Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

PENGUKURAN INTELIGENSI

A. Pengertian Inteligensi
Robert L Solso, M Kimberly Maclin, dan Otto H.Maclin (2005) mengemukakan bahwa
membicarakan inteligensi tidak cukup hanya menggunakan satu definisi. Berdasar pendapat
tersebut berikut ini disajikan beberapa definisi tentang inteligensi.
Inteligensi menurut Terman (dalam Suryabrata, 1997) merupakan kemampuan untuk
berpikir abstrak. Wechsler (dalam Japar, 1994) mengemukakan bahwa inteligensi adalah
kumpulan atau keseluruhan kapasitas individu untuk melakukan tindakan bertujuan, berpikir
secara rasional, dan melakukan hubungan dengan lingkungannya. Inteligensi menurut Binet
(dalam Suryabrata, 1997) adalah:
1. kecenderungan untuk menetapkan dan mempertahankan (memperjuangkan) tujuan tertentu,
2. kemampuan untuk mengadakan penyesuaian dengan maksud untuk mencapai tujuan itu, dan
3. kemampuan untuk otokritik, yaitu kemampuan mengkritik diri sendiri, kemampuan untuk
belajar dari kesalahan yang telah dibuatnya.

B. Teori-teori Inteligensi
1.) Inteligensi Umum
Spearman dalam Kendra Cherry, mendeskripsikan mengenai konsep inteligensi yang
merujuk pada inteligensi umum atau faktor “g” . Spearman menyimpulkan bahwa inteligensi
merupakan kemampuan kognitif umum yang dapat diukur dan diujudkan dalam bentuk angka.
2.) Primary Mental Abilities
Thurstone mengajukan teori inteligensi yang berbeda, meskipun memandang inteligensi
sebagai kemampuan umum. Teori Thurstone difokuskan pada tujuh primary mental abilities
yang berbeda (Kendra Cherry). Kemampuan yang dimaksud adalah : (a) verbal comprehension,
(b) reasoning, (c) perceptual speed, (d) numerical ability, (e) word fluency, (f)associative
memory, (g) spatial visualization.
3.) Multiple Intelligences
Teori Gardner mendeskripsikan delapan inteligensi yang berbeda yang didasarkan pada
keterampilan dan kemampuan. Delapan inteligensi digambarkan oleh Gardner adalah sebagai
berikut : (a) kecerdasan keruangan, (b) kecerdasan bahasa, (c) kecerdasan kinestetik (d)
kecerdasan logika matematika, (e) kecerdasan interpersonal, (f) kecerdasan musik, (g)
kecerdasan intrapersonal.
4.) Triarchic Theory of Intelligence
Sternberg pendapatnya lebih mengarah bahwa inteligensi merupakan kemampuan untuk
sukses yang terdiri dari tiga faktor yang berbeda, sebagai berikut : (a) inteligensi analitik:
komponen ini merujuk pada kemampuan pemecahan masalah, (b) inteligensi kreatif: aspek ini
melibatkan kemampuan berhubungan dengan situasi baru menggunakan pengalaman masa lalu
dan keterampilan sekarang, (c) inteligensi praktis: elemen ini merujuk pada kemampuan untuk
menyesuaikan terhadap perubahan lingkungan.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inteligensi


Faktor-faktor yang mempengaruhi inteligensi adalah:
1. Faktor bawaan atau keturunan
2. Faktor Lingkungan
D. Sejarah pengukuran inteligensi
Penyusunan tes inteligensi sudah dimulai sejak lama. Menurut Gregory, pada tahun 2200
sebelum Masehi di China dilakukan pengujian layanan masyarakat. Pada tahun 1862 Masehi,
Wilhelm Wund menggunakan pendulum untuk mengukur kecepatan berpikir. Francis Galton
menyusun batteray pertama untuk 1000 warga negara di pusat kesehatan masyarakat. Pada tahun
1890, James Mekeen Cattel menggunakan istilah mental test dalam penyusunan batteray test
galtonian.

E. Jenis Tes Inteligensi


1. Binet-Simon
2. Tes Wechsler
3. Progressive Matrices

F. Intelligence Question atau IQ


IQ dan inteligensi dalam kehidupan sehari hari seringkali dasamakan penggunaannya.
Kedua istilah tersebut sebenarnya memiliki makna yang berbeda. Secara umum inteligensi
adalah kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah, kemampuan untuk menyesuaikan
diri dan kemampuan untuk otokritik. IQ merupakan ukuran yang menunjukkan tingkat
kecerdasan seseorang setelah yang bersangkutan melaksanakan dan atau mengerjakan test
inteligensi. Hasil pengukuran tersebut setelah dibandingkan dengan suatu kriteria menunjukkan
tingkat kecerdasan orang yang bersangkutan.

Bab V
PEMAHAMAN KEPRIBADIAN MELALUI TES KEPRIBADIAN

A. Pengertian Kepribadian
Menurut John Locke (Danusastro, 1986) kepribadian merupakan suatu pikiran dan
kecerdesan yang memiliki pertimbangan dan refleksi serta membentuk diri sebagai self.
Pendapat John Locke tersebut dikemukakan sebelum kajian dan pengembangan psikologi
sebagai ilmu modern. Burgess menjelaskan bahwa kepribadian adalah integrasi dari seluruh sifat
yang menentukan peran dan status orang tersebut dalaman masyarakat. Pendapat lain
dikemukakan oleh MacCurdy dan pendapat ini mengarah pada pola tingkah laku seseorang yang
khas sifatnya. MacCurdy (Danusastro) mengemukakan bahwa kepribadian adalah integrasi pola-
pola atau minat yang memberi kecenderungan khas individu untuk berperilaku.

B. Pembentukan Kepribadian
Boeree mengatakan kepribadian terbentuk oleh tiga faktor, yaitu keturunan, lingkungan, dan
situasi. Interaksi ketiga faktor tadi terjadi dalam tiga fase transisi yang menentukan bagi setiap
orang, yaitu fase bayi, remaja, dan dewasa. Pandangan yang menyatakan kepribadian merupakan
hasil interaksi beberapa faktor merupakan pandangan yang banyak disetujui banyak ahli. Ada
juga yang menyatakan setuju pada teori interaksi ketiga faktor tersebut, dengan tetap
menganggap keturunan sebagai faktor yang dominan. Selain itu pengalaman juga ikut
mempengaruhi pembentukan kepribadian.
C. Pengukuran Kepribadian
Ada beberapa macam cara untuk mengukur atau menyelidiki kepribadian. Berikut ini
adalah beberapa diantaranya :
1. Observasi Direct
a. Time Sampling Method
b. Incident Sampling Method
c. Metode Buku Harian Terkontrol
2. Wawancara (Interview)
a. Stress interview
b. Exhaustive Interview
3. Tes proyektif
a. Tes Rorschach
b. Tes Apersepsi Tematik (Thematic Apperception Test/TAT)
4. Inventori Kepribadian
a. Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI)
b. Forced-Choice Inventories
c. Humm-Wadsworth Temperament Scale (H-W Temperament Scale).

D. Aspek yang Diukur melalui Tes Kepribadian


Aspek yang diukur oleh tiap inventori berbeda-beda. MBTI misalnya, mengukur empat
dimensi dari kepribadian seseorang. Dimensi pertama mengukur sumber energi yang membuat
seseorang hidup: extraversion (berasal dari luar dirinya) atau intraversion (berasal dari dalam
dirinya). Dimensi kedua dari MBTI mengukur bagaimana seseorang memahami sesuatu secara
alami. Dimensi ketiga mengukur bagaimana seseorang mengambil keputusan. Dimensi keempat
mengukur gaya hidup seseorang.

Bab VI
PEMAHAMAN KEPRIBADIAN MELALUI TES PROYEKTIF

A. Sejarah Tes Projeksi


Tes dikembangkan berdasar prinsip proyeksi yang dikemukakan oleh Sigmund Freud
dengan teori psikoanalisisnya. Menurut Freud (Hall dan Lindzey 1978) proyeksi merupakan
penempatan dunia batin seseorang kepada dunia batin orang lain, sehingga yang tampak adalah
sifat kepribadian yang ada pada diri orang lain. Proyeksi merupakan proses pelampiasan keluar
dorongan-dorongan, perasaan-perasaan dan sentimen-sentimen yang ada pada diri individu ke
orang lain atau dunia luar sebagai proses pertahanan diri yang tidak disadari oleh individu yang
bersangkutan.

B. Pengertian Tes Proyektif


Tes proyeksi adalah pengungkapan aspek psikologis manusia dengan menggunakan alat
proyeksi. Tes ini berdasar pada eksternalisasi aspek-aspek psikis terutama aspek-aspek
ketidaksadaran ke dalam suatu stimulus atau rangsang yang kurang atau tidak berstruktur yang
sifatnya ambigious agar dapat memancing berbagai alternatif jawaban tanpa dibatasi oleh
apapun.

C. Ciri – Ciri Tes Proyektif


Ciri – ciri dari tes proyeksi antara lain :
1. Stimulusnya tidak terstruktur sehingga memungkinkan subjek mempunyai alternatif pilihan
jawaban yang banyak.
2. Stimulusnya ambigu atau kabur sehingga memungkinkan subjek merespon stimulus tersebut
sesuai interpretasinya masing-masing.
3. Stimulusnya kurang mempunyai objektifitas sehingga memunculkan individu
diferensis dari masing-masing subjek.
4. Global Approach yaitu pendekatan menyeluruh yang menuntut kesimpulan yang luas.
5. Testee oriented atau berorientasi pada testee.
6. Tes proyeksi membantu mengungkapkan keadaan bawah sadar manusia. Menurut Freud
(Lindzey dan hall, 1978) struktur kepribadian manusia terdiri dari id, ego, dan super ego. Id
merupakan kompleks nafsu dan penggerak semua perilaku. Tes proyektif akan mengungkapkan
bawah sadar yang ada pada id setiap testee.
7. Administrasi tes proyeksi biasanya tidak ada aturan baku, tergantung dengan kebutuhan klien
dengan catatan tidak mempengaruhi hasil tes.

D. Fungsi Tes Proyektif


Tes proyeksi berfungsi untuk mengungkap keadaan psikologi bawah sadar manusia yang
selama ini di - repres kealam bawah sadar. Melalui tes proyeksi ini diharapkan dinamika
psikologis itu dapat dikeluarkan melalui alat bantu tes-tes proyeksi.

E. Klasifikasi Tes Proyektif


Klasifikasi Teknik Proyektif yang dumaksud antara lain sebagai berikut :
1. Associative Techniques, pada tes ini subjek diminta menjawab stimulus dengan perkataan,
image, atau ide-ide yang pertama kali muncul. Contoh: Rorschach Inkblots, Word Association.
2. Construction Procedures, pada jenis tes ini tugas subjek mengkonstruk atau membuat suatu
produk (cerita). Contoh: TAT (Thematic Apperceptin Test) dan MAPS (Make a picture story).
3. Completion Tasks, tes ini merupakan tes melengkapi kalimat atau cerita. Contoh: SSCT
(Shack Sentens Completion Test) dan Rosenzweig Picture-Frustation Study.
4. Choice or Ordring Devices, yaitu tes mengatur kembali gambar, mencatat referensi atau
semacamnya. Contoh: Szondi Test, Tomkins-Horn Picture Arrangement Test.
5. Expressive Methods, merupakan tes menggambar, cara atau metode dalam menyelesaikan
sesuatu dan dievaluasi. Contoh : BAUM, HTP , DAP

F. Jenis Tes Proyektif


Teknik proyektif yang banyak dikenal dan digunakan secara luas oleh ahli psikologi antara lain :
1. Thematic Apperception Test (TAT)
2. Drawing A Man (DAM)
3. Drawing A Tree (DAT)
4. House Tree and Person (HTP)
5. Children’s Apperception Test (CAT)
6. Michigan Picture Story Test (MPST)
7. Make-A-Picture Story (MAPS)
8. Figure Drawing
9. Incomplete Sentence Test
10. Competency Screening Test
11. Rorschach Test
]

Anda mungkin juga menyukai