id/3400/3/BAB
%20II.pdf
Drainase yang berasal dari bahasa inggris drainage yang mempunyai arti
mengalirkan, membuang, atau mengalihkan air. Dalam bidang teknik sipil, drainase
secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan teknis untuk mengurangi
kelebihan air, baik yang berasal dari hujan, rembesan maupun kelebihan air irigasi di
suatu kawasan/lahan, sehingga fungsi kawasan tidak terganggu. Drainase juga
diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan
salinitas. Jadi, drainase menyangkut tidak hanya air permukaan tapi juga air tanah.
(Suripin :2004)
3. Profil memanjang
Dalam merencanakan profil memanjang pada saluran drainase perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Tinggi muka air di muara (outlet). Tinggi muka air di hilir saluran harus
didesain berdasarkan pada tinggi muka air rencana di saluran buangan,
dalam hal ini bisa berupa saluran induk, kolam penampungan, atau
langsung ke laut. Dalam hal yang terakhir perlu memperhatikan fluktuasi
air laut akibat adanya pasang surut.
Profil memanjang rencana muka air tertinggi harus direncanakan kira-
kira sama dengan kemiringan tanah sepanjang saluran sehingga air hujan
dari semua titik di daerah tangkapan dapat mengalir ke saluran dengan
lancar. Kemiringan muka air tertinggi harus berubah secara berangsur-
angsur dari terjal di hulu menjadi landai di hilir.
Kemiringan dasar saluran didesain sama dengan kemiringan muka air
tertinggi kecuali pada saluran yang terpengaruh oleh aliran balik. Elevasi
dasar saluran didesain serendah mungkin selama masih praktis untuk
menjamin terpenuhinya penampang basah. Hal ini dilakukan karena
pelebaran sungai di daerah perkotaan sering mengulami kesulitan.
Setelah data pengukuran diolah dan ketinggian semua titik stasiun telah
diketahui di atas bidang referensi serta jarak-jaraknya, maka profil memanjang
dapat digambarkan. Bidang referensi terdekat yang dijadikan dasar penggambaran
semua titik ditentukan dahulu, kemudian digambar di atas kertas milimeter.
Posisi mendatar (sumbu X) untuk jarak horizontal antartitik dengan skala yang
telah ditentukan (misal 1:1000) dan ke arah tegak (sumbu Y) untuk ketinggian
dengan skala yang 10x skala horizontal (misal 1:100). Kemudian dari gambar
ketinggian titik-titik tersebut dihubungkan secara berurutan sehingga membentuk
garis profil memanjang. Di bawah garis referensi biasanya dibuat kolom-kolom
tertentu yang disesuaikan dengan kebutuhan dalam perhitungan selanjutnya.
Dalam gambar profil inilah kemudian ditentukan ketinggian dan kemiringan
sumbu proyek, sehingga dapat dihitung selisih tinggi antara permukaan tanah asli
dan sumbu proyek di setiap titik stasiun yang merupakan dalamnya penggalian
atau tinggi penimbunan di titik-titik tersebut.
2. Profil Melintang
Titik-titik yang dijadikan acuan pada pengukuran profil melintang adalah
titik-titik hasil pengukuran profil memanjang dengan arah bidikan sebesar 90º
dan 270º dan dengan jarak sejauh 15 m tiap sisinya.
Langkah kerja dalam pengukuran profil melintang adalah sebagai berikut :
Menempatkan waterpass di atas titik pertama kemudian mengatur sumbu I
menjadi vertikal.
Membuat arah 00˚00’00” dengan cara membidikan pesawat ke titik kedua.
Memutar pesawat sebesar 90º, kemudian menempatkan rambu pertama pada
titik terjauh (15 m), sedangkan rambu-rambu yang lain ditempatkan pada titik
yang mempunyai beda tinggi (mewakili medan).
Membaca bacaan benang pada tiap-tiap titik dan mencatatnya.
Memutar pesawat sebesar 180º sehingga bacaan sudut menjadi 270º.
Menempatkan rambu pertama di titik terjauh (15 m).
Menempatkan rambu-rambu yang lain yang dapat mewakili kondisi medan
searah bidikan pesawat. Penempatan rambu dimulai dari titik terjauh
kemudian mendekat menuju pesawat.
Mengulangi langkah i- vii untuk titik-titik yang lain.
Hitungan
Untuk menggambarkan profil, data yang dipakai adalah jarak dan beda
tinggi. Jarak dapat dicari dengan menggunakan rol meter maupun secara optis,
untuk medan yang berbukit-bukit penggunaan jarak optis lebih baik daripada
menggunakan rol meter (mengukur secara langsung). Untuk menghitung elevasi
pada tiap titik dapat ditentukan dengan rumus :
E2 = E1 ± ΔH1
Keterangan :
∆H = beda tinggi
E = elevasi