.

3. Dalam lingkungan social tertentu, sering terjadi pembedaan perlakuan

terhadap remaja laki-laki dan perempuan. Seperti halnya bagi laki-laki

masa remaja merupakan masa memperoleh kebebasan,sedangkan bagi

remaja putri merupakan saat dimulainya segala bentuk pembatasan.

(Intan Kumalasari, 2012: 14)

2.2.3 Karakteristik Remaja Berdasarkan Umur

Karakteristik remaja berdasarkan umur adalah sebagai berikut :

1. Masa remaja awal (10-12 tahun)

a. Lebih dekat dengan teman sebaya

b. Ingin kebebasan

c. Lebih banyak memerhatikan keadaan tubuhnya

d. Mulai berpikir abstrak

(Intan Kumalasari, 2012: 14).

2. Masa remaja pertengahan (13-15 tahun )

a. Mencari identitas diri

b. Timbul keinginan untuk berkencan

c. Mempunyai rasa cinta yang mendalam

d. Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak

e. Berkhayal tentang aktivitas seks

(Intan Kumalasari, 2012: 14).


3. Remaja akhir (17-21 tahun)

a. Pengungkapan pembebasan diri

b. Lebih selektif dalam mencari teman sebaya

c. Mempunyai citra tubuh (body image) terhadap dirinya sendiri

d. Dapat mewujudkan rasa cinta

(Intan Kumalasari, 2012: 14).

2.2.4 Perkembangan Remaja dan Tugasnya

Tugas dari perkembangan remaja ini difokuskan pada upaya remaja untuk

mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa dengan

meninggalkan masa kekanak-kanakan. Menurut Hurlock (1991) dalam buku

kesehatan reproduksi, 2012: 15, tugas perkembangan remaja adalah sebagai

berikut :

a. Mampu menerima keadaan fisiknya

b. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa

c. Mampu membina hubungan baik dengan anggota yang berlainan jenis

d. Mencapai kemandirian ekonomi

e. Mencapai kemandirian emosional

f. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual untuk

dikembangkan di masyarakat

g. Memahami dan menginternalisasi nilai-nilai orang dewasa dan orangtua

h. Mengembangkan perilaku tanggung jawab social yang diperlukan untuk

memasuki usia dewasa

i. Mempersiapkan diri untuk memasuki usia perkawinan


j. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab dalam

kehidupan keluarga

(Intan Kumalasari, 2012: 15).

2.2.5 Tumbuh Kembang Remaja

Merupakan proses atau tahapan seorang remaja mengalami perubahan dari

masa kanak-kanak menjadi dewasa,dengan ditandai adanya perubahan fisik

serta psikologis, diantaranya adalah sebgai berikut :

1. Perubahan Fisik Pada Masa Remaja

a. Tanda-tanda seks primer

Dalam Modul Kesehatan Reproduksi Remaja (Depkes, 2002)

disebutkan bahwa ciri-ciri seks primer pada remaja adalah sebagai

berikut :

Remaja laki-laki :

Remaja laki-laki sudah bias melakukan fungsi reproduksi bila telah

mengalami mimpi basah. Ini merupakan pengalaman yang normal bagi

remaja laki-laki, mimpi basah merupakan salah satu cara tubuh laki-

laki ejakulasi. Ejakulasi terjadi karena produksi sperma yang terus

menerus dan harus dikeluarkan. Mimpi basah ini biasanya terjadi pada

remaja usia 10-15 tahun.

Remaja wanita :

Sebagai tanda kematangan dari organ reproduksi wanita adalah ditandai

dengan datangnya menstruasi (menarchea). Menstruasi adalah proses

peluruhan lapisan dalam atau endometrium yang banyak mengandung

pembuluh darah dari uterus melalui vagina. Hal ini berlangsung terus
sampai menjelang masa menapouse yaitu ketika seorang berumur sekitar

40-50 tahun (Intan Kumalasari, 2012: 16).

b. Tanda- tanda seks sekunder

Remaja laki-laki :

1. Lengan dan tungkai kaki bertambah panjang ; tangan dan kaki

bertambah besar.

2. Bahu melebar, pundak serta dada bertambah besar dan membidang,

pinggul menyempit.

3. Pertumbuhan rambut disekitar alat kelamin, ketiak,dada,tangan,

dan kaki.

4. Tulang wajah memanjang dan membesar tidak tampak seperti anak

kecil lagi.

5. Tumbuh jakun,suara menjadi besar.

6. Penis dan buah zakun membesar

7. Kulit menjadi lebih kasar dan tebal dan berminyak.

8. Rambut menjadi lebih berminyak.

9. Produksi keringat menjadi lebih banyak.

Remaja wanita :

1. Lengan dan tungkai kaki bertambah panjang,tangan dan kaki

bertambah besar

2. Pinggul lebar,bulat, dan membesar.

3. Tumbuh bulu-bulu halus disekitar ketiak dan vagina

4. Tulang-tulang wajah mulai memanjang dan membesar.

5. Pertumbuhan payudara, punting susu membesar dan menonjol


6. Kulit menjadi lebih kasar,lebih tebal, agak pucat, lubang pori-pori

bertambah besar, kelenjar lemak, dan kelenjar keringat menjadi

lebih aktif.

7. Otot semakin besar dan semakin kuat, terutama pada pertengahan

dan menjelang akhir masa puber, sehingga memberikan bentuk

pada bahu,lengan, dan tungkai.

8. Suara menjadi penuh dan semakin merdu.

(Intan Kumalasari, 2012: 17).

2. Perubahan Psikologis Pada Masa Remaja :

a. Perubahan emosi

Sensitif, misalnya : mudah menangis, cemas, frustasi dan sebaliknya

bias tertawa tanpa alas an yang jelas. Terutama sering terjadi pada

remaja wanita sebelum masa menstruasi.

Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan atau rangsangan

luar yang memengaruhinya, sering bersikap irasional, mudah

tersinggung.

Ada kecenderungan tidak patuh pada orang tua dan lebih senang

dengan temannya daripada di rumah.

b. Perkembangan inteligensi

Cenderung mengembangkan cara berpikir abstrak, suka memberikan

kritik. Cenderung ingin mengetahui hal baru sehingga muncul perilaku

ingin coba-coba.
2.3 Konsep Kesehatan Reproduksi

2.3.1 Pengertian Kesehatan Reproduksi

Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan fisik,mental dan sosial

yang utuh,bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam

segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta

prosesnya (WHO dalam buku Himpunan Penyuluhan Kesehatan,2011:

15). Atau suatu keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan

seksualnya serta mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksinya

secara sehat dan aman (WHO dalam buku Himpunan Penyuluhan

Kesehatan,2011: 16-17).

2.3.2 Anatomi Organ Reproduksi

Organ reproduksi merupakan organ-organ yang berperan dalam proses


perkembangbiakan atau dalam proses memperbanyak keturunan. Agar seorang wanita bisa
memiliki keturunan, maka harus memiliki organ-organ reproduksi yang berfungsi dengan
baik. Alat reproduksi pada wanita terdiri dari dua bagian yaitu bagian luar dan bagian dalam.
Menurut Gibson (1995:281) “vulva adalah nama yang diberikan untuk ginetalia eksterna
wanita”.

Menurut (Pinem, 2009:5-6) menyatakan bahwa :

 Organ reproduksi bagian luar :


a) Pada perempuan dewasa terdapat bagian yang tertutup oleh rambut kemaluan
yaitu mons veneris atau bagian yang menonojol yang terletak di atas simfisis.
b) Setelah mons veneris yaitu labia mayora karena berbentuk seperti bibir, bagian
ini bisa di sebut bibir-bibir besar, bagian ini terdiri atas bagian kanan dan kiri.
Yang berbentuk lonjong mengecil kebawah. Labia mayora akan membentuk
komisura posterior jika pada bagian bawah dan belakang kedua labia mayora
bertemu.
c) Labia minora atau bibir kecil, merupakan lapisan kedua setelah labia mayora
atau organ yang berbentuk lipatan yang terdapat di dalam labia mayora. Bibir
kecil bersifat sensitif karena di dalam kulit yang menyelimutinya terdapat
banyak kelenjar lemak dan banyak terdapat ujung syaraf.
d) Selanjutnya yaitu klitoris, organ yang terletak di bawah arkus pubis, yang
pendek dan berbentuk silinder dan erektil. Jika seorang wanita tidak
terangsang maka organ ini kira-kira sebesar kacang hijau, yang di dalamnya
terdapat glans dan korpus klitoridis. Sedangkan jika wanita dalam keadaan
terangsang secara seksual, maka glans dan korpus klitoridis akan membesar.
Dan fungsi utama dari klitoris itu sendiri yaitu untuk menimbulkan rangsangan
dan meningkatkan ketegangan seksual.
e) Vulva, organ yang memiliki bentuk lonjong, memanjang dari depan ke
belakang. Bagian depan organ ini dibatasi oleh klitoris, di bagian belakang di
batasi oleh perineum, sedangkan pada bagian kanan dan kiri vulva di batasi
oleh kedua bibir yaitu bibir kecil.
f) Selanjutnya yaitu bulbus vestibule, organ yang terletak tepat di bawah selaput
lendir vulva, bagian ini kaya akan pembuluh darah.
g) Introitus vagina, memiliki ukuran dan bentuk yang tidak sama pada setiap
individu. Pada seorang wanita bagian ini di lindungi oleh bibir kecil dan baru
bisa di lihat jika bibir kecil ini membuka. Introitus vagina ini juga di tutupi
oleh selaput dara atau himen.
h) Terakhir yaitu perineum, pembatas antara vulva dan anus, yang ditutupi oleh
kulit dan memiliki panjang kurang lebih 4 cm.

 Selanjutnya yaitu organ reproduksi bagian dalam. Menurut (Syaifudin, 2006:252-254)


mengungkapkan bahwa organ reproduksi bagian dalam terbagi atas 4 bagian. Yaitu :
a) Vagina, bagian yang berfungsi sebagai penghubung antara organ introitus
vagina dan uterus. Bagian depan dari vagina ini memiliki ukuran kurang lebih
9 cm, lebih pendek dari ukuran dinding belakang.
b) Uterus (rahim), organ yang berotot, tebal, dan memiliki bentuk yang
menyerupai buah pir. Organ ini terletak di dalam pelvis tepatnya yaitu antara
rektum di bagian belakang, dan kandung kemih yang berada di bagian depan.
Pada bagian uterus terdapat Endometrium ( dinding rahim) yang terdiri dari
sel –sel epitel dan membatasi uterus. Lapisan endometrium ini akan menebal
pada saat ovulasi dan akan meluruh pada saat menstruasi
c) Selanjutnya yaitu ovarium , menurut Syaifuddin (2006:253) “ovarium disebut
juga indung telur”. Karena ovarium merupakan organ reproduksin pada wanita
yang memiliki peranan penting, yaitu penghasil ovum (sel telur).
d) Organ terakhir yaitu tuba falopi, organ yang memiliki panjang kurang lebih 12
cm dengan diameter 3-8 mm. Tuba falupi ini berjalan menuju lateral kiri dan
juga kanan.

Selain itu, payudara atau kelenjar mamae juga sebagai pelengkap dari organ reproduksi
wanita. Tidak hanya pada wanita, tetapi organ ini juga terdapat pada laki-laki, namun
biasanya pada laki-laki tidak berkembang. Kelenjar ini akan mencapai puncak perkembangan
saat wanita hamil dan akan menghasilkan asi saat bayi lahir (Sloane, 2004:358).

Payudara pada wanita ini terletak dalam fasia dalam, yang memanjang dari rusuk ke-2 sampai
ke-6 dan dari samping sternum ke garis midaksila (Gibson, 1995:282).

2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi

Pinem (2009:33-34) menyatakan bahwa :

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan reproduksi antara lain:

a) Faktor demografis atau faktor social ekonomi, faktor ini bisa dinilai dari usia
pertama seseorang melakukan hubungan seksual, usianya saat menikah, serta saat
pertama hamil. Sedangkan untuk faktor social ekonomi dapat dilihat dari tingkat
pendidikan seseorang, status pekerjaan, status social atau tingkat kemiskinan,serta
rasio melek huruf.
b) Faktor budaya dan lingkungan, faktor ini mencakup tentang pandangan agama
seseorang, lingkungan sekitar tempat tinggalnya, dan cara ia bersosialisasi dengan
orang sekitar. Selain itu, persepsi masyarakat tentang fungsi, tanggung jawab dan
hak reproduksi individu.
c) Faktor psikologi, faktor ini berhubungan dengan psikis atau keadaan jiwa seseorang.
Faktor ini meliputi tekanan dari teman sebayanya, rasa rendah diri, tergantung pada
keharmonisan kedua orangtua serta perlakuan keluarga terhadapnya.
d) Faktor biologis,

Selain ke empat faktor diatas, kebersihan reproduksi juga tergantung pada bagaimana
kita merawat organ reproduksi kita. Menurut Riantinawati (2013) “kesehatan reproduksi
remaja dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu: Kebersihan alat-alat genital, akses terhadap
pendidikan kesehatan, hubungan seksual pranikah, penyakit menular seksual (PMS),
pengaruh media massa, akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi yang terjangkau, dan
hubungan yang harmonis antara remaja dengan keluarganya”.

2.3.4 Cara menjaga kesehatan reproduksi remaja wanita usia 10-12 tahun

Menjaga kesehatan organ reproduksi wanita sangat di perlukan agar para wanita
terhindar dari berbagai penyakit yang berhubungan dengan organ tersebut. Putri (2016)
menyatakan bahwa ada beberapa cara menjaga kesehatan reproduksi antara lain :

a) Tidak merokok merupakan cara yang efektif untuk menghindarkan diri dari
penyakit organ reproduksi. Karena dengan merokok ovarium wanita akan
terganggu, dan rokok akan berpengaruh pada masa pembuahan.
b) Menjaga pola makan, pola makan teratur merupakan salah satu cara dalam
menjaga kesehatan reproduksi wanita. Tidak baik jika kita dalam kondisi
kegemukan atau kekurusan. Karena wanita yang terlalu gemuk akan
mengalami masalah saat menstruasi,hal ini bisa berpengaruh terhadap organ
reproduksinya. Demikian pula wanita yang terlalu kurus akan menjadi
penghambat tumbuhnya hormone estrogen.
c) Lakukan aktivitas seks dengan cara yang aman. karena ini merupakan salah
satu cara untuk menghindarkan kita dari penyakit reproduksi yang menular
melalui hubungan seks seperti HIV.
d) Usahakan melakukan pemeriksaan ke dokter, guna mengetahui apakah organ
reproduksi dalam keadaan sehat atau sedang terkena penyakit.
e) Jika kita sudah terkena penyakit reproduksi, maka kita harus melakukan
pengobatan semaksimal mungkin guna menghindari sakit yang berkelanjutan.
f) Yang paling utama yaitu dengan membiasakan hidup sehat.

Masih banyak cara yang dilakukan untuk menjaga kesehatan organ reproduksi wanita.
Menurut Murdani (2016) mengungkapkan bahwa tips menjaga kesehatan organ reproduksi
wanita:

 Setelah selesai buang air kecil ataupun buang air besar biasakan bersihkan organ intim
dengan bersih dari arah depan ke belakang , yaitu arah vagina ke anus.
 Hindari penggunaan celana dalam yang terlalu ketat. Karena hal ini dapat
menyebabkan otot vagina tertekan dan dapat menyebabkan kelembapan pada sekitar
vagina.
 Pastikan menggunakan celana dalam yang dapat menyerap keringat. Jika dalam cuaca
dinging anti celana dalam 1 kali. Tetapi jika dalam cuaca panas usahakan mengganti
celana dalam dua kali.
 Saat menstruasi gunakan pembalut yang kering dan memiliki tekstur lembut.
Usahakan sesering mungkin mengganti pembalut, terlebih saat aliran darah mencapai
5-6 jam sekali. Karena darah yang terlalu banyak tertampung pada pembalut dapat
menyebabkan infeksi.

Anda mungkin juga menyukai