Nim : 190106113
Jawab :
Pada abad ke-10, dokter Iran Al-Razi merupakan orang pertama yang membedakan antara cacar
(smallpox) dan campak (measles) dan juga mencatat kemungkinan teori pertama tentang imunitas
dapatkan (acquired immunity), pada abad ke 11, dokter dan filsuf Ibnu Sina juga mengusulkan teori
lebih lanjut untuk imunitas dapatan.
2. Gambarlah dan sebutkan masing-masing organ yang berperan dalam sistem imun!
a) Sumsum tulang: Semua sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia terbentuk pada sumsum
tulang, ditemukan dalam tulang, dengan proses yang disebut hematopoiesis. Sumsum tulang
bertanggung jawab untuk produksi sel sistem kekebalan yang penting seperti sel B, granulosit, sel-sel
pembunuh alami dan timosit dewasa. Hal ini juga menghasilkan sel-sel darah merah dan platelet.
a.
b) Kelenjar Timus: Situs lain untuk produksi sel sistem kekebalan atau limfosit adalah kelenjar
timus. , Kelenjar ini bilobed datar terletak di daerah dada bagian atas, di atas jantung dan paling aktif
memproduksi sejumlah limfosit selama masa kanak-kanak. Fungsi utama dari kelenjar timus adalah
untuk menghasilkan sel T matang. Sel-sel yang belum matang diproduksi di sumsum tulang,
bermigrasi dan datang ke timus, di mana proses pematangan berlangsung..
c) Limpa: Ini organ sistem kekebalan tubuh terdiri dari sel-T, sel-B, sel-sel pembunuh alami,
makrofag, sel dendritik dan sel darah merah. Ini bertindak sebagai filter imunologi darah dan
menjebak benda asing, yaitu antigen dari aliran darah yang melewati limpa.
d) Kelenjar Getah Bening: Sama seperti cara limpa menyaring darah, kelenjar getah bening ini,
menyaring cairan interstitial yang hadir antara sel-sel tubuh manusia. Mereka bertindak sebagai
filter imunologi dan menguras getah bening dari sebagian besar jaringan tubuh dan menyaring
antigen hadir di dalamnya, sebelum mengizinkan getah bening untuk kembali ke sirkulasi.
a) Adenoid: Adenoids terletak di belakang rongga hidung, di mana bagian dari rongga hidung
memenuhi faring.. Fungsi mereka adalah untuk menghentikan bakteri dan organisme penyebab
infeksi lainnya dari menginfeksi organ tubuh lainnya. Ini terdiri dari jaringan limfoid terutama yang
bertindak sebagai filter dalam tubuh, dengan menjebak bakteri dan virus.
b) Amandel: Ada ada dua massa jaringan kelenjar lembut di kedua sisi bagian belakang mulut.
Mereka terlihat pada cermin. Fungsi utama mereka adalah untuk menjebak bakteri dan virus dari
udara yang dihirup. Limfosit dan antibodi hadir di dalamnya membantu membunuh bakteri,
sehingga memainkan peran penting dalam melindungi tubuh.
Sekarang, kita telah belajar tentang organ sistem kekebalan tubuh manusia yang utama, mari kita
lihat pada sel yang berbeda dari sistem kekebalan tubuh secara singkat.
• Sel-T: Fungsi utama dari sel-T atau limfosit T untuk mengintensifkan respon sistem
kekebalan tubuh. untuk melawan infeksi. Sel-T dibagi lagi ke dalam jenis yang berbeda. Salah satu
subdivisi tersebut adalah sel T-pembunuh yang memainkan peran membunuh sel tumor tertentu
dan bahkan parasit.
• Sel Natural Killer: Sel-sel bertindak seperti sel T-pembunuh dan berfungsi sebagai sel efektor,
yang secara langsung menghancurkan sel-sel tumor dan sel yang terinfeksi virus.
• Sel-B: Fungsi utama dari sel-sel ini adalah produksi antibodi. Mereka menghasilkan antibodi
dalam menanggapi berbagai bakteri, virus, sel-sel tumor, dll
• Granulosit: Sel-sel ini terdiri dari 3 jenis sel. Mereka adalah neutrofil, eosinofil dan basofil,
yang diidentifikasi berdasarkan pewarnaan mereka. Sel-sel ini bertanggung jawab untuk
menghilangkan parasit dan bakteri dari tubuh, dengan menelan dan mendegradasi mereka.
• Makrofag: Sel-sel ini disebut sebagai pemulung, karena mereka mengambil dan menelan
benda asing dan kemudian mempresentasikannya ke sel T dan selB dari sistem kekebalan tubuh.
• Sel dendritik: Sel-sel ini sebagian besar ditemukan pada kompartemen struktural organ
sistem kekebalan tubuh. Mereka menelan antigen dan hadir jika sebelum organ-organ ini, untuk
inisiasi dari sistem kekebalan tubuh.
3. Jelaskan perbedaan anatomi sistem imun yang terlibat pada anak-anak dan dewasa!
Jawab :
Semua sel-sel system kekebalan tubuh manusia terbentuk pada sumsum tulang, ditemukan dalam
tulang, dengan proses yang disebut hematopoiesis. Dari proses hematopoiesis, satu sel
berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel, termasuk sel-sel myeloid dalam fagosit dan granulosit,
dan sel-sel limfoid menjadi sel B, sel T, dan sel-sel pembunuh alami, begitu mereka telah sepenuhnya
dibedakan, limfosit keluar dari sumsum darah dan melakukan perjalanan ke organ kekebalan tubuh
lainnya : sel T ke timus, dan sel B ke limpa. Di sini mereka akan menjalani proses pematangan lebih
lanjut, kemudian sebagian besar lainnya meninggalkan sumsum tulang sel-sel dewasa yang berfungsi
penuh, sumsum tulang bertanggung jawab untuk produksi sel system kekebalan yang penting
seperti sel B, granulosit, sel-sel pembunuh alami dan timosit dewasa, hal ini juga menghasilkan sel-
sel darah merah dan platelet, 2 kelenjar timus kelenjar timusmerupakan suatu jaringan limfatik yang
terletak di sepanjang trakea di rongga dada bagian atas dan paling aktif memproduksi sejumlah
limfosit selama masa kanak-kanak. Fungsi utama dari kelenjar timus adalah memproses limfosit
muda menjati T limfosit. ( menghasilkan sel T matang ), sel-sel yang belum matang diproduksi di
sumsum tulang bermigrasi dan dating ke timus, di mana proses pematangan berlangsung. Proses
pematangan ini adalah salah satu hal yang luar biasa, karena memungkinkan hanya sel-sel T
menguntungkanlah yang akan dirilis ke dalam aliran darah. Sedangkan sel T yang membangkitkan
respon autoimun yang merugikan mendapatkan dieliminasi. Proses ini juga dikenal sebagai seleksi
thymus. Setelah proses selesai, sel T dewasa sepenuhnya dan mulai beredar dalam aliran darah. 3
limpa limpa adalah organ system kekebalan tubuh yang terdiri dari sel T, sel B, sel-sel pembunuh
alami, makrofag, sel dendritic dan sel darah merah. Limpa terdiri dari 2 bagian yaitu pulp merah dan
pulp putih, limfosit yang baru di buat di pulp putih mula-mula dipindahkan ke pulp merah, lalu
mengukuti aliran darah, tugas limpa, seperti berkontribusi pada produksi sel fagositosis, pelindung
sel darah merah dan pembangunan kekebalan.
Jawab :
a. Pertahanan fisik dan kimiawi seperti kulit, sekresi asam lemak dan asam laktat melalui
kelenjar keringat, sekresi lemdir, pergerakan silia, sekresi air mata, air liur, urin, asam lambung serta
lisosom dalam air mata.
b. Simbiosis dengan bakteri flora normal yang memproduksi zat yang dapat mencegah invasi
mikroorganisme.
Jawab :
Pertahanan secara fisik dilakukan oleh lapisan terluar tubuh yaitu kulit dan membran mukosa.
Lapisan terluar kulit tersusun atas sel-sel mati yang rapat sehingga menyulitkan bagi mikroorganisme
patogen untuk masuk ke dalam tubuh.
Pertahanan secara mekanik seperti terjadi pada rambut hidung dan silia, rambut hidung bertugas
menyaring udara dari partikel-partikel berbahaya maupun dari mikroorganisme yang kurang
menguntungkan, sedangkan silia yang terdapat pada trakea berfungsi menyapu partikel-partikel
berbahaya yang terperangkap dalam lendir dan keluar bersama air ludah.
Pertahanan secara biologis seperti adanya populasi bakteri yang tidak berbahaya yang terdapat pada
permukaan kulit dan membran mukosa, bakteri-bakteri tersebut berkompetisi dengan bakteri
patogen dalam memperoleh nutrisi sehingga perkembangan bakteri patogen terhambat.
Contoh :
a) Autoimun
Squad, yang dimaksud dengan autoimun adalah kegagalan sistem imunitas untuk membedakan sel
tubuh dengan sel asing sehingga sistem imunitas menyerang sel tubuh sendiri. Wah, serem banget
ya, rasanya seperti berperang dengan diri sendiri. Contohnya artritis rematoid, penyakit Grave,
anemia pernisiosa, penyakit Addison, dan DM tipe I.
b) Hipersensitivitas (Alergi)
Yang dimaksud dengan hipersensitivitas adalah peningkatan sensitivitas atau reaktivitas terhadap
antigen yang pernah dikenal sebelumnya. Tubuh akan menjadi lebih sensitif terhadap antigen-
antigen tertentu. Respon imunitas menjadi terlalu berlebihan dan dapat menyebabkan
ketidaknyamanan. gejala yang umum dialami penderita alergi. Gejala tersebut antara lain gatal-
gatal, ruam, mata merah, kram berlebih, dan kesulitan bernapas.
c) Imunodefisiensi
d) Isoimunitas (Alloimunitas)
Kalian pernah mendengar istilah Isoimunitas? Isoimunitas adalah keadaan ketika tubuh
mendapatkan kekebalan dari individu lain yang melawan sel tubuhnya sendiri. Biasanya muncul
akibat transfusi darah atau cangkok organ. Oleh karena itu, sebelum mendonorkan darah atau
organ, ada serangkaian tes yang harus dijalani untuk mengetahui tingkat kecocokan antara organ
dan penerima.
6. Jelaskan pathways dari proses terjadinya inflamasi, pertahananan intraseluler seluler dan respons
antigen spesifik serta respons adanya alergi.
Jawab :
Mekanisme inflamasi diawali dengan adanya iritasi, di mana sel tubuh memulai proses perbaikan sel
tubuh yang rusak. Sel rusak dan yang terinfeksi oleh bakteri dikeluarkan dalam bentuk nanah.
Kemudian diikuti dengan proses terbentuknya jaringan-jaringan baru untuk menggantikan yang
rusak.
Respon imun adalah respon yang ditimbulkan dari sel – sel dan molekul penyusun sistem imunitas
terhadap subtansi asing (antigen). Secara mekanisme respon imun terbagi menjadi dua yaitu respon
imun spesifik dan non- spesifik. Respon imun spesifik ada dua macam yaitu respon imun humoral
dan respon imun seluler. Respon imun humoral adalah respon yang diperantai oleh antibody yang
dihasilkan oleh sel limfosit B. Antibodi akan menghasilkan immunoglobulin. Terdapat 5 subkelompok
immunoglobulin yaitu IgG, IgM, IgA, IgE dan IgD yang masing – masing memiliki peran sendiri –
sendiri. sedangkan respon imun seluler diperantai oleh sel limfosit T. Dalam respon humoral
terdapat respon imun primer dan sekunder. Respon imun primer adalah respon yang dilakukan saat
pathogen pertama kali masuk ke dalam tubuh kemudian tubuh akan membuat antibodi untuk
melawan pathogen tersebut dan sel memori akan mengingat jenis pathogen tersebut sedangkan
respon imun sekunder adalah respon imun terhadap pathogen yang masuk ke dalam tubuh untuk
kedua kalinya sehingga respo imun lebih cepat dalam melawan pathogen itu karena pathogen
tersebut sudah dikenali melalui sel – sel memori. Respon imun non-spesifik mencakup pertahanan
mekanis,pertahanan kimiawi, sistem komplomen, interferon, fagositosis, demam dan radang.
7. Jelaskan tentang proses imunisasi dan patogen infeksi
Jawab :
Mekanisme Imunisasi Dalam Proses Pencegahan Penyakit Imunisasi bekerja dengan cara
merangsang pembentukan antibodi terhadap mikroorganismetertentu tanpa menyebabkan
seseorang sakit terlebih dahulu. Vaksin, zat yang digunakan untuk membentuk imunitas tubuh,
terbuat dari mikroorganisme ataupun bagian dari mikroorganismepenyebab infeksi yang telah
dimatikan atau dilemahkan, Vaksin kemudian dimasukkan ke dalam tubuh yang biasanya melalui
suntikan.Sistem pertahanan tubuh kemudian akan bereaksi terhadap vaksin yang dimasukan ke
dalam tubuh tersebut. Antibodi kemudian akan membunuh vaksin tersebut layaknya membunuh
mikroorganisme yang menyerang tubuh. Ketika suatu saat tubuh diserang oleh mikororganisme yang
sama dengan yang terdapat di dalam vaksin, makaantibodi akan melindungi tubuh dan mencegah
terjadinya infeksi. Hingga saat ini terdapat 10 jenis vaksinasi yang dapat mencegah terjadinya infeksi
pada anak,yaitu; polio, campak, gondongan, rubella (campak Jerman), difteria, tetanus, batuk
rejan(pertusis), meningitis, cacar air, dan hepatitis B.Sedangkan terdapat 3 jenis vaksinasi yang dapat
diberikan pada kelompok anak-anak ataupundewasa dengan risiko tinggi menderita infeksi, yaitu;
hepatitis A, flu (influenza), pneumonia.
Jawab :
2 Sel-B merupakan 20% dari total limfosit dalam darah. Sel-T merupakan 80% dari total
limfosit dalam darah.
3 Sel-B terlibat dalam respons imun humoral. Sel-T terlibat dalam respons imun yang
dimediasi sel.
4 Sel B matang terjadi di luar kelenjar getah bening. Sel T matang terjadi di dalam
kelenjar getah bening.
5 Sub-populasi sel B adalah sel Memori dan sel Plasma. Sub-populasi sel-T adalah sel T
sitotoksik, sel T Helper dan sel Suppressor.
6 Sel-B dapat mensintesis antibodi. Sel-T dapat mensintesis limfokin seperti IL2, IL4, IL5
dan γ-interferon.
7 CD19 adalah penanda permukaan sel B-sel. CD3 adalah penanda permukaan sel-sel T.
8 Sel-B mampu berikatan dengan antigen. Sel-T tidak mampu mengikat antigen secara
langsung. Mereka membutuhkan presentasi antigen.
9 Antigen spesifik timus tidak ada dalam sel-B. Antigen spesifik timus hadir dalam sel-T.
11 Sel-B tidak bergerak menuju tempat infeksi. Sel-T dapat bergerak menuju lokasi infeksi.
12 Sel-B dapat mengenali antigen pada permukaan bakteri dan virus. Sel-T hanya dapat
mengenali antigen di luar sel yang terinfeksi.
13 Sel-B mengenali antigen melalui antibodi terikat-membran yang disebut reseptor sel-B atau
BCR. Sel T mengenali antigen melalui reseptor sel T (TCR) pada membran.
15 Sel-B memiliki reseptor untuk fragmen FC dari IgG. Sel-T tidak memiliki reseptor untuk
fragmen FC dari IgG.
16 Reseptor untuk komplemen C3 hadir pada sel-B.Reseptor untuk komplemen C3 tidak ada
dalam sel-T.
17 Rosette SRBC tidak ada dalam sel-B. Rosette SRBC hadir dalam sel-T.
18 Permukaan sel B-sel menunjukkan juluran sitoplasma yang disebut mikrovili (di bawah
mikroskop elektron). Permukaan sel T-sel halus dan tidak ada mikrovili.
18 Pembentukan blast dalam sel-B dapat dilihat setelah interaksi dengan bakteri endotoksin
dan virus Epstein-Barr. Pembentukan blast dalam sel-T dapat terlihat setelah perawatan dengan
mitogen seperti Concanavalin A (Con A) atau Phytohemagglutinin (PHA).
20 Sel B tidak bertindak melawan sel kanker atau cangkok. Sel-T dapat bertindak melawan sel
kanker dan cangkok organ.
9. Sebutkan beberapa penyakit tentang sistem imun, autoimun dan respons alergi
Jawab :
a. Rematik
Rematik atau radang sendi merupakan penyakit autoimun yang menyerang sendi. Sistem kekebalan
tubuh menghasilkan antibodi yang menempel pada lapisan sendi, sehingga sel imun menyerang
sendi dan menyebabkan radang, pembengkakan, dan nyeri. Orang dengan rematik biasanya
merasakan gejala seperti sendi sakit, kaku, dan bengkak, sehingga dapat mengurangi geraknya. Jika
tidak diobati, rematik dapat menyebabkan kerusakan sendi permanen secara bertahap.
b. Lupus
Lupus atau lupus eritematosus sistemik dapat terjadi saat antibodi yang dihasilkan tubuh menempel
pada jaringan di seluruh tubuh. Beberapa jaringan yang umumnya terkena lupus adalah ginjal, paru-
paru, sel darah, saraf, kulit, dan sendi. Orang dengan lupus dapat mengalami gejala, seperti demam,
berat badan turun, rambut rontok, kelelahan, ruam, nyeri atau bengkak pada sendi dan otot, sensitif
terhadap sinar matahari, sakit dada, sakit kepala, dan kejang.
c. Psoriasis
Psoriasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel kulit baru yang sangat cepat
sehingga menumpuk di permukaan kulit. Penyakit ini menyebabkan kulit menjadi kemerahan, lebih
tebal, bersisik, dan terlihat seperti bercak putih-perak. Selain itu, juga dapat menyebabkan gatal dan
nyeri pada kulit.
Sistem kekebalan tubuh yang menyerang lapisan usus disebut dengan penyakit radang usus
(inflammatory bowel disease/ IBD), karena dapat menyebabkan radang kronis pada saluran
pencernaan. Penyakit ini dapat muncul dengan gejala diare, perdarahan pada dubur, buang air besar
yang mendesak, sakit perut, demam, berat badan turun, dan kelelahan.
e. Penyakit Crohn dan kolitis ulseratif merupakan bentuk penyakit radang usus yang paling
umum. Gejala penyakit Crohn disertai dengan ulkus mulut, sedangkan gejala dari kolitis ulseratif
sering disertai dengan kesulitan buang air besar.
Penyakit ini disebabkan oleh antibodi sistem imun yang menyerang dan menghancurkan sel
penghasil insulin (hormon yang dibutuhkan dalam mengontrol kadar gula darah) di pankreas.
Akibatnya, tubuh tidak bisa menghasilkan insulin, sehingga kadar gula darah Anda menjadi tinggi.
Gula darah yang terlalu tinggi ini kemudian dapat memengaruhi penglihatan, ginjal, saraf, dan gusi
Anda. Penderita diabetes mellitus tipe 1 membutuhkan suntikan insulin secara rutin untuk
mengontrol penyakitnya agar tidak bertambah parah.
g. Sklerosis ganda
Multiple sclerosis atau sklerosis ganda adalah penyakit autoimun yang menyerang lapisan pelindung
di sekitar saraf. Hal ini dapat menimbulkan kerusakan yang memengaruhi otak dan sumsum tulang
belakang. Orang dengan sklerosis ganda dapat menunjukkan gejala, seperti kebutaan, koordinasi
yang buruk, kelumpuhan, otot menegang, mati rasa, dan lemah. Gejalanya bisa bervariasi karena
lokasi dan tingkat serangannya berbeda-beda antar individu.
Reaksi alergi
Reaksi alergi yang muncul pada tiap orang berbeda-beda, dari reaksi yang ringan seperti bersin-
bersin hingga reaksi yang berat, yaitu anafilaksis. Reaksi alergi yang muncul juga tergantung dari
jenis alergennya
10. Bagaimana peran anestesi terhadap obesitas, terapi sistem imun, dan sitostatiska (anti kanker).
Jawab :
Operasi besar berhubungan dengan disfungsi sistem kekebalan tubuh bawaan. Baru-baru ini,
dibuktikan bahwa stres akibat pembedahan dapat dengan cepat menginduksi penurunan respon
sementara dari darah terhadap endotoksin sejak 2 jam setelah insisi dan bahwa IL-10 plasmayang
meningkat selama pembedahan, berperan dalam penurunan respon ini. Telah dilaporkan bahwa
anestesi epidural memiliki efek menguntungkan pada reaksi imunitas dan respon terhadap stres
akibat pembedahan. Beberapa peneliti telah melaporkan bahwa anestesi epidural mempertahankan
aktivitas sel NK dan mengurangi respon stres pada pasien yang menjalani histerektomi. Blok epidural
dari segmen dermatom T4 sampai S5, dimulai sebelum pembedahan, mencegah peningkatan
konsentrasi kortisol dan glukosa pada histerektomi. Teknik anestesi regional untuk operasi besar
dapat mengurangi pelepasan kortisol, adrenalin (epinefrin) dan hormon lain, namun memiliki
pengaruh kecil pada respon sitokin. Penelitian terbaru (kawasaki et al.,2007) menunjukkan bahwa
sistem kekebalan tubuh bawaan, misalnya fagositosis, ditekan oleh stres akibat pembedahan dan
bahwa anestesi epidural tidak mampu mencegah penurunan respon kekebalan tubuh ini selama
operasi.
Efek dan masalah yang terjadi karena kemoterapi antikanker itu implikasi pada manajemen anestesi
dapat dikelompokan menjadi efek pada sistem kardiovaskular, efek pada sistem respirasi, efek pada
sistem lain (hepar, renal, CNS, hematopoetic), dan efek lainnya yang juga penting. Pasien kanker
seperti pasien risiko tinggi lain yang membutuhkan perawatan anestesi khusus dan pertimbangan
yang layak. Semakin banyak pasien menjalani prosedur bedah dengan anestesi umum segera setelah
menerima kemoterapi; kadang-kadang pengobatan tersebut dapat diberikan selama operasi. Oleh
karena itu, sebagai anastesi dibutuhkan pemahaman tentang patofisiologi kanker dan pertimbangan
interaksi antara farmakologis antikanker dan obat bius.