Makalah Forensik
Makalah Forensik
1) Hal pertama yang harus dilakukan oleh auditor adalah melakukan identifikasi mengenai
siapa yang mempunyai potensi menjadi pelaku tindak fraud bukan hanya melakukan
pengumpulan fakta dan data yang berlebihan, sementara fakta dan data yang ditemukan tidak
menjawab pertanyaan siapa pelakunya.
2) Fraud auditor harus mampu membuktikan niat pelaku melakukan kecurangan. Dalam
sidang di pengadilan seringkali kasus kandas di 16 tengah jalan dikarenakan penyidik dan
saksi ahli (akuntan forensik) gagal membuktikan niat melakukan kejahatan atau pelanggaran.
Tujuan proses pengadilan adalah untuk menilai orang, bukan mendengarkan cerita kejahatan
yang dibumbui dengan cerita bagaimana auditor berhasil mengungkapkannya.
3) “Be creative, think like preparatory, do not be predictable”. Seorang fraud auditor harus
kreatif, berpikir seperti pelaku fraud jangan dapat ditebak. Seorang fraud auditor harus dapat
mengantisipasi langkah-langkah berikut pelaku fraud atau koruptor ketika mengetahui
perbuatan mereka terungkap.
5) Dalam memilih proactive fraud detection strategy (strategi untuk menemukan kecurangan
dalam investigasi proaktif), auditor harus tahu dimana kecurangan itu dilakukan, di dalam
atau di luar pembukuan.
3. Kode Etik Akuntansi Forensik
Di Amerika Serikat, The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) telah menetapkan
kode etik bagi para fraud auditor yang bersertifikat, yang terdiri atas delapan butir yaitu:
1. Seorang fraud auditor yang bersertifikat, dalam segala keadaan, harus menunjukkan
komitmen terhadap profesionalisme dan ketekunan dalam pelaksanaan tugasnya.
2. Seorang fraud auditor yang bersertifikat tidak diperkenankan untuk melakukan tindakan
yang bersifat ilegal atau melanggar etika, atau segenap tindakan yang dapat menimbulkan
adanya konflik kepentingan.
3. Seorang fraud auditor yang bersertifikat, dalam semua keadaan, harus menunjukkan
integritas setinggitingginya dalam semua penugasan profesionalnya, dan hanya akan
menerima penugasan yang memiliki kepastian yang rasional bahwa penugasan tersebut akan
dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
5. Seorang fraud auditor yang bersertifikat, dalam melaksanakan tugas pemeriksaan, harus
memperoleh bukti atau dokumentasi lain yang dapat mendukung pendapat yang diberikan.
Tidak boleh menyatakan pendapat bahwa seseorang atau pihak-pihak tertentu “bersalah” atau
“tidak bersalah”.
6. Seorang fraud auditor yang bersertifikat tidak boleh mengungkapkan informasi yang
bersifat rahasia yang diperoleh dari hasil audit tanpa melalui otorisasi dari pihak-pihak yang
berwenang.
7. Seorang fraud auditor yang bersertifikat harus mengungkapkan seluruh hal yang material
yang diperoleh dari hasil audit yakni, apabila informasi tersebut tidak diungkapkan akan
menimbulkan distorsi terhadap fakta yang ada.
Namun, pencegahan saja tidaklah memadai, internal auditor harus memahami pula
bagaimana cara mendeteksi secara dini terjadinya kecurangan-kecurangan yang timbul.
Tindakan pendeteksian tersebut tidak dapat di generalisir terhadap semua kecurangan.
Masing-masing jenis kecurangan memiliki karakteristik tersendiri, sehingga untuk dapat
mendeteksi kecurangan perlu kiranya pemahaman yang baik terhadap jenis-jenis kecurangan
yang mungkin timbul dalam perusahaan.
Meskipun timbulnya red flag tersebut tidak selalu merupakan indikasi adanya
kecurangan, namun red flag ini biasanya selalu muncul di setiap kasus kecurangan yang
terjadi. Pemahaman dan analisis lebih lanjut terhadap Red flag tersebut dapat membantu
langkah selanjutnya untuk memperoleh bukti awal atau mendeteksi adanya kecurangan.
Kecurangan dalam penyajian laporan keuangan umumnya dapat dideteksi melalui analisis
laporan keuangan sebagai berikut:
a) analisis vertikal, yaitu teknik yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara
item-item dalam laporan laba rugi, neraca, atau Laporan arus kas dengan menggambarkannya
dalam persentase. Sebagai contoh, adanya kenaikan persentase hutang niaga dengan total
hutang dari rata-rata 28% menjadi 52% dilain pihak adanya penurunan persentase biaya
penjualan dengan total penjualan dari 20% menjadi 17% mungkin dapat menjadi satu dasar
adanya pemeriksaan kecurangan.
c) analisis rasio, yaitu alat untuk mengukur hubungan antara nilai-nilai item dalam
laporan keuangan. Sebagai contoh adalah current ratio, adanya penggelapan uang atau
pencurian kas dapat menyebabkan turunnya perhitungan rasio tersebut.
a. Analytical review
Suatu review atas berbagai akun yang mungkin menunjukkan ketidak biasaan atau
kegiatan-kegiatan yang tidak diharapkan. Sebagai contoh adalah perbandingan antara
pembelian barang persediaan dengan penjualan bersihnya yang dapat mengindikasikan
adanya pembelian yang terlalu tinggi atau terlalu rendah biala dibandingkan dengan tingkat
penjualannya. Metode analitis lainnya adalah perbandingan pembelian persediaan bahan baku
dengan tahun sekarang yang mungkin mengindikasikan adanya kecurangan overbilling
scheme atau kecurangan pembelian ganda.
b. Statistical sampling
Sebagaimana persediaan, dokumen dasar pembelian dapat diuji secara sampling untuk
menentukan ketidakbiasaan (irregularities), metode deteksi ini akan efektif jika ada
kecurigaan terhadap satu attributnya, misalnya pemasok fiktif. Suatu daftar alamat PO BOX
akan mengungkapkan adanya pemasok fiktif
Komplain / keluhan dari konsumen, pemasok, atau pihak lain merupakan alat deteksi
yang baik yang dapat mengarahkan auditor untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Site
visit – observation Observasi ke lokasi biasanya dapat mengungkapkan ada tidaknya
pengendalian intern di lokasi-lokasi tersebut. Observasi terhadap bagaimana transaksi
akuntansi dilaksanakan kadangkala akan memberi peringatan pada CFE akan adanya daerah-
daerah yang mempunyai potensi bermasalah.
3. Corruption (Korupsi)
Sebagian besar kecurangan ini dapat dideteksi melalui keluhan dari rekan kerja yang
jujur, laporan dari rekan, atau pemasok yang tidak puas dan menyampaikan komplain ke
perusahaan. Atas sangkaan terjadinya kecurangan ini kemudian dilakukan analisis terhadap
tersangka atau transaksinya. Pendeteksian atas kecurangan ini dapat dilihat dari karakteristik
(Red flag) si penerima maupun si pemberi. Orang-orang yang menerima dana korupsi
ataupun penggelapan dana pada umumnya mempunyai karakteristik (red flag) sebagai
berikut:
• The Big Spender
• The Complainer
Sedangkan orang yang melakukan pembayaran mempunyai karakteristik (red flag) sebagai
berikut: