Anda di halaman 1dari 2

PERATURAN DAN KEBIJAKAN

RIDHO MANTASYA
(18120012)

“Privatisasi lahan di Indonesia”

Menurut Savas(1980:3), privatisasi adalah tindakan untuk mengurangi peran


sector public ataumeningkatkan peran sector swasta dalam suatu aktivitas atau dalam
suatukepemilikan asset-aset organisasi. Konsekuensi logisnya adalah terjadi
perubahan peranan pemerintah, dari peran pemilik dan sekaligus pengelola menjadi
sekedar pemilik sebagian dan dengan demikian pemerintah akan lebih dapat
memfokuskan diri sebagai regulator. Sebagai regulator tentunya pemerintah akan dapat
lebih berfungsi sebagai wasit dan bebas dari benturan kepentingan serta dapat dengan
lugas menetapkan target-target sektoral yang hendak dicapai.
Pengurangan campur tangan pemerintah memiliki tiga manfaat :
1. Campur tangan pemerintah dalam investasi atau modal serta dalam penentuan harga
kenyataannya menghambat rate of return.
2. Campur tangan pemerintah menghambat kemampuan perusahaan untuk bersaing
3. Manfaat share of employee akan memotivasi karyawan bekerja lebih giat dan efisien.
Privatisasi dapat pula berarti :
1. Denationalization, yakni transfer ataupemindahan hak kepemilikan public ke privat
secara total maupun sebagiantermasuk penjualan saham pemerintah dalam
perusahaan Negara
2. Liberatization, yakni pemberian kebebasanberusaha yang berfokus pada kompetisi
dalam penyediaan barang dan jasa, denganteknik bermacam-macam antara lain
dengan deregulasi dan competitive tendering.
a. Deregulasi adalah pembenahan kembaliperaturan-peraturan yang selama ini menjadi
penghalang bagi penyediaanpelayanan public yang lebih kompetitif, efisien dan efektif.
b. Competitive tendering adalah memperkenalkansuatu sistem kompetisi dalam
pnyediaan barang dan jasa public, dengan maksuduntuk perbaikan efisiensi maupun
hargan.
Contoh kasus:

Peneliti: Pulau Komodo rawan privatisasi


Merdeka.com - Pengelolaan pulau dan pesisir di Taman Nasional Komodo
(TNK), Manggarai Barat, NTT, terus menyimpan persoalan. Praktik jual beli pulau,
pencaplokan orang pribadi atas tanah dan pulau serta proses perizinan pengelolaan
yang terkesan ditutup-tutupi menjadi momok yang mengkhwatirkan jatuhnya TNK ke
tangan pribadi (privatisasi).

Menurut Gregorius, ada empat fakta sebagai contoh kasus yang menjadikan
TNK sarat dengan praktik privatisasi. Keempat fakta itu yakni pengklaiman kepemilikan
pulau dalam kawasan TNK sebagai milik pribadi, jual beli pulau di kawasan TNK dan
Kawasan Taman Nasional di mana ada komodo justru diprivatisasi pengelolaannya
oleh perusahaan swasta dengan mengabaikan prioritas konservasi dan mengancam
keberadaan komodo. Selain itu, penyewaan pulau untuk jangka panjang juga
menimbulkan soal karena muncul pengklaiman terhadap akses dan manfaat pulau,
mengusir masyarakat nelayan untuk mencari makan di sekitarnya.

Anda mungkin juga menyukai