Anda di halaman 1dari 7

“secara etimologis curriculum yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya

“pelan” dan curere yang artinya “tempat berpacu” . jadi istilah kurikulum pada zaman Romawi
kuno mengandung pengertian sebagai suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis start
sampai garis finish” (Sholeh Hidayat, 2013:19). Sedangkan pengertian kurikulum berdasarkan
UU SISDIKNAS No.20 Tahun 2003, ”sebagai seperangkat rencana dan pegaturan mengenai
tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakkan sebagai pedoman penyelanggaraan
dalam penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya pada dan setiap tahun
pendidikan kegiatan belajar mengajar”(Ibrahim Nasbi, 2017:1). Berdasarkan pengertian tersebut
kurikulum mempunyai dua aspek. Aspek pertama sebagai rencana pelaksanaan proses belajar
mengajar dan kedua adalah pengaturan atau cara pelaksanaan rencana sebagai upaya pencapaian
tujuan pendidikan nasional .Menurut Hamid Hasan (1988) (dalam Sholeh Hidayat,
2013:19).konsep kurikulum dapat ditinjau dalam empat dimensi, yaitu :

1. Kurikulum sebagai suatu ide, berupa teori dan penelitian khususnya dalam bidang
kurikulum dan pendidikan
2. Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide
yang berisi tentang tujuan, isi dan bahan, kegiatan, alat-alat dan waktu.
3. Kurikulum sebagai suatu kegiatan, pengimplementasian dari kurikulum sebagai
rencana tertulis dalam bentuk praktek pembelajaran.
4. Kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekuensi dari kurikulum sebagai
sutau kegiatan, dalam bentuk ketercapaian tujuan kurikulum yakni tercapainya
perubahan perilaku atau kemampuan tertentu dari peserta didik.

Keberhasilan suatu kurikulum sesuai dengan tujuannya dipengaruhi oleh faktor dari guru
tersebut. Guru memiliki peran utama dalam pelaksanaan kurikulum. Oleh karena itu diharapkan
guru mengetahui dengan jelas mengenai konsep kurikulum yang akan dilaksanakan. Untuk
memperoleh kurikulum yang baik di Indonesia tepatnya setelah kemerdekaan pada tahun 1945
kurikulumnya telah beberapa kali mengalami perubahan yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964,
1968, 1975, 1984, 1994,2004, 2006 dan 2013. Menurut Hamalik (2003) (dalam Sholeh Hidayat,
2013:1) ada beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan kurikulum yaitu:

1. Tujuan filsafat pendidikan nasional yang menjadi landasan dalam merumuskan tujuan
kurikulum suatu satuan pendidikan.
2. Social budaya yang berlaku dalam kehidupan masyarakat.
3. Keadaan lingkungan (interpersonal, kultural, biokologi, geokologi).
4. Kebutuhan pembangunan Poleksosbudhankam.
5. Perkembangan ilmu pengetahuan teknologi yang sesuai dengan system nilai dan
kemanusiaan serat budaya bangsa.
Semua kurikulum nasional dikembangkan berdasarkan landasan yuridis Pancasila dan
UUD 1945.Perbedaan pada setiap kurikulum terletak pada penekanan pokokdari tujuan
pendidikan dan pendekatan dalam mengimplementasikan kurikulum tersebut.
RUANG LINGKUP, PRINSIP DAN FUNGSI MANAJEMEN KURIKULUM

Manajemen kurikulum merupakan bagian dari kurikulum tingkatsatuan pendidikan serta


Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).Ruang Lingkupmanajemen kurikulum ialahberupa
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan sertaevaluasi kurikulum yang telah ada.Pada
tingkat satuan pendidikan kegiatan kurikulum lebihmengutamakan untuk merealisasikan
antara kurikulumnasional (standar kompetensi/kompetensi dasar) dengan kebutuhan
daerahkondisi sekolah yang bersangkutan, sehingga kurikulum tersebut
merupakankurikulum yang sesuai dengan predikat peserta didik dengan lingkungan di
manasekolah itu berada.

Lima prinsip yang harus diperhatikan dalammelaksanakan manajemen


kurikulum, yaitu:
a. Produktivitas, merupakan hasil yang dapat diperoleh dalam kegiatan kurikulum
yang harus dipertimbangkan dalam manajemen kurikulum. Pertimbangan
inibagaimana para pesertadidik dapat mencapai hasil belajar sesuai dengantujuan
kurikulum.
b. Demokratisasi, merupakan pelaksanaan kurikulum berasaskan demokrasi, dimana
dalam menempatkan pengelola, pelaksanaan peserta didik padaposisi yang
seharusnya dalam seperti melaksanakan tugas dengan penuh tanggungjawab untuk
mencapai tujuan kurikulum
c. Kooperatif, perlu adanya kerja sama yang positif dari berbagai pihakyang terlibat
untuk mencapai tujuan sebuah kurikulum.
d. Efektivitas dan efisiensi, untuk mencapai tujuan kurikulumperlu adanya efektivitas
dan efisiensi sehinggakegiatan manajemen kurikulum tersebut dapat memberikan
hasilyangbermanfaat dengan biaya, tenaga, dan waktu yang efisien.
e. Mengarahkan visi, misi dan tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum,
prosesmanajemen kurikulum harus dapat memperkuat dan mengarahkan visi,
misi,dan tujuan kurikulum (Rusman, 2009: 4).

Selain prinsip tersebut diatas, juga perlu adanya kebijaksanaanpemerintah maupun


departemen pendidikan, seperti USPN No. 20 tahun 2003,bahwa kurikulum pola
nasional, pedoman penyelenggaraan program, kebijaksanaanpenerapan Manajemen
Berbasis Sekolah, kebijaksanaan penerapan KurikulumTingkat Satuan Pendidikan,
keputusan dan peraturan pemerintah yang berhubungandengan lembaga pendidikan atau
jenjang/ jenis sekolah yang bersangkutan.Dalam proses pendidikan dan pembelajaran
perlu dilaksanakan sebuah manajemen kurikulum agarperencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi kurikulum terealisasi dan berjalan dengan efektif dan efisiendalam
memggunakan berbagai sumber belajar, pengalaman belajar,model – model pembelajaran
(baik langsung atau secara tidak langsung seperti menggunakan media dengan guru
sebagai faiskitator) maupun komponen-komponen untuk mencapai tujuan kurikulum.

Ada beberapa fungsi dari manajemen kurikulum diantaranya sebagai berikut :

a. Meningkatkan efisiensi dalam pemanfaatan sumber daya serta media dalam


kurikulum, pemberdayaansumber maupun media dalam komponen sebuah kurikulum
dapat ditingkatkan melalui pengelolaansecara efektif.
b. Meningkatkan keadilan (equality) dan kesempatan pada siswa untuk mencapaihasil
yang maksimal, tidak hanya melalui kegiatan intrakurikuler, tetapi juga perlu melalui
kegiatan kokurikuler yang dilaksanakan di sekolah maupun di luar sekolah dalam
mencapai tujuankurikulum.
c. Meningkatkan efektivitas kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam mencapaitujuan
pembelajaran, sehingga dapat memberikan motivasi pada kinerja guru maupun
aktivitas siswadalam belajar mencapai tujuan kurikulum.
d. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses belajar mengajar, prosespembelajaran
selalu konsistensi antara metodeyang telah direncanakan dengan pelaksanaan
pembelajaran. Dengan demikian,dapat implementasikan dengan baik.

Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk membantu pengembangankurikulum,


kurikulum yang dikelola secara professional akan melibatkanmasyarakat, khususnya
dalam mengisi bahan ajar atau sumber belajar perludisesuaikan dengan ciri khas dengan
kebutuhan pembangunan daerah setempat(Rusman, 2009: 5).

Konsep kurikulum

Pada dasarnya konsep kurikulum berkembang sesuai bidang pendidikan mengingat


banyaknya aliran serta teori yang digunakan dalam dunia pendidikan. Ada tiga konsep
tentang kurikulum, kurikulum sebagai substansi, sebagai sistem, dan sebagai bidang studi.

a. Konsep pertama, kurikulum sebagai suatu substansi:


Suatu kurikulum, dipandang orang sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi murid-
murid di sekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai dalam
pembelajaran. Suatu kurikulum juga dapat menunjuk kepada suatu dokumen yang berisi
rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar-mengajar, jadwal, dan evaluasi. Suatu
kurikulum juga dapat digambarkan sebagai dokumen tertulis sebagai hasil persetujuan
bersama antara para penyusun kurikulum dan pemegang kebijaksanaan pendidikan dengan
masyarakat. Suatu kurikulum juga dapat mencakup lingkup tertentu suatu lembaga
maupun negara.

b. Konsep kedua, adalah kurikulum sebagai suatu sistem:


Yaitu sistem kurikulum. Sistem kurikulum merupakan bagian dari sistem persekolahan,
sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem kurikulum mencakup struktur
personalia, dan prosedur kerja bagaimana cara menyusun suatu kurikulum, melaksanakan,
mengevaluasi, dan menyempurnakannya. Hasil dari suatu sistem kurikulum adalah
tersusunnya suatu kurikulum, dan fungsi dari sistem kurikulum adalah bagaimana
memelihara kurikulum agar tetap dinamis.

c. Konsep ketiga, kurikulum sebagai suatu bidang studi:


Yaitu bidang studi kurikulum. Hal ini merupakan bidang kajian para ahli kurikulum dan
ahli pendidikan dan pengajaran. Tujuan kurikulum sebagai bidang studi adalah
mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum. Mereka yang mendalami
bidang kurikulum mempelajari konsep-konsep dasar tentang kurikulum.

Melalui pencapaian keempat hal tersebut baik sebagai subtansi, sebagai sistem, maupun
bidang studi kurikulum dapat bertahan dan dikembangkan.

Fungsi kurikulum
Kurikulum berfungsi sebagai sebagai pedoman atau acuan. Bagi guru berfungsi
sebagai pedoman dalam melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar. Sementara
bagi kepala sekolah dan pengawas kurikulum berfungsi pedoman dalam melakukan
supervisi atau pengawas.Bagi orang tua kurikulum berfungsi sebagai pedoman guna
membimbing anaknya belajar di rumah. Bagi masyarakat kurikulum berfungsi sebagai
pedoman untuk memberikan bantuan bagi terselenggaranya proses pendidikan di
sekolah. Sedangkan bagi peserta didik berfungsi sebagai pedoman belajar (Mida
Latifatu, 2013:
a. Fungsi kurikulum bagi siswa
Berkaitan dengan fungsi kurikulum bagi siswa sebagai subjek didik, terdapat enam
fumgsi kurikulum (Mida Latifatu, 2013: 19-24) yaitu: 1. Fungsi penyesuaian (the
adjustive or adaptive function) Fungsi penyesuaian mengandung makna bahwa
kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu mengarahkan setiap peserta didik
agar memiliki sifatwell adjustedyaitu kemampuan untuk menyesuaikan dirinya dengan
lingkungannya, baik lingkunganfisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan itu sendiri
senantiasa mengalami perubahan dan bersifat dinamis. Oleh karena itu, peserta didik
pun harus memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang
terjadi di lingkungannya. Tanpa bekal yang cukup, susah bagi peserta didik untuk
melakukan penyesuaian diri padahal jika ingin konsisten maka dibutuhkan penyesuaian
diri dengan lingkungannya. 2. Fungsi integrasi (the Integrating Function) Fungsi
integrasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu
menghasilkan pribadi – pribadi yang utuh. Setiap peserta didik pada dasarnya
merupakan anggota dan bagian integral dari masyarakat. Oleh karena itu, peserta didik
pun harus memiliki kepribadian yang dibutuhkan untuk dapat hidup dan berintegrasi
dengan masyarakat. Sehingga dengan demikian peserta didik tidak asing di tempat di
mana ia tinggal. 3. Fungsi diferensiasi (The Differentiating Function)Fungsi
diferensiasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus
mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan individu peserta didik. Setiap
peserta didik memiliki perbedaan, baik dari aspek fisik maupun psikis yang harus
dihargai dan dilayani dengan baik. Karena itu seorang guru dibutuhkan kesabaran dan
wawasan yang luas guna menampung setiap peserta didiknya. Tanpa bekal yang baik
sulit bagi seorang guru untuk memahami setiap karakter atau sifat yang melekat pada
setiap peserta didiknya. 4. Fungsi persiapan (The Propaedeutic Funcion )Fungsi
persiapan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu
mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan
berikutnya. Selain itu, kurikulum juga juga diharapkan dapat mempersiapkan peserta
didik untuk dapat hidup dalam masyarakat seandainya karena suatu hal, tidak dapat
melanjutkan pendidikannya.Sebab banyak pula diantara masyarakat Indonesia yang
hidupnya masih menengah kebawah sehingga dengan demikian sangat sulit bagi
mereka untuk bisa membiayai putra putrinya guna mendapatkan pendidikan yang lebih
tinggi .hal ini dikarenakan keterbatasan ekonomi. Karenanya dengan kurikulum yang
direncanakan dengan baik maka akan menghasilkan pribadi yang baik yang siap
menghadapi kehidupan yang sebenarnya di masyarakat. 5. Fungsi pemilihan (The
Selective Funcion) Fungsi pemilihan mengandung makna bahwa sebagai alat
pendidikan harus mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih
program-program belajar yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Sebab setiap
peserta didik memiliki minat dan bakatnya masing-masing, sehingga dengan demikian
peserta didik dapat mengasah potensi yang ia miliki dan bisa mengembangkan bakat
yang menonjol bagi mereka. Fungsi pemilihan ini juga sangat erat hubungannya
dengan fungsi difererensiasi, karena pengakuan atas adanya perbedaan individual
peserta didik berarti pula diberinya kesempatan bagi siswa tersebut untuk memilih apa
yang sesuai dengan minat dan kemampuannya.

Untuk mewujudkan kedua fungsi tersebut, kurikulum perlu disusun secara lebih luas
dan bersifat fleksibel. 6. Fungsi diagnostik (The Diagnostic Funcion) Fungsi diagnostic
mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu
membantu dan mengarahkan siswa untuk dapat memahami dan menerima kekuatan
( potensi ) dan kelemahan yang dimilikinya. Apabila siswa sudah mampu memhami
kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan yang ada pada dirinya, maka diharapkan
peserta didiknya dapat mengembangngkan sendiri potensi kekuatan yang dimilikinya
atau memperbaiki kelemahan-kelemahnnya.
b. Fungsi kurikulum bagi guru
Bagi guru kurikulum berfungsi sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap
perkembangan anak dalam rangka menyerap sejumlah pengalaman yang diberikan
(hendyar soetopu dan wasty soemanto, 1993:18) Sedangkan menurut zulfanur z.
firdaus dan rosmid rosa (1997:1.10) fungsi kurikulum bagi guru yaitu sebagai pedoman
kerja dalam menyusun dan mengorganisasikan pelajaran.
c. Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah
Adapun fungsi kurikulum bagi kepala sekolah yang diungkapkan oleh Hendyat
Soetopo dan Wasty soemanto (Zulfanur Z. Firdaus dan Rosmid Rosa (1997:1.10)
adalah sebagai berikut: 1. Pedoman dalam mengatakan fungsi supervise yaitu
memperbaiki situasi belajar. 2. Pedoman dalam melaksanakan fungsi supervise dalam
memberikan bantuan kepada guru untuk memperbaiki situasi belajar. 3. Sebagai
pedoman untuk mengadakan evaluasi kemajuan belajar mengajar. 4. Pedoman dalam
melaksanakan fungsi supervise dalam menciptakan situasi untuk menunjang situasi
belajar anak yang lebih baik. 5. Sebagai seorang administrator. Kurikulum dapat di
jadikan pedoman untuk memperkembangkan kurikulum lebih lanjut

Anda mungkin juga menyukai