Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
KAMPUS II
2020
A. Kasus ( Masalah Utama )
Halusinasi
B. Pengertian, Etiologi, Tanda dan Gejala
Pengertian
Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca
indera (Isaacs, 2002).
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana
klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan
panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami
suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren/ persepsi palsu
(Maramis, 2005).
Halusinasi adalah persepsi yang salah atau palsu tetapi tidak ada
rangsangan yang menimbulkannya atau tidak ada objek (Drs. Sunardi 2005).

Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalamans ensori yang salah


(Stuart, 2007).
Menurut Varcarolis (2006: 393), halusinasi dapat didefenisikan
sebagai terganggunya proses sensori seseorang, dimana tidak terdapat
stimulus.
Etiologi

Halusinasi dapat muncul akibat berbagai faktor. Berikut adalah


beberapa penyebab terjadinya halusinasi yang paling umum:

1. Gangguan kejiwaan, seperti skizofrenia, demensia, dan depresi berat


dengan gejala psikosis. Psikosis adalah kumpulan gejala gangguan
mental di mana seseorang merasa terpisah dari kenyataan yang
sebenarnya, ditandai dengan gangguan emosional dan pikiran. Penderita
psikosis akan sulit membedakan hal yang nyata dan tidak.
2. Gangguan saraf dan otak, seperti penyakit Parkinson, migrain dengan
aura, delirium, stroke, epilepsi, dan penyakit Alzheimer.
3. Terlalu banyak mengonsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang, seperti
kokain, amfetamin, heroin dan obat psikedelik.
4. Demam pada anak kecil atau pada lanjut usia.
5. Gangguan tidur, seperti narkolepsi.
6. Penyakit berat, seperti gagal ginjal atau gangguan hati stadium lanjut,
HIV/AIDS, kanker otak.
7. Cedera kepala berat.
8. Gangguan elektrolit, misalnya rendahnya kadar natrium darah
(hiponatremia) dan rendahnya kadar magnesium (hipomagenesemia).
9. Kelainan asam basa, seperti pada kondisi asidosis.
10. Efek samping obat-obatan.

Tanda Dan Gejala


Tanda dan gejala halusinasi dapat dibedakan menurut jenisnya, yaitu:

1. Pengliahatan
Penderita halusinasi penglihatan akan melihat sesuatu yang sebenarnya
tidak ada. Objek yang dilihat bisa manusia, benda, atau cahaya.
2. Pendengaran
Penderita halusinasi pendengaran akan mendengar suara, perintah, atau
ancaman yang sebenarnya tidak ada.
3. Penciuman
Penderita halusinasi penciuman akan mencium bau harum atau bau
yang tidak sedap, padahal bau tersebut sebenarnya tidak ada.
4. Pengecapan
Penderita halusinasi jenis ini akan mengecap rasa yang aneh, misalnya
rasa logam, pada makanan atau minuman yang ia konsumsi, padahal
rasa tersebut sebenarnya tidak ada.
5. Sentuhan
Penderita merasa seakan-akan ada seseorang yang meraba atau
menyentuhnya, atau merasa seperti ada hewan yang merayap di
kulitnya, padahal sebenarnya tidak ada.
C. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
a.    Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan
dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini
ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut:
1. Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang
lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal,
temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
2. Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang
berlebihan dan masalah-masalah pada system receptor dopamin
dikaitkan dengan terjadinyas kizofrenia.
3. Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan
terjadinyaa tropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi
otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral
ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil
(cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh
otopsi (post-mortem).
b.    Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi
respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang
dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau
tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
c.    Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita
seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana
alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.
D. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi
adalah:
a.    Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang
mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu
masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara
selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk
diinterpretasikan.
b.    Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap
stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c.    Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor.

E. PohonMasalah

Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Gangguan Sensori Perseptual :Halusinasi

Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah

Ketidakefektifan koping Klien dan Keluarga


F. Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji
Sangat penting untuk mengkaji perintah yang diberikan lewat isi
halusinasi klien. Karena mungkin saja klien mendengar perintah menyakiti
orang lain, membunuh atau loncat jendela.

a. Membina Hubungan Saling Percaya dengan Pasien

Tindakan pertama dalam melakukan pengkajian klien dengan


halusinasi adalah membina hubungan saling percaya, sebagai berikut :

Awali pertemuan dengan selalu mengucapkan salam. Misalnya :


Assalamualaikum,selamatpagi/siang/malam atau sesuai dengan konteks
agama pasien. Berkenalan dengan pasien. Perkenalkan nama lengkap dan
nama panggilan perawat termasuk peran, jam dinas, ruangan, dan senang
dipanggil dengan apa. Selanjutnya perawat menanyakan nama klien serta
senang dipanggil dengan apa.

Buat kontrak asuhan. Jelaskan pada pasien tujuan kita merawat


klien, aktivitas apa yang akan dilaksanakan dan berapa lama akan
dilaksanakan aktivitas tersebut.

Bersikap empati yang ditunjukkan dengan : mendengarkan keluhan


pasien dengan penuh perhatian, tidak membantah dan tidak menyokong
halusiansi paien, segera menolong pasie jika pasien membutuhkan
perawat.
b. Mengkaji Data Objektif dan Subjektif

Jenis Data subjektif Data Objektif


Halusinasi
Halusinasi 1. Mendengar suara 1. Mengarahkan telinga pada
pendengara menyuruh melakukan sumber suara.
n sesuatu yang berbahaya. 2. Bicara atau tertawa sendiri.
(auditory- 2. Mendengar suara atau 3. Marah-marah tanpa sebab.
hearing bunyi. 4. Menutup telinga.
voices or 3. Mendengar suara yang 5. Mulut komat-kamit.
sounds) mengajak bercakap-cakap. 6. Ada gerakan tangan.
4. Mendengar seseorang yang
sudah meninggal.
5. Mendengar suara yang
mengancam diri klien atau
orang lain atau suara lain
yang membahayakan.

Halusinasi Melihat seseorang yang sudah 1. Tatapan mata pada tempat


pengihatan meninggal, melihat makhluk tertentu.
(visual- tertentu, melihat bayangan, 2. Menunjukkan kearah
seeing hantu atau sesuatu yang tertentu.
persons or menakutkan, cahaya. Monster 3. Ketakutan pada objek yang
things) yang memasuki perawat. dilihat.
Halusinasi 1. Mencium sesuatu, seperti Ekspresi wajah seperti mencium
penciuman bau mayat, darah, bayi, sesuatu dengan gerakan cuping
(olfactory- feces, atau bau masakan, hidung, mengarahkan hidung
smelling parfum yang pada tempat tertentu.
odors) menyenangkan.
2. Klien sering mengatakan
mencium bau sesuatu.
3. Tipe halusinasi ini sering
menyertai klien demensia,
kejang atau penyakit
serebrovaskular.
Halusinasi 1. Klien mengatakan ada Mengusapkan, menggaruk,
perabaan sesuatu yang meraba-raba permukaan kulit.
(tactile- menggerayangi tubuh, Terlihat menggerak-gerakan
feeling seperti tangan, binatang badan seperti merasakan suatu
bodily kecil, makhluk halus. rabaan.
sensations) 2. Merasakan sesuatu di
permukaan kulit,
merasakan sangat panas
atau dingin, merasakan
tersengat aliran listrik.

Halusinasi Klien seperti sedang Seperti mengecap sesuatu.


pengecapan merasakan makanan tertentu Gerakan mengunyah,
(gustatory- atau mengunyah sesuatu. meludah atau muntah.
experiencin
g tastes)
Cenesthetic Klien melaporkan bahwa Klien terlihat menatap
&Kinesteti fungsi tubuhnya tidak dapat tubuhnya sendiri dan terlihat
c terdeteksi, misalnya tidak merasakan sesuatu yang aneh
hallucinati adanya denyutan di otak tentang tubuhnya.
ons atau sensasi pembentukan
urine dalam tubuhnya,
perasaan tubuhnya
melayang di atas bumi.

Di rumah sakit jiwa Indonesia, sekitar 70% halusinasi yang dialami


pasien gangguan jiwa adalah halusinasi suara, 20% halusinasi penglihatan
dan 10% halusinasi penciuman, pengecapan dan perabaan. Mengkaji
halusinasi dapat dilakukan dengan mengobservasi perilaku pasien dan
menanyakan secara verbal apa yang sedang dialami oleh pasien.
Berikut ini jenis-jenis halusinasi dengan cara mengbservasi perilaku
pasien, memeriksa, mengukur, sedangkan data subjektif didapatkan dengan
cara wawancara, curahan hati, ungkapan-ungkapan klien, apa-apa yang
dirasakan dan didengar klien secara subjektif. Data ini ditandai dengan“
klien menyatakan atau klien merasa “.

Adapun Manifestasi Klinis halusinasi menurut Videback ( 2004 :


310 ) sebagai berikut :

1. Mengkaji Waktu, Frekuensi dan Situasi Munculnya Halusinasi


Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi
munculnya halusinasi yang dialami oleh pasien.Hal ini dilakukan
untuk menentukan intervensi khusus pada waktu terjadinya halusinasi,
menghindari situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi.
Sehingga pasien tidak larut dengan halusinasinya. Dengan mengetahui
frekuensi terjadinya halusinasi dapat direncanakan frekuensi tindakan
untuk mencegah terjadinya halusinasi.

2. Mengkaji Respons Terhadap Halusinasi


Untuk mengetahui dampak halusinasi pada klien dan apa
respons klien ketika halusinasi itu mucul, perawat dapat juga
menanyakan kepada keluarga atau orang terdekatdengan klien. Selain
itu, dapat juga dengan mengobservasi dampak halusinasi pada pasien
jika halusiasi timbul.
3. Mekanisme Koping

Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri dari


pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respon
neurobiology termasuk

a. Regresi, menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku


kembali seperti pada perilaku perkembangan anak atau
berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk
menanggulangi ansietas.
b. Proyeksi, keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan
emosi pada orang lain karena kesalahan yang dilakukan diri sendiri
(sebagai upaya untuk menjelas dan kerancuan persepsi).
c. Menarik diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik
maupun psikologis, reaksi fisik yaitu individu pergi atau lari
menghindari sumber stressor, misalnya menjauhi polusi, sumber
infeksi,gas beracun dll, sedangkan reaksi psikologis individu
menunjukan perilaku apatis, mengisolasi diri, tidak berminat,
seringdisertai rasa takut dan bermusuhan.
G. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang dapat ditarik dari pohon masalah tersebut adalah :Gangguan
persepsi social :Halusinasi

H. RencanaTindakanKeperawatan

Diagnosa Tujuan Intervensi


Keperawatan
Halusinasi Sp 1
Setelah dilakukan
- Identifikasi jenis halusinasi klien.
tindakan
- Identifikasi isi halusinasi klien.
keperawatan selama - Identifikasi waktu halusinasi klien.
3 x 24 jam klien - Identifikasi frekuensi halusinasi
mampu mengontrol klien.
- Identifikasi situasi yang
halusinasi dengan
menimbulkan halusinasi.
kriteria hasil:
- Identifikasi respon klien terhadap
1. Klien dapat
halusinasi.
membina - Ajarkan klien menghardik
hubungan saling halusinasi.
percaya. - Anjurkan klien memasukkan cara

2. Klien dapat menghardik halusinasi dalam jadwal


harian kegiatan.
mengenal
Sp 2
halusinasinya;
- Evaluasi jadwal kegiatan harian klien
jenis, isi, waktu,
- Latih Klien mengendalikan halusinasi
dan frekuensi
dengan cara bercakap-cakap dengan
halusinasi, orang lain.
respon terhadap - Anjurkan klien memasukkan dalam
halusinasi, dan jadwal kegiatan harian.

tindakan yang Sp 3
- Evaluasi jadwal kegiatan harian
sudahdilakukan
klien.
3. Klien dapat
- Latih klien mengendalikan
4. menyebutkan halusinasi dengan cara melakukan
dan kegiatan yang biasa dilakukan
mempraktekan klien dirumah.

cara mengntrol - Anjurkan klien memasukkan


dalam jadwal kegiatan harian.
halusinasi yaitu

dengan
Sp 4
menghardik, - Evaluasi jadwal kegiatan harian
bercakap-cakap klien.
dengan orang - Berikan Pendidikan kesehatan

lain, terlibat/ tentang penggunaan obat secara


teratur.
melakukan
- Anjurkan klien memasukkan
kegiatan, dan
dalam jadwal kegiatan harian.
minum obat.

5. Klien dapat

dukungan

keluarga dalam

mengontrol

halusinasinya.

6. Klien
dapat minum

obat dengan

bantuan

minimal.

7. Mengungkapkan

halusinasi sudah

hilang atau

terkontrol.

Daftar Pustaka

Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.


Maramis, W.f. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed. 9 Surabaya: Airlangga
University Press.
Rasmun. 2001. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatrik Terintegrasi Dengan
Keluarga, Edisi I. Jakarta: CV. Sagung Seto.
Stuart, G.W & Sundeen, S.J. 2007. Buku Saku Keperawatan
Jiwa (Terjemahan). Jakarta:EGC.

Anda mungkin juga menyukai