Oleh Kelompok I:
Puji syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Keluarga dengan HIV/AIDS dan
NArkoba”, disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunitas Lanjut I.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan makalah ini tidak dapat
terselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dari
segi isi maupun bentuk. Oleh karena itu, penyusun memohon sumbang saran dan kritik
konstruktif dari berbagai pihak terutama dari dosen pembimbing mata kuliah Komunitas Lanjut I
untuk kesempurnaan dalam pembuatan makalah yang akan datang.
Akhirnya penyusunan berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita,
khususnya bagi masyarakat luas.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
HIV pertama kali diidentifikasi di Amerika Serikat dalam awal 1980-an (A.S.
DHHS, 2008b). Awalnya, penyakit ini bermula pada pria yang berhubungan seks dengan
pria, kemudian terjangkit kepada wanita dan anak-anak tidak diyakini berisiko menjadi
terinfeksi, Namun, Pemahaman ini segera berubah, dan sekarang sekitar 1 juta orang
Amerika terinfeksi HIV, dan sekitar 25% tidak mengetahui bahwa mereka sudah menjadi
pengidap HIV (A.S. DHHS, 2008b). Diseluruh Dunia pada tahun 2013 ada 35 juta orang
hidup dengan HIV yang meliputi 16 juta perempuan dan 3,2 juta anak berusia <15 tahun.
Jumlah infeksi baru HIV pada tahun 2013 sebesar 2,1 juta yang terdiri dari 1,3 juta
dewasa dan 190.000 anak berusia <15 tahun.(Kemenkes, 2014)
Di Indonesia HIV/AIDS pertama kali ditemukan di provinsi Bali pada tahun
1987. Hingga saat ini HIV/AIDS sudah menyebar di 386 kabupaten/kota diseluruh
profinsi di Indonesia. Berbagai upaya penanggulangan sudah dilakukan pemerintah
bekerjasama dengan berbagai lembaga didalam negeri dan diluar negeri. Kasus AIDS di
Indonesia berdasarkan jenis kelamin, sejak dari tahun 1987 sampai 2014 lebih banyak
terjadi pada kelompok laki-laki (54%) dan kelompok perempuan (29%), berdasarkan
jenis pekerjaan paing banyak terjadi pada kelompok Ibu Rumah Tangga, kemudian
Wiraswasta dan pekerja non Profesional (Karyawan). Berdasarkan kelompok berisiko
yang paling banyak adalah heteroseksual (61,2%) , Narkoba IDU (15,2) dan
Homoseksual (2,4%).(Kemenkes,2014)
Pengidap HIV memerlukan pengobatan dengan antiretroviral (ARV) untuk
menurunkan jumlah virus HIV didalam tubuh agar tidak masuk kedalam stadium AIDS,
sedangkan pengidap AIDS memerlukan pengobatan ARV untuk mencegah terjadinya
infeksi opportunistic degan berbagai komplikasinya. Dengan diperkenalkannya ARV
pada 1990-an, banyak penderita HIV yang hidup lebih lama. Pada 2007, uji coba vaksin
HIV pernah diberlakukan namun dihentikan karena vaksin itu dianggap tidak efektif
dalam mengimunisasi peserta.
Oleh karena itu, sebagai perawat wajib untuk memberikan pencegahan
primer,sekunder maupun tersier dengan Pendidikan pencegahan, skrining, dan konseling
adalah prioritas untuk perawat keluarga.
B. Tujuan
1. Mengetahui konsep teori terkait Narkoba dan HIV/AIDS
2. Mampu memberikan asuhan keperawatan keluarga pada kelompok berisiko Narkoba
dan HIV/AIDS
BAB II
LANDASAN TEORI
A. NARKOBA
1. Pengertian
Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/ bahan berbahaya. Selain
narkoba, istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan
Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika,
Psikotropika dan Zat Adiktif. Semua istilah ini, baik "narkoba" ataupun "napza",
mengacu pada kelompok senyawa yang umumnya memiliki risiko kecanduan bagi
penggunanya.
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan
(Undang-Undang No. 22 tahun 1997).
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Bahan adiktif
lainnya adalah bahan lain bukan narkotika atau psikotropika yang penggunaannya
dapat menimbulkan ketergantungan. Minuman beralkohol adalah minuman yang
mengandung etanol yang diproses dari bahan hasil pertanian ataupun secara sintetis
yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi destilasi atau fermentasi tanpa
destilasi, maupun yang diproses dengan cara mencampur konsentrat dengan etanol
atau dengan cara pengenceran minuman yang mengandung etanol. Berdasarkan efek
yang ditimbulkan terhadap pemakainya, narkoba dikelompokkan menjadi golongan
halusinogen, depresan, stimulan, dan adiktif.
Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan NAPZA dalam jumlah berlebihan,
secara berkala atau terus-menerus, berlangsung cukup lama sehingga dapat
merugikan kesehatan jasmani, mental dan kehidupan sosial (Joewana, 2004).
Penyalahgunaan zat adalah penggunaan zat secara terus menerus bahkan sampai
setelah terjadi masalah. Ketergantungan zat menunjukkan kondisi yang parah dan
sering dianggap sebagai penyakit. Adiksi umumnya merujuk pada perilaku
psikososial yang berhubungan dengan ketergantungan zat. Gejala putus zat terjadi
karena kebutuhan biologic terhadap obat. Toleransi adalah peningkatan jumlah zat
untuk memperoleh efek yang diharapkan. Gejala putus zat dan toleransi merupakan
tanda ketergantungan fisik (Stuart & Sundeen, 1998).
Berikut ini adalah beberapa tanda dan gejala yang sering tampak pada para pengguna
NAPZA, dilihat dari :
a) Ciri-ciri Umum
Terjadi perubahan perilaku yang signifikan, Sulit diajak bicara, Mulai sulit untuk
diajak terlibat dalam kegiatan keluarga, Mulai sering pulang terlambat tanpa alas
an, Mudah tersinggung, Mulai berani membolos dan meninggalkan pekerjaan
sehari-hari
b) Perubahan Fisik dan Lingkungan
Jalan sempoyongan, bicara pelo, dan tampak terkantuk-kantuk, Mata merah dan
berair, Hidung berair atau seperti pilek, Pola tidur berubah, bangun di malam hari
dan bangun di siang hari, Kamar tidak mau diperiksa atau selalu terkunci, Sering
menerima telpon atau tamu yang tidak dikenal, Ditemukan obat-obatan, kertas
timah, jarum suntik, dan korek api di kamar atau di dalam tas, Terdapat tanda-
tanda bekas suntikan atau sayatan di bagian tubuh, Sering kehilangan uang atau
barang di rumah, Mengabaikan kebersihan diri.
c) Perubahan Perilaku Sosial
Menghindari kontak mata langsung ketika berbicara dengan orang lain,
Berbohong atau memanipulasi keadaan, Kurang disiplin, Bengong atau linglung,
Suka membolos sekolah atau dari pekerjaan kantor, Mengabaikan kegiatan
ibadah, Menarik diri dari aktivitas bersama keluarga, Sering menyendiri atau
bersembunyi di kamar mandi, di gudang atau tempat-tempat tertutup.
d) Perubahan Psikologis
Mudah tersinggung, Sering terjadi perubahan mood yang mendadak, Malas
melakukan aktivitas sehari-hari, Sulit berkonsentrasi, Tidak memiliki tanggung
jawab, Emosi tidak terkendali, Tidak peduli dengan nilai dan norma yang ada,
Merasa dikucilkan atau menarik diri dari lingkungan, Cenderung melakukan
tindak pidana kekerasan.
4. Terapi
Upaya pemulihan yang sesungguhnya adalah dengan merubah gaya hidup dan
sikap pada seorang pecandu secara mendasar, yaitu pola pikir dan perilaku adiktif
yang menyebabkannya kecanduan narkoba (martono 2006).
a) Pengobatan
Terapi pengobatanyang dilakukan untuk pasien NAPZA misal dengan
detoksifikasi. Detoksifikasi adalah upaya untuk mengurangi atau menghentikan
gejala putus zat dengan dua cara:
1) Detoksifikasi tanpa substitusi yaitu Klien hanya dibiatkan saja sampai gejala
putus zat tersebut berhenti sendiri. Klien yang ketergantungan tidak diberikan
obat untuk menghilangkan gejala putus obat tersebut.
2) Detoksifikasi dengan substitusi yaitu Putau atau heroin dapat disubstitusi
dengan memberikan jenis opiat misalnya kodein, bufremorfin, dan metadon.
Substitusi bagi pengguna sedatif-hipnotik dan alkohol dapat dari jenis anti
ansietas, misalnya diazepam. Pemberian substitusi adalah dengan cara
penurunan dosis secara bertahap sampai berhenti sama sekali. Selama
pemberian substitusi dapat juga diberikan obat yang menghilangkan gejala
simptomatik, misalnya obat penghilang rasa nyeri, rasa mual, dan obat tidur
atau sesuai dengan gejala yang ditimbulkan akibat putus zat tersebut.
b) Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan secara utuh dan
terpadu melalui pendekatan non medis, psikologis, sosial dan religi agar pengguna
NAPZA yang menderita sindroma ketergantungan dapat mencapai kemampuan
fungsional seoptimal mungkin. Tujuannya pemulihan dan pengembangan pasien
baik fisik, mental, sosial, dan spiritual. Sarana rehabilitasi yang disediakan harus
memiliki tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan (Depkes, 2001).
Sesudah klien penyalahgunaan/ketergantungan NAPZA menjalani
program terapi (detoksifikasi) dan konsultasi medik selama 1 (satu) minggu dan
dilanjutkan dengan program pemantapan (pascadetoksifikasi) selama 2 (dua)
minggu, maka yang bersangkutan dapat melanjutkan ke program berikutnya yaitu
rehabilitasi (Hawari, 2003).
Menurut Hawari (2003), bahwa setelah klien mengalami perawatan
selama 1 minggu menjalani program terapi dan dilanjutkan dengan pemantapan
terapi selama 2 minggu maka klien tersebut akan dirawat di unit rehabilitasi
(rumah sakit, pusat rehabilitasi, dan unit lainnya) selama 3-6 bulan. Sedangkan
lama rawat di unit rehabilitasi berdasarkan parameter sembuh menurut medis bisa
beragam 6 bulan dan 1 tahun, mungkin saja bisa sampai 2 tahun.
Kenyataan menunjukkan bahwa mereka yang telah selesai menjalani
detoksifikasi sebagian besar akan mengulangi kebiasaan menggunakan NAPZA,
oleh karena rasa rindu (craving) terhadap NAPZA yang selalu terjadi (DepKes,
2001).
B. HIV
1. Pengertian
Infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah suatu infeksi oleh salah satu
dari 2 jenis virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut
limfosit, menyebabkan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) dan penyakit
lainnya sebagai akibat dari gangguan kekebalan tubuh.
Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency
Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul
karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV atau
infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan
lain-lain). Secara definisi, AIDS dimulai dengan rendahnya jumlah limfosit CD4+
(kurang dari 200 sel/mL darah) atau terjadinya infeksi oportunistik (infeksi oleh
organisme yang pada orang dengan sistem kekebalan yang baik tidak menimbulkan
penyakit).
2. Perjalanan Penyakit.
Supaya terjadi infeksi, virus harus masuk ke dalam sel, dalam hal ini sel darah
putih yang disebut limfosit. Materi genetik virus dimasukkan ke dalam DNA sel yang
terinfeksi.
Di dalam sel, virus berkembangbiak dan pada akhirnya menghancurkan sel serta
melepaskan partikel virus yang baru. Partikel virus yang baru kemudian menginfeksi
limfosit lainnya dan menghancurkannya. Virus menempel pada limfosit yang
memiliki suatu reseptor protein yang disebut CD4, yang terdapat di selaput bagian
luar. Sel-sel yang memiliki reseptor CD4 biasanya disebut sel CD4+ atau limfosit T
penolong.
Limfosit T penolong berfungsi mengaktifkan dan mengatur sel-sel lainnya pada
sistem kekebalan (misalnya limfosit B, makrofag dan limfosit T sitotoksik), yang
kesemuanya membantu menghancurkan sel-sel ganas dan organisme asing.
Infeksi HIV menyebabkan hancurnya limfosit T penolong, sehingga terjadi
kelemahan sistem tubuh dalam melindungi dirinya terhadap infeksi dan kanker.
Infeksi HIV juga menyebabkan gangguan pada fungsi limfosit B (limfosit yang
menghasilkan antibodi) dan seringkali menyebabkan produksi antibodi yang
berlebihan. Antibodi ini terutama ditujukan untuk melawan HIV dan infeksi yang
dialami penderita, tetapi antibodi ini tidak banyak membantu dalam melawan
berbagai infeksi oportunistik pada AIDS. Pada saat yang bersamaan, penghancuran
limfosit CD4+ oleh virus menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem kekebalan
tubuh dalam mengenali organisme dan sasaran baru yang harus diserang.
Beberapa infeksi oportunistik dan kanker merupakan ciri khas dari munculnya AIDS:
a) Pneumonia pneumokistik, Pneumonia karena jamur Pneumocystis carinii
merupakan infeksi oportunistik yang sering berulang pada penderita AIDS.
Infeksi ini seringkali merupakan infeksi oportunistik serius yang pertama kali
muncul dan sebelum ditemukan cara pengobatan dan pencegahannya, merupakan
penyebab tersering dari kematian pada penderita infeksi HIV.
b) Toksoplasmosis, infeksi kronis oleh Toxoplasma sering terjadi sejak masa kanak-
kanak, tapi gejala hanya timbul pada sekelompok kecil penderita AIDS. Jika
terjadi pengaktivan kembali, maka Toxoplasma bisa menyebabkan infeksi hebat,
terutama di otak.
c) Tuberkulosis. Tuberkulosis pada penderita infeksi HIV, lebih sering terjadi dan
bersifat lebih mematikan.Mikobakterium jenis lain yaitu Mycobacterium avium,
merupakan penyebab dari timbulnya demam, penurunan berat badan dan diare
pada penderita tuberkulosa stadium lanjut. Tuberkulosis bisa diobati dan dicegah
dengan obat-obat anti tuberkulosa yang biasa digunakan.
d) Infeksi saluran pencernaan. Infeksi saluran pencernaan oleh parasit
Cryptosporidium sering ditemukan pada penderita AIDS. Parasit ini mungkin
didapat dari makanan atau air yang tercemar.
Gejalanya berupa diare hebat, nyeri perut dan penurunan berat badan.
e) Leukoensefalopati multifokal progresif. Leukoensefalopati multifokal progresif
merupakan suatu infeksi virus di otak yang bisa mempengaruhi fungsi neurologis
penderita. Gejala awal biasanya berupa hilangnya kekuatan lengan atau tungkai
dan hilangnya koordinasi atau keseimbangan. Dalam beberapa hari atau minggu,
penderita tidak mampu berjalan dan berdiri dan biasanya beberapa bulan
kemudian penderita akan meninggal.
f) Infeksi oleh sitomegalovirus. Infeksi ulangan cenderung terjadi pada stadium
lanjut dan seringkali menyerang retina mata, menyebabkan kebutaan. Pengobatan
dengan obat anti-virus bisa mengendalikan sitomegalovirus.
g) Sarkoma Kaposi. Sarkoma Kaposi adalah suatu tumor yang tidak nyeri, berwarna
merah sampai ungu, berupa bercak-bercak yang menonjol di kulit. Tumor ini
terutama sering ditemukan pada pria homoseksual.
h) Kanker. Bisa juga terjadi kanker kelenjar getah bening (limfoma) yang mula-mula
muncul di otak atau organ-organ dalam Wanita penderita AIDS cenderung
terkena kanker serviks. Pria homoseksual juga mudah terkena kanker rektum.
4. Diagnosis HIV/AIDS
Dokter gigi mempunyai peran yang cukup besar dalam deteksi dan penanganan
penyakit ini, karena 90% HIV-AIDS mempunyai manifestasi di rongga mulut. Selain
itu dokter gigi juga dapat memprediksi progres dari penyakit ini dan memonitor terapi
antiretroviral.
Pemeriksaan adanya antibodi spesifik dapat dilakukan dengan Rapid Test, Enzime
Linked Sorbent Assay (ELISA) dan Western Blot. Sesuai dengan pedoman nasional,
diagnosis HIV dapat ditegakkan dengan 3 jenis pemeriksaan Rapid Test yang berbeda
atau 2 jenis pemeriksaan Rapid Test yang berbeda dan 1 pemeriksaan ELISA. Pada
pemeriksaan ELISA, hasil test ini positif bila antibodi dalam serum mengikat antigen
virus murni di dalam enzyme-linked antihuman globulin. Pada minggu 23 masa sakit
telah diperoleh basil positif, yang lama-lama akan menjadi negatif oleh karena
sebagian besar HIV telah masuk ke dalam tubuh .Interpretasi pemeriksaan ELISA
adalah pada fase pre AIDS basil masih negatif, fase AIDS basil telah positif. Hasil
yang semula positif menjadi negatif, menunjukkan prognosis yang tidak baik
(Branson, 2007).
5. Penatalaksanaan HIV/AIDS
Hanya sedikit penderita AIDS yang meninggal karena efek langsung dari infeksi
HIV. Biasanya kematian terjadi karena efek kumulatif dari berbagai infeksi
oportunistik atau tumor. Organisme dan penyakit yang dalam keadaan normal hanya
menimbulkan pengaruh yang kecil terhadap orang yang sehat, pada penderita AIDS
bisa dengan segera menyebabkan kematian, terutama jika jumlah limfosit CD4+
mencapai 50 sel/mL darah.
1. Pengertian
Asuhan keperawatan yang diberikan pada keluarga pada dasarnya adalah serangkaian
kegiatan yang diberikan melalui praktik keperawatan kepada keluarga untuk
membantu menyelesaikan masalah kesehatan dengan menggunakan proses
keperawatan
2. Tujuan
Tujuan dari keperawatan keluarga adalah ditingkatkannya kemampuan keluarga
dalam :
a. Memahami Narkoba dan HIV/AIDS dalam keluarga
b. Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi Narkoba dan HIV/AIDS
c. Melakukan tindakan keperawatan pada anggota keluarga dengan HIV/AIDS
d. Memanfaatkan sumber daya yang ada dalam masyarakat misalnya Puskesmas,
Puskesmas pembantu, Pusat rehabilitasi, Kartu Sehat untuk memperoleh
pelayanan kesehatan.
e. Menurunkan stigma social
3. Proses Keperawatan
Menurut Allender dan spardley (2001) hal-hal yang perlu dikaji oleh keluarga dalam
melakukan pemenuhan tugas keperawatan keluarga adalah :
a. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah Narkoba dan
HIV/AIDS, yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga mengetahui faktafakta
mengenai Narkoba dan HIV/AIDS meliputi : pengertian, tanda dan gejala, factor
penyebab, dan yang mempengaruhi serta persepsi keluarga tentang Narkoba dan
HIV/AIDS.
b. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai
tindakan kesehatan yang tepat, hal yang perlu dikaji adalah :
1) Apakah masalah ini dirasakan oleh semua anggota keluarga?
2) Apakah keluarga menyerah terhadap masalah yang dialami?
3) Apakah keluarga merasa takut dengan akibat dari Narkoba dan HIV/AIDS
yang dirasakan?
4) Apakah keluarga mempunyai sifat negative terhadap masalah ini ?
5) Apaka keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada ?
6) Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan ?
7) Pakah keluarga mendapat informasi yyang salah terhadap tindakan dalam
mengatasi Narkoba dan HIV/AIDS
c. Untuk mengetahui kemampuan keluarga klien dengan Narkoba dan HIV//AIDS
dalam memberkan perawatan yang perlu dikaji adalah :
1) Sejauh mana keluarga mengetahui keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran,
komplikasi, dan cara perawatan HIV/AIDS) ?
2) Sejauh mana keluarga mengetahui tentang sifat dan perkembangan perawatan
yang dibutuhkan ?
3) Sejauh mana keuarga mengetahui sumber-sumber yang ada dalam keluarga
(anggota keluarga yang bertanggung jawab, sumber keuangan/financial,
fasilitas fisik, dan psikososial) ?
4) Sejauh mana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas yang diperlukan untuk
perawatan ?
5) Bagaimana sikap keluarga terhadap yang sakit ?
d. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga memelihara lingkungan
rumah yang sehat, hal yang perlu dikaji adalah :
1) Sejauh mana keluarga mngetahui sumber-sumber keluarga yang dimiliki?
2) Sejauh mana keluarga melihat kentungan/manfaat pemeliharaan lingkungan ?
3) Sejauh mana keluarga mengetahui pentingnya hygiene sanitasi ?
4) Sejauh mana keluarga mengetahui upaya pencegaha penyakit ?
5) Sejauh mana sikap/pandangan keluarga terhadap hygiene sanitasi ?
6) Sejauh mana kekompakan antara anggota keluarga ?
e. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga menggunakan
fasilitas/pelayanan kesehatan dimasyarakat, hal yang perlu dikaji adalah :
1) Sejauh mana keluarga megetahui keberadaan fasilitas kesehatan ?
2) Sejauh mana keluarga memahami keuntungan-keuntungan yang dapat
diperoleh dari fasilitas kesehatan ?
3) Sejauh mana tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas dan fasilitas
kesehatan?
4) Apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang baik terhadap petugas
kesehatan ?
5) Apakah fasilitas kesehehatan yang ada terjangkau oleh keluarga
Diagnosa Keperawatan yang Biasa muncul :
1. Ketidakefektifan manajemen kesehatan di keluarga
2. Kurang efektifnya koping keluarga
3. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit
4. Gangguan kemampuan untuk manajemen pengobatan
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
AIDS adalah sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya
sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Etiologi AIDS disebabkan oleh
virus HIV-1 dan HIV-2 adalah lentivirus sitopatik, dengan HIV-1 menjadi penyebab
utama AIDS diseluruh dunia. Cara penularan AIDS yaitu melalui hubungan seksual,
melalui darah (tansfuse darah, penggunaan jarum suntik dan terpapar mukosa yang
mengandung AIDS), transmisi dari ibu ke anak yang mengidap AIDS.
B. SARAN
Berdasarkan simpulan di atas, kami mempunyai beberapa saran, diantaranya adalah :
Keluarga dapat mengenali tentang pengertian AIDS dan Narkoba dan memberikan
asuhan keperawatan keluarga AIDS pada keluarga dengan penderita AIDS
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam .,Kurniawati, Ninuk Dian. 2007 . Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi
HIV/AIDS. Salemba Medika : Jakarta
Riasmiani, Ni made.,Et all. 2017. Panduan Asuhan Keperawatan Individu, keluarga,
Kelompok, dan Komunitas dengan modifikasi NANDA, NCP, NOC dan NIC di puskesmas dan
Masyarakat. UIP : Jakarta.
Friedman, Marilyn M. 2010. Buku ajar keperawatan keluarga : Riset, Teori dan Praktek.
EGC : Jakarta.