Anda di halaman 1dari 4

Terimakasih kepada drg Helmi atas pembukaannya.

Bismillahirrahmanirrahim, Assalamualaikum wr.wb.

Yth. drg Rahmat Hidayat, Sp. Pros selaku Ketua Penguji


Yth. drg Helmi Fathurrahman, Sp. Pros selaku Anggota Penguji 1
Yth. drg Niluh Ringga Woroprobosari, M. Kes selaku Anggota Penguji 2

Disini saya akan mempresentasikan hasil proposal saya dengan judul Pengaruh
Konsentrasi Chitosan thd koloni CA pd base plate TN.
Lalu bisa dilihat bab 1 mencakupi latar belakang, RM, tujuan penelitian, manfaat
& orisinalitas penelitian.

Latar Belakang
Dari latar belakang, saya mengambil penelitian ini pertama dikarenakan
adanya kasus kehilangan gigi di Indonesia menurut Riskesdas tahun 2013 bahwa
penduduk Indonesia mengalami kehilangan gigi terutama pada skor DMFT
kategori missing yang terus meningkat seiring bertambahnya usia.
Karena tingginya masalah gigi yang hilang berkaitan dengan
meningkatnya persentase pemakaian gigi tiruan untuk memperbaiki fungsi
fonetik maupun estetik. Gigi tiruan terbuat dari berbagai macam tipe antara lain
thermoplastic acetal, thermoplastic polycarbonate, thermoplastic acrylic, dan
thermoplastic nylon.
Disini saya memilih bahan thermoplastic nylon karena yang paling
banyak atau umum digunakan pada masyarakat karena fleksibilitas yang tinggi
sehingga nyaman digunakan. Lalu warna menyerupai rongga mulut, lebih tipis
dibandingkan resin akrilik. Tetapi TN juga memiliki kekurangan yaitu
higroskopik (mudah menyerap air), berporus sehingga bakteri dan jamur mudah
masuk. Adanya bakteri dan jamur yang masuk menyebabkan akumulasi plak
atau pembentukan biofilm terutama pada permukaan mukosa dibawah basis gigi
tiruan yang menyebabkan denture stomatitis. 90% dari penyebab adanya
denture stomatitis disebabkan oleh jamur CA.
Penelitian ini saya ingin menggunkan chitosan sebagai larutan
desinfektan pada gigi tiruan terutama TN untuk mengurangi angka jamur
maupun bakteri. Chitosan merupakan derivat2 cangkang hewan laut seperti
cangkang udang, kepiting, dll. Penggunaan chitosan dapat mencegah
bertumbuhnya CA yang tumbuh pd TN. Penelitian tentang chitosan sudah
banyak dilakukan tetapi kebanyakan menggunakan RA dan dijadikan sebagai
bahan anti jamur.

Menurut pandangan islam, gigi tiruan diperbolehkan jika digunakan


untuk kebutuhan kesehatan yang fungsinya untuk mengembalikan fungsi2 yang
hilang. Tidak diperbolehkan jika hanya dijadikan penghias atau mempercantik
diri.
Rumusan masalah…
Tujuan umum, tujuan khusus…
Manfaat penelitian teoritis, praktis…
Orisinalitas penelitian… INTINYA AJA

Kerangka teori
Gigi tiruan lepasan diklasifikasikan mjd resin akrilik, TR, dan alloy metal.
Thermoplastic resin diklasifikasin mjd T acetal, T polycarbonate, T akrilik, T
nilon. Yang saya teliti yaitu TN, TN ditemukan pd tahun 1950 pd bidang KG.
bahan dasar dari TN yaitu monomer poliamida mengandung hexamethyl
diamine dan dibasic acid yang termasuk dlm kelompok amida –CONH- sebagai
rantai berulang (material yg mudah beradaptasi, mpy kekuatan mekanik yg
tinggi, dan tahan thd termal kimia). yg dikenal dengan merk valplast, flexiplast,
vbmk,l flexite, dll.
TlN juga memiliki kekuatan tensile strength yg lebih baik daripada akrilik,
estetik lebih baik drpada alloy metal, dan penyusutan linear 0,3 sampai 0,5% shg
memberikan efek yg lebih alami pd basis GT.
Tetapi dlm penggunaan jangka pjg, TN juga memiliki kekurangan yaitu
lebih sulit dimanipulasi drpd RA, dan bersifat hidrofilik atau mudah menyerap
air shg dpt mempengaruhi perubahan pH saliva mjd asam shg mengakibatkan
disolusi rantai polimer dan mempengaruhi sifat fisik dan mekanik. TN turunan
dr protein, shg berpengaruh pd enzim hydrolase saliva yg dpt mengalami
protonasi dan hidrolisis shg dpt merusak rantai polimer. Perubahan tsb krn
kurangnya C = O dan ikatan CN yg bs membentuk jembatan hydrogen polimer o/
hydrolase saliva. OHI hrs dipertahankan krn menyebabkan kekasaran perm. dan
porositas yg berpotensi mjd opportunistic microorganism dan invasi CA lebih
mudah. Pada penelitian sebelumnya, didapatkan hasil bahwa jumlah candida
albicans lebih tinggi pd TN dibandingkan PMMA.
Karena tingginya CA pd TN, saya menemukan chitosan sebagai bahan
antifungi untuk TN. Chitosan merupakan senyawa turunan deasetilasi dan
polisakarida yang disebut chitin. Chitin merupakan komponen structural dari
exoskeleton crustasea, kepiting, udang, dan dinding sel jamur (polimer rantai
panjang glukosamin). Chitosan bersifat biodegradable (dapat terurai),
biokompatibel (tidak membahayakan bagi tubuh), biopolimer (polimer alami
yang ditemukan di alam) dan yg paling penting chitosan tidak menimbulkan efek
local maupun sistemik oleh jar tubuh.
Chitosan memiliki berbagai karakteristik seperti berat molekul dan
derajat deasetilasi. Semakin tinggi derajat deasetilalsi maka semakin banyak
jumlah gugus amina yg meningkatkan peluang kitosan berinteraksi dg muatan
negatif pd dinding sel MO.
Berat molekul chitosan dikategorikan mjd low molecular weight, medium
molecular weight, dan high molecular weight. Yang mana low molecular weight
<50 kDa, medium 50-150 kDa, dan >150 kDa. Semakin rendah berat molekul,
semakin konsentrasi chitosan lebih menurunkan MO (low molecular weight
chitosan). Sifat antifungi chitosan dikarenakan adanya ikatan gugus aktif dan
MO.
Mengapa chitosan bisa sbg antifungi? Karena adanya interaksi
elekstrostatik antara NH2+ bermuatan positif dari glukosamin chitosan dan sel
membrane yg bermuatan negative shg mengabsorbsi transportasi sel. Interaksi
tsb menyebabkan perubahan permeabilitas pd dinding membrane yg mengubah
internal osmotic dan menghambat pertumbuhan fungi. Gugus amino kationik
chitosan berikatan dg gugus anionic MO dan menghambat pertumbuhannya.

Kerangka konsep…
Hipotesis…
Metode penelitian…
Definisi operasional..
Populasi penelitian, sampel penelitian…
Kriteria inklusi dan Eksklusi…
Instrumen penelitian…

Prosedur penelitian
a. ethical clearance
mencari persetujuan antara kedua belah pihak dari FKG maupun dari
laboratorium baik lab fk dan lab kimia.
b. Pembuatan larutan chitosan
Pembuatan larutan chitosan dibuat mjd beberapa konsentrasi dari 0,5%;
1%; 2%. Pembuatan lar. chitosan dg mencampur gr serbuk sesuai berat
molekul chitosan dicampur dg asam asetat 2% hingga volume mencapai
100 ml dilakukan sampai tdk terdapat endapan menggunakan magnetic
stirrer.
c. Pembuatan base plate thermoplastic nylon
Base plate thermoplastic nylon dibuat dg ukuran 10x10x2 mm yg dipilih
dg standard penelitian2. Base plate tersebut saya membeli dari Lab
tekniker Gigi di Jalan Taman Sari Hills sebanyak 25 buah dan 5 buah lagi
untuk cadangan.
d. Sterilisasi alat & bahan
Sterilisasi dilakukan di lab mikrobiologi dg menggunakan autoclave
selama 24 jam dg suhu 37 derajat celcius. Base plate TN juga disterilisasi
dg cara direndam dg aquadest selama 24 jam (menghilangkan sisa2
monomer) dan direndam akohol 70% selama 1 menit.
e. Pengembangbiakan & pembuatan suspense koloni CA
Pengembangbiakan koloni dg media SDA ke dlm cawan petri, lalu
diinkubasi selama 24 jam dg suhu 37 derajat celcius. Pembuatan suspense
CA sebanyak 1 ose yg di tanam tsb dimasukkan ke tabung reaksi yg berisi
NaCl lalu di encerkan dg standars Mc Farland 1x10 8 CFU/ml
f. Perendaman base plate TN
Perendaman base plate TN pd suspense CA diinkubasi selama 24 jam dg
37 derajat celcius. Masing2 1 tabung reaksi diisi 1 plat
g. Penghitungan koloni sebelum perendaman lar chitosan
Salah satu plat yg direndam di hitung terlebih dahulu dan diasumsikan
sama rata dg pengenceran standard Mc Farland dan dilihat dg alat colony
counter dan dihitung secara visual
h. perendaman base plate TN pd lar chitosan
perendaman chitosan dg 5 buah plat sama banyak pada masing2 larutan
chitosan dg konsentrasi yg berbeda dan pada masing2 kelompok control
positif dan negative
i. Pengenceran koloni setelah perendaman lar chitosan
Pengenceran seri sampai mencapai suspense CA 10-3
j. Penghitungan koloni
Dengan menggunakan alat colony counter dan dihitung secara visual

Analisis hasil

Anda mungkin juga menyukai