TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Makanan
Makanan adalah hasil dari proses pengolahan suatu bahan pangan yang dapat diperoleh
dari hasil pertanian, perkebunan, perikanan dan adanya teknologi. Makanan dalam ilmu
kesehatan adalah setiap substrat yang dapat dipergunakan untuk proses di dalam tubuh.
Terutama untuk membangun dan memperoleh tenaga bagi kesehatan sel tubuh (Winarno,
2006).
Berdasarkan cara memperoleh, pangan dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu
(Winarno, 2006): 1. Makanan segar, yaitu makanan yang belum mengalami pengolahan yang
dapat dikonsumsi langsung ataupun tidak langsung (bahan baku pengolahan pangan), 2.
Makanan olahan, yaitu makanan hasil proses pengolahan dengan cara atau metode tertentu,
dengan atau tanpa bahan tambahan. Dalam pemenuhannya, saat ini manusia tidak hanya
bergantung dari makanan segar, namun juga memilih dan mengkonsumsi makanan
kemasan.Makanan kemasan adalah makanan yang terbungkus dengan teratur, bersih, rapi,
dan mempunyai label kemasan serta masa kadaluarsa untuk dijual dalam waktu yang
diperkirakan.
Sifat fisik yang memiliki hubungan erat dengan sifat dari bahan pangan antara lain sifat
alometrik, tekstur, kekenyalan, koefisien gesek, dan konduktivitas panas. Sifat fisik memiliki
kaitan sangat erat dengan mutu bahan pangan karena dapat digunakan sebagai informasi
dasar dalam menentukan tingkat metode penanganan dan atau bagaimana mendesain
peralatan pengolahan terutama peralatan pengolahan yang bersifat otomatis. Beberapa sifat
1
fisik dalam pangan adalah berat jenis, titik beku, titik gelatinisasi (proses pembengkakan
granulapati contohnya mie instan) pati, bilangan penyabunan, dan indeks bias. Dengan kata
Sifat kimiawi dari bahan pangan ditentukan oleh senyawa kimia yang terkandung
sejak mulai dari bahan pangan dipanen/ditangkap hingga diolah. Perubahan kandungan
senyawa kimia pada bahan pangan tergantung dari tingkat kematangan biologis,
jeniskelamin, kematangan seksual, temperatur, suplai makanan atau pupuk, stres, atau
parameter lingkungan lainnya. Sebagian besar bahan pangan memiliki kandungan air relative
tinggi. Dengan kandungan air demikian, bahan pangan tersebut merupakan media yang baik
bagi mikroba pembusuk untuk tumbuh dan berkembang. Upaya dilakukan untuk menurunkan
kandungan air dalam bahan pangan sampai batas dimana mikroba tidak dapat tumbuh dan
berkembang masih terus dikembangkan. Keberhasilan upaya ini akan dapat meningkatkan
masa simpan bahan pangan. Pada komoditas perikanan dan beberapa bahan pangan nabati
lainnya diketahui mengandung minyak yang dapat diekstrak. Kandungan senyawa kimia juga
penanganan dan pengolahan. Sifat biologis yang utama dari bahan pangan adalah kandungan
mikrobanya. Sebagian besar bahan pangan memiliki kandungan mikroba sejak dipanen atau
ditangkap. Mikroba ini tersebar di seluruh permukaan. Sebagian mikroba tersebut merupakan
mikroba asli (flora alami) yang berasal dari alam dan melekat pada bahan pangan. Sebagian
mikroba lainnya berasal dari kontaminasi. Kontaminasi mikroba dapat berasal dari
lingkungan, pakaian yang dikenakan saat menangani atau mengolah bahan pangan, dan dari
bahan pangan yang sudah tercemar. Bila kondisi memungkinkan, kedua jenis mikroba ini
2
1.3 Penggolongan Jenis Pangan
Berikut susunan bahan makanan didalam tabel komposisi pangan indonesia Serealia,
umbi dan hasil olahan, Kacang-kacangan, biji-bijian dan hasil olahan, Daging dan hasil
olahan, Telur dan hasil olahan, Ikan, kerang, udang dan hasil olahan, Sayuran dan hasil
olahan, Buah-buahan, Susu dan hasil olahan, Lemak dan minyak, Serba-serbi (gula, madu,
dll)
gambar,tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan,
dimasukkanke dalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan pangan (PP no. 69
tahun 1999).Pelaku Usaha yang memproduksi Pangan di dalam negeri untuk diperdagangkan,
termasuk UMKM Pangan dan IRTP wajib mencantumkan label di dalam dan atau pada
Kemasan Pangan, baik ditulis atau dicetak dengan menggunakan Bahasa Indonesia serta
memuat paling sedikit keterangan mengenai nama produk, komposisi dan berat bersih suatu
Secara garis besar, tujuan pelabelan adalah sebagai berikut: 1. Memberi informasi
tentang isi produk yang diberi kemasan tanpa harus membuka kemasan. 2. Memberi petunjuk
yang tepat bagi konsumen sehingga diperoleh fungsi produk yang optimum. 3. Berfungsi
sebagai sarana komunikasi produsen kepada konsumen tentang hal - hal yang perlu diketahui
oleh konsumen tentang produk tersebut, terutama hal - hal yang tak dapat diketahui secara
fisik. 4. Sarana periklanan bagi produsen. 5. Memberi “rasa aman” pada konsumen. (BPOM
RI, 2012).
Peranan label pada suatu produk sangat penting untuk memperoleh produk yang
sesuai dengan yang diinginkan konsumen. Label produk yang dijamin kebenarannya akan
memudahkan konsumen dalam menentukan beragam produk dan subtitusi di pasaran. Selain
3
sebagai sarana pendidikan pada masyarakat, label juga dapat memberikan nilai tambah bagi
produk. Kompetitor produk di pasaran yang semakin bertambah dapat menjadikan label
sebagai strategi yang menarik dalam pemasaran. Meskipun dengan label pula, pihak produsen
dapat secara sadar atau tidak sadar mengelabui atau bahkan mengorbankan konsumen.
pasal 30 ayat 1, “Setiap orang yang memproduksi atau memasukkan ke dalam wilayah
Indonesia pangan yang dikemas untuk 7 diperdagangkan wajib mencantumkan label pada, di
dalam, dan atau di kemasan pangan.” Pada pasal yang sama ayat 2, “Label memuat
sekurangnya keterangan mengenai nama produk, daftar bahan yang digunakan, berat bersih
atau isi bersih, nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan pangan ke
wilayah Indonesia, keterangan tentang halal, tanggal, bulan, dan tahun kadaluarsa.
Adapun isi label mencakup: 1. Informasi yang harus dicantumkan pada label yaitu
nama makanan/produk, komposisi atau daftar ingredient, isi netto, nama dan alamat
pabrik/importir, nomor pendaftaran, kode produksi, tanggal kadaluarsa, petunjuk atau cara
penggunaan, nilai gizi, tulisan atau pernyataan khusus. 2. Pernyataan (claim) pada label dan
periklanan yaitu pernyataan tentang gizi dan pernyataan tentang kondisi dan penyakit tertentu
(theurapetic claim) 3. Gambar pada label atau iklan. Label pangan adalah setiap keterangan
mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain
yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada, atau merupakan
komposisi atau daftar delapaningredient, isi netto, nama dan alamat pabrik atau importir,
nomor pendaftaran, kode produksi, tanggal kadaluarsa, petunjuk atau cara penyimpanan,
4
petunjuk atau cara penggunaan, nilai gizi, tulisan atau pernyataan khusus. Nama makanan
memberikan informasi mengenai sifat atau keadaan makanan yang sebenarnya. Nama
makanan untuk produk dalam negeri ditulis menggunakan Bahasa Indonesia, dapat ditambah
dengan Bahasa Inggris dan sebaliknya jika nama makanan bagi produk impor, menggunakan
Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris. Tanggal kadaluarsa memberikan informasi mengenai
waktu atau tanggal yang menunjukkan suatu produk makanan masih memenuhi syarat mutu
makanan termasuk bahan tambahan makanan dengan urutan menurun mulai dari bagian yang
terbanyak, kecuali vitamin dan mineral. Bahan tambahan makanan harus mencantumkan
nama golongan, misalnya pemanis buatan, antioksidan, anti kempal, pengukur keasaman dan
lainlain. Khusus untuk pewarna disebutkan nomor indeksnya. Penyedap rasa alamiah identik
dan sintetik harus ditulis berbeda. Nilai gizi yang harus dicantumkan pada label makanan
yaitu nilai gizi makanan yang diperkaya, nilai gizi makanan diet, dan makanan lain yang
vitamin, dan mineral atau kadar komponen tertentu. Petunjuk atau cara penyimpanan
memberikan informasi mengenai hal yang mungkin mempengaruhi sifat dan mutu dari
produk makanan, seperti produk susu, daging, dan lain-lain (POM, 2004).
huruf latin atau arab. 2. Ditulis dengan Bahasa Indonesia dengan huruf latin. 3. Ditulis jelas,
lengkap, mudah dibaca (ukuran minimal 0,75 mm dan warna kontras). 4. Tidak boleh
mencantumkan segala hal baik kata, tanda, atau gambar yang menyesatkan. 5. Tidak boleh
penjualan.
5
1.4.3 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembacaan label
Dalam penelitian Zahara 2009, yang berjudul kepatuhan membaca label informasi zat
gizi di kalangan mahasiswa diperoleh data variabel yang berhubungan secara bermakna
(p<0,05) meliputi status pekerjaan ayah, sikap terhadap kesehatan dan label makanan,
pekerjaan ayah merupakan indikator bagi penentuan status ekonomi responden. Status
pekerjaan yang baik akan dapat menjamin tercukupinya kebutuhan konsumsi. Status
pekerjaan yang tidak tetap kurang dapat menjamin tercukupinya kebutuhan, karena
penghasilan yang tidak pasti. Dengan penghasilan yang tetap dan terjamin oleh orang tua,
responden tidak lagi berfikir tentang harga tetapi lebih memperhatikan kandungan zat gizi
suatu produk, sehingga cenderung lebih memperhatikan informasi yang tercantum pada
kemasan makanan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ellison et al 2013, 47% dari pengunjung yang
memilih makanan rendah kalori pada acara makan malam adalah memiliki tingkat pendidikan
sarjana dibandingkan dengan tingkat pendidikan menengah sebesar 28,6% memilih makanan
yang tinggi kalori saat acara makan malam (Ellison et al, 2013).
Kepatuhan membaca label informasi zat gizi dan komposisi zat gizi ditemukan lebih
tinggi pada responden yang bersikap baik daripada yang kurang baik. Ditemukan hubungan
yang bermakna antara faktor perencana makanan dengan kepatuhan membaca label informasi
gizi. Kepatuhan juga cenderung lebih besar pada responden yang berbelanja dari pada yang
tidak. Keterpaparan media informasi tentang label makanan berhubungan signifikan dengan
6
Penelitian serupa dilakukan oleh Bonsmann 2012secara umum, pengaruh label nutrisi
pada keputusan pembelian makanan lemah, terutama bila dibandingkan dengan faktor-faktor
lain seperti rasa, harga, tanggal kadaluwarsa, merek, kenyamanan, dan preferensi keluarga
(Bonsmann, 2012).
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang
bersangkutan. Menurut teori SOR (stimulus, organism, respons) oleh Skiner (1938) dalam
Notoatmodjo 2010, seorang ahli psikologi menyebutkan bahwa perilaku adalah respon atau
reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Teori SOR menjelaskan ada dua
jenis respons: (1) Respondent respons atau refleksif, yaitu respons yang ditimbulkan oleh
menimbulkan respons-respons yang relatif tetap. (2) Operant respons atau instrumental
respons, yaitu respons yang timbul dan kemudian diikuti oleh rangsangan lain. Perangsang
yang terakhir ini disebut reinforcing stimuli atau reinforce, karena berfungsi untuk
memperkuat respons.
Berdasarkan teori SOR tersebut, maka perilaku manusia dapat dikelompok menjadi dua,
yaitu (Notoatmodjo, 2010): (1) Perilaku tertutup atau covert behavior adalah perilaku yang
terjadi apabila respons terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain
secara jelas. Bentuk covert behavior yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap. (2)
Perilaku terbuka atau overt behavior adalah perlaku yang terjadi apabila respons terhadap
stimulus tersebut berupa tindakan atau praktik yang dapat diamati oleh orang lain. Benyamin
Bloom (1908) dalam Notoatmodjo, 2010, seorang ahli psikologi pendidikan membedakan
perilaku ke dalam tiga domain, yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor
(tindakan).
7
Perilaku pemilihan produk makanan kemasan adalah tindakan yang langsung terlibat
termasuk proses keputusan yang mendahului tindakan ini. Sikap biasanya memainkan
peranan utama dalam membentuk perilaku. Sikap yang positif akan menimbulkan perilaku
yang positif dan sikap yang negatif akan menimbulkan perilaku yang negatif. Perilaku
muncul sebagai hasil interaksi antara individu dan lingkungannya. Sehingga perilaku juga
bisa dikatakan sebagai reaksi yang terjadi karena adanya stimulus atau interaksi antara
individu dengan lingkungannya dan dilakukan seseorang dalam bentuk tindakan. Tahapan ini
pembelian dan terakhir yaitu hasil penilaian konsumen terhadap produk yang telah dibeli.
Tahapan tersebut tidak selalu dilakukan oleh konsumen, kecuali untuk produk yang
relatif baru di pasaran, sedangkan untuk produk yang sudah biasa dikonsumsi oleh konsumen
biasanya ada proses yang tidak dilakukan, seperti pencarian informasi. Perilaku konsumen
dalam memilih produk selalu berbeda. Terdapat tiga kelompok perilaku konsumen di pusat
konsumen yang hati – hati dalam memilih produk karena dorongan agama. Ketiga, konsumen
yang membeli karena faktor kesehatan, atau karena kualitas dan lebih tertarik pada tabel
komposisi bahan yang tertera pada kemasan produk (Al Ashar, 2012).
1.6 Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari penginderaan manusia terhadap suatu objek melalui
atau angket (Notoatmodjo, 2007). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan
(Sarlito, 2008), yaitu: (1) Tingkat pendidikan, melalui pendidikan diharapakan dapat
8
meningkatkan pengetahuan seseorang. Seseorang dengan tingkat pendidikan yang tinggi
mempunyai peluang untuk menerima informasi lebih mudah. (2) Peran media massa, media
massa memiliki peranan yang sangat penting terhadap tingkat pengetahuan seseorang.
memperoleh pengetahuan yang baru. (3) Pengalaman, Pengalaman dalam hal ini berkaitan
dengan umur dan pendidikan individu, dengan pendidikan yang tinggi akan memberikan
pengalaman yang lebih luas begitu pula dengan umur, semakin tua umur seseorang maka
semakin banyak pula pengalaman orang tersebut. (4) Sosial Ekonomi, tingkat kemampuan
Seseorang akan berhubungan sosial dengan orang lain, dalam hubungan inilah terjadi proses
Tingkat pengetahuan gizi yang tinggi dapat membentuk sikap yang positif terhadap
food label. Tanpa adanya pengetahuan gizi maka akan lebih sulit menanamkan kebiasaan
dalam membaca label yang penting bagi kesehatan. Dari hasil penelitian Arwanti 2007
menyatakan bahwa pengetahuan tentang label makanan memiliki hubungan yang signifikan
dengan perilaku membeli produk makanan kemasan (p = 0,00; r = 0,880). Penelitian serupa
dilakukan oleh Wandasari 2014, menyatakan bahwa tingkat pengetahuan Ibu sebagian besar
kurang baik yaitu 35 orang (66%) dan perilaku konsumsi mie instan tidak baik sebanyak 30
orang (56,6%). Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara
pengetahuan ibu tentang mie instan dan perilaku konsumsi mie instan (Wandasari,
2014).Dalam penelitian Campos et al 2011, Informasi nilai gizi merupakan salah satu
komponen yang paling menonjol dari Food Label. Informasi nilai gizi dianggap sebagai
sumber yang sangat kredibel dari informasi suatu produk dan banyak konsumen
menggunakan label nutrisi untuk memandu dalam memilih produk makanan. Dalam
9
penelitian menunjukkan ada hubungan yang konsisten antara penggunaan label nutrisi dan
1.4 Sikap
Allport (1954)dalam Notoatmodjo 2007, menyebutkan ada tiga komponen pokok dari sikap
yaitu kepercayaan atau keyakinan, kehidupan emosional dan kecenderungan untuk bertindak.
Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude).
Dalam menentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi
memegang peranan yang sangat penting. Sikap secara garis besar dibagi menjadi empat
mampu memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus yang
mempengaruhi perilaku melalui pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan, sehingga
sikap yang sudah positif terhadap nilai-nilai gizi dan kesehatan akan terwujud dalam suatu
perilaku yang nyata. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
pertanyaan tentang stimulus yang bersangkutan. Pertanyaan secara langsung juga dapat
dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan menggunakan kata setuju atau tidak
10
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap pemilihan produk
Pengalaman terhadap makanan, misalnya tidak suka dengan rasa atau saat membeli makanan,
makanan tersebut berbau tidak enak, maka seseorang tidak akan memilih makanan tersebut
untuk dikonsumsi lagi (Notoatmodjo, 2007). (2) Pengaruh lingkungan, Lingkungan yang
berperan penting terhadap sikap seseorang dalam pemilihan produk kemasan. Kebiasaan
memilih produk makanan kemasan karena pengaruh lingkungan sangat mungkin terjadi. (3)
Seseorang akan berhubungan sosial dengan orang lain, dalam hubungan inilah terjadi proses
belajar yang dapat mempengaruhi tindakan seseorang. (4) Peran media massa: Media massa
memiliki peranan yang sangat penting terhadap tingkat pengetahuan seseorang. Kemudahan
pengetahuan yang baru. Dengan pengetahuan tersebut, seseorang dapat memutuskan tindakan
Dalam penelitian Christian yang berjudul gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku
wanita terhadap label nutrisi di supermarket Carrefour Kiara Condong diperoleh hasil sikap
11