DISUSUN OLEH
Kelompok 1
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah tentang “Identifikasi, Keseragaman Sediaan,
dan Penetapan Kadar Tablet Alopurinol” untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Farmasi.
Ungkapan terima kasih tak lupa kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam kelancaran penyusunan makalah ini, terutama kepada dosen kami, Dr. Drs. Hayun, M.Si.
yang telah memberikan bimbingan dan masukan demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca
mengenai cara mengidentifikasi tablet alopurinol, mengetahuin keseragaman sediaan serta
memahami cara penetapan kadar baku sesuai farmakope dan cara alternatifnya.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kekurangan.
Untuk itu, besar harapan penulis kepada pembaca agar dapat memberikan saran dan pendapat
yang dapat membangun kearah perbaikan dan kesempurnaan dalam pembuatan makalah yang
lebih baik nantinya. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan
bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
5.1 Kesimpulan ........................................................................................................................ 21
5.2 Saran .................................................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 22
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Analisis farmasi merupakan analisis senyawa kimia yang digunakan dalam bidang
farmasi. Analisis yang dapat dilakukan meliputi identifikasi, kemurnian senyawa aktif dan
bahan tambahan, kadar dan penetapan kadar. Tujuan dilakukannya analisis farmasi adalah
untuk menentukan kualitas dan mutu dari bahan dan sediaan farmasi atau obat.
Alopurinol adalah oral uricosuric agent yang efektif dalam pengobatan hiperurimia yang
berhubungan dengan encok dan kondisi lainnya. Aksinya berbeda dari bahwa uricosuric agent
lain yang menurunkan kadar asam urat serum dengan meningkatkan ekskresi urin dari asam
urat. Alopurinol mengurangi kedua serum dan kadar asam urat urin dengan menghalangi
pembentukan asam urat. Sediaan tablet alopurinol di pasaran dengan dosis 100 mg tablet
digunakan untuk menurunkan kadar asam urat dalam darah. Obat ini bekerja dengan cara
menghambat enzim xanthine oksidase sehingga mengurangi pembentukan asam urat dan juga
dapat menghambat sintesis purin. Enzim xanthine oksidase adalah enzim yang bertanggung
jawab untuk oksidasi hypoxanthine dan xanthine. Obat ini digunakan untuk pencegahan
serangan gout kronis, mengobati sindrom lisis tumor dalam kemoterapi karena kemoterapi
sering menyebabkan terjadinya hyperuricemia akut berat, mengobati batu ginjal dengan
komponen asam urat dan kalsium oksalat (nefrolitiasis asam urat).
Agar alopurinol dapat memberikan efek farmakologis sesuai yang diinginkan, dilakukan
analisis terhadap sediaan tablet, meliputi identifikasi, keseragaman, dan penetapan kadar.
Identifikasi dilakukan untuk memastikan bahwa sediaan mengandung senyawa aktif alopurinol
dalam sediaan masih memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia dan aman untuk
dikonsumsi. Penetapan kadar dilakukan untuk memastikan bahwa kadar alopurinol yang
terkandung dalam sediaan sesuai dengan yang tertera pada label dan etiket sehingga obat dapat
memberikan efek yang berkhasiat bagi tubuh.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara identifikasi sediaan tablet alopurinol ?
2. Bagaimana cara menguji keseragaman sediaan pada tablet alopurinol?
3. Bagaimana cara menentukan kadar alopurinol ?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui cara identifikasi sediaan tablet alopurinol ?
2. Mengetahui cara menguji keseragaman sediaan pada tablet alopurinol?
3. Mengetahui cara menentukan kadar alopurinol ?
1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
b. Nama Kimia
1H -Pirazol[3,4-d]pyrimidin-4-ol
c. Rumus Molekul
C5H4N4O
d. Pemerian
Serbuk halus, putih, hingga hampir putih; berbau lemah
e. Kelarutan
Sangat sukar larut dalam air dan dalam etanol, larut dalam larutan kalium dan dalam
natrium hidroksida; praktis tidak larut dalam kloroform dan dalam eter.
f. Golongan
Penghambat xantin oksidase
g. Kegunaan
Menurunkan kadar asam urat dalam darah (antigout)
2.2 Identifikasi
Uji identifikasi bertujuam untuk membantu dalam melakukan verifikasi identitas suatu zat
aktif dalam bentuk bahan dan sediaannya, dalam hal ini bahan yang dimaksud adalah
alopurinol dan sediaan tablet alopurinol. Uji identifikasi yang dapat dilakukan berdasarkan
rekomendasi kompendial Farmakope Indonesia Edisi V dan USP 39 adalah dengan
menggunakan metode pengujian spektrum inframerah.
2
Gambar 2.2 Spektrum IR Alopurinol
Tabel 2.1 Interpretasi bilangan gelombang IR Alopurinol
Gugus Bilangan Gelombang (cm-1)
NH 3080-3166
C=O 1587
C=C 1700
3
Tabel 2.2. Penggunaan Uji Keseragaman Kandungan dan Uji Keragaman Bobot
untuk Sediaan
Bentuk Sediaan Tipe Sub tipe Dosis perbandinagn zat aktif
> 25 mg dan <25 mg dan <
>25% 25%
Tablet Tidak bersalut Keragaman Keseragaman
bobot kandungan
Salut Selaput Keragaman Keseragaman
bobot kandungan
Lainnya Keseragaman Keseragaman
kandungan kandungan
Kapsul Keras Keragaman Keseragaman
bobot kandungan
Lunak Suspensi, Keseragaman Keseragaman
emulsi, gel kandungan kandungan
Larutan Keragaman Keragaman
bobot bobot
Sediaan padat Komponen Keragaman Keragaman
dalam dosis tunggal bobot bobot
tunggal
Multi Larutan beku Keragaman Keragaman
komponen kering dalam bobot bobot
wadah akhir
Lainnya Keseragaaman Keseragaman
kandungan kandungan
Larutan dalam Keragaman Keragaman
wadah satu bobot bobot
dosis dan dalam
kapsul lunak
Lainnya Keseragaman Keseragaman
kandungan kandungan
4
Keragaman bobot diterapkan pada bentuk sediaan berikut (Farmakope Indonesia ed. V,
2014 ):
1. Larutan dalam wadah satuan dosis dan dalam kapsul lunak.
2. Sediaan padat (termasuk serbuk, granul dan sediaan padat steril) yang dikemas
dalam wadah dosis tunggal dan tidak mengandung zat tambahan aktif atau inaktif.
3. Sediaan padat (termasuk sediaan padat steril) yang dikemas dalam wadah dosis
tunggal dengan atau tanpa zat tambahan aktif atau inaktif yang disiapkan dari
larutan asal dan dibeku-keringkan dalam wadah akhir dan pada etiket dicantumkan
metode pembuatan.
4. Kapsul keras, tablet tidak bersalut dan tablet salut selaput mengandung zat aktif 25
mg atau lebih yang merupakan 25% atau lebih terhadap bobot.
Uji keseragaman kandungan dipersyaratkan untuk semua bentuk sediaan yang tidak
memenuhi kondisi bentuk sediaan yang diberlakukan uji keragaman bobot (Farmakope
Indonesia ed. V, 2014 ).
5
2.3.2 Keragaman Bobot
Keragaman bobot yaitu ukuran penyimpangan bobot tablet terhadap bobot rata-rata dari
sejumlah tablet yang masih diperolehkan menurut persyaratan yang ditentukan Farmakope
Indonesia, memberikan batasan penyimpangan dengan variasi berdasarkan bobot tablet yang
dikehendaki. Kontrol terhadap bobot tablet secara teratur dalam selang waktu tertentu, pada
proses pembuatan tablet, distribusi ukuran granul yang tidak normal akan mengakibatkan
granul mengalir kurang bebas, menimbulkan adanya kecenderungan partikel-partikel granul
memisah menjadi lapisan-lapisan dengan ukuran berbeda selama mengalir melalui hopper pada
saat penabletan, sehingga variasi bobot tablet yang dihasilkan semakin bertambah.
Keragaman bobot diterapkan pada bentuk sediaan berikut :
1. Larutan dalam wadah satuan dosis dan dalam kapsul lunak.
2. Sediaan padat (termasuk serbuk, granul dan sediaan padat steril) yang dikemas dalam
wadah dosis tunggal dan tidak mengandung zat tambahan aktif atau inaktif.
3. Sediaan padat (termasuk sediaan padat steril) yang dikemas dalam wadah dosis tunggal
dengan atau tanpa zat tambahan aktif atau inaktif yang disiapkan dari larutan asal dan
dibeku-keringkan dalam wadah akhir dan pada etiket dicantumkan metode pembuatan.
4. Kapsul keras, tablet tidak bersalut dan tablet salut selaput mengandung zat aktif 25 mg
atau lebih yang merupakan 25% atau lebih terhadap bobot.
Tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keragaman bobot yang ditetapkan sebagai
berikut: Timbang 20 tablet, hitung bobot rata–rata tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak
boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya
lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A, dan tidak satu tablet pun yang bobotnya
menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B. Jika tidak
mencukupi 20 tablet, dapat digunakan 10 tablet; tidak satu tabletpun yang bobotnya
menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan kolom A dan tidak satu tabletpun
yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan kolom B.
Tabel 2.3 Persyaratan Penyimpangan Bobot Rata-Rata
Penyimpangan bobot rata-rata (%)
Bobot rata-rata
A B
25 mg atau kurang 15% 30%
26 mg – 150 mg 10% 20%
151 – 300 mg 7,5% 15%
Lebih dari 300 mg 5% 10%
6
Untuk penetapan keseragaman sediaan dengan cara keragaman bobot, pilih tidak
kurang dari 30 satuan, dan lakukan sebagai berikut untuk sediaan yang dimaksud. Untuk tablet
tidak bersalut, timbang saksama 10 tablet, satu per satu, dan hitung bobot rata-rata. Dari hasil
penetapan kadar, yang diperoleh seperti yang tertera dalam masing-masing monografi, hitung
jumlah zat aktif dari masing-masing dari 10 tablet dengan anggapan zat aktif terdistribusi
homogen. Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, persyaratan keseragaman
dosis dipenuhi jika jumlah zat aktif dalam masing-masing dari 10 satuan sediaan seperti yang
ditetapkan dari cara keseragaman bobot atau dalam keseragaman kandungan terletak antara
85,0% hingga 115,0% dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif kurang dari atau
sama dengan 6,0%.
Jika 1 satuan terletak di luar rentang 85,0% hingga 115,0% seperti yang tertera pada
etiket dan tidak ada satuan terletak antara rentang 75,0% hingga 125,0% dari yang tertera pada
etiket, atau jika simpangan baku relatif lebih besar dari 6,0% atau jika kedua kondisi tidak
dipenuhi, lakukan uji 20 satuan tambahan. Persyaratan dipenuhi jika tidak lebih dari 1 satuan
dari 30 terletak diluar rentang 85,0% hingga 115,0% dari yang tertera pada etiket dan tidak ada
satuan yang terletak di luar rentang 75,0% hingga 125,0% dari yang tertera pada etiket dan
simpangan baku relatif dari 30 satuan sediaan tidak lebih dari 7,8%.
Tablet yang tidak dilapisi dan tablet yang dilapisi film yang diformulasikan
mengandung 5% atau lebih bahan aktif harus memenuhi tes berikut. (Pharmacopeia
International, 2018)
b. Spektrofotometer UV-Vis
Spektrofotometer dapat digunakan untuk mengukur besarnya energi yang diabsorpsi
atau diteruskan. Jika radiasi monokromatik melewati larutan yang mengandung zat yang dapat
menyerap, radiasi ini akan dipantulkan, diabsoprsi oleh zat, dan sisanya ditransmisikan.
Spektrum UV-Visibel berada pada panjang gelombang (λ) 3x10-5 cm. Spektrofotometri UV-
Visibel digunakan terutama untuk analisis kuantitatif, tetapi dapat juga digunakan untuk
analisis kualitatif. Pada analisis kualitatif, proses yang dilakukan adalah membandingkan λ
maksimum, membandingkan serapan (A), daya serap (a) dan 𝐸11 %
𝑐𝑚
serta membandingkan
spektrum serapan.
Beberapa keuntungan dari metode ini antara lain: sensitif, batas deteksinya rendah,
mudah, akan tetapi memiliki kelemahan yaitu perlu perlakuan awal untuk menghilangkan
unsur-unsur pengganggu dan menggunakan beberapa macam bahan kimia sebagai pereaksi.
Untuk memperoleh data pengujian yang valid, diperlukan validasi metode analisis dengan
parameter yaitu akurasi, presisi, batas deteksi, selektivitas, linearitas kisaran konsentrasi.
8
efektif dengan memanfaatkan pelarut non-air yang cocok dengan titik akhir yang tajam.
Spektrum luas dari senyawa organik tersebut meliputi: anhidrida, asam, asam amino, asam
halida, enol (yaitu, barbiturat), xantin, sulfonamida, fenol, imida dan garam organik dari asam
anorganik.
Kekuatan yang nyata suatu asam atau basa ditentukan oleh kemampuannya bereaksi
denganpelarut. Pada dasarnya dapat dibedakan empat jenis pelarut, yaitu pelarut aprotik,
pelarut amfiprotik(bersifat asam dan basa), pelarut protogenik (bersifat asam), dan pelarut
protofilik (bersifat basa).
1. Protogenic solvent, elarut yang dapat melepaskan proton apabila terdisosiasi, misalnya
asam asetat dan asam sulfat
2. Protophylic solvent, pelarut yang dapat menerima proton misalnya anhdrida asetat
3. Amphiprotic solvent, pelarut yang dapat melepaskan dan menerima proton misalnya air
dan alcohol
4. Aprotic solvent, pelarut yang tidak mempunyai tendensi untuk melepaskan atau
menerima proton misalnya klorofom dan hidrokarbon.
Reaksi yang terjadi pada titrasi bebas air dapat diterangkan dengan konsep Bronsted
dan Lowry, yaitu asam adalah pemberi proton sedangkan basa adalah yang akan menerima
proton dari asam, begitu juga sebaliknya. Pada titrasi bebas air indikator bereaksi dengan H+
atau melepaskan H+, masing-masing disertai dengan terjadinya perubahan warna. Perubahan
warna sangat tergantung pada jenis sampel. Indikator yang dipilih adalah yang memperlihatkan
perubahan warna yang tajam dekat dengan titik ekuivalen.
9
BAB 3
METODE
b. Bahan:
1. Serbuk Alopurinol
2. Alopurinol BPFI
3. KBr
c. Langkah kerja:
1. Menyiapkan baku pembanding (Alopurinol BPFI) yang telah dilakukan
pengeringan dalam hampa udara suhu 1050C selama 5 jam sebelum digunakan
2. Zat yang ingin diidentifikasi didispersikan ke dalam kalium bromide P untuk
dijadikan sampel
3. Lakukan pengujian menggunakan alat spektrofotometri inframerah, spektrum
menunjukkan maksimum yang sama seperti pada Alopurinol BPFI.
a. Alat:
2. Timbangan
3. Mortir dan gelas ukur
4. Gelas ukur
5. Erlenmeyer
6. Spektroskopi Inframerah FTIR-IR 8300/8700 Perkin Elmer
10
b. Bahan:
4. Serbuk Alopurinol
5. Alopurinol BPFI
6. Natrium hidroksida 0,1 N
7. Asam asetat 1 N
8. Etanol mutlak P
9. Eter P
10. KBr
a. Alat
1. Timbangan analitik
2. Kalkulator
11
b. Bahan :
1. 30 Tablet Alopurinol 100 mg
c. Langkah kerja
1. Siapkan alat dan bahan
2. Kalibrasi timbangan analitik
3. Ambil 20 tablet Alopurinol 100 mg
4. Timbang 20 tablet satu persatu
5. Hitung bobot rata-rata tablet.
6. Hitung penyimpangan bobot rata-rata.
7. Kriteria keseragaman sediaan yang memenuhi syarat iala tidak ada 2 tablet yang masing-
masing menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan pada
kolom “A” tabel 1 dan tidak ada satu pun yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih
dari harga pada kolom “B” tabel 1.
8. Jika perlu dapat diulang dengan 10 tablet lainnya dan tidak boleh ada satu tablet pun
yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan pada kolom
“A” tabel 1 maupun kolom “B” tabel 1.
12
a. Penyiapan Bahan
Fase Gerak : Larutan amonium fosfat monobasa 0,05 M (catatan tidak
boleh ada sisa fase gerak dalam kolom. Sesudah digunakan cuci
kolom dengan aliran air selama 20 menit, kemudian dilanjutkan
dengan metanol P selama 20 menit)
Larutan Baku Internal : Larutkan lebih kurang 50 mg hipoksantin P dalam 10 ml
natrium hidroksida 0,1 N, kocok selama 10 menit, hingga larut.
Encerkan dengan air hingga 50 ml. Buat larutan pada saat akan
digunakan
Larutan Baku : Timbang seksama lebih kurang 50 mg Alopurinol BPFI
(Alopurinol BPFI; lakukan pengeringan dalam hampa udara
pada suhu 105 ﹾselama 5 jam sebelum digunakan), masukkan
kedalam labu tentukur 50-ml, tambahkan 10 ml natrium
hidroksida 0,1 N, kocok selama 10 menit, encerkan dengan air
sampai tanda. Masukkan 4,0 ml larutan ini dan 2,0 ml Larutan
baku Internal ke dalam labu tentukur 200-ml, encerkan dengan
Fase gerak sampai tanda. Buat larutan pada saat akan
digunakan.
Larutan Uji : Timbang dan serbukkan tidak kurang dari 20 tablet. Timbang
saksama sejumlah serbuk setara dengan lebih kurang 50 mg
alopurinol, masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml, tambahkan
10 ml natrium hidroksida 0,1 N, kocok selama 10 menit,
tambahkan air sampai tanda. [Catatan: Penetapan selanjutnya
tidak boleh ditunda]. Saring, buang 10 ml filtrat pertama.
Masukkan 4,0 ml larutan ini dan 2,0 ml Larutan baku internal
ke dalam labu tentukur 200-ml, encerkan dengan Fase gerak
sampai tanda.
b. Sistem Kromatografi
Metode : KCKT fase terbalik
Detektor : UV 254 nm
Kolom : L1 30 cm x 4 mm
Laju Alir : 1,5 ml/menit
Volume injeksi : 15 µL
13
c. Kesesuaian Sistem
Simpangan Baku Relatif (RSD) pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 3,0%. Resolusi
antara puncak zat uji dan baku internal tidak kurang dari 5
Keterangan :
e. Persyaratan
Tablet alopurinol mengandung zat aktif berupa alopurinol tidak kurang dari 93,0% dan
tidak lebih dari 107,0% dari jumlah yang tertera pada etiket
b. Bahan
1. Tablet Alopurinol
2. Natrium hidroksida
3. Buffer fosfat pH 6,8
14
c. Langkah Kerja
1. Larutkan setara 20 mg alopurinol dalam 10 ml natrium hidroksida
2. Adkan 100 ml dengan buffer fosfat pH 6,8 sehingga didapatkan larutan dengan
konsentrasi 200 µg/ml
3. Encerkan larutan tersebut hingga didapatkan konsentrasi larutan masing-masing 4,
6, 8, 12, 14 µg/ml
3.5 Penetapan Kadar Alternatif Tablet Alopurinol (Titrasi Bebas Air)
Penyiapan Bahan
Persiapan Natrium Metoksida 0,1 N dalam Toluene Methanol
Bahan yang Dibutuhkan:
1. Metanol absolut 40 ml
2. toluena kering 50 ml
3. logam Natrium 2,3 g.
Prosedur: Tambahkan ke dalam labu kering, campuran metanol (40 ml) dan toluena
kering (50 ml) dan tutup dengan longgar. Dengan hati-hati tambahkan potongan-
potongan logam natrium yang baru dipotong ke dalam campuran di atas secara bertahap
dengan pengocokan konstan. Setelah pelarutan total logam natrium, tambahkan metanol
absolut secukupnya untuk menghasilkan larutan bening. Toluena 50 ml ditambahkan
dengan pengocokan konstan hingga campuran tampak jernih. Proses ini diulangi dengan
penambahan metanol dan benzena alternatif sampai diperoleh 1 liter larutan, berhati-hati
dalam menambahkan volume minimum metanol untuk memberikan larutan yang jelas
terlihat.
Reaksi yang terjadi:
Interaksi antara logam natrium dan metanol adalah reaksi eksotermik dan karenanya,
perhatian khusus harus diberikan saat menambahkan logam ke dalam pelarut kering
dalam lot kecil dengan interval pendinginan yang memadai sehingga menjaga reaksi
tetap terkendali.
Larutan jernih dari natrium metoksida harus dijauhkan dari kelembaban dan CO2 di udara
sejauh mungkin untuk menghindari dua reaksi kimia di atas yang pada akhirnya dapat
mengakibatkan pembentukan kekeruhan.
15
Prosedur Titrasi:
1. Timbang seksama sampel setara dengan lebih kurang 200 mg Alopurinol
2. Larutkan dalam 50 ml dimetilformamida P, hangatkan bila perlu
3. Tambahkan 2 tetes indikator larutan timol biru
4. Titrasi dengan Natrium metoksida 0,1 N ke titik akhir berwarna biru tua, lakukan
tindakan pencegahan untuk mencegah penyerapan karbon dioksida dari udara
5. Lakukan penetapan blanko.
1 mL Natrium Metoksida 0.1 N setara dengan 0.01361 g C5H4N4O
16
BAB 4
PEMBAHASAN
17
Tabel 4.1. Hasil Uji Keragaman Bobot Tablet Alopurinol
Tablet Bobot (mg) Tablet Bobot (mg)
1 307,9 11 307,1
2 310,1 12 303,9
3 311,4 13 305,9
4 306,4 14 310,0
5 307,5 15 302,0
6 305,6 16 302,0
7 306,0 17 302,7
8 309,2 18 304,1
9 305,6 19 303,2
10 304,4 20 304,8
Rata-rata Bobot 306 mg
Rata-rata : 306 mg
Penyimpangan bobot rata-rata A (5%)
5/100 X 306 mg = 15,3 mg
Batas min = 306 mg – 15,3 mg = 290,4 mg
Batas max = 306 mg + 15,3 mg= 321,3 g
Rentang = 290,4 mg sampai 321,3 mg
Syarat : tidak boleh ada 2 tablet yang masing-masing menyimpang dari
bobot rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan.
Hasil uji keragaman bobot tablet Allopurinol 100 mg telah memenuhi syarat keragaman
bobot yang tertera pada Farmakope Indonesia V yaitu penyimpangan tablet Allopurinol 100
18
mg tidak ada dua tablet yang menyimpang lebih dari 5% dan tidak satu pun tabletnya yang
menyimpang lebih dari 10%.
20
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
a. Identifikasi bahan baku alopurinol dapat dilakukan dengan menggunakan spektroskopi
inframerah. Identifikasi alopurinol dengan spektroskopi inframerah menunjukkan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama seperti pada alopurinol BPFI.
b. Identifikasi sediaan alopurinol tablet dilakukan dengan spektroskopi inframerah, apabila
menunjukkan serapan maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama seperti pada
alopurinol BPFI, maka menunjukkan bahwa sediaan tersebut benar mengandung
alopurinol.
c. Penetapan kadar alopurinol tablet dapat dilakukan dengan menggunakan metode
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi fase terbalik. Metode kromatografi gas-cair
menggunakan detektor UV 254 nm, ukuran kolom 30 cm x 4 mm, laju alir 1,5 ml/menit
dan volume injeksi 15 µL.
d. Penetapan kadar alternatif alopurinol tablet dapat dilakukan dengan menggunakan metode
spektrofotometer UV. Metode spektrofotometer UV dilakukan dengan mengukur serapan
larutan sampel pada panjang gelombang 250 nm.
5.2 Saran
a. Farmasis hendaknya memahami mengenai uji identifikasi alopurinol dan penetapan kadar
alopurinol tablet untuk dapat memastikan dan menjamin mutu dari sediaan tersebut.
b. Identifikasi dan penetapan kadar alopurinol dalam tablet dilakukan sesuai dengan metode
dalam kompendial. Prosedur pengujian alternatif dapat dilakukan berdasarkan sumber
yang absah serta tervalidasi, apabila tidak memungkinkan untuk melakukan metode dalam
kompendial.
21
DAFTAR PUSTAKA
Harmita. Analisis Fisikokimia: Kromatografi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2014.
22