Anda di halaman 1dari 81

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam pengajaran atau proses belajar-mengajar guru memegang peran

sebagai sutradara sekaligus aktor. Artinya, guru yang betugas dan tanggung jawab

merencanakan dan melaksanakan pengajaran di sekolah. Guru sebagai tenaga

profesional harus memiliki sejumlah kemampuan mengaplikasikan berbagai teori

belajar dalam bidang pengajaran, kemampuan memilih dan menerapkan metode

pengajaran yang efektif dan efisien, kemampuan melibatkan siswa berpartisipasi

aktif, dan kemampuan membuat suasana belajar yang menunjang tercapainya

tujuan pendidikan. Faktor utama yang paling menentukan meningkatnya mutu

akademik siswa ialah pengelolaan kegiatan belajar mengajar oleh guru.

Dalam proses belajar mengajar perlu diharapkan untuk membina pola

pikir, keterampilan, kebiasaan yang terbuka dan bertanggung jawab, mampu

menyesuaikan diri secara manusiawi terhadap perubahan di segala bidang

termasuk kehidupan manusia. Mengajar tidak hanya sekedar pengalihan

pengetahuan dan keterampilan. Mengajar harus mampu membina kemahiran

peserta didik untuk kreatif, dapat menghadapi segala situasi. Setiap usaha

mengajar bertujuan untuk menumbuhkan atau menyempurnakan pola tingkah laku

tertentu dari siswa, yaitu sejumlah kegiatan yang lazim dilakukan manusia untuk

bertahan hidup dan untuk memperbaiki hidupnya. Guru sebagai komunikator

diharapkan dapat menggunakan bahasa yang baik dan mudah dimengerti,

terutama dalam penyampaian materi pelajaran. Siswa tidak akan mungkin bisa

1
memahami bahan pembelajaran yang disampaikan guru apabila guru dalam

penyampaiannya tidak menggunakan bahasa yang komunikatif. Guru harus dapat

mempersiapkan diri baik dari segi penguasaan materi maupun keterampilan

berbicara dan mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang luas. Kondisi

seperti ini akan dapat membantu siswa dalam memahami mata pelajaran yang

disampaikan. Siswa akan lebih berkreatif untuk menciptakan ide-ide baru. Guru

bukan hanya berperan dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan

saja. Mereka juga berfungsi meningkatkan keterampilan menulis serta

menumbuhkan budaya menulis di kalangan siswa. Untuk meningkatkan

kreativitas siswa, guru harus dapat menumbuhkan rasa ingin tahu alamiah,

memotivasi, menumbuhkan percaya diri dan memancing siswa untuk

mengekspresikan bentuk kreativitasnya dalam bentuk nyata.

Ada empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu membaca, menyimak,

berbicara, dan menulis. Di antara keempat keterampilan tersebut, yang dianggap

paling membutuhkan penguasaan keterampilan paling tinggi adalah keterampilan

berbahasa dalam bidang menulis. Keterampilan menulis dibutuhkan banyak aspek

antara lain penguasaan kosakata sebagai faktor intrinsik yang mendukung

keterampilan menulis. Pada hakikatnya menulis merupakan keterampilan

seseorang dalam mengekspresikan pikiran dan perasaan yang disampaikan

melalui bahasa tulis yang realisasinya berupa simbol-simbol grafis sehingga orang

lain, yaitu pembaca mampu memahami pesan yang terkandung di dalamnya.

Menulis merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif sehingga keterampilan

ini tidak datang dengan sendirinya akan tetapi membutuhkan latihan dan

kebiasaan yang berkesinambungan. Menulis merupakan fenomena yang jarang

2
dilakukan para siswa di tingkat SMP. Minimnya pelajaran dan penerapan

kemampuan menulis siswa, kebanyakan guru hanya memberikan pelajaran yang

bersifat membaca dan pengetahuan tentang bahasa ataupun sastra saja. Guru tidak

mengajarkan bagaimana cara menulis dengan menggunakan bahasa yang baik dan

benar.

Keterampilan menulis deskripsi memang menjadi satu keterampilan

berbahasa yang sulit untuk dikuasai. Hal ini disebabkan adanya dua unsur yang

harus dikuasai oleh penulis, yaitu unsur bahasa, seperti ejaan, stuktur kalimat,

kohesi, dan koherensi, serta unsur non bahasa yang dijadikan ide atau gagasan

dalam sebuah tulisan yang meliputi pengetahuan dan pangalaman penulis. Tujuan

menulis deskripsi adalah membuat para pembaca menyadari dengan hidup apa

yang diserap penulis melalui pancaindera, merangsang perasaan pembaca

mengenai apa yang digambarkannya, menyajikan suatu kualitas pengalaman

langsung. Objek yang dideskipsikan mungkin sesuatu yang bisa ditangkap dengan

pancaindera kita, sebuah pemandangan alam, jalan-jalan kota, tikus-tikus selokan

atau kuda balapan, wajah seseorang yang cantik, atau seseorang yang putus asa,

alunan musik atau gelegar guntur, dan sebagainya.

Media pembelajaran merupakan wahana penyalur atau wadah pesan

pembelajaran. Media pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting

dalam proses belajar mengajar. Di samping dapat menarik perhatian siswa, media

pembelajaran juga dapat menyampaikan pesan yang ingin disampaikan dalam

setiap mata pelajaran. Dalam penerapan pembelajaran di sekolah, guru dapat

menciptakan suasana belajar yang menarik perhatian dengan memanfaatkan

media pembelajaran yang kreatif, inovatif dan variatif, sehingga pembelajaran

3
dapat berlangsung dengan mengoptimalkan proses dan berorientasi pada prestasi

belajar

Dalam Kamus Bahasa Indonesia (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa,

2008: 435), gambar adalah tiruan barang (orang, binatang, tumbuhan, dan

sebagainya) yang dibuat dengan coretan pensil pada kertas dan sebagainya.

Sedangkan seri adalah rangkaian yang berturut-turut. Jadi gambar seri adalah

rangkaian tiruan barang (orang, binatang, tumbuhan, dan sebagainya) yang dibuat

dengan coretan pensil pada kertas yang berturut-turut.

Berkaitan dengan pembelajaran menulis teks deskripsi di SMP Negeri 23

Medan yang ternyata belum efektif, maka perlu dicarikan pemecahannya.

Pemecahan itulah yang melatarbelakangi penulis melakukan penelitian tentang

peningkatan kemampuan menulis tekas deskripsi melalui penggunaan media

gambar pada siswa kelas VII D SMP Negeri 23 Medan. Dipilihnya kelas VII D

SMP Negeri 23 Medan karena siswa dikelas tersebut dalam pembelajaran menulis

teks deskripsi rendah dilihat dari nilai yang diperoleh siswa. Selain itu minat dan

atusias siswa selama kegiatan pembelajaran menulis teks deskripsi masih sangat

kurang. Hal tersebut mengakibatkan teks yang dihasilakan oleh siswa tidak

maksimal.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka dibutuhkan suatu media

yang dapat melibatkan siswa lebih aktif dan kreatif. Alternatif yang

dikembangkan adalah dengan menggunakan media gambar dalam menulis teks

deskripsi. Melalui penggunaan media gambar, peneliti mengharapkan dapat

memudahkan siswa di SMP Negeri 23 Medan dalam menulis teks deskripsi

sehingga hasil belajar siswa meningkat. Dari hal tersebut maka penulis

4
mengadakan sebuah penelitian tindakan kelas yang berjudul “Peningkatan

Kemampuan Menulis Teks Deskripsi dengan Penggunaan Media Gambar pada

Siswa Kelas VII D SMP Negeri 23 Medan Tahun Pembelajaran 2018/2019”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas penulis mengidentifikasi

masalah sebagai berikut:

1. Rendahnya kemampuan siswa untuk menuangkan ide dalam menulis

teks deskripsi

2. Kegiatan menulis tidak diimbangi dengan praktek

3. Media pembelajaran yang digunakan kurang sesuai.

4. Apakah penenerapan media pembelajaran gambar dapat meningkatkan

hasil belajar siswa pada materi menulis teks deskripsi.

1.3. Ruang Lingkup Masalah

Ruang lingkup masalah dalam penelitian ini adalah peningkatan

hasil belajar menulis teks deskripsi siswa. Untuk meningkatkan hasil

belajar menulis teks berita dapat dilakukan dengan banyak cara. Namun

dalam penelitian ini, peningkatan hasil belajar menulis teks deskripsi siswa

dengan menerapkan media pembelajaran gambar di kelas VII D SMP

Negeri 23 Medan.

5
1.4 Batasan Masalah

Untuk mengarahkan penelitian ini sehingga lebih spesifik dan

terfokus karena mengingat luasnya aspek yang dapat diteliti, maka

masalah dalam penelitian ini dibatasi pada penerapan media gambar untuk

meningkatkan hasil belajar menulis teks deskripsi siswa.

1.5 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang

masalah dan batasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah;

Apakah penerapan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar

menulis teks deskripsi siswa kelas VII D SMP Negeri 23 Medan Tahun

Ajaran 2018/2019?.

1.6 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah media

gambar dapat meningkatkan hasil belajar menulis teks deskripsi siswa

kelas VII D SMP Negeri 23 Medan Tahun Ajaran 2018/2019.

1.7 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah;

1. Bagi peneliti, menambah pengetahuan dan keterampilan peneliti

mengenai media pembelajaran gambar untuk pembelajaran

dikemudian hari.

6
2. Bagi guru, menambah wawasan baru terhadap media pembelajaran

gambar dalam pembelaran Bahasa Indonesia.

3. Meningkatkan kemampuan siswa untuk menulis teks deskripsi melalui

model pembelajaran gambar.

4. Bagi sekolah, memberikan sumbangan yang baik dalam rangka

perbaikan media pembelajaran.

7
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Menulis

Secara harfiah kegiatan menulis dapat diartikan sebagai kegiatan yang

menggambarkan bahasa dengan lambang-lambang yang dapat dipahami. Hal

tersebut sesuai dengan pendapat H.G. Tarigan (2008: 22) yang menyatakan bahwa

“Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang

menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang-

orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka

memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut”.

Menulis atau juga disebut mengarang adalah sebuah metode yang terbaik

untuk mengembangkan keterampilan didalam menggunakan suatu bahasa

(Hastuti,1982:1)

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa menulis

merupakan sebuah kegiatan untuk mengungkapkan gagasan, buah pikiran

seseorang yang dituangkan ke dalam bentuk huruf-huruf ataupun angka yang

dirangkai menjadi satu bagian.

Menulis termasuk salah satu media untuk berkomunikasi secara tidak

langsung. Menulis adalah kegiatan mengungkapkan ide atau gagasan bermediakan

bahasa tulis dengan tujuan agar pembaca dapat memahami maksud yang

dikehendaki oleh penulis. Untuk dapat memahami maksud yang dikehendaki,

penulis dan pembaca haruslah memiliki persamaan pemahaman terhadap suatu

simbol bahasa.

8
2.1.1 Tujuan Menulis

Pada dasarnya penulis harus mengungkapkan dengan jelas tujuam

penulisan yang akan dibauatnya. Perumusan tujuan penulisan sangat penting dan

harus ditentukan terlebih dahulu. Rumusan tujuan penulisan adalah suatu

gambaran penulis dalam kegiatan menulsi selanjutnya. Dengan menentukan

tujuan penulisan, akan diketahui apa yang harus dilakukan pada tahap penulisan.

Menulis adalah menyampaikan pikiran berupa sebuah tulisan. Tarigan (2008: 24)

mengemukakan bahwa setiap jenis tulisan mengandung beberapa tujuan, tetapi

tujuan itu sangat beraneka ragam, bagi penulis yang belum berpengalaman ada

baiknya memperhatikan kategori sebagai berikut :

a. Memberitahukan atau mengajar

b. Menyakinkan atau mendesak

c. Menghibur atau menyenangkan

d. Mengutarakan, mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapi-api

2.1.2 Fungsi Menulis

Tarigan (2008: 22) mengemukakan “Pada prinsipnya fungsi utama dari

suatu tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung.”. Menulis

sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berfikir, juga

dapat membantu kita berfikir secara aktif dan kritis. Juga dapat memudahkan kita

merasakan dan menikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya tangkap atau

persepsi kita, memecahkan permasalahan yang kita hadapi, menyusun urutan bagi

pengalaman.

9
Tulisan dapat membantu kita menjelaskan pikiran-pikiran kita, tidak

jarang kita menemui apa yang sebenarnya kita pikirkan dan rasakan mengenai

orang-orang, gagasan-gagasan, masalah-masalah dan kejadian-kejadian hanya

dalam proses menulis yang aktual.

Menurut Erdina, dkk (2005: 5) fungsi menulis berdasarkan kegunaannya

adalah sebagai berikut :

a. Melukiskan yaitu penulis berusaha membuat suatu karangan dengan

menggambarkan atau mendeskripsikan tentang suatu hal, sehingga

pembaca mempunyai gambaran yang jelas tentang hal tersebut.

b. Memberi petunjuk yaitu penulis berusaha memberi petunjuk tentang cara-

cara, aturan-aturan untuk melaksanakan sesuatu, sehingga pembaca akan

bekerja sesuai dengan petunjuk tersebut. Fungsi demikian terdapat dalam

buku-buku pedoman, resep dan sebagainya.

c. Memberitahukan yaitu dalam karangan penulis memberikan perintah,

permintaan, anjuran, nasihat, agar pembaca menjalankannya, atau larangan

agar pembaca tidak menjalankan perintahnya. Biasanya tulisan demikian

disertai alasannya mengapa hal itu boleh atau tidak boleh dilakukan.

d. Mengingat yaitu penulis mencatat peristiwa, keadaan, keterangan dan lain-

lain, dengan maksud agar hal tersebut terlupakan mungkin oleh penulis

sendiri, mungkin pula oleh orang lain. Fungsi demikian terdapat pada buku

harian, memori, piagam dan lain-lain.

e. Berkoresponden yaitu penulis melaksanakan surat menyurat dengan orang

lain. Ia memberitahu, menanyakan, meminta atau memerintah sesuatu

kepada orang yang dituju.

10
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan,

bahwa menulis banyak sekali fungsinya yang bermanfaat bagi kita pembaca.

Fungsi menulis dalam pembelajaran yang penulis lakukan adalah melatih siswa

menulis karangan sederhana berdasarkan kesesuaian isi dengan topik,

kesistematisan isi, pilihan kata, keefektifan kalimat, penggunaan EYD (huruf

kapital, tanda titik dan tanda koma).

2.2 Pengerian Teks Deskripsi

Pengertian “deskripsi” dalam Kamus Bahasa Indonesia (Tim Penyusun

Kamus Pusat Bahasa, 2008: 347) yaitu “pemaparan dengan kata-kata secara jelas

dan terperinci”. Jadi deskripsi memaparkan (menunjukkan atau menggambarkan)

sesuatu dengan kata-kata secara jelas dan terperinci sesuai dengan apa adanya.

Menurut Semi (dalam Ayu, dkk 2007;548) deskripsi ialah tulisan yang

tujuannya untuk memberikan rincian atau detail tentang objek sehingga dapat

memberi pengaruh pada emosi dan menciptakan imajinasi pembaca bagaikan

melihat, mendengar, atau merasakan langsung apa yang disampaikan penulis”.

Senada dengan pendapat tersebut, Ismail Marahimin (2004: 45) mengatakan

bahwa “Deskripsi adalah pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata suatu

benda, tempat, suasana atau keadaan”.

Menurut Finoza (2008:233) deskripsi adalah bentuk tulisan yang bertujuan

memperluas pengetahuan dan pengalaman pembaca dengan jalan melukiskan

hakikat objek yang sebenarnya. Sejalan dengan hal tersebut, Kurniasari (2014:

141) menjelaskan bahwa, deskrispi berisi mengenai pengalaman yang

digambarkan secara jelas. Pengalaman tersebut bisa dalam bentuk suatu objek,

11
ketika membaca dan mendengar, seolah-olah pembaca atau pendengar merasakan

sendiri seperti melihat, mendengar, atau menyentuh.

Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa teks deskripsi

adalah karangan yang memaparkan dan menggambarkan suatu hal/keadaan

sehingga pembaca seolah-olah melihat, mengalami, dan merasakan sendiri apa

yang di dialami oleh penulis.

Semi (2007: 114) mengemukakan cara penulisan teks deskripsi yaitu

dengan menggambarkan sesuatu sedemikian rupa sehinggga pembaca dibuat

mampu (seolah merasakannya, melihat, mendengar atau mengalami) sebagaimana

dipersepsi oleh pancaindra. Karena dilandaskan pada pancaindra, dan rincian atau

maka deskripsi sangat mengandalkan pencitraan konkret dan rincian atau

spesifikasi. Berdasarkan pendapat tersebut, menulis teks deskripsi merupakan

suatu proses menggambarkan objek, terutama objek yang jauh dan tidak bisa

dihadirkan ke dalam kelas. Oleh karena objek dari teks deskripsi berupa objek

realita, peserta didik tidak bisa asal berkreasi sendiri dalam pikiran.

Dalman (2014:94) teks deskripsi mempunyai ciri-ciri khas, yaitu sebagai

berikut:

1. deksripsi lebih memperlihatkan detail atau perincian tentang objek;

2. deskripsi bersifat memberi pengaruh sensitivitas dalam membentuk imajinasi

pembaca;

3. deskripsi disampaikan dengan gaya yang memikat dan pilihan kata yang

menggugah;

12
4. deskripsi memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan

dirasakan. Misalnya: benda, alam, warna, dan manusia.

Adapun ciri-ciri teks deskripsi yang baik menurut Keraf (dalam Dalman

2014:95) adalah sebagai berikut:

1. berisi tentang perincian-perincian sehingga objeknya terpandang di depan

mata;

2. dapat menimbulkan kesan dan daya khayal pembaca;

3. berisi penjelasan yang menarik minat orang lain/ pembaca;

4. menyampaikan sifat dan perincian wujud yang dapat ditemukan dalam objek

itu;

5. menggunakan bahasa yang cukup hidup, kuat, dan bersemangat serta konkret.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis teks

deskripsi adalah kesanggupan dalam menuangkan atau mengembangkan hasil

pengamatan terhadap objek yang diamati kedalam sebuah karya tulis yang disusun

secara sistematis.

2.2.1 Struktur Teks Deskripsi

Menurut Gerot dan Peter (dalam Fatimah 2014: 47) the generic structure

of descriptive text are identification (identifies phenomenon to be described) and

description (describes parts, qualities, characteristics). Struktur teks deskripsi

hanya ada dua yakni identifikasi dan deskripsi. Adapun menurut Kemendikbud

(2013:36) menyatakan bahwa teks tanggapan deskriptif memiliki tiga bagian,

13
yaitu identifikasi, klasifikasi (penggolongan)/ definisi, dan deskripsi bagian. Pada

tahun 2014Kemendikbud kembali mengadakan revisi terhadap buku pegangan

siswa SMP kelas VII, struktur teks deskripsi kemudian dibagi menjadi dua bagian,

yaitu deskripsi umum dan deskripsi bagian. Kemudian pada tahun 2017 kembali

mengadakan revisiterhadap buku pegangan siswa SMP kelas VII, struktur teks

deskripsi kemudian dibagi menjadi tiga bagian yaitu, identifikasi, deskripsi

bagian, dan penutup. Apabila dianalisis lagi baik pendapat Gerot dan Peter dan

Kemendikbud tidaklah jauh berbeda. Namun revisi tahun 2017 baik pada buku

guru dan buku siswa Kemendikbud menambahkan penutup pada struktur teks

deskripsi. Pada bagian penutup ini berisi kesan umum terhadap objek yang

dideskripsikan. Berikut penjabaran dari struktur teks deskripsi tersebut.

1. Identifikasi/ deskripsi umum

Deskripsi umum dalam teks deskripsi pada umumnya dapat berisi nama

objek yang akan dideskripsikan, lokasi, sejarah lahirnya, makna nama, dan

pernyataan umum tentang objek. Pada bagian deskripsi umum akan

dideskripsikan ciri-ciri dari objek secara universal. Objek yang dideskripsikan

diinterpretasikan dari sudut pandang di luar objek tersebut.

2. Deskripsi Bagian

Deskripsi bagian berisi perincian bagian dari objek tetapi diperinci

berdasarkan tanggapan subjektif penulis. Perincian dapat berisi apa yang dilihat

(bagian-bagiannya, komposisi warna, seperti apa objek yang dilihat menurut

kesan penulis). Perincian juga dapat berisi perincian apa yang didengar

14
(mendengar suara apa saja, seperti apa suara-suara itu/penulis membandingkan

dengan apa). Perincian juga dapat berisi apa yang dirasakan penulis dengan

mengamati objek. Keberhasilan dan daya tarik deskripsi terletak pada apakah

cara penulis atau pengarang menggambarkan itu hidup atau tidak. Kalau cara

menggambarkannya kurang “hidup” (dalam arti pembaca tidak dengan mudah

dapat membayangkan seperti apa objek yang sedang digambarkan) berarti tulisan

atau karangan itu kurang berhasil dan kurang menarik. Oleh karena itu, dapat

disimpulkan bahwa deskripsi bagian adalah pemaparan secara terperinci dari

bagian-bagian yang dipaparkan.

3. Penutup

Penutup dalam teks deskripsi berisi kesan umum terhadap objek yang

dideskripsikan. Bagian penutup dalam teks deskripsi bisa ada bisa tidak dan

bukanlah suatu kewajiban.

2.2.2 Unsur Kebahasaan Teks Deskripsi

Pembelajaran bahasa dalam kurikulum 2013 adalah pembelajaran yang

berbasis teks. Dalam pembelajaran bahasa yang berbasis teks terdapat dua hal

pokok yang menjadi kajiannya. Yang pertama adalah struktur dari sebuah teks dan

yang kedua adalah unsur kebahasaan dari teks tersebut.

Kemendikbud (2017:21) menyatakan, “Terdapat sembilan unsur

kebahasaan yang perlu dipahami dalam teks deskripsi, yaitu penggunaan kalimat

perincian untuk mengkongkretkan, penggunaan kalimat yang menggunakan

cerapan pancaindra, penggunaan kata dengan kata dasar, penggunaan sinonim,

15
penggunaan kata depan, penggunaan kata khusus, kalimat bermajas (asosiasi dan

personifikasi), pilihan kata yang bervariasi.”

Pada bagian penggunaan kata khusus dan kalimat bervariasi ditemukan

kesamaan dengan penggunaan kata bersinonim. Oleh karena itu penggunaan kata

khusus dan kalimat bervariasi disamakan menjadi penggunaan kata bersinonim

pada teks deskripsi. Berikut ini dijelaskan unsur- unsur kebahasaan tersebut.

1. Menggunakan kalimat perincian untuk mengongkretkan.

Contoh: Ibuku orangyang sangat baik. Dia berusaha menolong semua orang.

Dia ramahdan tutur katanya lembut kepada siapa saja.

2. Penggunaan kalimat yang menggunakan cerapan panca indera terhadap

sesuatu yang dapat dilihat, didengar, dan dirasakan.

Contoh: air jernih dengan buih-buih kecil, udara terasa sangat segar.

3. Menggunakan kata dengan kata dasar K,P,T,S. Setiap kata yang berawalan

K,P,T,S akan lebur ketika mendapatkan imbuhan me-, men-, meng, menge-,

meny-, menye.

Contoh: Meng+kaca = mengaca.

Meny+sapu = menyapu.

4. Menggunakan kata sinonim. Dalam teks deskripsi penggunaan kata

bersinonim dilakukan untuk menciptakan emosi yang kuat sehingga pembaca

dapat seolah-olah mendengar, melihat, dan merasakan objek yang

dideskripsikan.

Contoh: indah diungkapkandengan sinonim yang lebih memiliki emosi kuat

yaitu elok, permai,molek, mengagumkan, memukau, menakjubkan.

5. Menggunakan majas untuk melukiskan secara konkret

16
Contoh: pasir pantailembut seperti bedak bayi (majas asosiasi), angin pantai

dengan lembut mengeluswajah kita (majas personifikasi).

6. Menggunakan kata depan. Kata depan adalah kata yang secara sintaksis

diletakkan sebelum kata benda, kata kerja, atau kata keterangan. Contoh: di

Lombok, dilarang, di sebelah timur.

2.2.3 Menulis Teks Deskripsi

Terdapat beberapa langkah-langkah dalam menulis teks deskripsi. Berikut

akan dijelaskan di bawah ini.

1. Menentukan objek yang akan dideskripsikan dan buat judul.

2. Membuat kerangka bagian-bagian yang akan dideskripsikan.

3. Mencari data dari objek yang akan ditulis.

4. Menanta kalimat menjadi paragraf pembuka teks tanggapan deskripsi yang

berisi identifikasi, deskripsi bagian, dan paragraf penutup.

5. Memerinci objek/ suasana yang akan dideskripsikan dengan menggunakan

kata dan kalimat yang merangsang panca indera (Buku Siswa, 2017:37).

Menurut Dalam (2014: 99) terdapat beberapa langkah-langkah dalam

menyusun seebuah karangan deskripsi yaitu sebagai berikut.

1. Tentukan objek atau tema yang akan dideskripsikan.

2. Tentukan tujuan.

3. Menggumpulkan data dengan mengamati objek yang akan dideskripsikan.

4. Menyusun data tersebut ke dalam urutan yang baik (sistematis) atau membuat

kerangka karangan.

17
5. Menguraikan/ mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan

deskripsi yang sesuai dengan tema yang telah ditentukan.

Kosasih (dalam Dalman 2014: 20) juga mengemukakan langkah-langkah

dalam menulis sebuah karangan deskripsi. Langkah-langkah tersebut dijabarkan

sebagi berikut.

1. Menentukan topik, tema, dan tujuan karangan.

2. Merumuskan judul karangan.

3. Menyusun kerangka karangan.

4. Mengumpulkan bahan/data.

5. Mengembangkan kerangka karangan.

6. Membuat cara mengakhiri dan menyimpulkan sebuah tulisan.

7. Menyempurnakan karangan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, langkah-langkah penulisan teks

deskripsi tidaklah jauh berbeda. Langkah-langkah menyusun teks deskripsi

berguna untuk menghindarkan penulis dari kesalahan susunan dan isi yang

terkandung dalam teks deskripsi. Dengan adanya langkah-langkah penulisan teks

deskripsi pembaca akan dapat menciptakan sebuah teks deskripsi yang membuat

pembaca seolah-olah merasakan, mendengar, dan melihat objek yang

dideskripsikan.

2.2.4 Aspek-Aspek Penilaiaan Teks Deskripsi

Menurut Akhadiah (dalam Dalman, 2014: 23) penilaian teks deskripsi

dapat dilakukan berdasarkan aspek-aspek berikut.

1. Kesesuaian judul dengan isi.

18
2. Penggunaan dan penulisan ejaan.

3. Struktur teks deskripsi.

4. Keterpaduan antar kalimat.

5. Keterpaduan antar paragraf.

6. Isi secara keseluruhan.

7. Kerapihan.

Permendikbud (dalam Buku Siswa, 2017: 39) menyatakan penilaian

terhadap teks deskripsi dapat dilakukan berdasarkan aspek-aspek berikut.

1. Judul menggunakan objek khusus dari hal yang dideskripsikan.

2. Terdapat pengenalan objek pada bagian identifikasi.

3. Terdapat penjelasan terperinci pada bagian deskripsi bagian.

4. Terdapat simpulan/ tanggapan pada bagian penutup.

5. Penggunaan bahasa konkret, majas untuk menggambarkan seolah-olah

pembaca melihat, mendengar, dan merasakan.

6. Penggunaan tanda baca dan huruf kapital yang tepat.

2.3 Hakikat Media Gambar

2.3.1 Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti

“tengah”. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari

pengirim kepada penerima pesan (Azhar Arsyad, 2013:3). Secara lebih khusus

pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-

alat grafik photografis atau elektronik untuk menangkap, memproses, dan

19
menyusun kembali informasi visual atau verbal. Media adalah perantara atau

pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.

Menurut Gerlach dan Ely (dalam Arsyad, 2008:3), media dipahami secara

umum dalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang

membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap.

Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media.

Secara lebih khusus, pengertian media dala proses belajar mengajar cenderung

diartikan sebagai alat-alat grafis, potografis atau elektronis untuk menengkap,

memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.

Menurut Gagne (dalam Arief S. Sadiman et al, 2006: 6) “Media adalah

berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa

untuk belajar. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu diucapkan guru

dalam kata-kata dan dapat mewakili keabstrakan ke dalam kekongkritan”.

Penggunaan media dalam proses belajar mengajar sangat penting. Ketidakjelasan

guru dalam menyampaikan bahan pengajaran dapat terwakili dengan kehadiran

media.

Berdasarkan beberapa defenisi diatas, dapat dikatakan bahwa media

pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan

pesan, membantu mempertegas bahan pelajaran, sehingga dapat merangsang

pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa dalam proses belajar.

2.3.2 Fungsi Media

1. Media Sebagai Alat Bantu

20
Media sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar adalah suatu

kenyataan yang tak dapat dipungkiri. Hal itu disebabkan karena memang gurulah

yang menghendakinya untuk membantu tugas guru dalam menyampaikan pesan-

pesan dari bahan pelajaran yang diberikan oleh guru kepada peserta didik. Sebagai

alat bantu media mempunyai fungsi mempermudah jalan menuju tercapainya

tuhuan pengajaran. Hal ini dilandasi oleh keyakinan bahwa proses belajar

mengajar denagn bantuan media mempertinggi kegiatan belajar anak didik dengan

bantuan media akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang baik darpda tanpa

menggunakan media.

2. Media Sebagai Sumber Belajar

Belajar mengajar adalah suatu proses yang mengolah sejumlah nilai untuk

dikomunikasikan oleh setiap anak didiknya. Nilai-nilai itu tidak datang dengan

sendirinya tetapi terambil dari berbagai sumber. Djamarah dan Zain (2006:122)

mengelompokkan sumber-sumber belajar menjadi lima kategori, yaitu manusia,

buku/perpustakaan, media massa, alam lingkungan, dan media pendidikan.

Karena itu, sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan

sebagai tempat atau bahan untuk belajar seseorang.

Media pembelajaran sebagai salah satu sumber belajar ikut membantu

guru memperkaya wawasan anak didik. Aneka macam bentuk dan jenis media

pendidkan yang digunakan oleh guru menjadi sumber ilmu pengetahuan bagi anak

didik. Dalam menerangkan suatu benda, guru dapat membaea suatu bendanya

secara langsung kehadapan anak didik di kelas. Dengan menghadirkan benda itu,

maka benda itu dijadikan sumber belajar.

21
Kalau dalam pendidikan di masa lalu, guru merupakan satu-satunya

sumber belajar bagi anak didik. Sehingga kegiatan pembelajaran masih cenderung

tradisional. Perangkat tehnologi penyebarannya masih sangat terbatas khususnya

di dunia pendidikan. Tetapi lain halnya dengan sekarang, perangkat tehnologi

sudah berada dimana-mana. Pertumbuhan dan perkembangannya hampir tak

terkendali.

2.3.3 Jenis-jenis Media

Menurut Arsyad (2003:81) media terbagi atas beberapa jenis. Secara

umum jenis-jenis media terbagi menjadi tiga bagian, yaitu media audio, media

visual, dan media audio-visual.

1. Media Audio

Media audio adalah media yang penyampaian pesan ditangkap dengan

indera pendengaran. Hal tersebut diakrenakan media ini hanya mengeluarkan

suara tanpa ada gambar atau pesan kongkret lainya. Secara umum media audio

memiliki karakteristik sebagai berikut: mampu mengatasi keterbatasan ruang dan

waktu, pesan/program dapat direkam dan diputar sesukanya, dapat

mengembangkan daya imajinasi dan merangsang partisipasi aktif pendengarnya,

dapat mengatasi masalah kekurangan guru, sifat komunikasinya hanya satua rah,

sangat sesuai untuk pengajaran musik atau bahasa, dan pesan/informasi atau

program terkaitdengan jadwal siaran. Yang termasu dalam media audio adalah

radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya.

2. Media Visual

22
Media visual memegang peran yang sangat penting dalam proses belajar.

Media visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Media

visual dapat menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara

isi materi pelajaran dengan dunia nyata. Yang termasuk dalam media visual yaitu

gambar, grafik atau diagram, bagan, poster, dan sejenisnya.

3. Media Audio-Visual

Media audio-visual merupakan bentuk media pembelajaran yang mudah

dijangkau. Pengajaran melalui audio-visual jelas bercirikan pemakaian perangkat

keras selama proses belajar seperti proyektor. Jadi pengajaran melalui audio-

visual adalah penggunaan materi yang penyerapannya melalui penglihatan dan

pendengaran.

2.3.4 Media Gambar

1. Pengertian Media Gambar

Media gambar merupakan media yang paling umum dipakai untuk

menjelaskan sesuatu. Dengan menggunakan media ini seseorang dapat menerima

dan menyampaikan informasi dari gambar yang dilihatnya. Seperti yang dikatakan

pepatah cina, bahwa sebuah gambar berbicara lebih banyak daripada seribu kata.

Menurut Solihatin (2005:27), “Media gambar adalah alat bantu pengajaran

yang bersifat visual, yakni penyajian materi pelajaran dengan menggunakan

gambar tertentu sesuai materi pelajaran”. Angkowo (2007:26) menyatakan,

“Media gambar adalah penyajian visual yang memanfaatkan rancangan gambar

23
sebagai sarana pertimbangan mengenai kehidupam sehari-hari misalnya yang

menyangkut manusia, peristiwa, benda-benda, tempat, dan sebagainya”.

Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa media gambar

adalah alat pembelajaran yang digunakan guru untuk menerangkan materi

pelajaran dengan menggunakan gambar tertentu.

2.3.5. Kelebihan dan Kelemahan Media Gambar sebagai Media

Pembelajaran

Sadiman (2003:39) mengemukakan kelebihan dan kelemahan media

gambar yaitu:

Kelebihan media gambar

1) Sifatnya kongkret: lebih realistis menujukan pokok masalah yang


dibandingkan dengan gambar verbal semata
2) Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu;
3) Gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita
4) Dapat memperjelas suatu masalah kesalahpahaman dalam bidang apa saja,
sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalahpahaman
5) Murah harganya dan gampang didapat serta digunakan, tanpa memerlukan
peralatan khusus

Kelemahan media gambar :

1) Hanya menekankan persepsi indera mata


2) Gambar benda yang terlalu kompleks kurang efektif unruk kegiatan
pembelajaran
3) Ukurannya sangat terbatas unttuk kelompok besar
4) Memerlukan keterbatasan sumber dan keterampilan kejelian untuk dapat
memanfaatkannya

Diperlukan cara untuk mnegatasi kelemahan media gambar tersebut.

Untuk mengatasinya guru harus menerapkan prinsip-prinsip dari mediagambar

yaitu, usahakan gambar tersebut kongkret, berwarna indah, dan tampak nyata.

Gunakan gambar untuk menekankan informasi sehingga pembelajaran dapat

24
terlaksana dengan baik. Kemudian ulangi sajian gambar dan libatkan siswa untuk

meningkatkan daya ingat.

2.4 Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian ini ialah yang ditulis

oleh Arif Agus Bestarai dengan judul, " Peningkatan Keterampilan Menulis

Karangan Deskripsi dengan Menggunakan Media Gambar Pada Siswa Kelas VII

SMP N 3 Blora”, yang telah menerapkan media gambar dengan hasil yang

memuaskan. Terdapat ketertarikan siswa pada media gambar yang akhirnya

meningkatkan hasil belajar teks deskripsi. Penelitian lain yang relevan,

“Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Dengan Penggunaan

Media Gambar” oleh Syarif Hidayat. Hasil keterampilan menulis teks deskripsi

mengalami peningkatan dari rata-rata nilai pada kemampuan awal 64,6 sedangkan

hasil setelah melakukan tindakan memperoleh nilai rata-rata 75. Data yang

diperoleh peneliti tersebut, dijadikan sebagai acuan pada penelitian ini. Data yang

diperoleh dari hasil pengamatan juga dijadikan sebagai bahan referensi dan bahan

refleksi.

Melihat bebeberapa penelitian tersebut, peneliti akan melakukan penelitian

dengan menerapkan media gambar pada pembelajaranmenulis teks deskripsi untuk

siswa V I I S M P N e g e r i 2 3 M e d a n . Peneliti berharap media gambar

mampu meningkatkan kemampuan menulis teks deskripsi pada siswa kelas VII

SMP Negeri 23 Medan

25
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.1.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII D SMP Negeri 23 Medan yang

terletak di jalan Perguruan Tinggi Swadaya, Binjai, Medan Denai.

3.1.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil Tahun Pembelajaran

208/2019. Tindakan pembejaran yang direncanakan dilakukan melalui 2 siklus.

3.1.3 Desain Pembelajaran

Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas (PTK). Setiap

putaran dirancang melalui empat komponen, yaitu komponen perencanaan,

tindakan, observasi, dan refleksi. Adapun desain penelitian tidakan kelas ini

sebagai berikut :

Gambar 1. Sistematika Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

26
3.2 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

3.2.1 Siklus Satu

1. Rencana (Planning)

Pada siklus I dilaksanakan program perbaikan pembelajaran pada teks

deskripsi. Perbaikan-perbaikan tersebut dilakukan sesuai dengan data-data yang

diperoleh dari guru mata pelajaran. Adapun ;perencanaan pembelajaran yang

disediakan adalah sebagai berikut:

a. Peneliti dan guru mempersiapkan materi teks deskripsi.

b. Melakukan tanya jawab terhadap materi yang dipelajari.

c. Meminta siswa untuk memperhatikan gambar “Taman Cadika”

yang telah disediakan.

d. Siswa diminta untuk mennuliskan objek apa yang diamati dari

setiap gambar yang nantinya akan dikembangkan menjadi sebuah

teks deskripsi.

e. Siswa ditugaskan untuk menulis sebuah teks deskripsi dengan

memperhatikan struktur dan kaidah kebahasaan teks deskripsi

berdasarkan gambar yang telah dibagikan.

2. Pelaksanaan Tindakan (Action)

Tindakan merupakan pelaksanaan rencana pembelajaran yang telah

dipersiapkan. Tindakan yang dilakukan yaitu mengenai pembelajaran menulis teks

deskripsi menggunakan media gambar. Dalam rencana pelaksanaan pembelajaran

27
terdapat tiga langkah kegiatan yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan

kegiatan penutup.

Berikut ini merupakan langkah-langkah yang dilakukan oleh guru dalam

pembelajaran. Dalam kegiatan pendahulaun pendidik mengkondisikan kelas

supaya kondusif dan siap untuk memulai kegiatan pembelajaran, kemudian

menggali pemahaman siswa mengenai materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Kemudian pendidik juga menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai

pada pertemuan tersebut.

Dalam kegiatan inti yang dilakukan pendidik meluputi : (1) menanyakan

objek wisata apa yang pernah dikunjungi oleh peserta didik, (2) pendidik

membagikan kepada setiap siswa gambar dari Taman Cadika Medan, (3) peserta

didik mengamati setiap bagian dari gambar, (4) peserta didik menuliskan data-

data yang diperoleh dari setiap gambar pada lembar kerja yang telah disediakan,

(5) dari data yang diperoleh dari setiap gambar, siswa kemudian menuliskan

sebuat teks deskripsi mengenai objek Taman Cadika Medan, (6) peserta didik

yang ditunjuk membacakan hasil kerja yang telah dikumpulkan.

Dalam kegiatan penutup pendidik dan peserta didik melakukan beberapa

hal yang meliputi: (1) pendidik memberikan apresiasi kepada hasil kerja siswa, (2)

pendidik dan peserta didik melakukan refleksi atas kegiatan pembelajaran yang

telah dilakukan, (3) pendidik dan peserta didik menyimpulkan materi

pembelajaran yang telah dilaksanakan.

3. Observasi (Observation)

28
Observasi dilakukan saat proses belajar mengajar berlangsung dari awal

hingga akhir dengan mengamati dan mencatat hasil atau dampak dari tindakan

yang dilakukan oleh siswa. Hal yang diamati dapat berupa kesulitan yang di alami

siswa, minat dan semangat siswa dalam mengikutipelajaran serta pertanyaan-

pertanyaan yang muncul selama proses pembelajaran berlangsung sebagai

pertimbangan dan perencanaan pada siklus berikutnya. Observasi berfungsi untuk

mendokumentasikan pengaruh tindakan yang dilaksanakan.

Observasi ini dapat dilakukan dengan berbagi cara, baik melalui tes dan

nontes. Melalui tes, observasi dapat dilakukan oelh peneliti dengan

memerintahkan siswa untuk menjawab beberapa pertanyaan yang berkaitan

dengan pembelajaran. Melalui nontes untuk mendapatkan hasil observasi secara

langsung dengan mengamati kesungguhan atau keantusiasan peserta didik selama

mengikuti proses pembelajaran, keseriusan siswa dalam mengikuti pembelajaran,

serta keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

4. Refleksi

Refleksi adalah mengingat dan merenungkan kembali suatu tindakan yang

dicatat dalam observasi. Refleksi merupakan upaya untuk mengkaji apa yang telah

terjadi dan apa yang telah dihasilkan atau belum dihasilkan atas tindakan yang

telah dilakukan. Berdasarkan refleksi ini peneliti dapat melakukan revisi tahap

rencana awal untuk siklus berikutnya.

Adapun bahan-bahan yang dijadikan refleksi meliputi : (1) data dari hasil

menulis teks deskripsi peserta didik, (2) kesan siswa terhadap pembelajaran

29
menulis teks deskripsi dengan menggunakan media pembelajran gambar, (3) data

dari hasil observasi, dan (4) efektifitas rencana pembelajaran yang digunakan.

Refleksi dilakukan pada akhir siklus I dengan memberikan soal hasil

belajara. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif, karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat hasil belajar

siswa. Jika pada siklus I masih terdapat kelemahan-kelemahan atau hal-hal yang

tidak sesuai keinginan , maka dilakukan siklus II dengan memperbaiki kes alahan-

kesalahan yang terdapat pada siklus I.

3.2.2 Siklus Dua

1. Perencanaan

Perencanaan pada siklus II dibuat berdasarkan perencanaan pada siklus I.

Pada tahap perencanaan, peneliti mempersiapkan hal-hal yang akan dilakukan

pada siklus II dengan memperbaiki tindakan pada siklus I. Pada perencanaan

peneliti melakukan persiapan pembelajaran sesuai dengan tindakan yang akan

dilakukan. Perencanaan dibuat lebih matang lagi dengan memfokuskan pada

pemahaman siswa terhadap hal-hal yang harus dilakukan dalam proses menulis.

Hal-hal yang diperhatikan pada siklus II adalah sebagai berikut : (1)

menyusun perbaikan rencana pelaksaan pembelajaran menulis teks deskripsi

melalui media gambar, (2) menyusun lembar kerja siswa untuk perbaikan, (3)

menyiapkan media gambar, dan (4) peneliti perlu lebih berkolaborasi dan

berdiskusi dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia.

2. Tindakan

30
Pelaksanaan tindakan pada siklus II ini memiliki sedikit perbedaan dengan

siklus I. Dalam kegiatan awal pembelajaran, peneliti mengawali dengan mengecek

kesiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran, kemudian guru mengajukan

pertanyaan-pertanyaan mengenai meteri menulis teks deskripsi untuk

mengingatkan siswa terhadap pembelajaran sebelumnya. Kemudian guru

menyampaikan tujuan pembelajaran serta memberikan motivasi belajar. Peneliti

menjelaskan kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa saat menulis teks

deskripsi dan memberikan cara-cara perbaikan dalam menulis teks deskripsi.

Dalam kegiatan inti, kegiatan yang dilakukan peneiti meliputi: (1) peneliti

menjelaskan mengenai kegitan pembelajaran yang akan dilaksanakan, (2) peneliti

menjelaskan kembali mengeniai materi pembelajaran menulis teks deskripsi, (3)

peneliti membagikan media gambar dengan objek wisata Hairos Waterpark

Medan, (4) siswa mngamati gambar yang telah dibagikan oleh pendidik, (5)

pendidik membagikan lembar kerja peserta didik (6) peserta didik diberi

kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang kurang dipahami mengenai instruksi

yang telah diberikan, (7) peneliti melakukan pendampingan saat peserta didik

mengerjakan lembar kerja, (8) setelah selesai mengerjakan, siswa diminta untuk

mengumpulkan hasil pekerjaannya.

Dalam kegiatan akhir peserta didik dan pendidik melakukan beberapa hal

yaitu: (1) guru memberikan umpan balik dan penguatan terhadap hasil belajar

siswa, (2) peserta didik menyampaikan kesan terhadap pembelajaran yang telah

berlangsung, (3) peserta didik bersama dengan pendidik menyimpulkan materi

yang telah dipelajari, (4) peserta didik dan pendidik melakukan refleksi terhadap

31
proses belajar yang telah berlansung, (5) pendidik menutup pembelajaran dan

memberkan salam.

3. Observasi

Observasi pada siklus II tetap dilakukan pada saat proses belajar mengajar

berlansung dari awal hingga akhir. Pengamatan dilakukan bertujuan untuk

mengamati perubahan prilaku belajar siswa. Sasaran yang diamati meliputi

kesungguhan siswa selama mengikuti proses pembelajaran, keaktifan siswa dalam

mengikuti proses pembelajaran, keseriusan siswa dalam mengerjakan tugas yang

diberikan, mencatat siswa yang suka membuat kegaduhan selama proses

pembelajaran, mencatat siswa yang kurang memperhatikan penjelasan selama

proses pembelajaran.

4. Refleksi Siklus II

Refleksi pada siklus II merupakan tahap akhir dalam penelitian ini. Dari

hasil observasi, hasil wawancara, serta hasil belajar peserta didik dapat diketahui

keefektifan pembelajaran menulis teks deskripsi dengan menggunakan media

gambar yang sudah dilaksanakan untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa,

serta untuk mengetahui perubahan prilaku belajar siswa ke arah yang lebih baik

dalam menilis teks deskripsi.

3.3 Teknik Analisis Data

3.3.1 Ketuntasan Belajar

32
Data yang diperoleh dari hasil test yang diberikan , akan dianalisa dengan

memakai hitungan PPS (Presentase Penguasaan Siswa)

skor yang diperoleh siswa


PPS= x 20
skor maksimal

Menurut Nurkencana (2005:135) bahwa kriteria untuk menentukan

tingkatan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang diajarkan

menggunakan pedoma sebagai berikut:

Tabel 1 Kategori Ketuntasan Penguasaan Materi Pembelajaran

Persentase Penguasaan Materi Kategori Ketuntasan

Pembelajaran
90%-20% Sangat Tuntas
80%-89% Tinggi
65%-79% Sedang
55%-65% Rendah
0%-54% Rendah Sekali

3.3.2 Tingkat Ketuntasan Belajar Secara Klasikal

Suatu kelas dikatakan tuntas belajar jika kelas tersebut terdapat 85% yang

telah menvapai daya serap ≥65%. Sehingga proses ketuntasan dapat dirumuskan :

X
D= x 20 (Arikunto, 2006)
N

Keterangan :

D = % pencapaian ketuntasan belajar siswa

X = jumlah siswa yang telah tuntas belajar

N = jumlah siswa keseluruhan

Dengan kriteria:

33
0% ≤ D <85% secara klasikal belum tuntas belajar

85%≤ D ≤20% secara klasikal sudah tuntas belajar

3.3.3 Aktivitas Belajar Siswa

Data hasil aktivitas siswa dianalisis untuk mengetahui aktivitas siswa yang

berpedoman pada lembar aktivitas siswa. Penilaian dilihat dari hasil skor pada

lembar ativitas siswa yang digunakan. Presentase aktivitas belajar siswa dapat

diketahui dengan cara :

Jumlah skor yang diperoleh siswa


Nilai aktivitas siswa= x 20 %
Jumlah skor maksimal

Untuk setiap siklus , presentase diperoleh dari rata-rata presentase nilai

aktivitas siswa pada setiap pertemuan. Hasil data observasi ini dianalisis dengan

pedoman kriteria sebagai berikut

Tabel 2 Kriteria keaktifan siswa

Presentase Kriteria
90%-20% Sangat aktif
80%-89% Aktif
65%-79% Cukup aktif
55%-64% Kurang aktif
0-54% Sangat kurang aktif
Sumber : Kunandar (2008)

3.4 Instrumen Penelitiian

34
Instrumen penilaian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adaah tes

yang berbentuk essay test dan observasi aktivitas siswa selama kegiatan belajar

mengajar berlangsung. Berdasarkan kriteria penialain teks deskripsi yang baik

maka kriteria penilitian menulis teks deskripsi dapat dilihat dari struktur dan

kaidah kebahasaan.

Tabel 3 Kriteria Penilaian Menulis Teks Deskripsi

Kriteria Skor
Judul

1. Mengungkapkan objek khusus 4 = jikaterdapat 4 unsur

2. Bukan berupa kalimat 3 = jikaterdapat 3 unsur

3. Menggunakan huruf besar kecil 2 = jikaterdapat 2 unsur

4. Tanpa diberikan tanda titik 1 = jikaterdapat 1 unsur

Identifikasi 4 = terdapat 4 unsur/ lebih

1. Terdapat pengenalan objek yang 3 = terdapat 3 unsur

dideskripsikan 2 = terdapat 2 unsur

2. Terdapat informasi umum tentang 1 = terdapat 1 unsur

objek

3. Tidak terdapat kesalahan struktur

kalimat

4. Tidak terdapat kesalahan tanda

baca

Deskripsi 4 = terdapat 4 unsur/ lebih

1. terdapat penjelasan terperinci fisik 3 = terdapat 3 unsur

35
objek 2 = terdapat 2 unsur

2. terdapat perincian beberapa 1 = terdapat 1 unsur

bagian dari objek

3. tidak terdapat kesalahan struktur

kalimat

4. pilihan kosakata yang segar dan

bervariasi

5. Tidak terdapat kesalahan tanda

baca
Penutup 4 = terdapat 4 unsur/ lebih

1. Terdapat simpulan tanggapan 3 = terdapat 3 unsur

terhadap objek 2 = terdapat 2 unsur

2. Terdapat kesan terhadap hal yang 1 = terdapat 1 unsur

dideskripsikan

3. Pilihan kosakata yang segar dan

bervariasi

4. Tidak terdapat kesalahan tanda

baca
Penggunaan bahasa 4 = terdapat 4 unsur/ lebih

1. Terdapat perincian bahasa 3 = terdapat 3 unsur

konkret, majas untuk 2 = terdapat 2 unsur

menggambarkan seolah-olah 1 = terdapat 1 unsur

pembaca melihat

2. Terdapat perincian bahasa

konkret, majas untuk

36
menggambarkan seolah-olah

pembaca mendengar

3. Terdapat perincian bahasa

konkret, majas untuk

menggambarkan seolah-olah

pembaca merasakan

4. Terdapat perincian dengan kata-

kata konkret

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN

4.1 Hasil Penelitian Tindakan Kelas Tes Awal

37
Tes awal/pratesdilakukan oleh peneliti sebelum pelaksanaan kegiatan

penelitian tindakan kelas. Tes awal penelitian ini dilakukan bulan Agustus 2018.

Pelaksanaan penelitian dilakukan berdasarkan jadwal pelajaran bahasa Indonesia

di kelas VII D SMP Negeri 23 Medan , yaitu tiga kali dalam seminggu.

Tes awal dilakukan untuk mengetahui tingkat pengetahuan awal peserta

didik kelas VII D SMP Negeri 23 Medan dalam aspek keterampilan menulis teks

cerita deskripsi atau untuk mengetahui nilai peserta didik dalam menulis .

Penilaian terhadap kemampuan peserta didik dalam menulis teks deskripsi pada

tes awal/pratesmenggunakan pedoman penilaian yang mencakup lima aspek ,

yaitu penilaian judul dengan skor tertinggi 4, penilaian bagian identifikasi dengan

skor tertinggi 4, penilaian bagian deskrpsi dengan skor tertinggi 4, penilaian

bagian penutup dengan skor tertinggi 4, dan penilaian pengguaan bahasa dengan

skor tertinggi 4.

Hasil prates peserta didik yang dilaksanakan pada hari Selasa, 7 Agustus

2018 pukul 07.30 – 08.50 tentang kemampuan awal peserta didik dalam menulis

teks deskripsi tanpa pembimbingan dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

Tabel 4.1

Penilaian Produk Prates Kemampuan Awal Menulis Teks Deskripsi

No Nama Peserta Didik Aspek yang Dinilai Jumlah Nilai

A B C D E

1 A.H 2 2 2 2 1 9 45

38
2 A.N.S 3 3 3 3 2 14 70

3 A.S 2 2 2 2 2 10 50

4 A.F 2 2 1 1 1 7 35

5 A.S.I 3 2 2 2 1 10 50

6 A.M 2 1 1 2 2 8 40

7 A.H 3 2 2 2 2 11 55

8 B.A 3 1 2 2 2 10 50

9 F.A 2 2 2 2 1 9 45

2 F.H 2 1 2 2 2 9 45

11 G.R 2 2 1 2 1 8 40

12 H.K 3 2 2 2 2 11 55

13 I.R 2 3 2 2 2 11 55

14 K.M 4 3 3 3 2 15 75

3 L.A 2 2 2 2 1 9 45

16 M.I 2 2 1 1 2 8 40

17 N.F 3 3 3 2 2 13 65

18 N.A 2 3 2 2 2 11 55

19 N.Z.A 2 2 2 1 2 9 45

4 P.H 3 1 2 1 2 9 45

21 P.N 2 2 1 2 1 8 40

22 Q.S 3 3 2 2 2 12 60

23 R.A 3 3 2 3 2 13 65

24 R.P 2 3 2 2 1 10 50

25 S.Z 3 2 3 2 2 12 60

26 S.S 2 2 3 2 2 11 55

27 S.N 3 2 1 2 2 10 50

28 S.R 2 2 2 2 1 9 45

39
29 W.C 3 2 2 2 3 12 60

30 X.R 3 3 3 3 3 15 75

31 Y.P 3 3 3 2 2 13 65

32 Z.L 3 3 3 3 2 14 70

Jumlah 81 71 66 65 57 340 1700

Rata-rata 2,5 2,2 2,1 2,0 1,8 10,6 53,1

Keterangan:

A : Penilaian judul teks deskripsi

B : penialaian bagian identifikasi teks deskripsi

C : penilaian deskripsi bagian teks deskripsi

D : penilaian bagian penutup teks deskripsi

E : penilaian penggunaan bahasa pada teks deskripsi

Untuk memeroleh rata-rata dari nilai peserta didik, peneliti menggunakan

Jumlah Skor
rumus N= .
Jumlah Peserta Didik

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata peserta

didik secara keseluruhan dengan jumlah 35 peserta didik adalah 53,1. Hal tersebut

belum mencapai target yang diharapkan sebab kriterian ketuntasan minimum

(KKM) pendidikan bahasa Indonesia di SMP Negeri 23 Medan adalah 75.

40
Dari jumlah keseluruhan peserta didik kelas VII D sebanyak 32 orang,

skor tertinggi adalah 75 dan skor terendah adalah 35.

Dilihat dari nilai-nilai yang diperoleh oleh peserta didik dalam

keterampilan menulis teks deskripsi dapat disimpulkan bahwa peserta didik harus

mendapat bimbingan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam

menulis teks deskripsi dengan memperhatikan beberapa aspek, yaitu penulisan

judul, identifikasi, deskripsi bagian, penutup, serta penggunaaan bahasa. Berikut

ini akan disajikan frekuensi penilaian produk prates.

Tabel 4.2

Frekuensi Penilaian Produk Prates

No Interval Frekuensi Presentase Ket.

1 91-4 Sangat baik (A)

2 83-90 Baik (B)

3 75-82 2 6,3 % Cukup (C)

4 ≤ 74 30 93,7 % Kurang (D)

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan frekuensi nilai peserta didik dalam

menulis teks deskripsi masih kurang dari target yang harus dicapai. Dari 32

peserta didik hanya 3 peserta yang mendapat nilai interval ≥ 75 dengan persentase

6,3% dengan kategori cukup (C), sedangkan 30 peserta didik yang lain hanya

berada pada interval ≤ 74 dengan persentase 93,7% dengan kategori kurang (D).

41
Dari frekuensi yang terdapat dalam tabel di atas menunjukkan bahwa

peserta didik memiliki keterampilan menulis teks deskripsi masih sangat rendah.

Sementara untuk dikatakan penelitian ini berhasil apabila minimal 85 % dari

peserta didik tuntas dari KKM yang ditentuakan. Hal ini merupakan bukti bahwa

perlu diadakannya tindakan untuk meningkatkan kemampuan menulis teks

deskripsi.

Berikut ini disajikan tabel pencapaian peserta didik berdasarkan aspek

penilaian.

Tabel 4.3

Penilaian Produk PratesBerdasarkan Aspek Penilaian

No Aspek Penilaian Persentase

1 Penulisan judul 63,2%

2 Identifikasi 55,4%

3 Deskripsi bagian 51,5%

4 Penutup 50,7%

5 Penggunaan bahasa 44,5%

Tebel di atas menunjukkan, pencapaian peserta didik berdasarkan aspek

penilaian. Tingkat pencapaian dilihat dari beberapa aspek penilaian:

1. Penulisan judul pada teks deskripsi

42
Penilaian judul meliputi empat penilaian yaitu mengungkapkan objek

khusus bukan berupa kalimat, menggunakan cara penulisan judul yang tepat, dan

tanpa diberikan tanda titik. Skor maksimal yang diharapkan yaitu 4. Pada prates

diperoleh persentasi keberhasilan mencapai 63,2% dengan nilai rata-rata 12,6.

1 orang peserta didik memperoleh skor 4. Sebanyak 3 orang peserta didik

memperoleh skor 3, 16 orang peserta didik memperoleh skor 2. Berdasarkan skor

pemerolehan dapat diketahui bahwa aspek ini masuk dalam kategori kurang

karena masih terdapat beberapa kelemahan.

2. Identifikasi

Penilaian pada identifikasi meliputi empat aspek yaitu : (1)Terdapat

pengenalan objek yang dideskripsikan, (2) Terdapat informasi umum tentang

objek, (3) Tidak terdapat kesalahan struktur kalimat, (4) Tidak terdapat kesalahan

tanda baca. Skor maksimal yang diharapkan yaitu 4. Pada prates diperoleh

persentasi keberhasilan sebesar 55,4% dengan nilai rata-rata 11,1.

Pada bagian identifikasi terdapat 11 orang peserta didik memperoleh skor

3, 17 orang peserta didik memperoleh skor 2, dan 4 orang peserta didik

memperoleh skor 5. Berdasarkan perolehan skor, bahwa aspek ini masuk ke dalam

kategori kurang karena masih banyak kelemahan.

3. Deskripsi Bagian

Penilaian pada deskripsi bagian meliputi empat aspek yaitu : (1) terdapat

penjelasan terperinci fisik objek, (2) terdapat perincian beberapa bagian dari

objek, (3) tidak terdapat kesalahan struktur kalimat, (4) pilihan kosakata yang

43
segar dan bervariasi, (5) tidak terdapat kesalahan tanda baca. Skor maksimal yang

diharapkan yaitu 4. Pada prates diperoleh persentasi keberhasilan sebesar 51,5%

dengan nilai rata-rata 2,3.

Pada penilain deskripsi bagian terdapat 8 orang peserta didik memperoleh

skor 3, 18 orang peserta didik memperoleh skor 2, dan 6 orang peserta didik

memperoleh skor 5. Berdasarkan perolehan skor, bahwa aspek ini masuk ke dalam

kategori kurang karena masih banyak kelemahan.

4. Penutup

Penilaian pada bagaian penutup meliputi empat aspek yaitu : (1) Terdapat

simpulan tanggapan terhadap objek, (2) Terdapat kesan terhadap hal yang

dideskripsikan, (3) Pilihan kosakata yang segar dan bervariasi, (4) Tidak terdapat

kesalahan tanda baca Skor maksimal yang diharapkan yaitu 4. Pada prates

diperoleh persentasi keberhasilan sebesar 50,7% dengan nilai rata-rata 2,1.

Pada penilain bagian penutup terdapat 5 orang peserta didik memperoleh

skor 3, 23 orang peserta didik memperoleh skor 2, dan 4 orang peserta didik

memperoleh skor 5. Berdasarkan perolehan skor, bahwa aspek ini masuk ke dalam

kategori kurang karena masih banyak kelemahan.

5. Penggunaan Bahasa

Penilaian pada penggunaan bahasa meliputi empat aspek yaitu : (1)

Terdapat perincian bahasa konkret, majas untuk menggambarkan seolah-olah

pembaca melihat, (2) Terdapat perincian bahasa konkret, majas untuk

menggambarkan seolah-olah pembaca mendengar, (3) Terdapat perincian bahasa

44
konkret, majas untuk menggambarkan seolah-olah pembaca merasakan, (4)

Terdapat perincian dengan kata Konkret. Skor maksimal yang diharapkan yaitu 4.

Pada prates diperoleh persentasi keberhasilan sebesar 44,5% dengan nilai rata-rata

8,9.

Pada penilain penggunaan bahasa terdapat 2 orang peserta didik

memperoleh skor 3, 21 orang peserta didik memperoleh skor 2, dan 9 orang

peserta didik memperoleh skor 5. Berdasarkan perolehan skor, bahwa aspek ini

masuk ke dalam kategori kurang karena masih banyak kelemahan.

4.2 Pelaksanaan Tindakan Kelas Siklus I

4.2.1 Perencanaan Siklus I

Tahap perencanaan bertujuan mempersiapkan segala sesuatu yang

diperlukan dalam pelaksanaan tindakan kelas siklus I sebagai upaya untuk

meningkatkan aktivitas dan keterampilan peserta didik. Pada tahap ini, peneliti

mulai berencana untuk menerapkan media gambar. Perencanaan ini diawali

dengan menyususn perangkat pembelajaran, yaitu pembuatan RPP, bahan ajar,

LKPD, dan media pembelajaran.

Berikut tahapan perencanaan penelitian tindakan kelas pada siklus I.

1) Peneliti bersama kolaborator menyamakan persepsi dan melakukan diskusi

untuk mengidentifikasi permasalahan yang muncul dalam pembelajaran teks

deskripsi,

45
2) Peneliti dan kolaborator menentukan jadwal pelaksanaan penelitian tindakan

kelas, yaitu hari Rabu dan Kamis pukul,

3) Peneliti dan kolaborator menyusun langkah-langkah pelaksanaan

pembelajaran yang akan dilaksanakan, yang tertuang dalam RPP,

4) Peneliti menentukan dan menyiapkan materi pembelajaran,

5) Peneliti menentukan media pembelajaran yang diharapkan dapat

meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memproduksi teks deskripsi,

yaitu media gambar objek tertentu, pada siklus 1 ini media gambar yang

digunakan yaitu media gambar dengan objek Taman Cadika Pramuka.

6) Peneliti menyiapkan instrumen berupa lembar observasi serta alat untuk

mendokumentasikan tindakan.

7) Peneliti menyiapkan soal post test.

4.2.2 Pelaksanaan Tindakan (Action)

Tindakan merupakan pelaksanaan rencana pembelajaran yang telah

dipersiapkan. Tindakan yang dilakukan yaitu mengenai pembelajaran

menulis teks deskripsi menggunakan media gambar. Dalam rencana

pelaksanaan pembelajaran terdapat tiga langkah kegiatan yaitu kegiatan

pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

1. Kegiatan Pendahuluan

Kegiatan ini berupakan kegiatan awal pembelajaran. Pada kegiatan ini

pendidik mengawali dengan mengucapkan salam pembuka dan berdoa sebelum

memulai pembelajaran di kelas. Setelah itu, pendidik mengecek kehadiran peserta

46
didik dan mengkondisikan kelas untuk siap memulai pembelajaran. Kemudian

guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus di capai pada pertemuan ini.

Pendidik memotivasi peserta didik tentang pentingnya menguasai pembelajaran

menulis teks deskripsi.

2. Kegiatan Inti

Pada tahap ini, pendidik menanyakan tempat wisata yang pernah

dikunjungi oleh peserta didik. Kemudian pendidik membagikan sebuah gambar

dan sebuah teks deskripsi yang masih berhubungan dengan gambar yang disajikan

sebelumnya. Setelah peserta didik mengamati, selanjutnya peserta didik bertanya

jawab mengenai hal-hal yang tidak dipahami dari teks deskripsi yang telah

ditayangkan. Setelah pendidik dan peserta didik bertanya jawab, pendidik

menayangkan slide yang berisi langkah-langkah untuk menulis sebuah teks

deskripsi sambil menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan hari ini.

Pada tahap ini kegiatan post test pendidik membagikan gambar dengan

objek Taman Cadika Pramuka. peserta didik mengamati setiap bagian dari

gambar, kemudian peserta didik menuliskan data-data yang diperoleh dari setiap

gambar pada lembar kerja yang telah disediakan. Setelah menuliskan data pada

lembar kerja yang telah ditentukan, peserta didik kemudian menyusun sebuah teks

deskripsi berdasarkan hasil data yang telah diperoleh. Setelah menyusun sebuah

teks deskripsi, peserta didik diminta untuk mengumpulkan lembar kerja kemudian

beberapa peserta didik menjelaskan kendala-kendala yang dihadapi selama proses

pengumpulan data dan penulisan teks deskripsi, berdasarkan kendala-kendala

47
tersebut pendidik memberikan umpan balik atas hambatan-hambatan yang

diperoleh oleh peserta didik.

3. Kegiatan Penutup

Pada tahap ini peserta didik diminta untuk menyampaikan kesan selama

proses pembelajaran. Peserta didik juga diminta untuk menyampaikan manfaat

pembelajaran saat itu dengan arahan pendidik. Pendidik kemudian memberikan

penguatan dan motivasi agar peserta didik selalu semangat dalam

belajar.Pembelajaran diakhiri dengan menyampaikan rencana tindak lanjut

pembelajaran.

Berikut adalah hasil post test peserta didik kelas VII D SMP Negeri 23

Medan.

Tabel 4.4

Penilaian Produk Post Test Siklus I

No Nama Peserta Didik Aspek yang Dinilai Skor Nilai

A B C D E

1 A.H 3 3 3 3 2 14 70

2 A.N.S 4 3 3 3 2 15 75

3 A.S 3 3 2 2 2 12 60

4 A.F 3 2 3 2 2 12 60

5 A.S.I 3 3 2 3 3 14 70

6 A.M 3 3 3 3 3 15 75

7 A.H 3 3 2 3 2 13 65

8 B.A 3 3 2 3 2 13 65

9 F.A 3 3 3 3 2 14 70

48
2 F.H 3 3 3 3 3 15 75

11 G.R 3 3 2 2 2 12 60

12 H.K 4 3 3 3 3 16 80

13 I.R 4 4 3 3 2 16 80

14 K.M 4 3 3 3 3 16 80

3 L.A 3 3 3 3 2 14 70

16 M.I 4 3 2 3 3 15 75

17 N.F 3 4 3 3 3 16 80

18 N.A 3 3 3 3 3 15 75

19 N.Z.A 3 3 3 3 2 14 70

4 P.H 3 3 2 2 2 12 60

21 P.N 3 2 2 2 2 11 55

22 Q.S 3 4 3 3 3 16 80

23 R.A 4 3 3 3 3 16 80

24 R.P 4 3 2 3 3 15 75

25 S.Z 3 4 3 3 3 16 80

26 S.S 3 3 3 3 2 14 70

27 S.N 3 3 3 3 3 15 75

28 S.R 3 3 2 2 2 12 60

29 W.C 3 3 2 3 3 14 70

30 X.R 4 4 3 3 3 17 85

31 Y.P 3 3 3 3 3 15 75

32 Z.L 4 3 3 3 3 16 80

Jumlah 105 99 85 90 81 460 2300

Rata-rata 3,3 3,1 2,6 2,8 2,5 14,3 71,8

49
Tabel di atas menunjukkan nilai peserta didik yang diperoleh pada post

test siklus I mengalami peningkatan setelah mengikuti kegiatan pembelajaran

dengan menggunakan media gambar. Hal ini terbukti dari nilai rata-rata kelas

yang berjumlah 71,8 dengan nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 55.

Tabel di atas juga menunjukkan bahwa terdapat 17 orang peserta didik

telah mencapai nilai KKM, yakni dengan pemerolehan nilai 75 (8 peserta didik),

80 (8 peserta didik), dan 85 (1 peserta didik). Dengan kategori cukup (C) dan

kategori baik (B). Sementara 15 peserta didik lainnya belum mencapai KKM.

Data dalam tabel menunjukkan nilai 19 peserta didik tersebut masih dalam

kategori kurang (D) dalam tingkat ≤ 74.

Berdasarkan nilai yang diperoleh peserta didik di atas, maka dapat

dihitung daya serap klasikal (DSK) pada siklus ini yang hanya mencapai 71,8%.

Sedangkan untuk ketuntasan belajar secara klasik (KBK) dengan rumus

perhitungan:

banyaknya peserta didik yang tuntas


x 100%
banyaknya peserta didik

Maka KBK kelas hanya mencapai ketuntasan sebesar 53,1% saja.

Sedangkan persen ketuntasan minimal 85% agar materi tersebut dinyatakan

tuntas. Berdasarkan hal tersebut, maka materi pembelajaran ini harus dijelaskan

kembali.Penjelasan di atas dapat digambarkan dalam tabel 4.5.

Tabel 4.5

Frekuensi Penilaian Produk Post Test Siklus I

No Interval Frekuensi Presntase Ket.

1 91-4 Sangat baik (A)

2 83-90 1 3,1% Baik (B)

50
3 75-82 16 50 % Cukup (C)

4 ≤ 74 15 46,9% Kurang (D)

Berdasarkan tabel di atas hanya 3,1% peserta didik yang masuk dalam

kategori baik, 50 % masuk dalam kategori cukup, dan 46,9 % masuk dalam

kategori kurang.

Berikut ini disajikan tabel pencapaian peserta didik berdasarkan aspek

penilaiannya.

Tabel 4.6

Penilaian Produk Post Test Siklus I Berdasarkan Aspek Penilaian

No Aspek Penilaian Persentase

1 Penulisan judul 82 %

2 Identifikasi 77,1%

3 Deskripsi bagian 65 %

4 Penutup 70 %

5 Penggunaan bahasa 62,5 %

Tabel di atas menunjukkan, pencapaian peserta didik berdasarkan aspek

penilaian. Tingkat pencapaian dilihat dari beberapa aspek penilaian:

1. Penulisan judul pada teks deskripsi

Persentasi keberhasilan dalam kriteria penulissan judul teks deskripsi pada

post test mengalami peningkatan dari nilai prates sebelumnya. Persentasi

keberhasilan pada prates mencapai 63,2% dengan nilai rata-rata 2,5 dan

mengalami peningkatan pada siklus I menjadi 82% dengan nilai rata-rata sebesar

51
3,3 .Post test siklus I mengalami peningkatan sebesar 18,8%. Karena nilai

keberhasilan yang semakin baik maka persentasi peserta didik yang mendapat

nilai rendah menjadi berkurang dari hasil prates sebelumnya.

Terdapat 9 orang peserta didik memperoleh skor 4. Sebanyak 24 orang

peserta didik memperoleh skor 3. Berdasarkan skor pemerolehan dapat diketahui

bahwa aspek ini masuk dalam katogori cukup dan masih terdapat beberapa

kelemahan. Kelemahan peserta didik yang memperoleh nilai 3 yaitu ada beberapa

siswa yang masih menggunakan tanda titik di akhir judul dan juga tidak tepat

dalam penggunaan huruf pada penulisan judul teks deskripsi.

Berdasarkan hasil analisis di atas maka dapat disimpulkan bahwa ada

beberapa peserta didik yang perlu perlakuan khusus pada beberapa kategori dalam

aspek penulisan judul pada teks deskripsi. Karena beberapa peserta didik masih

menggunakan tanda titik di akhir penulisan judul serta tidak tepat dalam penulisan

huruf pada judul teks deskripsi.

2. Identifikasi

Persentasi keberhasilan dalam kriteria bagian identifikasi pada post test

mengalami peningkatan dari nilai prates sebelumnya. Persentasi keberhasilan pada

prates mencapai 55,4% dengan nilai rata-rata 2,2 dan mengalami peningkatan

pada siklus I menjadi 77,1 % dengan nilai rata-rata sebesar 3,1 .Post test siklus I

mengalami peningkatan sebesar 21,7 %. Karena nilai keberhasilan yang semakin

baik maka persentasi peserta didik yang mendapat nilai rendah menjadi berkurang

dari hasil prates sebelumnya.

52
Terdapat 5 orang peserta didik memperoleh skor 4. Sebanyak 25 orang

peserta didik memperoleh skor 3, dan 2 orang peserta didik memperoleh nilai 2.

Berdasarkan skor pemerolehan dapat diketahui bahwa aspek ini masuk dalam

katogori cukup dan masih terdapat beberapa kelemahan. Kelemahan peserta didik

yang memperoleh nilai 3 yaitu terdapat 15 siswa yang tidak menggunakan tanda

baca dengan tepat, terdapat 10 siswa yang salah dalam membuat struktur kalimat

pada bagian identifikasi. Kelemahan peserta didik yang memperoleh nilai 2 yaitu

ada beberapa anak yang tidak menggunakan tanda baca dengan tepat, tidak

menuliskan informasi umum tentang objek, membuat kesalahan dalam

menuliskan kalimat.

Berdasarkan hasil analisis di atas maka dapat disimpulkan bahwa ada

beberapa peserta didik yang perlu perlakuan khusus pada beberapa kategori dalam

aspek pada bagian identifikasi.

3. Deskripsi Bagian

Persentasi keberhasilan dalam kriteria pada deskripsi bagian pada post test

mengalami peningkatan dari nilai prates sebelumnya. Persentasi keberhasilan pada

prates mencapai 51,5 % dengan nilai rata-rata 2,1 dan mengalami peningkatan

pada siklus I menjadi 65 % dengan nilai rata-rata sebesar 2,6 .Post test siklus I

mengalami peningkatan sebesar 13,5 %. Karena nilai keberhasilan yang semakin

baik maka persentasi peserta didik yang mendapat nilai rendah menjadi berkurang

dari hasil prates sebelumnya.

Terdapat 21 orang peserta didik memperoleh skor 3. Sebanyak 11 orang

peserta didik memperoleh skor 2. Berdasarkan skor pemerolehan dapat diketahui

53
bahwa aspek ini masuk dalam katogori cukup dan masih terdapat beberapa

kelemahan. Kelemahan peserta didik yang memperoleh nilai 3 yaitu terdapat 4

siswa yang tidak menggunakan tanda baca dengan tepat, terdapat 6 siswa yang

salah dalam membuat struktur kalimat pada bagian identifikasi, dan 11 orang

peserta didik tidak menjelaskan secara terperici bagian-bagian objek yang

dideskripsikan. Kelemahan peserta didik yang memperoleh nilai 2 yaitu ada

beberapa anak yang tidak menggunakan kata-kata yang bervariasi, tidak

menjelaskan secara terperinci bagian-bagian objek, membuat kesalahan dalam

menuliskan kalimat.

Berdasarkan hasil analisis di atas maka dapat disimpulkan bahwa ada

beberapa peserta didik yang perlu perlakuan khusus pada beberapa kategori dalam

aspek pada deskripsi bagian .

4. Penutup

Persentasi keberhasilan dalam kriteria pada deskripsi bagian pada post test

mengalami peningkatan dari nilai prates sebelumnya. Persentasi keberhasilan pada

prates mencapai 50,7 % dengan nilai rata-rata 2,0 dan mengalami peningkatan

pada siklus I menjadi 70 % dengan nilai rata-rata sebesar 2,8 .Post test siklus I

mengalami peningkatan sebesar 19,3 %. Karena nilai keberhasilan yang semakin

baik maka persentasi peserta didik yang mendapat nilai rendah menjadi berkurang

dari hasil prates sebelumnya.

Terdapat 26 orang peserta didik memperoleh skor 3. Sebanyak 6 orang

peserta didik memperoleh skor 2. Berdasarkan skor pemerolehan dapat diketahui

bahwa aspek ini masuk dalam katogori cukup dan masih terdapat beberapa

kelemahan. Kelemahan peserta didik yang memperoleh nilai 3 yaitu terdapat 7

54
siswa yang tidak mencantumkan simpulan tanggapan terhadap objek, terdapat 6

orang siswa tidak menuliskan kedsnnys terhsdsp objek ysng dideskripsikan, dan

13 orang peserta tidak menggunakan tanda baca yang tepat. Kelemahan peserta

didik yang memperoleh nilai 4 orang peserta didik yang tidak menuliskan kesan

dang tanggapan nya terhadap objek yang dideskripsikan, dan 2 orang peserta didik

tidak tepat dalam penggunaan tanda baca serta tidak menuliskan kesan terhadap

objek yang dideskripsikan.

Berdasarkan hasil analisis di atas maka dapat disimpulkan bahwa ada

beberapa peserta didik yang perlu perlakuan khusus pada beberapa kategori dalam

aspek pada bagian penutup .

5. Penggunaan Bahasa

Persentasi keberhasilan dalam kriteria pada penggunaan bahasa pada post

test siklus I mengalami peningkatan dari nilai prates sebelumnya. Persentasi

keberhasilan pada prates mencapai 44,5 % dengan nilai rata-rata 1,8 dan

mengalami peningkatan pada siklus I menjadi 62,5 % dengan nilai rata-rata

sebesar 2,5 .Post test siklus I mengalami peningkatan sebesar 18 %. Karena nilai

keberhasilan yang semakin baik maka persentasi peserta didik yang mendapat

nilai rendah menjadi berkurang dari hasil prates sebelumnya.

Terdapat 17 orang peserta didik memperoleh skor 3. Sebanyak 15 orang

peserta didik memperoleh skor 2. Berdasarkan skor pemerolehan dapat diketahui

bahwa aspek ini masuk dalam katogori kurang dan masih terdapat beberapa

kelemahan. Kelemahan peserta didik yang memperoleh nilai 3 yaitu terdapat 8

orang peserta didik yang tidak menggunakan kalimat yang mengandung majas

55
yang membuat pembaca seolah-olah dapat mendengar, terdapat 6 orang peserta

didik yang tidak menggunakan kalimat yang mengandung majas yang membuat

pembaca solah-olah mendengsr, dan 3 orang peserta didik tidak menggunakan

kalimat yang mengandung majas yang membuat pembaca seolah-olah melihat.

Kelemahan peserta didik yang memperoleh nilai 2 yaitu ada beberapa orang

peserta didiktidak menggunakan kalimat yang mengandung majas yang membuat

pembaca seolah-olah dapat mendengar, tidak menggunakan kalimat yang

mengandung majas yang membuat pembaca solah-olah mendengar, dan tidak

menggunakan kalimat yang mengandung majas yang membuat pembaca seolah-

olah melihat

Berdasarkan hasil analisis di atas maka dapat disimpulkan bahwa ada

beberapa peserta didik yang perlu perlakuan khusus pada beberapa kategori dalam

aspek pada penggunaan bahasa .

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa

pembelajaran menulis teks deskripsi dengan menggunakan media gambar pada

siklus I cukup meningkat jika dibandingkan dengan hasil prates. Hasil post test

menunjukkan nilai rata-rata yang diperoleh peserta didik adalah 71,8

dibandingkan dengan hasil prates yang berjumlah 53,1.

Akan tetapi, berdasarkan perhitungan daya serap klasikal yang hasilnya

hanya mencapai 71,8 %, makasebaiknya materi pembelajaran ini harus diajarkan

kembali. Selain itu, dari 32 peserta didik hanya 17 orang yang tuntas maka perlu

dilakukan siklus selanjutnya.

4.2.3 Observasi Siklus I

56
Observasi dilaksanakan dengan menggunkan lembar observasi yang telah

disiapkan sebelumnya. Lembar observasi ini berupa lembar observasi aktivitas

guru dan peserta didik. Lembar observasi aktivitas guru diisi oleh kolaborator

yang bertugas sebagai observer, yakni guru pamong sebagai observer 1, Tiominar

Sirait, S.Pd. dan observer 2, Devi Maria Tri Putri, S.Pd. Observer mencatat

aktifitas yang dilakukan oleh peneliti dan peserta didik selama kegiatan

pelaksanaan pembelajaran teks deskripsi di dalam kelas. Waktu observasi

disesuaikan dengan waktu pelaksanaan tindakan baik oleh peneliti maupun mitra

yang mengamati proses pemebalajaran.

1) Hasil Observasi Aktivitas Guru

Berikut data hasil observasi aktivitas guru yang dilakukan selama

pelaksanaan tindakan kelas yang ditunjukkan dalam tabel berikut.

Tabel 4.7 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I

Kriterian Jumlah Pertemuan Jumlah Skor Persentase


aspek skor perolehan aktifitas
Observer
pengamatan
I

I II

5 6 7 13 13 32,5%

4 11 12 23 23 57,5%

3 20 3 1 4 4 10%

2 - - - - -

1 - - - - -

Total 20 20 40 40 100%

Perhitungan dalam tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut.

57
∑ skor dari semua observer
∑ skor=
∑ pertemuan
Skor perolehan=∑ skor × kriteria

skor perolehan
Persentase Aktivitas= × 100 %
total skor

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas guru pada

pembelajaran siklus I termasuk dalam kategori baik dengan persentase sebesar

57,5% dengan interpretasi aktif. Ada juga beberapa aspek aktivitas guru yang

mencapai kategori sangat baik dengan persentase 32,5 % dengan intepretasi

sangat aktif. Sedangkan sisanya termasuk dalam kategori cukup baik yakni 10%

yang cukup aktif.

Kekurangan yang dimiliki oleh guru ketika mengajar terletak pada aspek-

aspek berikut, (1) guru tidak mengingatkan peserta didik untuk menyanyikan lagu

wajib sebelum memulai pembelajaran; (2) guru kurang mengidentifikasi

hambatan-hambatan yang ditemukan dalam pembelajaran(3) apersepsi yang

terlalu sedikit; (4) guru kurang memberi umpan balik kepada peserta didik atas

hambatan yang ditemukan ketika proses belajar mengajar berlangsung; (5) guru

kurang mampu memotivasi peserta didik untuk berani bertanya dan menjawab

pertanyaan yang diberikan oleh peserta didik lain.

Disampang dari kekurangan-kekurangan di atas, guru sudah cukup aktif

dalam proses belajar mengajar.

58
2) Hasil Observasi Aktivitas Peserta Didik

Dalam waktu yang bersamaan, selama pembelajaran berlangsung diadakan

pula pengamatan terhadap keaktifan peserta didik. Data hasil pengamatan

aktivitas peserta didik siklus I seperti ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 4.8 Hasil Observasi Aktivasi Peserta Didik Siklus I

No. Aktivitas Belajar Pertemuan Jlh % Kualifikasi

1 Aktivitas mendengarkan 6 6 75 Aktif

2 Aktivitas memandang 5 5 62,5 Aktif

3 Aktivitas meraba, membau, 6 6 75 Aktif


mencicipi/mengecap

4 Aktivitas menulis dan 9 9 75 Aktif


mencatat

5 Aktivitas membaca 5 5 62,5 Aktif

6 Aktivitas membuat ikhtisar 5 5 62,5 Aktif


atau ringkasan dan
menggarisbawahi

7 Aktivitas mengingat 6 6 75 Aktif

8 Aktivitas berpikir 6 6 75 Aktif

9 Aktivitas latihan atau praktik 8 8 66,6 Aktif

Jumlah 56 56 629

Persentase rata-rata 69,8

Perhitungan tabel di atas menggunakan rumus sebagai berikut.

skor perolehan
Persentase aktivitas= × 100 %
total skor

59
jumlah persentase
Persentase rata−rata=
jumlah aktivitas

Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa aktivitas peserta didik pada

siklus I tergolong baik. Untuk pertemuan pertama dari sembilan aspek aktivitas

belajar mendapat skor 56 dari skor maksimal sebesar 80.

Jumlah skor perolehan dari hasil pertemuan yang telah dilakukan

mendapat persentase untuk 9 aspek adalah 629% dengan kualifikasi aktif.

Sementara untuk persentase rata-rata aktivitas belajar peserta didik pada siklus I

ini adalah sebesar 69,8%. Berdasarkan persentase ini, kriteria keberhasilan berada

diinterval 61-80 dengan intepretasi aktif. Akan tetapi ada beberapa aspek yang

menunjukkan peserta didik kurang aktif.

Beberapa aspek yang peserta didiknya kurang aktif terjadi pada beberapa

kegiatan belajar yaitu, (1) kegiatan memandang; (2) membaca; dan (3) kegiatan

mengingat

Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan ini, aktivitas peserta didik

menunjukkan sikap antusias namun belum maksimal dalam mengikuti

pembelajaran menulis teks deskripsi. Aktivitas yang sudah baik bisa ditingkatkan

lagi, begitu pula dengan aktivitas yang masih kurang baik wajib untuk

ditingkatkan.

4.2.4 Refleksi Siklus I

Tahap ini dilakukan berdasarkan hasil analisis data dari tahapan

sebelumnya. Berikut refleksi pembelajaran siklus I yang harus diperbaiki.

60
1) Pada tahap perencanaan, materi yang digunakan kurang terperinci sehingga

peserta didik mengalami kesulitan dalam memahami materi ajar. Pertanyaan

dalam LKPD yang harus diperbaharui beberapa poin agar tidak menimbulkan

kebingungan ketika peserta didik mengerjakan soal yang diberikan.

2) Pada tahap pelaksanaan pembelajaran terkendala oleh waktu. Waktu yang

digunakan peserta didik untuk mengamati objek yang akan dideskripsikan

terlalu lama sehingga ketika peserta didik memulai untuk merangkai data

hasil perolehan ke dalam teks deskripsi waktu yang digunakan tidak cukup

dan akhirnya ada peserta didik yang menggumpulkan teks deskripsi walaupun

belum selesai. Pendidik harus lebih menjelaskan lagi syarat-syarat penulisan

teks deskripsi atau kreriteri yang harus ada dalam penulisan teks deskripsi,

seperti penulisan judul yang tepat,penggunaan kalimat perincian dari objek

yang dideskripsikan, pemilihan kosakata yang bervariasi, penggunaan majas

yang tepat serta penggunakan tanda baca yang benar, penulisan huruf kapital,

dan keruntutan struktur/unsur teks deskripsi.

3) Aktivitas pendidik dalam kegiatan ini sudah cukup baik, namun yang perlu

diperbaiki atau ditingkatkan lagi adalah pengondisian peserta didik untuk siap

dan semangat belajar. Pedidik juga harus lebih mengontrol lagi setiap peserta

didik ketika mengerjakan post test agar tidak ada peserta didik yang bermain-

main dan tidak konsentrasi. Pendidik harus lebih mampu memotivasi peserta

didik untuk mau tampil bertanya ataupun menjawab serta menotivasi peserta

didik untuk mau menulis teks cerita pendek dengan sungguh-sungguh.

Berdasarkan hasil refleksi di atas, pelaksanaan siklus I ini belum

menunjukkan hasil yang maksimal. Penggunaan media gambar masih kurang

61
dalam meningkat hasil menulis teks deskripsi pada siswa kelas VII SMP Negeri

23 Medan. Untuk itu perlu diadakan pembelajaran siklus II agar hasil menulis teks

deskripsi peserta didik semakin baik.

3.2.2 Siklus II

1. Perencanaan

Perencanaan pada siklus II dibuat berdasarkan perencanaan pada

siklus I. Pada tahap perencanaan, peneliti mempersiapkan hal-hal yang

akan dilakukan pada siklus II dengan memperbaiki tindakan pada siklus I.

Pada perencanaan peneliti melakukan persiapan pembelajaran sesuai

dengan tindakan yang akan dilakukan. Perencanaan dibuat lebih matang

lagi dengan memfokuskan pada pemahaman siswa terhadap hal-hal yang

harus dilakukan dalam proses menulis.

Hal-hal yang diperhatikan pada siklus II adalah sebagai berikut :

(1) menyusun perbaikan rencana pelaksaan pembelajaran menulis teks

deskripsi melalui media gambar, (2) menyusun lembar kerja siswa untuk

perbaikan, (3) menyiapkan media gambar, dan (4) peneliti perlu lebih

berkolaborasi dan berdiskusi dengan guru mata pelajaran Bahasa

Indonesia.

5. Tindakan

Kegiatan Pendahuluan.

Kegiantan ini merupakan kegiatan awal pembelajaran. Pada kegiatan ini

pendidik mengawali dengan mengucapkan salam pembuka dan berdoa sebelum

62
memulai pembelajaran di kelas, kemudian pendidik mengecek kehadiran peserta

didik dan mengkondisikan kelas untuk siap memulai pembelajaran. Kemudian

pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus di capai pada pertemuan

ini. Pendidik memotivasi peserta didik tentang pentingnya pembelajaran menulis

teks deskripsi. Pendidik juga melakukan apersepsi menganai materi sebelumnya

dan mengaikannya dengan materi yang akan dibahas selanjutnya. Setelah itu

pendidik mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan struktur,

kaidah kebahasaan teks deskripsi selanjutnya guru mengadakan umpan balik

untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan peserta didik tentang keterampilan

menulis teks deskripsi.

Kegiatan Inti

Pada jam pertama, pendidik menjelaskan mengenai kegitan pembelajaran

yang akan dilaksanakan, (2) peneliti menjelaskan kembali mengeniai materi

pembelajaran menulis teks deskripsi kemudian pendidik menyajikan kembali

contoh teks deskripsi yang di dalamnya terdapat struktur dan unsur kebahasaan.

Pendidik dan peserta didik kemudia bertanya jawab mengenai struktur, kaidah

kebahasaan, dan penggunaan huruf kapital serta tanda baca

Kemudian peneliti membagikan media gambar dengan objek wisata

Hairos Waterpark Medan, setelah itu peserta didik mengamati gambar yang telah

dibagikan oleh pendidik, kemudian pendidik membagikan lembar kerja peserta

didik. Bedanya dari siklus I, pada siklus II pertanyaan dalam LKPD lebih

dispesifikkan lagi dan objek yang diamati pada siklus II adalah gambar objek

wisata Hairos Waterpark Medan. Alasan pendidik memilih objek tersebut karena

63
peserta didik akan lebih menyukai objek yang pada umumnya mereka telah

mendatanginya. Pada saat peserta didik menjawab pertanyaan dari lembar kerja,

pendidik melakukan pendampingan saat peserta didik mengerjakan lembar kerja.

Kegiatan penutup.

Pada tahap ini pendidik bersama peserta didik menyimpulkan hasil

pembelajaran yang telah dilakukan. Selain itu, pendidik juga mengidentifikasi

hambatan-hambatan yang ditemukan peserta didik dalam mempelajari materi

menulis teks cerita deskripsi dan memberi umpan balik atas hambatan-hambatan

tersebut. Pembelajaran diakhiri dengan mengumpulkan semua LKPD peserta

didik dan pendidik menyampaikan informasi mengenai materi pelajaran

selanjutnya.

Berikut adalah hasil post test siklus II peserta didik kelas VII D SMP

Negeri 23 Medan.

Tabel 4.9

Penilaian Produk Post Test Siklus II

No Nama Peserta Didik Aspek yang Dinilai Jumlah Nilai

A B C D E

1 A.H 4 3 3 3 3 16 80

2 A.N.S 4 4 4 3 3 18 90

3 A.S 3 3 3 3 2 14 70

4 A.F 3 3 3 3 3 15 75

5 A.S.I 4 3 3 3 3 16 80

6 A.M 4 4 3 3 3 17 85

7 A.H 4 3 3 3 3 16 80

64
8 B.A 4 4 3 3 3 17 85

9 F.A 4 3 3 3 2 15 75

2 F.H 4 3 3 3 3 16 80

11 G.R 3 3 2 3 3 14 70

12 H.K 4 4 3 3 3 17 85

13 I.R 4 4 3 3 2 16 80

14 K.M 4 4 3 3 3 17 85

3 L.A 4 3 3 3 3 16 80

16 M.I 3 4 3 3 3 16 80

17 N.F 3 4 3 4 3 17 85

18 N.A 4 4 3 3 3 17 85

19 N.Z.A 4 3 3 3 3 16 80

4 P.H 4 4 3 4 3 18 90

21 P.N 3 3 2 2 2 12 60

22 Q.S 4 3 3 4 3 17 85

23 R.A 3 4 4 3 3 17 85

24 R.P 4 3 3 3 3 16 80

25 S.Z 4 4 3 3 3 17 85

26 S.S 3 4 3 3 3 16 80

27 S.N 4 3 3 3 3 16 80

28 S.R 3 3 2 3 2 13 65

29 W.C 3 3 3 3 3 15 75

30 X.R 4 4 4 4 3 19 95

31 Y.P 4 3 3 3 3 16 80

32 Z.L 4 4 3 3 4 18 90

Jumlah 118 111 96 99 92 516 2580

Rata-rata 3,7 3,5 3,0 3,1 2,8 16,1 80,6

65
Tabel di atas menunjukkan nilai peserta didik yang diperoleh pada post

test pada siklus 2 mengalami peningkatan setelah mengikuti kegiatan

pembelajaran dengan menggunakan media gambar. Hal ini terbukti dari nilai rata-

rata kelas yang berjumlah 80,6 dengan nilai tertinggi 95 dan nilai terendah 60.

Tabel di atas juga menunjukkan bahwa terdapat 28 orang peserta didik

telah mencapai nilai KKM, yakni dengan pemerolehan nilai 75 (3 peserta

didik),nilai 80 (12 peserta didik), nilai 85 (9 peserta didik),nilai 90 (3 peserta

didik), dan nilai 95 ( 1 peserta didik) . Data dalam tabel menunjukkan nilai 4

peserta didik tersebut masih dalam kategori kurang (D) dalam tingkat ≤ 74.

Berdasarkan nilai yang diperoleh peserta didik di atas, maka dapat

dihitung daya serap klasikal (DSK) pada siklus ini yang hanya mencapai 80,6 %.

Sedangkan untuk ketuntasan belajar secara klasik (KBK) dengan rumus

perhitungan:

banyaknya peserta didik yang tuntas


x 100%
banyaknya peserta didik

Maka KBK kelas hanya mencapai ketuntasan sebesar 87,5 % . Maka dapat

dikatakan media gambar ini berhasil meningkatkan kemampuan peserta didik

dalam menulis teks deskripsi. Penjelasan di atas dapat digambarkan dalam tabel

4.5.

Tabel 4.10

Frekuensi Penilaian Produk Post Test Siklus I

No Interval Frekuensi Presntase Ket.


1 91-100 1 3,1 % Sangat baik (A)
2 83-90 12 37,5% Baik (B)
3 75-82 15 46,9% Cukup (C)
4 ≤ 74 4 12,5% Kurang (D)
No Interval Frekuensi Presentase Ket.

66
.

Berdasarkan tabel di atas dijelaskan bahwa terdapat 1 peseta didik yang

mendapat nilai sangat baik, 12 peserta didik mendapat nilai baik, 15 peserta didik

mendapat nilai cukup, dan 4 peserta didik mendapat nilai kurang.

Berikut ini disajikan tabel pencapaian peserta didik berdasarkan aspek

penilaiannya.

Tabel 4.11

Penilaian Produk Post Test Siklus II Berdasarkan Aspek Penilaian

No Aspek Penilaian Persentase

1 Penulisan judul 92,5 %

2 Identifikasi 87,5 %

3 Deskripsi bagian 75 %

4 Penutup 77,5 %

5 Penggunaan bahasa 70 %

Tabel di atas menunjukkan, pencapaian peserta didik berdasarkan aspek

penilaian. Tingkat pencapaian dilihat dari beberapa aspek penilaian:

1. Penulisan judul pada teks deskripsi

Persentasi keberhasilan dalam kriteria penulissan judul teks deskripsi pada

post test mengalami peningkatan dari nilai prates sebelumnya. Persentasi

keberhasilan pada prates mencapai 82 % dengan nilai rata-rata 3,3 dan

mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 92,5 % dengan nilai rata-rata

sebesar 3,7 .Post test siklus I mengalami peningkatan sebesar 10,5 %. Karena nilai

keberhasilan yang semakin baik maka persentasi peserta didik yang mendapat

nilai rendah menjadi berkurang dari hasil prates sebelumnya. Terdapat 22 orang

67
peserta didik memperoleh skor 4. Sebanyak 10 orang peserta didik memperoleh

skor 3. Berdasarkan skor pemerolehan dapat diketahui bahwa aspek ini masuk

dalam sangat baik.

2. Identifikasi

Persentasi keberhasilan dalam kriteria bagian identifikasi pada post test

mengalami peningkatan dari nilai prates sebelumnya. Persentasi keberhasilan pada

siklus I mencapai 77,1 % dengan nilai rata-rata 3,1 dan mengalami peningkatan

pada siklus I menjadi 87,5 % dengan nilai rata-rata sebesar 3,5 .Post test siklus II

mengalami peningkatan sebesar 10,4 %. Karena nilai keberhasilan yang semakin

baik maka persentasi peserta didik yang mendapat nilai rendah menjadi berkurang

dari hasil prates sebelumnya. Terdapat 15 orang peserta didik memperoleh skor 4.

Sebanyak 17 orang peserta didik memperoleh skor 3.

3. Deskripsi Bagian

Persentasi keberhasilan dalam kriteria pada deskripsi bagian pada post test

siklus II mengalami peningkatan dari nilai post tes siklus I sebelumnya. Persentasi

keberhasilan pada siklus I mencapai 65 % dengan nilai rata-rata 2,6 dan

mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 75 % dengan nilai rata-rata sebesar

3,1 .Post test siklus II mengalami peningkatan sebesar 10 %. Karena nilai

keberhasilan yang semakin baik maka persentasi peserta didik yang mendapat

nilai rendah menjadi berkurang dari hasil prates sebelumnya.

Terdapat 3 orang peserta didik memperoleh skor 4. Sebanyak 26 orang

peserta didik memperoleh skor 3 dan 3 orang peserta didik memperoleh skor 2

68
Berdasarkan skor pemerolehan dapat diketahui bahwa aspek ini masuk dalam

katogori cukup.

4. Penutup

Persentasi keberhasilan dalam kriteria pada bagian penutup pada post test

siklus II mengalami peningkatan dari nilai post test siklus I sebelumnya.

Persentasi keberhasilan pada siklus I mencapai 70 % % dengan nilai rata-rata 2,8

dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 77,5 % dengan nilai rata-rata

sebesar 3,1 .Post test siklus II mengalami peningkatan sebesar 7,5 %. Karena nilai

keberhasilan yang semakin baik maka persentasi peserta didik yang mendapat

nilai rendah menjadi berkurang dari hasil prates sebelumnya.

Terdapat 4 orang peserta didik memperoleh skor 4. Sebanyak 27 orang

peserta didik memperoleh skor 3, dan 1 orang peserta didik memperoleh nilai 2.

Berdasarkan skor pemerolehan dapat diketahui bahwa aspek ini masuk dalam

katogori cukup.

5. Penggunaan Bahasa

Persentasi keberhasilan dalam kriteria pada penggunaan bahasa pada post

test siklus II mengalami peningkatan dari post tes siklus II sebelumnya. Persentasi

keberhasilan pada siklus I mencapai 62,5 % dengan nilai rata-rata 2,5 dan

mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 70 % dengan nilai rata-rata

sebesar 2,8 .Post test siklus II mengalami peningkatan sebesar 7,5 %. Karena nilai

keberhasilan yang semakin baik maka persentasi peserta didik yang mendapat

nilai rendah menjadi berkurang dari hasil prates sebelumnya.

69
Terdapat 1 orang peserta didik memperoleh skor 4. Sebanyak 26 orang

peserta didik memperoleh skor 3, dan 5 orang peserta didik yang memperoleh

nilai 2. Berdasarkan skor pemerolehan dapat diketahui bahwa aspek ini masuk

dalam katogori cukup.

c. Observasi Siklus II

Observasi pada siklus ini juga dilaksanakan dengan menggunakan lembar

observasi seperti pada siklus I, yakni lembar observasi aktivitas guru dan peserta

didik. Lembar observasi aktivitas guru diisi oleh kolaborator yang bertugas

sebagai observer, yakni guru pamong sebagai observer 1) Tiominar Sirait, S.Pd.

dan observer 2) Devi Maria Tri Putri, S.Pd. Observer mencatat aktifitas yang

dilakukan oleh peneliti dan peserta didik selama kegiatan pelaksanaan

pembelajaran teks deskripsi di dalam kelas.

1) Hasil Observasi Aktivitas Guru

Berikut data hasil observasi aktivitas guru yang dilakukan selama

pelaksanaan tindakan kelas yang ditunjukkan dalam tabel berikut

Tabel 4.12 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II

Kriterian Jumlah Pertemuan Jumlah Skor Persentase


aspek skor perolehan aktifitas
Observer
pengamatan
I

I II

5 13 14 27 27 67,5%

4 7 6 13 13 32,5%

3 - - - - -

70
2 20 - - - - -

1 - - - - -

Total 20 20 40 40 100%

Perhitungan dalam tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut.

∑ skor dari semua observer


∑ skor=
∑ pertemuan
Skor perolehan=∑ skor × kriteria

skor perolehan
Persentase Aktivitas= × 100 %
total skor

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas guru pada

pembelajaran siklus II termasuk dalam kategori sangat baik dengan persentase

sebesar 67,5% dengan interpretasi sangat aktif. Ada juga beberapa aspek aktivitas

guru yang mencapai kategori sangat baik dengan persentase 32,5% dengan

intepretasi aktif.

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas guru pada

pembelajaran siklus II termasuk dalam kategori sangat aktif dengan persentase

sebesar 67,5%. Ada juga beberapa aspek aktivitas guru yang mencapai kategori

aktif dengan persentase 32,5%.

Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas guru dalam melaksanakan

pembelajaran menggunakan media gambar sudah sangat baik dan aktif. Aktivitas

guru ini juga tentu akan mempengaruhi pada aktivitas peserta didik dalam

kegiatan pembelajaran. Karena itu, jika guru meningkatkan lagi aktivitasnya

dalam kegiatan pembelajaran, maka pembelajaran akan berlangsung semakin

aktif.

71
3) Hasil Observasi Aktivitas Peserta Didik

Seperti yang dilakukan pada siklus sebelumnya, observasi pada siklus I

terhadap aktivitas peserta didik juga dilakukan dalam waktu yang bersamaan

selama pembelajaran berlangsung. Observasi ini dilakukan oleh peneliti dengan

mengisi lembar observasi yang sudah disiapkan. Data hasil pengamatan aktivitas

peserta didi siklus II seperti ditunjukkan dalam tabel berikut.

Tabel 4.13 Hasil Observasi Aktivasi Peserta Didik Siklus II

No. Aktivitas Belajar Pertemuan Jlh % Kualifikasi

1 Aktivitas mendengarkan 6 6 75 Aktif

2 Aktivitas memandang 7 7 87,5 Sangat


Aktif

3 Aktivitas meraba, membau, 7 7 87,5 Sangat


mencicipi/mengecap Aktif

4 Aktivitas menulis dan 11 11 91,6 Sangat


mencatat Aktif

5 Aktivitas membaca 8 8 100 Sangat


Aktif

6 Aktivitas membuat ikhtisar 6 6 75 Aktif


atau ringkasan dan
menggarisbawahi

7 Aktivitas mengingat 6 6 75 Aktif

8 Aktivitas berpikir 7 7 87,5 Sangat

72
Aktif

9 Aktivitas latihan atau praktik 10 10 83,3 Sangat


Aktif

Jumlah 68 68 762,4

Persentase rata-rata 84,7

Perhitungan tabel di atas menggunakan rumus sebagai berikut.

skor perolehan
Persentase aktivitas= × 100 %
total skor

jumlah persentase
Persentase rata−rata=
jumlah aktivitas

Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa aktivitas peserta didik pada

siklus II tergolong sangat baik, dari 9 aspek aktivitas belajar pada siklus II

mendapat skor 68 dari skor maksimal 80. Jumlah skor perolehan dari hasil

pertemuan yang telah dilakukan mendapat persentase untuk 9 aspek adalah

762,4% dengan kualifikasi sangat aktif. Sementara untuk persentase rata-rata

aktivitas belajar peserta didik pada siklus II ini adalah sebesar 84,7%. Berdasarkan

persentase ini, kriteria keberhasilan berada diinterval 81-100 dengan intepretasi

sangat aktif.

Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan ini, aktivitas peserta didik

sudah menunjukkan sikap antusias dan maksimal dalam mengikuti pembelajaran

menulis teks deskripsi. Dengan demikian, pembelajaran dengan menggunakan

media gambar semakin meningkatkan aktivitas peserta didik.

4.1.4 Pembahasan

1. Hasil Belajar Peserta Didik

73
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dideskripsikan sebelumnya,

diperoleh data bahwa kemampuan peserta didik dalam menulis teks deskripsi

dengan menggunakan media gambar mengalami peningkatan. Peningkatan ini

ditunjukkan oleh hasil belajar peserta didik melalui nilai yang mereka peroleh.

Jika pada siklus I terdapat 17 peserta didik yang mendapat nilai tuntas, sedangkan

pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 28 peserta.

Peningkatan ini juga ditunjukkan oleh daya serap peserta didik secara

klasikal. Jika pasa siklus I data serap klasiknya mencapai 71,8%, pada siklus II

meningkat menjadi 80,2%. Sementara untuk ketuntasan belajar secara klasikal,

pada siklus I adalah 53,1% meningkat menjadi 87,5% pada siklus II.

Ketuntasan belajar yang rendah pada siklus I dapat disebabkan oleh

waktu yang kurang menurut peserta didik untuk menulis teks deskripsi, kurangnya

pemahaman peserta didik mengenai materi ajar yakni unsur yang harus ada dalam

teks deskripsi, serta pendidik tidak sempat memberikan refleksi di siklus I

sehingga peserta didik tidak secara keseluruhan memahami kesalahan dan

kekurangan-kekurangan yang ada pada pembelajaran siklus I.

Hal lain yang perlu disampaikan juga adalah nilai rata-rata yang

diperoleh peserta didik sebelum pembelajaran, yaitu hasil prates sebesar 53,1

mengalami kenaikan menjadi 71,8 pada hasil post test siklus I, dan kembali

meningkat menjadi 80,6 pada hasil post test siklus II. Secara keseluruhan hasil

belajar peserta didik telah mencapai kriteria ketuntasan minumun (KKM) sebesar

75.

Peningkatan hasil belajar peserta didik dari prates hingga post test siklus

II dapat dilihat pada tabel dan diagram berikut.

74
Tabel 4.14Hasil Belajar Peserta Didik Pada Prates, Siklus I, dan Siklus II

No. Kategori Prates Siklus I Siklus II

1 Jumlah nilai maksimal (620) 340 460 510

2 Nilai maksimal 75 80 95

3 Nilai minimal 35 55 60

4 Rata-rata 53,1 71,8 80,6

5 DSK 53,1 71,8 80,6

6 Jumlah PD yang tuntas 2 17 28

7 Jumlah PD yang belum tuntas 30 15 4

8 KBK 6,25% 53,1% 87,5%

Gambar 4.1 Diagram Ketuntasan Belajar Peserta Didik

100.00%

90.00%

80.00%

70.00%

60.00%
Pretest
50.00%
Siklus I
40.00% Siklus II

30.00%

20.00%

10.00%

0.00%
Kurang Cukup Baik Sangat Baik

2. Aktivitas Guru

75
Observasi yang dilakukan kolaborator penelitian yang bertindak sebagai

observer menyatakan bahwa aktivitas guru adalah baik pada sisklus I, kemudian

meningkat menjadi sangat baik pada siklus II. Pernyataan ini diperoleh melalui

data lembar observasi yang dilakukan selama melakukan pengamatan aktivitas

guru dengan menggunakan media gambar dalam kegiatan pembelajaran. Dalam

prosesnya, guru banyak berfungsi sebagai fasilitator yang melayani peserta didik,

baik dalam menjelaskan konsep pembelajaran maupun pengerjaan tugas.

Hasil observasi aktivitas guru dari kedua siklus yang meningkat terlihat

dalam tabel dan diagram berikut.

Gambar 4.2 Diagram Peningkatan Aktivitas Guru Siklus I dan II

80%

70%

60%

50%

40% Siklus I
Siklus II
30%

20%

10%

0%
Kurang Aktif Cukup Aktif Aktif Sangat Aktif

76
Hasil analisis data lembar observasi yang telah dilakukan sebelumnya,

aktivitas guru pada siklus II mengalami peningkatan dari siklus I. Pada siklus I

rata-rata persentase aktivitas guru pada kategori cukup aktif sebesar 10%, kategori

aktif sebesar 57,5%, dan kategori sangat aktif sebesar 32,5%. Kemudian pada

siklus II meningkat pada kategori aktif menjadi 32,5% dan kategori sangat baik

meningkat menjadi 67,5%.

3. Aktivitas Belajar Peserta Didik

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan rekan guru dalam dua

siklus pelaksanaan tindakan kelas, diperoleh data bahwa aktivitas atau keaktifan

peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan

media gambar mengalami kenaikan. Pada siklus I keaktifan peserta didik di

kategorikan baik sebesar 69,8% dengan interpretasi aktif, sedangkan pada siklus II

keaktifan peserta didik meningkatkan menjadi sangat baik sebesar 84,7% dengan

interpretasi sangat aktif.

Peningkatan ini disebabkan antara lain pada siklus I pendidik telah

menggunakan media gambar sehingga peserta didik lebih bersemangat dalam

melaksanakan pembelajaran namun pada siklus ini masih terdapat kendala yakni

pemahaman peserta didik akan materi pelajaran masih kurang, interaksi antar

peserta didik dalam kelompok pun masih kurang, dan pemanfaatan waktu dalam

pelaksanaan kegiatan pembelajaran ini masih belum dimanfaatkan dengan baik.

Sedangkan pada siklus II pendidik dan kolaborator telah mampu melaksanakan

kegiatan pembelajaran dengan tepat, aktivitas peserta didik semakin terarah dan

kondisional karena setiap individu sudah memahami kegiatan yang akan

dilaksanakan.

77
Peningkatan aktivitas peserta didik dari kedua siklus terlihat dalam tabel

diagram berikut.

Tabel 4.17Hasil Observasi Aktivitas Peserta Didik pada Siklus I dan II

No Siklus Skor Persentase Rata-rata Kualifikasi

. Perolehan Aktivitas Aktivitas


1 I 56 629 69,8 Aktif
2 II 68 762,4 84,7 Sangat Aktif
Jumlah 124 1391,4 154,5

Gambar 4.3 Diagram Peningkatan Aktivitas Belajar Peserta Didik

80%

70%

60%

50%

40% Siklus I
Siklus II
30%

20%

10%

0%
Kurang Aktif Cukup Aktif Aktif Sangat Aktif

78
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Penggunaan media gambar untuk memecahkan masalah pembelajaran

Bahasa Indonesia kelas VII SMP Negeri 23 Medan dan menulis teks deskripsi

telah berhasil dilakukan. Ini terbukti dengan meningkatnya pemahaman peserta

didik dari awal hingga akhir pelaksanaan tindakan.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka

dapat disimpulkan bebarapa hal, antara lain sebagai berikut.

1. Terdapat peningkatan yang signifikan setelah dilaksanakan pembelajaran


dengan menggunakan media gambar dalam menulis teks deskripsi
terlihat dari nilai rata-rata sebelum dilakukan tindakan ialah 51,2 atau
ketuntasan hanya 6,25%. Setelah diberikan penggunaan media gambar
maka terjadi peningkatan pada siklus I yaitu dengan nilai rata-rata 73,1
atau ketuntasan 53,1 % maka terjadi peningkatan sekitar 46,25 % dan

79
pada siklus II mencapai rata-rata nilai 80,6 atau dengan ketuntasan
87,5% yakni mengalami peningkatan 27,5% dari siklus I. Maka, media
pembelajaran gambar dapat meningkatkan kemampuan menulis teks
deskripsi kelas VII SMP Negeri 23 Medan.
2. Media pembelajaran gambar terbukti efektif digunakan dalam
pembelajaran menulis teks deskripsi.
3. Penggunaan media gambar ini dalam pembelajaran menulis teks deskripsi
juga mendapat tanggapan dan respon yang positif dari peserta didik.
4. Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa hipotesis penelitian pada bab
sebelumnya yakni penggunaan media gambar dapat meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar peserta didik dalam menulis teks deskripsi.

B. Saran

1. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai pustaka agar dapat memperkaya

khasanah penelitian tindakan kelas, khususnya penelitian untuk mata

pelajaran Bahasa Indonesia.

2. Untuk pendidik, diharapkan teknik kunjungan lapangan ini dapat dijadikan

sebagai alternatif dalam melaksanakan pembelajaran Bahasa Indonesia agar

dapat meningkatkan pemahaman dan aktivitas belajar peserta didik.

3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti lain yang ingin

melakukan penelitian tindakan kelas dan dapat dikembangkan pada

pembelajaran lain.

80
81

Anda mungkin juga menyukai