Anda di halaman 1dari 2

PATOFISIOLOGI KEHAMILAN EKTOPIK

Proses implantasi ovum terjadi dituba pada dasarnya sama hanya dicavum
uteri. Telur bernidasi secara kolumner atau interkolumner. Secara komluner telur
berimplantasi di ujung atau sisi jonjot endosalping. Perkembangan telur
selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vaskularasisasi dan biasanya telur mati secara
dini dan kemudian direabsorbsi. Pada nidasi interkolumner telur bernidiasi antara
2 jonjot endosalping. Setelah tempat tertutup , maka telur dipisahkan dari lumen
tuba oleh lapisan yang menyerupai desidua dan dinamakan pseudokapsularis ,
karena pembentukkan desidua tidak sempurna maka dengan mudah vili korealis
menembus endosalping dan masuk lapisan otot dengan merusak jaringan tempat
implantasi , tebalnya dinding tuba dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh
invasi trofoblas.

Dibawah pengaruh hormone esterogen dan progesterone dari korpus luteum


gravidarum dan trofoblas uterus menjadi vesar dan lembek, endometrium dapat
berubah menjadi desidua. Sel epitel membesar dengan intinya hipertropik,
hiperkromatik , lobuler dan membentuk tidak teratur. Sitoplasma sel dapat
berlubang-lubang atau berbusa kadang ditemukan mitosis. Perubahan ini hanya
ditemukan pada sebagian kehamilan ektopik. Setelah janin mati , desidua dalam
uterus mengalami degenerasi dan kemudian dikeluarkan berkeping-keping , tetapi
kadang-kadang dilepaskan secara utuh. Perdarahan yang dijumpai pada kehamilan
ektopik terganggu berasal dari uterus dan disebabkan oleh desidua yang
degeneratifve.

PATOFISIOLOGI HEMORAGIC POST PARTUM

Perdarahan post partum ini pada dasarnya terjadi karena pembuluh darah didalam
uterus masih terbuka. Lemahnya tonus / kontraksi rahim mengakibatkan
myometrium gagal berkontraksi dan uterus berileksasi, melebar dan lembek.
Adanya gangguan retraksi dan kontraksi otot uterus tersebut , akan menghambat
penutupan pembuluh darah dan menyebabkan prdarahan yang banyak.
Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh darah dalam stratum spongiosum
sehingga sinus-sinus maternalis ditempat insersinya plasenta terbuka. Waktu utrus
berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka tersebut akan menutup, kemudian
pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah sehingga perdarahan akan terhenti.
Fragmen plasenta yang tertinggal didalam rahim mengganggu kontraksi uterus
dan menyebabkan perdarahan post partum.

Perlukaan yang luas akan menambah perdarahan seperti robekan serviks, vagina
dan perineum. Perlukaan jalan lahir tersebut mengakibatkan terputusnya
kontinuitas pembuluh darah.

Anda mungkin juga menyukai