Anda di halaman 1dari 3

KISAH NABI IBRAHIM AS

Nabi Ibrahim AS adalah nabi ke-6 dalam sejarah rasul Allah yang wajib diketahui Sayangnya,
ayah dari Nabi Ibrahim as adalah pembuat patung berhala yang juag mempercayai bahwa patung-
patung itu adalah perantara manusia kepada Sang Khalik. Di tambah lagi, kaum jahiliyah di zaman
Nabi Ibrahim memiliki seorang penguasa bernama Raja Namrud yang dengan sombongnya mengaku
bahwa dirinya adalah Tuhan Semesta Alam. Anehnya, banyak sekali yang percaya pada
pengakuannya tersebut.

Sebagai seorang yang mulia, tugas Nabi Ibrahim as sangatlah berat. Karena dia harus
dilahirkan di tengah-tengah masyakrakat jahiliyah yang musyrik dan kafir. Nabi Ibrahim dilahirkan
pada tahun 2295 SM di negeri Mausul. Sayangnya, ayah dari Nabi Ibrahim as adalah pembuat patung
berhala yang juag mempercayai bahwa patung-patung itu adalah perantara manusia kepada Sang
Khalik. Di tambah lagi, kaum jahiliyah di zaman Nabi Ibrahim memiliki seorang penguasa bernama
Raja Namrud yang dengan sombongnya mengaku bahwa dirinya adalah Tuhan Semesta Alam.
Anehnya, banyak sekali yang percaya pada pengakuannya tersebut.

Semasa kecil, Nabi Ibrahim diasingkan ke hutan, di dalam sebuah goa yang mustahil akan
ditemukan orang. Hal ini dilakukan dalam bentuk penyelamatan karena di zaman itu Raja Namrud
mengeluarkan peraturan untuk membunuh setiap ada bayi laki-laki yang lahir. Namrud melakukan hal
itu karena dirinya tidak ingin digantikan oleh siapapun di muka bumi ini sebagai penguasa. Oleh
karena itu, orang tua Nabi Ibrahim mengasingkannya ke sebuah hutan. Allah telah menunjukkan
kuasanya dengan membuat Nabi Ibrahim tumbuh sebagai sosok lelaki yang tangguh hingga selamat
dari segala macam marabahaya di dalam hutan.

Sampai akhirnya dirinya kembali ke tengah masyarakat dan melihat smeua orang seperti gila
pada patung. Hampir setiap rumah dan tempat-tempat umum dipenuhi patung berhala agar dapat
menyembah setiap waktu. Termasuk di rumah ayahnya yang memang bekerja sebagai pembuat
patung berhala. Lama kelamaan Nabi Ibrahim mulai bertanya-tanya pada dirinya. Di manakah Tuhan
itu? Manakah yang dinamakan Tuhan? Kemudian Allah pun memberikan mukjizat pada Nabi Ibrahim
yakni sebuah pemikiran cerdas, kritis, sekaligus mengutusnya sebagai penyampai keberadaan Allah
SWT selama ini. Serta mengajak semua orang untuk senantiasa bertakwa kepada Allah SWT dan
meninggalkan berhala-berhala yang tidak penting.

Berkali-kali dengan pemikiran cerdasnya, Nabi Ibrahim as bertanya siapa sebenarnya


Tuahan? Benarkah berhal aitu adalah Tuhan? Atau justru Raja namrud yang berkuasa itu adalah
Tuhan?.
Kemudian dia melihat bulan dan bintang di malam hari, matahari di siang hari, ia berkata
"Mungkinkah benda-benda itu Tuhan?"

Namun ternyata, bulan dan bintang menghilang dan matahari terbenam, lalu ia berkata, "Aku tak
akan bertuhan kepada benda-benda seperti itu."

Allah SWT pun berfirman dalam Surat Al-An'am ayat 76-79:

Q.S Al-Anam ayat 76 :

Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi
tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam".

Q.S Al-Anam ayat 77 :

Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi setelah bulan itu
terbenam, dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku
termasuk orang yang sesat"

Q.S Al-Anam ayat 78 :

Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar".
Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari
apa yang kamu persekutukan.

Q.S Al-Anam ayat 79 :

Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan
cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang
mempersekutukan Tuhan.

Sejak saat itu pun dia meyakini bahwa bukan berhala-berhala itu Tuhan semesta alam. Allah
kemudian membisikkan sebuah perintah kepada Nabi Ibrahim untuk mengajak orang menyembah
pada Allah SWT, bukan lagi berhala. Jagat raya dan seluruh isinya serta hukum yang berlaku di
dalamnya, cukup kuat untuk menjadi bukti keesaan Allah dan kebatilan perbuatan orang-orang
musyrikin. Nabi Ibrahim as cenderung kepada agama tauhid dan menyatakan bahwa agama-agama
lainnya adalah batal, dan dia bukanlah termasuk golongan orang-orang yang musyrik. Dia seorang
yang berserah diri kepada Allah SWT semata. Paham bahwa berhala bukanlah Tuhan, Nabi Ibrahim
dengan kecerdikannya langsung merencanakan sesuatu pada Raja Namrud dan para pengikutnya.

Pada suatu hari Raja Namrud melakukan perjalanan keluar kota bersama sebagian besar
pengikutnya selam beberapa hari. Wilayah kekuasaan Namrud pun nyaris kosong. Kemudian Nabi
Ibrahim masuk dan menghancurkan semua berhala yang ada di wilayah Namrud. Semua patung-
patung dihancurkan, meski dia tahu itu adalah buatan ayahnya sendiri. Nabi Ibrahim as hanya
menyisakan satu berhala yang tidak dirusaknya. Itu adalah berhala yang paling besar. Kemudian dia
meletakkan kapak yang dipakai untuk menghancurkan patung-patung lainnya di pangkuan berhala
satu-satunya yang tak dirusaknya.

Setelah beberapa hari Raja Namrud mengetahui semua berhalanya rusak dan murka. "Siapa
yang melakukan semua ini di belakangku?!" teriaknya pada pengikutnya. Salah satu pengikutnya
yang kebetulan tidak turut pergi bersama Namrud mengatakan bahwa ada seorang pemuda bernama
Ibrahim yang melakukan itu semua. Dipanggillah Nabi Ibrahim untuk menghadap Raja Namrud.

Sang Raja berkata dengan geram: "Wahai Ibrahim, bukankah engkau yang telah menghancurkan
berhala-berhala ini?"

"Bukan!" jawab Ibrahim singkat. Mendengar jawaban itu, Raja Namrud semakin geram dan
berkata: "Lalu siapa lagi kalau bukan engkau, bukankah kau berada di sini saat kami pergi dan
bukankah engkau membenci berhala-berhala ini?"

"Ya, tapi bukan aku yang menghancurkan berhala-berhala itu. Aku pikir, berhala besar itulah yang
menghancurkannya, bukankah kampaknya masih berada di lehernya?" sahut Ibrahim dengan
tenang.

Raja Namrud membantahnya: "Mana mungkin patung berhala dapat berbuat semacam itu!".
Mendengar hal itu dengan tegas Nabi Ibrahim berkata: "Kalau begitu, kenapa engkau menyembah
berhala yang tidak dapat berbuat apa-apa?"

Mendengar pernyataan Ibrahim, para pengikutnya tersadar dan terpikir oleh mereka Tuhan yang
selama ini disembah tidak dapat melihat, mendengar, dan bergerak. Namun, Raja Namrud semakin
murka. Karena Geram dan kesalnya Raja Namrud, akhirnya ia memerintahkan para tentaranya untuk
menghukum Nabi Ibrahim dengan seberat-beratnya. Nabi Ibrahim dihukum mati dengan jalan dibakar
hidup-hidup. Api dinyalakan besar sekali dengan kayu sebagai bahan bakarnya, sementara Nabi diikat
dan ditempatkan di tengah-tengah tumpukan kayu. Tetapi Allah lebih berkuasa dalam segala hal.
Allah belum menghendaki Nabi Ibrahim mati dan kalah oleh Raja Namrud.

Menyaksikan proses pembakaran itu, Raja Namrud dan para pengikutnya tertawa dengan
penuh kepuasan. Mereka mengira, Nabi Ibrahim telah hancur menjadi abu bersama api itu. Namun,
begitu terkejutnya mereka setelah api yang menyala dahsyat itu padam. Nabi tiba-tiba berjalan keluar
dari puing-puing pembakaran dengan selamat tanpa luka sedikit pun. Sejak saat itu, pengikut Namrud
berpaling dan menjadi umat Nabi Ibrahim untuk terus lurus ke jalan Allah SWT

Anda mungkin juga menyukai