Analisa Aliran Sosiologi Hukum
Analisa Aliran Sosiologi Hukum
BAB I
PENDAHULUAN
Penegakan hukum sebagai sarana untuk mencapai tujuan hukum, maka sudah
semestinya seluruh energi dikerahkan agar hukum mampu bekerja untuk mewujudkan
nilai-nilai moral dalam hukum. Kegagalan dalam hukum untuk mewujudkan nilai
hukum tersebut merupakan ancaman bahaya akan bangkrutnya hukum yang ada.
Hukum yang miskin implementasi terhadap nilai-nilai moral akan berjarak serta
1
menjadi barometer legitimasi hukum ditengah-tengah realitas sosialnya.
gerakan KPK harus kandas ditengah jalan karena mendapatkan dukungan yang luar
1
Satjipto Rahardjo, Penegakan Hukum Suatu Tinjauan Sosiologis, Genta Publishing, Yogyakarta,
2009, Hal. viii
1
Bibit Samad Rianto dan Chandra M Hamzah kembali menjadi tersangka
Penghentian Penuntutan (SKPP) yang dikeluarkan oleh Kejaksaan tidak sah dan
2
memerintahkan agar perkara Bibit-Chandra dilimpahkan ke pengadilan.
Secara yuridis formal dan dengan menggunakan kaca mata kuda, tidak ada
yang salah dengan putusan pra peradilan tersebut. Sejak awal, penerbitan SKPP telah
3
disisi yang lain, Kejaksaan menerbitkan SKPP.
Berdasarkan ketentuan Pasal 140 ayat (2) KUHAP, SKPP diterbitkan jika
perkara tersebut tidak cukup bukti, perkara tersebut bukan merupakan perbuatan
pidana atau perkara ditutup demi hukum. Sementara itu, perkara ditutup demi hukum
penuh dengan rekayasa. Indikasi ini diperkuat dengan adanya rekaman pembicaraan
yang diperdengarkan dalam siding MK, 3 November 2009. selain itu, juga pengakuan
2
Eddy Os Hiariej, Staf Pengajar Hukum Pidana Fakultas Hukum UGM dalam “Quo Vadis” Kasus
Bibit-Chandra? Opini Harian Kompas, 28 April 2010, Hal. 7
3
Ibid
2
ulang disampaikan oleh mantan Kabareskrim Polri Susno Duadji bahwa ada dugaan
4
kriminalisasi terhadap kedua pimpinan KPK tersebut.
Proses hukum terhadap Chandra M. Hamzah dan Bibit Samad Rianto menjadi
5
proses hukum tersebut. Apabila hal ini terus dibiarkan maka akan menimbulkan
dampak yang sangat besar seperti hilangnya public trust terhadap lembaga penegak
hukum yang ada. Oleh karena itu, hakim dalam mengadili perkara Bibit-Chandra
harus bertindak hati-hati dan tidak hanya berkutat pada formal legalistik. Tetapi juga
harus memerhatikan kasus tersebut dari berbagai aspek, termasuk aspek sosiologis.
Terlabih dalam hukum pidana yang dicari adalah kebenaran materil dan bukan
kebenaran formal.
berbunyi :
Hal ini merupakan asas oppurtunitas Jaksa Agung untuk tidak melakukan penuntutan
termasuk penegakannya, merupakan suatu kebutuhan yang minta dipenuhi untuk saat-
saat seperti sekarang ini. Yang dimaksud “saat-saat seperti sekarang” ini adalah masa
4
Ibid
5
Laporan dan rekomendasi Tim Independen Verifikasi Fakta dan Proses Hukum Atas Kasus Chandra
M Hamzah dan Bibit Samad Rianto.
3
suatu masyarakat, dalam hal ini Indonesia, tengah mengalami perubahan-perubahan,
6
suatu kurun zaman yang ditandai oleh perubahan sosial.
B. Masalah Pokok
6
Op. Cit. Satjipto Rahardjo, Hal. 156
4
BAB II
PEMBAHASAN
Aliran ini dipelopori oleh Hammaker, Eugen Erlich dan Max Weber. Menurut
aliran sosiologi, hukum merupakan hasil interaksi sosial dalam masyarakat. Hukum
7
merupakan kaca dari perkembangan masyarakat.
Oleh sebab itu menurut aliran sosiologis, hukum bukanlah norma-norma atau
peraturan-peraturan yang memaksa orang berkelakuan menurut tata tertib yang ada
memaksa orang berkelakuan menurut tata tertib masyarakat, tetapi suatu himpunan
8
orang lain didalam masyarakat itu.
Eugen Erlich (1826-1922) yang berasal dari Asutria, bukunya yang terkenal
7
Muhammad Siddiq Tgk. Armia, Perkembangan Pemikiran Teori Ilmu Hukum, Pradnya Paramita,
Jakarta, 2008, Hal. 9
8
Ibid, Hal. 10
5
“Fundamental Principle of The Sociology of Law”. Erlich mengatakan bahwa
hukum) dengan hukum yang hidup di masyarakat. Erlich juga mengatakan bahwa
justru terletak didalam masyarakat itu sendiri. Kemudian dalam hal tata tertib di
9
masyarakat dilaksanakan pada peraturan-peraturan yang dipaksakan oleh negara.
Tokoh penting lainnya ialah Roscoe Pound (1870-1964), yang berasal dari
Amerika mengemukakan bahwa hukum itu harus dilihat atau dipandang sebagai suatu
sosial, serta tugas ilmu hukumlah untuk mengembangkan suatu kerangka kebutuhan-
10
kebutuhan sosial dapat terpenuhi secara maksimal.
suatu proses yang hidup dimasyarakat (law in action) dan ada hukum yang tertulis
(law in the books). Ajaran pound ini bukanlah satu atau sebagian hukum saja tetapi
semua bidang hukum baik subtantif maupun ajektif. Sehingga hukum tersebut apakah
sudah sesuai dengan yang senyatanya. Malah Pound menambahkan kajian sosiologi
hukum itu sampai kepada putusan dan pelaksanaan pengadilan, serta antara isi suatu
11
peraturan dengan efek-efek nyatanya.
9
Sabian Usman, Dasar-Dasar Sosiologi Hukum, Pustaka Belajar, Yogyakarta, 2009. Hal.
155
10
Ibid
11
Ibid, Hal. 157
6
Leon Duguity terkenal dengan konsepsi ‘Solidaritas Sosial’ menyatakan
bahwa berlakunya hukum itu sebagai suatu realita, ia diperlukan oleh manusia yang
hidup bersama dalam masyarakat. Hukum tidak tergantung pada kehendak penguasa,
dari para anggota masyarakat untuk menaatinya. Suatu peraturan adalah hukum
mentransformasikan saja hukum yang hidup dalam masyarakat menjadi suatu bentuk
12
yang bersifat teknis yuridis.
yang dulu sempat terhenti karena mendapat jutaan protes dari masyarakat.
terhadap upaya kriminalisasi dengan berbagai cara dan yang paling popular adalah
dengan gerakan sejuta rakyat Indonesia menolak upaya kriminalisasi KPK melalui
Facebook. Yang mana pada akhirnya pemerintah mendapatkan tekanan yang cukup
Chandra.
12
Op. Cit. Muhammad Siddiq Tgk. Armia, hal. 10
7
yang sedang berlanjut, karena proses hukum yang sedang berlansung tersebut sangat
jauh dari nilai-nilai keadilan yang ada ditengah masyarakat. Menurut aliran
kepada kenyataan sosial. Berlakunya hukum berdasarkan solidaritas dari para anggota
dukungan dari masyarakat secara efektif. Upaya kriminalisasi KPK menurut aliran
KPK tidak mendapatkan perhatian dari hakim yang memutuskan praperadilan SKPP
suatu kegiatan yang berdiri sendiri, melainkan mempunyai hubungan timbal balik
13
yang erat dengan masyarakatnya.
mandiri dan bebas dalam proses dan fungsi pembaharuan hukum nasional itu
sesungguhnya tidak hanya bersebab pada status para hakim (sebagai pegawai negeri)
yang sebenarnya kurang menjamin kemandiriannya, akan tetapi juga oleh sebab lain.
Doktrin dan tradisi yang dianut dalam badan-badan pengadilan di Indonesia telah
mengkonsepkan hakim sebatas sebagai pengucap bunyi hukum yang harus mereka
temukan dari sumber-sumber formal yang telah ditetapkan terlebih dahulu secara
13
Op.Cit., Satjipto Rahardjo, Hal. 31
8
doktrinal. Pendidikan kehakiman dan kehakiman di Indonesia telah terlanjur sangat
menekankan cara berpikir deduktif lewat silogisme logika formal, tanpa mencoba
14
menganalisis dari kasus-kasus itu untuk mengembangkan case law.
Dalam realitas kemasyarakatan Indonesia saat ini, kita melihat begitu banyak
15
sesuatu yang harus dilakukan dan dengan aliran sosiologis, hukum mendapatkan
hal pengaturan dan penerapan hukuman. Hukum yang diharapkan bisa mewujudkan
hubungan yang seimbang, humanis dalam memecahkan persoalan siapa yang benar
dan siapa yang salah, ternyata berubah dalam kenyataannya kearah pengaturan dan
penerapan hukuman bagi siapa yang kuat dialah yang menang. Inilah fenomena yang
melakukan penyuapan terhadap KPK dan menjadi salah satu sutradara untuk
mengkriminalisasi KPK masih bisa menghirup udara segar, hal ini di asumsikan
bahwa Anggodo memiliki kekuatan materi yang bisa mempengaruhi para aparat
penegak hukum.
Studi perubahan hukum sangat lekat dengan cara mengarahkan peran negara
sebagaimana yang diharapkan, yang tidak lepas dengan ketertiban sosial dimana
14
Soetandyo Wignjosoebroto, Dari Hukum Kolonial Ke Hukum Nasional, Rajawali Pres, Jakarta,
1993, Hal. 244
15
Anthon F. Susanto, Ilmu hukum Non Sistemik Fondasi Filsafat Pengembangan Ilmu Hukum
Indonesia, Genta Publishing, Yogyakarta, 2010, Hal. 314
9
anggota masyarakat saling berinteraksi satu sama lain. Disinilah posisi hukum
menjadi multi dimensi dalam kehidupan manusia, oleh karena itu dalam perubahan
hukum juga menyangkut secara lansung terhadap keperluan ketertiban sosial yang
meliputi nilai dan norma sosial, sistem kemasyarakatan, kebiasaan dan relasi sosial
yang belum maupun yang sudah mapan, dan sistem kelembagaan sehingga meskipun
16
ada pergerseran tetapi pranata hukum tetap terjaga.
16
Bambang Widodo Umar, Paradigma Sosiologi Hukum, Jakarta, 2010, Hal. 1
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
dipisahkan. Hukum lahir dari adanya interaksi antar masyarakat dan masyarakat
mengkristal dalam wujud hukum, hukum yang dinamis dan multi dimensi yang bisa
menjawab semua permasalahan yang ada ditengah masyarakat oleh karena itu aliran
sosiologis berpendapat bahwa hukum adalah hasil interaksi masyarakat. Untuk itu
masyarakat.
sedangkan aspek yang lainnya seperti aspek sosiologis tidak mendapatkan tempat
dalam memutus sebuah perkara. Padahal esensinya hukum dan masyarakat adalah
dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Dengan adanya putusan ini menjadi bukti bahwa
keadilan menurut hukum berbeda dengan keadilan yang hidup ditengah masyarakat.
Untuk itu diperlukan perubahan menuju kepada hukum yang lebih mencerminkan
11
DAFTAR PUSTAKA
Anthon F. Susanto, Ilmu hukum Non Sistemik Fondasi Filsafat Pengembangan Ilmu
Hukum Indonesia, Genta Publishing, Yogyakarta, 2010
Eddy Os Hiariej, Staf Pengajar Hukum Pidana Fakultas Hukum UGM dalam “Quo
Vadis” Kasus Bibit-Chandra? Opini Harian Kompas, 28 April 2010
Laporan dan rekomendasi Tim Independen Verifikasi Fakta dan Proses Hukum Atas
Kasus Chandra M Hamzah dan Bibit Samad Rianto
12