Disusun oleh
183110212
II.B
Dosen Pembimbing
Tisnawati,S.St.M.Kes
Penyakit jantung rematik adalah penyakit yang ditandai dengan kerusakan pada
katup jantung akibat serangan karditis rematik akut yang berulang kali
(Arif Mansjoer, 2002). Penyakit jantung rematik (RHD) adalah suatu proses
peradangan yang mengenai jaringan-jaringan penyokong tubuh, terutama persendian,
jantung dan pembuluh darah oleh organisme streptococcus hemolitic-β grup A
(Sunoto Pratanu, 2000) Penyakit jantung rematik (PJR) atau dalam bahasa medisnya
rheumatic heart disease (RHD) adalah suatu kondisi dimana terjadi kerusakan pada
katup jantung yang bisa berupa penyempitan atau kebocoran, terutama katup mitral
sebagai akibat adanya gejala sisa dari demam rematik.
B. Etiologi RHD
Adanya antigen limfosit manusia ( HLA ) yang tinggi. HLA terhadap demam
rematik menunjkan hubungan dengan aloantigen sel B spesifik dikenal dengan
antibodi monoklonal dengan status reumatikus.
2. Jenis kelamin
Demam reumatik sering didapatkan pada anak wanita dibandingkan dengan anak
laki-laki. Tetapi data yang lebih besar menunjukkan tidak ada perbedaan jenis
kelamin, meskipun manifestasi tertentu mungkin lebih sering ditemukan pada satu
jenis kelamin.
4. Umur
Keadaan gizi serta adanya penyakit-penyakit lain belum dapat ditentukan apakah
merupakan faktor predisposisi untuk timbulnya demam reumatik.
6. Reaksi autoimun
Dari penelitian ditemukan adanya kesamaan antara polisakarida bagian dinding
sel streptokokus beta hemolitikus group A dengan glikoprotein dalam katub mungkin
ini mendukung terjadinya miokarditis dan valvulitis pada reumatik fever.
Faktor-faktor lingkungan :
3. Cuaca
Pharingitis dan
thonsilitis
RHD
SSP
Jantung Persendian Kulit
Polyartritis arthralgia
Jaringan
Parut
Kerusakan
integritas
Sindrom kurang dari Intoleran
kulit
perawatan diri Aktivitas
Beresptor
meningkat Vol &
TD
Merangsang
medula
Oblongata
Kompensasi saraf
simpatis
Sindrom kurang
perawatan diri
Penumpukan darah diparu Penurunan metabolisme HCL
E. Haemodinamik RHD
1. Dekompensasi Cordis
Pada umumnya payah jantung pada anak diobati secara klasik yaitu dengan
digitalis dan obat-obat diuretika. Tujuan pengobatan ialah menghilangkan gejala
(simptomatik) dan yang paling penting mengobati penyakit primer.
2. Pericarditis
Peradangan pada pericard visceralis dan parietalis yang bervariasi dari reaksi
radang yang ringan sampai tertimbunnnya cairan dalam cavum pericard
G. PENATALAKSANAAN
Penyakit Gagal Jantung yang dalam istilah medisnya disebut dengan "Heart
Failure atau Cardiac Failure", merupakan suatu keadaan darurat medis dimana jumlah
darah yang dipompa oleh jantung seseorang setiap menitnya {curah jantung (cardiac
output)} tidak mampu memenuhi kebutuhan normal metabolisme tubuh. Dampak dari
gagal jantung secara cepat berpengaruh terhadap kekurangan penyediaan darah,
sehingga menyebabkan kematian sel akibat kekurangan oksigen yand dibawa dalam
darah itu sendiri. Kurangnya suplay oksigen ke otak (Cerebral Hypoxia),
menyebabkan seseorang kehilangan kesadaran dan berhenti bernafas dengan tiba-tiba
yang berujung pada kematian.
Gagal jantung kongestif pada bayi dan anak merupakan kegawatdaruratan yang
sangat sering dijumpai oleh petugas kesehatan dimanapun berada. Keluhan dan gejala
sangat bervariasi sehingga sering sulit dibedakan dengan akibat penyakit lain di luar
jantung.
B. Etiologi
1) Gangguan mekanik ; beberapa faktor yang mungkin bisa terjadi secara tunggal
atau bersamaan yaitu :
a) Beban tekanan
b) Beban volume
c) Tamponade jantung atau konstriski perikard (jantung tidak dapat diastole).
d) Obstruksi pengisian bilik
e) Aneurisma bilik
f) Disinergi bilik
g) Restriksi endokardial atau miokardial
a) Periode Neonatus
Disfungsi miokardium relatif jarang terjadi pada masa neonatus, dan bila ada biasanya
berhubungan dengan asfiksia lahir, kelainan elektrolit atau gangguan metabolik
lainnya. Lesi jantung kiri seperti sindrom hipoplasia jantung kiri, koarktasio aorta,
atau stenosis aorta berat adalah penyebab penting gagal jantung pada 1 atau 2 minggu
pertama.
b) Periode Bayi
Antara usia 1 bulan sampai 1 tahun penyebab tersering ialah kelainan struktural
termasuk defek septum ventrikel, duktus arteriosus persisten atau defek septum
atrioventrikularis. Gagal jantung pada lesi yang lebih kompleks seperti transposisi,
ventrikel kanan dengan jalan keluar ganda, atresia tricuspid atau trunkus arteriosus
biasanya juga terjadi pada periode ini.
c) Periode Anak
Gagal jantung pada penyakit jantung bawaan jarang dimulai setelah usia 1 tahun. Di
negara maju, karena sebagian besar pasien dengan penyakit jantung bawaan yang
berat sudah dioperasi, maka praktis gagal jantung bukan menjadi masalah pada pasien
penyakit jantung bawaan setelah usia 1 tahun.
Pada bayi, gejala Gagal jantung biasanya berpusat pada keluhan orang tuanya
bahwa bayinya tidak kuat minum, lekas lelah, bernapas cepat, banyak berkeringat dan
berat badannya sulit naik. Pasien defek septum bilik atau duktus arteriosus persisten
yang besar seringkali tidak menunjukkan gejala pada hari-hari pertama, karena pirau
yang terjadi masih minimal akibat tekanan bilik kanan dan arteri pulmonalis yang
masih tinggi setelah beberapa minggu (2-12 minggu), biasanya pada bulan kedua atau
ketiga, gejala gagal jantung baru nyata. Anak yang lebih besar dapat mengeluh lekas
lelah dan tampak kurang aktif, toleransi berkurang, batuk, mengidap sesak napas dari
yang ringan (setelah aktivitas fisik tertentu) sampai sangat berat (sesak napas pada
waktu istirahat).
Pasien dengan kelainan jantung yang dalam kompensasi karena pemberian obat
gagal jantung, dapat menunjukkan gejala akut gagal jantung bila dihadapkan kepada
stress, misalnya penyakit infeksi akut. Pada gagal jantung kiri atau gagal jantung
ventrikel kiri yang terjadi karena adanya gangguan pemompaan darah oleh ventrikel
kiri, biasanya ditemukan keluhan berupa perasaan badan lemah, berdebar-debar,
sesak, batuk, anoreksia, keringat dingin.
Tanda obyektif yang tampak berupa takikardi, dispnea, ronki basah paru di
bagian basal, bunyi jantung III (diastolic gallop)atau terdengar bising apabila terjadi
dilatasi bilik, pulsus alternan. Pada gagal jantung kanan yang dapat terjadi karena
gangguan atau hambatan daya pompa bilik kanan sehingga isi bilik kanan menurun,
tanpa didahului oleh adanya Gagal jantung kiri, biasanya gejala yang ditemukan
berupa edema tumit dan tungkai bawah, hepatomegali, lunak dan nyeri bila ditekan;
edema pada vena perifer (vena jugularis), gangguan gastrointestinal dan asites.
Keluhan yang timbul berat badan bertambah akibat penambahan cairan badan, kaki
bengkak, perut membuncit, perasaan tidak enak di epigastrium.
Pada kasus akut, gejala yang khas ialah gejala edema paru yang meliputi :
dyspnea, orthopnea, tachypnea, batuk-batuk dengan sputum berbusa, kadang-kadang
hemoptisis, ditambah gejala low output seperti : takikardi, hipotensi dan oliguri beserta
gejala-gejala penyakit penyebab atau pencetus lainnya seperti keluhan angina pectoris
pada infark miokard akut. Apabila telah terjadi gangguan fungsi bilik jantung yang berat,
maka dapat ditemukan pulsus alternan. Pada keadaan yang sangat berat dapat terjadi syok
kardiogenik.
D. Patofisiologi
Frekuensi jantung adalah fungsi dari sistem saraf otonom. Bila curah jantung
berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk
mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme kompensasi ini gagal untuk
mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka volume sekuncup jantunglah
yang harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah jantung.
Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi,
yang tergantung pada 3 faktor, yaitu: (1) Preload (yaitu sinonim dengan Hukum
Starling pada jantung yang menyatakan bahwa jumlah darah yang mengisi jantung
berbanding langsung dengan tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan
serabut jantung); (2) Kontraktilitas (mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi
yang terjadi pada tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut
jantung dan kadar kalsium); (3) Afterload (mengacu pada besarnya tekanan ventrikel
yang harus dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yang
ditimbulkan oleh tekanan arteriole).
Jika terjadi gagal jantung, tubuh mengalami beberapa adaptasi yang terjadi baik
pada jantung dan secara sistemik. Jika volume sekuncup kedua ventrikel berkurang
akibat penekanan kontraktilitas atau afterload yang sangat meningkat, maka volume
dan tekanan pada akhir diastolik di dalam kedua ruang jantung akan meningkat. Hal
ini akan meningkatkan panjang serabut miokardium pada akhir diastolik dan
menyebabkan waktu sistolik menjadi singkat. Jika kondisi ini berlangsung lama, maka
akan terjadi dilatasi ventrikel. Cardiac output pada saat istirahat masih bisa berfungsi
dengan baik tapi peningkatan tekanan diastolik yang berlangsung lama (kronik) akan
dijalarkan ke kedua atrium, sirkulasi pulmoner dan sirkulasi sitemik. Akhirnya
tekanan kapiler akan meningkat yang akan menyebabkan transudasi cairan dan timbul
edema paru atau edema sistemik.
E. WOC CHF
F. Penatalaksanaan
a) Menghilangkan factor pencetus
b) Mengendalikan gagal jantung dengan memperbaiki pompa jantung,
mengurangi beban jantung dengan diet renda garam, diuretic dan fasodilator.
c) Menghilangkan penyakit yang mendasarnya baik medis atau bedah.
d) Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen, diusahakan agar
PaCO2 sekitar 60-100 mmHg (saturasi O2 90-98%) dan menurunkan
konsumsi oksigen melalui istirahat/pembatasan aktifitas.
e) Pemberian obat-obatan sesuai program, seperti morfin diberikan untuk
menurunkan afterload dan preload, furosemide untuk mengurangi
edema/dieresis, aminofilin untuk merangsang miokardium, obat inotropik
(digitalis glikosida, dopamine HCL, phosphodiesterase inhibitor)
meningkatkan kontraktilitas miokardium, ACE inhibitor menurunkan
afterload dan meningkatkan kapasitas fisik, nitrogliserin untuk menurunkan
hipertensi vena paru.
f) Bila perlu monitoring menggunakan central venous pressure atau dengan
swan ghanz chateter.
G. Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan photo thorax
b) Mengidentifikasi kardiomegali, infiltrate prekordial kedua paru dan effuse
pleura.
c) ECG
d) Mengidentifikasi penyakit yang mendasari seperti infrak miokart atau
aritmia.
e) Pemeriksaan lain seperti Hb, leukosit, ekokardiografi, angiografi, fungsi
ginjal dan fungsi tiroid dilakukan atas indikasi.