Anda di halaman 1dari 9

1. Pengertian Drainase http://eprints.polsri.ac.

id/3400/3/BAB
%20II.pdf
Drainase yang berasal dari bahasa inggris drainage yang mempunyai arti
mengalirkan, membuang, atau mengalihkan air. Dalam bidang teknik sipil, drainase
secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan teknis untuk mengurangi
kelebihan air, baik yang berasal dari hujan, rembesan maupun kelebihan air irigasi di
suatu kawasan/lahan, sehingga fungsi kawasan tidak terganggu. Drainase juga
diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan
salinitas. Jadi, drainase menyangkut tidak hanya air permukaan tapi juga air tanah.
(Suripin :2004)

2. Perencanaan Saluran Drainase


http://eprints.polsri.ac.id/3400/3/BAB%20II.pdf
Saluran drainase harus direncanakan untuk dapat melewatkan debit rencana
dengan aman. Perencanaan teknis saluran drainase mengikuti tahapan-tahapan sebagai
berikut:

(1) Menentukan debit rencana.

(2) Menentukan jalur (trase) saluran.

(3) Merencanakan profil memanjang saluran.

(4) Merencanakan penampang melintang saluran.

(5) Mengatur dan merencanakan bangunan-bangunan serta sistem drainase.

Dalam perencanaan perlu memperhatikan cara pelaksanaan, ketersediaan


lahan dan bahan, biaya, serta operasi dan pemeliharaan setelah pembangunan selesai.
Seluruh item-item pekerjaan yang disebutkan di atas tidak berdiri sendiri- sendiri,
tetapi saling kait-mengkait, sehingga dalam proses perencanaan perlu saling cek.
1. Debit rencana
Perhitungan debit rencana untuk saluran drainase di daerah perkotaan
dapat dilakukan dengan menggurlakan rumus rasional, atau hidrograf satuan,
dalam perhitungan waktu konsentrasi dan koefisien limpasan perlu
memperhitungkan perkembangan tata guna lahan di masa mendatang. Dalam
perencanaan saluran drainase dapat dipakai standar yang telah ditetapkan, baik
debit rencana (periode ulang) dan cara analisis yang dipakai, tinggi jagaan,
struktur saluran, dll. Tabel berikut menyajikan standar desain saluran drainase
berdasar "Pedoman Drainase perkotaan dan Standar Desain Teknis".

Tabel 2.1 kriteria desain hidrologi sistem drainase perkotaan


(Suripin : 2004)
2. Jalur saluran
Jalur saluran sedapat mungkin mengikuti pola jaringan yang telah ada,
kecuali untuk saluran tambahan, dan/atau saluran drainase di daerah perluasan
kota. Penentuan jalur saluran harus memperhatikan jaringan dan/atau rencana
fasilitas (komponen infrastruktur) yang lain, misalnya rencana jalan, pipa air
minum, jaringan kabel bawah tanah, dll.

3. Profil memanjang
Dalam merencanakan profil memanjang pada saluran drainase perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
 Tinggi muka air di muara (outlet). Tinggi muka air di hilir saluran harus
didesain berdasarkan pada tinggi muka air rencana di saluran buangan,
dalam hal ini bisa berupa saluran induk, kolam penampungan, atau
langsung ke laut. Dalam hal yang terakhir perlu memperhatikan fluktuasi
air laut akibat adanya pasang surut.
 Profil memanjang rencana muka air tertinggi harus direncanakan kira-
kira sama dengan kemiringan tanah sepanjang saluran sehingga air hujan
dari semua titik di daerah tangkapan dapat mengalir ke saluran dengan
lancar. Kemiringan muka air tertinggi harus berubah secara berangsur-
angsur dari terjal di hulu menjadi landai di hilir.
 Kemiringan dasar saluran didesain sama dengan kemiringan muka air
tertinggi kecuali pada saluran yang terpengaruh oleh aliran balik. Elevasi
dasar saluran didesain serendah mungkin selama masih praktis untuk
menjamin terpenuhinya penampang basah. Hal ini dilakukan karena
pelebaran sungai di daerah perkotaan sering mengulami kesulitan.

4. Penampang melintang saluran


Penampang melintang saluran cukup didesain dengan menggunakan rumus
aliran seragam, kecuali pada bagian saluran yang terpengaruh aliran balik
(pengembangan). Pengambilan angka kekasaran Manning perlu memperhatikan
kondisi dan kemiringan dasar saluran, dinding saluran, dan pemeliharaan
saluran.

5. Perkuatan dinding saluran


Mengingat bahwa lebar saluran drainase di daerah perkotaan sangat
terbatas, maka kemiringan dinding saluran biasanya dibuat lebih tegak,sehingga
diperlukan perkuatan untuk menjamin supaya dinding tidaklongsor. Perkuatan
dinding saluran dapat berupa pasangan batu kali, atau lapisan beton.

3. Pengertian Survey Memanjang dan Melintang Jalan


A. Profil Memanjang Jalan https://rikkyputra.wordpress.com/2010/04/05/profil-
memanjang/
Profil memanjang adalah suatu potongan/penampang suatu areal arah
memanjang yang mempunyai jarak dan elevansi. Pengukuran profil memanjang
dapat dilakukan dengan beberapa cara, tetapi yang biasa dilakukan hanya dengan
dua cara ;
1. Pengukuran pergi pulang.
Pengukuran pergi pulang alat di tempatkan diatas titik/patok sedangkan
data yang diambil adalah ;
1) Bacaan benang pergi pulang.
2) Jarak langsung (jarak pita).
3) Tinggi alat (Ta).
4) inggi salah satu titik yang telah di ketahui/ditentukan, bila bila belum
diketahui ketinggiannya harus di cari darititik lainnya(Kp).
5) Sket gambar pengukuran.
2. Pengukuran doble stand.
Pengukuran doble stand alat ditempatkan kira-kira ditengah dari dalam
garis lurus antar dua titik, sedangkan data yang di ambil adalah ;
1) Bacaan benang stand I dan II muka belakang. Untuk membuat stand I
dan II dapat dilakukan dengan cara setelah alat ditempatkan antara dua
titik dan diambil bacaan benang (stand I) kemudian dinaik/turunkan
atau digeser kekiri/kekanan dan di ambil bacaan benang(stand II).
2) Jarak pita (jarak langsung)
3) Tinggi alat (Ta).
4) Tinggi salah satu titik yang telah di ketahui/ditentukan, bila bila belum
diketahui ketinggiannya harus di cari darititik lainnya(Kp).
5) Sketsa gambar pengukuran.
a. Pengolahan data pergi pulang.
1. Cek Bt = ½ (Ba + Bb)
2. Jarak optis = (Ba – Bb) 100,
Dimana, Jarak pergi = Jarak pulang = Jarak pita.
Jika jarak pergi jarak pulang, harus masuk dalam toleransi jarak
maksimum dan minimum yang diambil rata-ratanya
3. Beda tinggi = Ta – Bt
Beda tinggi pergi = beda tinggi pulang, Jika berbeda hanya
boleh angka terakhir dan diambil rata-ratanya.
4. Tinggi titik = Tinggi titik yang diketahui Beda tinggi.

b. Pengolahan data doble stand.


1. Cek Bt = ½ (Ba + Bb)
2. Jarak diambil jarak pita, bila alat ditempatkan betul-betul dalam
garis lurus antara dua titik maka jarak optis bisa dipakai.
3. Jarak optis = (Ba – Bb) 100
Dimana, Jarak stand I = Jarak stand II . Jika berbeda harus
masuk dalam toleransi jarak maksimum dan minimum yang
diambil rata-ratanya.
4. Beda tinggi = Bt.b – Bt.m
Jika berbeda hanya boleh angka terakhir dan diambil rata-
ratanya.(Tanda stand I = tanda stand II).
5. Tinggi titik = Tinggi titik yang diketahui Beda tinggi.

B. Profil Melintang Jalan https://rikkyputra.wordpress.com/2010/04/05/profil-


melintang-dan-perhitungan-volume/

Profil melintang adalah potongan/penampang melintang dari suatu areal


pengukuran tanah arah melintang dari suatu areal pengukuran tanah arah melintang
yang memperlihatkan jarak dan elevansi tertentu.
Pengukuran profil melintang alat ditempatkan diatas setiap profil memanjang
yang telah dihitung ketinggian dan jarak antara titik ke titk . setiap pengukuran
harus diambil siku terhadap profil memanjang yang diarahkan kekiri dan kekanan
dengan jarak sesui kebutuhan. Data yang diambil :
1) Bacaan benang (Ba, Bt, dan Bb) kekiri dan kekanan.
2) Tinggi alat.
3) Tinggi titik tempat dari profil memanjang.
4) Sket gambar penampang.
Pengolahan data :
1. Cek Bt = ½ (Ba + Bb).
2. Jarak optis = (Ba – Bb) 100
Kesetiap titik-titik pengukuran dari setiap titik profil
memanjang.
3. Tinggi titik = Tinggi titik profil memanjang Beda tinggi.

4. Kegunaan Survey Memanjang dan Melintang Jalan


http://itp-
civilengineering.blogspot.com/2012/05/penampang-
melintang-penampang-memanjang.html
a. Profil Memanjang Jalan
Pada pekerjaan-pekerjaan rekayasa seperti perencanaan jalan raya, jalan kereta
api, saluran irigasi, lapangan udara, dll, sangat dibutuhkan bentuk profil atau
tampang pada arah tertentu untuk perencanaan kemiringan sumbu proyek,
hitungan volume galian atau timbunan tanah, dan lain-lain.
Pengukuran profil dibedakan atas profil memanjang searah dengan sumbu
proyek dan profil melintang dengan arah memotong tegak lurus sumbu proyek
pada interval jarak tertentu.
Penampang memanjang adalah irisan tegak pada lapangan dengan mengukur
jarak dan beda tinggi titik-titik di atas permukaan bumi. Profil memanjang
digunakan untuk melakukan pengukuran yang jaraknya jauh, sehingga dikerjakan
secara bertahap beberapa kali. Karena panjangnya sangat besar, skala vertical
yang digunakan dibuat berbeda dengan skala horisontalnya. Cara pengukuran
penampang memanjang sama dengan cara pengukuran secara berantai.
Penampang memanjang digunakan untuk pekerjaan membuat trace-trace jalan
kereta api, jalan raya, saluran air, pipa air minum, dsb.

Tiap-tiap titik yang berurutan dan di bedakan pembacaan rambu.


Dh A-1 = b1 – m1 (beda tinggi antara A dan 1)
Dh 1 – 2 = b2 – m2
Dh 2 – 3 = b3 – m3
Dh 3 – B = b4 – m4 +
Dh A - B = å bi - å mi
Atau dapat ditulis :
Beda tinggi = å Bacaan belakang - å bacaan muka

Setelah data pengukuran diolah dan ketinggian semua titik stasiun telah
diketahui di atas bidang referensi serta jarak-jaraknya, maka profil memanjang
dapat digambarkan. Bidang referensi terdekat yang dijadikan dasar penggambaran
semua titik ditentukan dahulu, kemudian digambar di atas kertas milimeter.
Posisi mendatar (sumbu X) untuk jarak horizontal antartitik dengan skala yang
telah ditentukan (misal 1:1000) dan ke arah tegak (sumbu Y) untuk ketinggian
dengan skala yang 10x skala horizontal (misal 1:100). Kemudian dari gambar
ketinggian titik-titik tersebut dihubungkan secara berurutan sehingga membentuk
garis profil memanjang. Di bawah garis referensi biasanya dibuat kolom-kolom
tertentu yang disesuaikan dengan kebutuhan dalam perhitungan selanjutnya.
Dalam gambar profil inilah kemudian ditentukan ketinggian dan kemiringan
sumbu proyek, sehingga dapat dihitung selisih tinggi antara permukaan tanah asli
dan sumbu proyek di setiap titik stasiun yang merupakan dalamnya penggalian
atau tinggi penimbunan di titik-titik tersebut.

b. Profil Melintang Jalan


Penampang melintang yang digunakan dalam menghitung pekerjaan tanah
adalah sebuah penampang vertikal, tegak lurus terhadap garis sumbu pada stasiun
penuh dan stasiun plus, yang menyatakan batas-batas suatu galian atau timbunan
rencana atau yang sudah ada. Penentuan luas potongan melintang menjadi
sederhana bila potongan melintang tersebut digambar diatas kertas grafik
potongan melintang.
Potongan melintang digambar dengan skala vertikal dan horizontal yang sama,
dengan praktek standar 1 inc = 10 ft.Tetapi, bila galian atau timbunan vertikal
kecil dibandingkan dengan lebarnya, Perbesaran skala vertikal digunakan untuk
mencapai ketelitian ekstra dalam menggambar penampang tersebut.Arah profil
melintang di setiap stasiun umumnya diambil tegak lurus terhadap sumbu proyek,
sebagai dasar ketinggian di setiap profil adalah titik-titik stasiun yang telah diukur
dari profil memanjang.
Lebar profil tergantung dari kebutuhan dan tujuan proyek, misal 25 m arah
kanan-kiri dari sumbu proyek. Pengukuran detilnya dilakukan seperti pada
pengukuran profil memanjang dan sebagai detil-detil dipilih titik-titik yang dapat
mewakili topografi setempat.Di atas gambar profil inilah digambarkan tampang
atau irisan dari rencana proyek dan luasan yang terjadi antara permukaan tanah
asli dengan tampang proyek merupakan luas tampang galian atau timbunan yang
diperlukan atau dibuang. Dengan mengkombinasikan tampang memanjang dan
melintang maka volume dari tubuh tanah yang ditimbun atau digali dapat
dihitung.

5. Langkah -Langkah Survey Memanjang dan Melintang


Jalan Dalam Perencanaan Drainase
https://www.ilmutekniksipil.com/ilmu-ukur-
tanah/pengukuran-profil
1. Profil Memanjang
 Meletakkan waterpass di titik pertama kemudian mengatur sumbu menjadi
vertikal. Kedudukan waterpass selalu tetap di titik pertama selama
pengukuran profil memanjang.
 Membidik rambu pada titik kedua dengan alat bantu bidikan kasar (visier),
kemudian mengunci pesawat.
 Menempatkan rambu tepat sepanjang garis antara titik pertama dan titik
kedua dengan interval 5 m. Tetapi apabila kondisi medan tidak
memungkinkan, maka interval jaraknya dapat diambil lebih panjang atau juga
lebih pendek.
 Membidik rambu kemudian membaca bacaan benang.
 Mengulangi langkah i – iv pada titik-titik yang lain.

2. Profil Melintang
Titik-titik yang dijadikan acuan pada pengukuran profil  melintang adalah
titik-titik hasil pengukuran profil memanjang dengan arah bidikan sebesar 90º
dan 270º dan dengan jarak sejauh 15 m tiap sisinya.
Langkah kerja dalam pengukuran profil melintang adalah sebagai berikut :
 Menempatkan waterpass di atas titik pertama kemudian mengatur sumbu I
menjadi vertikal.
 Membuat arah 00˚00’00” dengan cara membidikan pesawat ke titik kedua.
 Memutar pesawat sebesar 90º, kemudian menempatkan rambu pertama pada
titik terjauh (15 m), sedangkan rambu-rambu yang lain ditempatkan pada titik
yang mempunyai beda tinggi (mewakili medan).
 Membaca bacaan benang pada tiap-tiap titik dan mencatatnya.
 Memutar pesawat sebesar 180º sehingga bacaan sudut menjadi 270º.
 Menempatkan rambu pertama di titik terjauh (15 m).
 Menempatkan rambu-rambu yang lain yang dapat mewakili kondisi medan
searah bidikan pesawat. Penempatan rambu dimulai dari titik terjauh
kemudian mendekat menuju pesawat.
 Mengulangi langkah i- vii untuk titik-titik yang lain.

Hitungan
Untuk menggambarkan profil, data yang dipakai adalah jarak dan beda
tinggi. Jarak dapat dicari dengan menggunakan rol meter maupun secara optis,
untuk medan yang berbukit-bukit penggunaan jarak optis lebih baik daripada
menggunakan rol meter (mengukur secara langsung). Untuk menghitung elevasi
pada tiap titik dapat ditentukan dengan rumus :

E2 = E1 ± ΔH1

E3 = E2 ± ΔH2 ……….…………………………….dst.

Keterangan :

∆H = beda tinggi

E = elevasi

Anda mungkin juga menyukai