Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI UMUM
“PENGENALAN MIKROBA JAMUR (FUNGI)”
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah MikrobiologiUmum

Disusun Oleh :
Nama : Dede Setiawan
NIM : 4442180039
Kelas :2B
Kelompok : 2 (dua)

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menganugrahkan banyak nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
praktikum Mikrobiologi Umum ini dengan baik. Yang berjudul “Pengenalan
Mikroba Jamur (Fungi)”.
Laporan ini penulis selesaikan secara cepat dengan bantuan dan dukungan
berbagai pihak. Penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
mendukung dalam pembuatan laporan ini, terutama kepada dosen pengampu mata
kuliah Mikrobiologi Umum, Bapak Julio Eiffelt Rossaffelt Rumbiak, SP., M.P.
dan asisten laboratorium saudaraM. Ikhsan Sofyan dan Fasha Algifari Muslim.
Dalam menyelesaikan laporan ini, penulis menyadari bahwa hasil laporan
praktikum ini masih jauh dari kata sempurna. Sehingga penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian.
Semoga laporan praktikum ini dapat memberikan manfaat untuk penulis
khususnya, dan untuk para pembaca umum. Akhir kata saya ucapkan terima kasih.

Serang, Maret 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1....................................................................................................................La
tarBelakang................................................................................................1
1.2....................................................................................................................Tu
juan............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PengertianJamur........................................................................................3
2.2 Ciri-CiriJamur............................................................................................4
2.3 Struktur Tubuh Jamur................................................................................5
2.4 Cara Hidup Jamur......................................................................................6
2.5 Klasifikasi Jamur.......................................................................................7
2.5.1 Myxomycotina...................................................................................7
2.5.2 Oomycotina.......................................................................................8
2.5.3 Zygomycotina....................................................................................9
2.5.4 Ascomycotina....................................................................................10
2.5.5 Basidiomycotina...............................................................................14
2.5.6 Deuteromycotina...............................................................................16
2.6 Habitat Jamur.............................................................................................17
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat....................................................................................19
3.2 Alat dan Bahan..........................................................................................19
3.3 Cara Kerja.................................................................................................19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil...........................................................................................................20
4.2 Pembahasan ..............................................................................................21
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan....................................................................................................25

ii
5.2 Saran .........................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................26
LAMPIRAN

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. PengamatanJamur....................................................................................8

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Kita telah mengenal jamur dalam kehidupan sehari-hari meskipun tidak
sebaik tumbuhan lainnya. Hal itu disebabkan karena jamur hanya tumbuh pada
waktu tertentu, pada kondisi tertentu yang mendukung, dan lama hidupnya
terbatas.
Sebagai contoh, jamur banyak muncul pada musim hujan di kayu-kayu
lapuk, serasah, maupun tumpukan jerami. namun, jamur ini segera mati setelah
musim kemarau tiba. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, manusia telah mampu membudidayakan jamur dalam medium
buatan, misalnya jamur merang, jamur tiram, dan jamur kuping. Jamur
merupakan tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat
heterotrof, tipe sel sel eukarotik.
Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler. Tubuhnya terdiri dari benang-
benang yang disebut hifa, hifa dapat membentuk anyaman bercabang-cabang
yang disebut miselium. Reproduksi jamur, ada yang dengan cara vegetatif ada
pula dengan cara generatif. Selain memiliki berbagai macam cara untuk
berkembangbiak, jamur juga terdiri dari aneka macam jenis baik yang
bermanfaat maupun yang berbahaya/beracun. Saat ini sebagian besar jamur
yang dibudidayakan masyarakat adalah jamur yang bermanfaat, khususnya
jamur konsumsi yang bisa dimakan atau dimanfaatkan sebagai obat. Sebagai
makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau
saprofit. Cara hidup jamur lainnya adalah melakukan simbiosis mutualisme.
Jamur yang hidup bersimbiosis, selain menyerap makanan dari organisme lain
juga menghasilkan zat tertentu yang bermanfaat bagi simbionnya. Simbiosis
mutualisme jamur dengan tanaman dapat dilihat pada mikoriza, yaitu jamur
yang hidup di akar tanaman kacang-kacangan atau pada liken. Jamur berhabitat
pada bermacammacam lingkungan dan berasosiasi dengan banyak organisme.
Meskipun kebanyakan hidup di darat, beberapa jamur ada yang hidup di air
dan berasosiasi dengan organisme air. Jamur yang hidup di air biasanya

1
bersifat parasit atau saprofit, dan kebanyakan dari kelas Oomycetes.
Berdasarkan penjelasan di atas maka kami menyusun makalah ini.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan praktikum yang berjudul Pengenalan Mikroba Jamur
“Fungi” ini yaitu agar mahasiswa mengetahui bentuk secara makroskopis dan
mikroskopis jamur.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Jamur


Jamur merupakan salah satu tumbuhan tingkat rendah yang tidak
berklorofil, namun memiliki potensi bisnis cukup besar. Tumbuhan ini
umumnya bersifat sebagai saprofit atau parasit untuk memenuhi kebutuhan
pangannya. Sebagai saprofit, jamur hidup pada sisa makhluk hidup yang telah
mati, seperti di tumpukan sampah organik, tumbuhan, atau kotoran hewan.
Sedangkan sebagai parasit, jamur hidup menempel pada organisme lain dan
biasanya merugikan media yang ditempelinya (Syamsuri, 2004).
Mernurut Prescott (1999), Jamur dalam bahasa Indonesia memiliki
beberapa arti yang agak berkaitan:
1) Jamur adalah tubuh buah yang tampak di permukaan media tumbuh dari
sekelompok fungi (Basidiomycota) yang berbentuk seperti payung:
terdiri dari bagian yang tegak (batang) dan bagian yang mendatar atau
membulat. Secara teknis biologis, tubuh buah ini disebut basidium.
Beberapa jamur aman dimakan manusia bahkan beberapa dianggap
berkhasiat obat, dan beberapa yang lain beracun. Contoh jamur yang bisa
dimakan: jamur merang (Volvariela volvacea), jamur tiram (Pleurotus),
jamur kuping (Auricularia polytricha), jamur kancing atau champignon
(Agaricus campestris), dan jamur shiitake (Lentinus edulis) (Prescott,
1999).
2) Jamur adalah keseluruhan bagian dari fungi: tubuh buah, dan bagian
jaringjaring di bawah permukaan tanah atau media mycelia yang tersusun
dari berkas-berkas hifa (Prescott, 1999).
3) Jamur adalah sebutan lain untuk kapang. Makna ini misalnya dapat
disimak dari ungkapan "Rotinya sudah berjamur" yang maksudnya
adalah rotinya telah ditumbuhi kapang(Prescott, 1999).
Jamur adalah organisme yang terdapat dimana-mana di bumi, baik di
daerah tropik, subtropik, di kutub utara, maupun antarika. Fungi juga
ditemukan di darat, di perairaian tawar, di laut, di mangrove, di bawah

3
permukaan tanah, di kedalaman laut, dipengunungan, maupun di udara.
Banyak faktor lingkungan yang mempengaruhi kehidupan fungi, antara lain
kelembapan, suhu, keasaman substrat, pengudaraan, dan kehadiran nutrien-
nutrien yang diperlukan (Irianto, 2007).
Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa Fungi adalah nama regnum
dari sekelompok besar makhluk hidup eukariotik heterotrof yang mencerna
makanannya di luar tubuh lalu menyerap molekul nutrisi ke dalam sel-selnya.
Fungi memiliki bermacam-macam bentuk. Awam mengenal sebagian besar
anggota Fungi sebagai jamur, kapang, khamir, atau ragi, meskipun seringkali
yang dimaksud adalah penampilan luar yang tampak, bukan spesiesnya sendiri.
Kesulitan dalam mengenal fungi sedikit banyak disebabkan adanya pergiliran
keturunan yang memiliki penampilan yang sama sekali berbeda (ingat
metamorfosis pada serangga atau katak). Fungi memperbanyak diri secara
seksual dan aseksual (Subahar, 2008)
Sedangkan dari sudut lain mengatakan bahwa fungi adalah
mikroorganisma eukaryotik yang hidup secara saprofit karena tidak dapat
berfotosintesa. Pada dasarnya sel -sel fungi hampir sama dengan sel - sel
hewan. Bahkan hal ini juga yang menjadi salah satu alasan mengapa sulit
ditemukan strategi yang tepat dalam mengobati infeksi oleh jamur tanpa
berefek toksik bagi inang / host nya. Di alam ini fungi dapat bersifat sangat
merugikan manusia dengan menimbulkan infeksi (penyakit) dan toksin yang
dihasilkan ataupun bersifat menguntungkan dengan menghasilkan produk -
produk yang dapat digunakan oleh manusia sebagai contoh antibiotika,
vitamin, asam organik dan enzim (Direkx, 2001).

2.2 Ciri-Ciri Jamur


Kata jamur atau fungi mungkin akan selalu kita maknai sebagai cendawan,
yaitu organisme yang pendek, seperti serbuk atau spons, tubuhnya berwarna-
warni, dan tumbuh di atas tanah seperti tumbuhan. Meskipun cendawan adalah
organisme yang umum kita sebut sebagai jamur (jamur yang sebenarnya), dan
sebagian besar jamur tersebut terlihat hidup di atas tanah, tetapi kata fungi
memiliki makna yang lebih luas. Fungi atau jamur didefinisikan sebagai

4
kelompok organism eukariotik, tidak berpindah tempat (nonmotile), bersifat
uniselular atau multiselular, memiliki dinding sel dari glukan, mannan, dan
kitin, tidak berklorofi l, memperoleh nutrien dengan menyerap senyawa
organik, serta berkembang biak secara seksual dan aseksual (Solomon, 2011).
Di alam ada sekitar 100.000 jenis jamur yang sudah dikenal dan lebih dari
1.000 jenis baru yang berhasil dideskripsikan oleh para ahli setiap tahunnya.
Bahkan mungkin masih ada sekitar 200.000 jenis lain yang sampai saat ini
belum ditemukan atau dideskripsikan. Sementara itu, kegiatan manusia dalam
mengeksploitasi alam berpeluang mengancam keberlangsungan hidup
organisme tersebut. Perusakan hutan hujan tropis yang hampir terjadi setiap
hari atau perusakan habitat jamur yang lain tidak diragukan lagi berpotensi
membawa jenis- jenis organisme berspora tersebut kepada kepunahan, bahkan
sebelum mereka sempat ditemukan dan dipelajari oleh para ahli (Campbell,
2009).
Jamur atau fungi memiliki beberapa sifat umum, yaitu hidup di
tempattempat yang lembab, sedikit asam, dan tidak begitu memerlukan cahaya
matahari. Jamur tidak berfotosintesis, sehingga hidupnya bersifat heterotrof.
Jamur hidup dari senyawa-senyawa organik yang diabsorbsi dari organisme
lain (Campbell, 2009).

2.3 Struktur Tubuh Jamur


Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Ada jamur yang satu sel,
misalnyo khamir, ada pula jamur yang multiseluler membentuk tubuh buah
besar yang ukurannya mencapai satu meter, contohnya jamur kayu. Tubuh
jamur tersusun dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk
jaringan yang disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu
menjadi tubuh buah. Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun
dari dinding berbentuk pipa. Dinding ini menyelubungi membran plasma dan
sitoplasma hifa. Sitoplasmanya mengandung organel eukariotik (Sudjadi,
2006).
Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa
mempunyai pori besar yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan

5
kadangkala inti sel yang mengalir dari sel ke sel. Akan tetapi, adapula hifa
yang tidak bersepta atau hifa senositik. Struktur hifa senositik dihasilkan oleh
pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti dengan pembelahan
sitoplasma. Hifa pada jamur yang bersifat parasit biasanya mengalami
modifikasi menjadi haustoria yang merupakan organ penyerap makanan dari
substrat; haustoria dapat menembus jaringan substrat (Volk, 1988).

2.4 Cara Hidup Jamur


Semua jenis jamur bersifat heterotrof. Namun, berbeda dengan
organisme lainnya, jamur tidak memangsa dan mencernakan makanan.
Clntuk memperoleh makanan, jamur menyerap zat organik dari lingkungan
melalui hifa dan miseliumnya, kemudian menyimpannya dalam bentuk
glikogen. Oleh karena jamur merupakan konsumen maka jamur bergantung
pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan senyawa
kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh dari lingkungannya. Sebagai makhluk
heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat, parasite fakultatif, atau
saprofit (Soetarto, 2008).

a. Parasit obligat
Merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya,
sedangkan di luar inangnya tidak dapat hidup. Misalnya, Pneumonia carinii
(khamir yang menginfeksi paru-paru penderita AIDS) (Soetarto, 2008).

b. Parasit fakultatif
Adalah jamur yang bersifat parasit jika mendapatkan inang yang sesuai,
tetapi bersifat saprofit jika tidak mendapatkan inang yang cocok (Soetarto,
2008).

c. Saprofit
Merupakan jamur pelapuk dan pengubah susunan zat organik yang mati.
Jamur saprofit menyerap makanannya dari organisme yang telah mati seperti
kayu tumbang dan buah jatuh. Sebagian besar jamur saprofit mengeluar-kan

6
enzim hidrolase pada substrat makanan untuk mendekomposisi molekul
kompleks menjadi molekul sederhana sehingga mudah diserap oleh hifa.
Selain itu, hifa dapat juga langsung menyerap bahanbahan organik dalam
bentuk sederhana yang dikeluarkan oleh inangnya. Cara hidup jamur lainnya
adalah melakukan simbiosis mutualisme. Jamur yang hidup bersimbiosis,
selain menyerap makanan dari organisme lain juga menghasilkan zat tertentu
yang bermanfaat bagi simbionnya. Simbiosis mutualisme jamur dengan
tanaman dapat dilihat pada mikoriza, yaitu jamur yang hidup di akar tanaman
kacangkacangan atau pada liken. Jamur berhabitat pada bermacammacam
lingkungan dan berasosiasi dengan banyak organisme. Meskipun kebanyakan
hidup di darat, beberapa jamur ada yang hidup di air dan berasosiasi dengan
organisme air. Jamur yang hidup di air biasanya bersifat parasit atau saprofit,
dan kebanyakan dari kelas Oomycetes (Soetarto, 2008).

2.5 Klasifikasi Jamur


Jamur atau fungi dipelajari secara spesifik di dalam cabang biologi yang
disebut mikologi. Para ahli mikologi (mycologist) mengelompokkan kingdom
ini ke dalam 6 divisi. Dasar yang digunakan dalam klasifikasi ini adalah
persamaan ciri-ciri. Salah satu ciri jamur adalah bereproduksi dengan spora,
baik spora berflagela maupun spora tidak berflagela. Jenis-jenis jamur yang
sporanya berflagela dikelompokan dalam Dunia Protista yaitu Myxomycotina
dan Oomycotina. Sedangkan yang memiliki spora tidak berfl agela dimasukkan
ke dalam Dunia Fungi dan dibagi menjadi 3 divisi, yaitu Divisi Zygomycotina,
Divisi Ascomycotina, dan Divisi Basidiomycotina. Dasar klasifi kasi ketiga
divisi tersebut adalah cara reproduksi seksual. Sedangkan jamur-jamur yang
reproduksi seksualnya belum diketahui, diklasifi kasikan ke dalam satu divisi,
yang diberi nama Divisi Deuteromycotina (Chan, 2008).

1. Myxomycotina (Jamur lendir)


Pada umumnya, jamur lendir berwarna (berpigmen) kuning atau orange,
walaupun ada sebagian yang berwarna terang. Jamur ini bersifat heterotrof
dan hidup secara bebas. Tahapan memperoleh makan dalam siklus hidup

7
jamur lendir merupakan suatu massa ameboid yang disebut plasmodium.
Plasmodium ini dapat tumbuh besar hingga diameternya mencapai beberapa
sentimeter. Walaupun berukuran besar, plasmodium bukan multiseluler.
Plasmodium merupakan massa tunggal sitoplasma yang mengandung banyak
inti sel. Plasmodium menelan makanan melalui fagositosis. Mereka
melakukan ini sambil menjulurkan pseudopodia melalui tanah yang lembab,
daun-daunan, atau kayu yang membusuk. Jika habitat jamur lendir mulai
mongering atau tidak ada makanan yang tersisa, plasmodium akan berhenti
tumbuh dan berdiferensiasi menjadi tahapan siklus hidup yang berfungsi
dalam tahapan reproduksi seksual. Contoh jamur lendir adalah jenis
Dyctystelum discridium (Sacher, 2002).

2. Oomycotina
Oomycotina berarti fungi telur. Istilah ini didasarkan pada cara
reproduksi seksual pada jamur air. Beberapa anggota Oomycotina bersifat
uniseluler dan tidak memiliki kloroplas (Sacher, 2002).
Jamur air memiliki dinding sel terbuat dari selulosa, yang berbeda
dengan dinding sel jamur sejati yang terbuat dari polisakarida yang disebut
kitin. Yang membedakan jamur air dengan jamur sejati adalah adanya sel bifl
agellata yang terjadi pada daur hidup jamur air. Sementara jamur sejati tidak
memiliki flagella (Sacher, 2002).
Sebagian besar jamur air hidup secara bebas atau melekat pada sisa-sisa
tumbuhan di kolam, danau, atau aliran air. Meraka hidup sebagai pengurai
dan berkoloni. Walaupun begitu, ada juga yang hidup pada sisik atau insang
ikan yang terluka sebagai parasit. Contoh anggota Oomycotina adalah
Saprolegnia, dan Phytoptora infestans. Selain bersifat parasit, jamur air juga
bersifat patogen (dapat menimbulkan penyakit), seperti menyebabkan
pembusukan kayu pada kentang dan tomat (Sacher, 2002).
Jamur air dapat bereproduksi secara seksual atau aseksual. Secara
aseksual, jamur air menghasilkan sporangium di ujung hifa. Di dalam
sporangium tersebut, dihasilkan spora yang berfl agella yang disebut
zoospora. Ketika zoospora matang dan jatuh di tempat yang sesuai, maka

8
akan berkecambah dan tumbuh menjadi mycelium baru. Adapun reproduksi
secara seksual terjadi melalui penyatuan gamet jantan dan gamet betina.
Gamet jantan dihasilkan oleh antheredium dan gamet betina dihasilkan dari
oogonium. Penggabungan gamet jantan dan gamet betina menghasilkan zigot
diploid. Zigot ini nantinya akan berkembang menjadi spora, yang berdinding
tebal. Saat spora berkecambah, akan dihasilkan mycelium baru (Sacher,
2002).

3. Zygomycotina
Zygomycotina disebut juga sebagai the coenocytic true fungi. Jenis jamur
yang terkenal dari kelompok ini adalah jamur hitam pada roti (black bread
mold) atau Rhizopus sp. Divisi Zygomycotina memiliki anggota yang hampir
semuanya hidup pada habitat darat, kebanyakan hidup sebagai saprofi t.
Tubuhnya bersel banyak, berbentuk benang (hifa) yang tidak bersekat, dan
tidak menghasilkan spora yang berflagella (Campbell, 2009).
Reproduksi Zygomycotina terjadi secara aseksual dan seksual. Pada
reproduksi seksual, jamur ini menghasilkan zigospora. Sedangkan reproduksi
aseksualnya dengan perkecambahan (germinasi) spora. Spora tersebut
tersimpan di dalam sporangium (kotak spora). Jika spora matang, sporangium
akan pecah, sehingga spora menyebar terbawa angin. Apabila spora tersebut
jatuh di tempat yang sesuai, maka spora akan tumbuh menjadi hifa baru
(Campbell, 2009).
Reproduksi seksual atau generatif dilakukan dengan cara konjugasi.
Proses ini diawali ketika dua hifa yang berlainan jenis, yakni hifa (+) dan hifa
(-), saling berdekatan. Masing-masing hifa pada sisi-sisi tertentu mengalami
pembengkakan dan perpanjangan pada bagian- bagian tertentu, disebut
gametangium. Kemudian, kedua gametangium tersebut bertemu dan kedua
intinya melebur membentuk zigot. Zigot kemudian berkembang menjadi
zigospora (diploid). Pada tahapan berikutnya, zigospora tumbuh, dindingnya
menebal dan berwarna hitam. Inti diploid (2n) mengalami meisosis,
menghasilkan inti haploid (n). Pada lingkungan yang sesuai, zigospora akan
tumbuh dan membentuk sporangium. Sporangium ini memiliki struktur

9
penopang yang disebut sporangiofora. Selanjutnya, reproduksi secara
aseksual dimulai lagi yaitu ditandai dengan pematangan sporangium hingga
sporangium tersebut pecah dan spora tersebar keluar (Campbell, 2009).
Zygomycotina memiliki beberapa jenis yang mudah dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari. Beberapa diantaranya merupakan jamur pada makanan
(Campbell, 2009).
Jenis-jenis jamur tersebut yaitu:
a. Rhizophus stolonifera
Jamur ini tampak sebagai benang-benang berwarna putih, memiliki
rizoid dan stolon. Merupakan saprofit yang hidup pada bungkil kedelai dan
bermanfaat dalam pembuatan tempe (Campbell, 2009).
b. Rhizophus nigricans
Jamur ini dapat menghasilkan asam fumarat (Campbell, 2009).
c. Mucor mucedo
Jamur ini hidup secara saprofit. Sering dijumpai pada roti, sisa-sisa
makanan dan kotoran ternak. Miselium jamur ini berkembang di dalam
substrat. Memiliki sporangium yang dilengkapi oleh sporangiofor
(Campbell, 2009).
d. Pilobolus sp.
Jamur ini sering disebut ‘pelempar topi’ atau cap thrower, karena bila
sporangiumnya telah masak, jamur ini bisa melontarkannya sampai sejauh
8 meter. Spora tersebut kemudian melekat pada rumput atau tumbuhan
lain. Ketika tumbuhan tersebut dimakan hewan, spora jamur yang melekat
tersebut akan berkecambah di dalam saluran pencernaan dan akan tumbuh
pada kotoran yang dikeluarkan hewan tersebut (Campbell, 2009).

4. Ascomycotina
Ascomycotina disebut juga sebagai the sac fungi. Merupakan fungi yang
reproduksi seksualnya dengan membuat askospora di dalam askus (ascus =
sac atau kantung/pundi-pundi). Askus adalah semacam sporangium yang
menghasilkan askospora. Beberapa askus biasanya mengelompok dan
berkumpul membentuk tubuh buah yang disebut askorkarp atau askoma

10
(kalau banyak disebut askomata). Askomata bisa berbentuk mangkok, botol,
atau seperti balon). Hifa dari Ascomycotina umumnya monokariotik
(uninukleat atau memiliki inti tunggal) dan sel-sel yang dipisahkan oleh septa
sederhana (Dwinjoseputro, 1989).
Jadi, askus merupakan struktur umum yang dimiliki oleh anggota Divisi
Ascomycotina. Tubuhnya ada yang berupa uniseluler dan ada pula yang
multiseluler. Hidup sebagai saprofit dan parasit. Beberapa jenis diantaranya
dapat juga bersimbiosis dengan makhluk hidup ganggang hijaubiru dan
ganggang hijau bersel satu membentuk lumut kerak (Dwinjoseputro, 1989).
Siklus hidup Ascomycotina dimulai dari askospora yang tumbuh menjadi
benang (hifa) yang bercabang-cabang. Kemudian, salah satu dari beberapa sel
pada ujung hifa berdiferensiasi menjadi askogonium, yang ukurannya lebih
lebar dari hifa biasa. Sedangkan ujung hifa yang lainnya membentuk
Anteridium. Anteridium dan Askogonium tersebut letaknya berdekatan dan
memiliki sejumlah inti yang haploid (Dwinjoseputro, 1989).
Pada askogonium tumbuh trikogin yang menghubungkan askogonium
dengan anteredium. Melaui trikogin ini inti dari anteredium pindah ke
askogonium dan kemudian berpasangan dengan inti pada askogonium.
Selanjutnya pada askogonium tumbuh sejumlah hifa yang disebut hifa
askogonium. Inti-inti membelah secara mitosis dan tetap berpasangan. Hifa
askogonium tumbuh membentuk septa bercabang. Bagian askogonium berinti
banyak, sedangkan pada bagian ujungnya berinti 2. Bagian ujung inilah yang
akan tumbuh menjadi bakal askus (Prescott, 1999).
Hifa askogonium ini kemudian berkembang disertai pertumbuhan
miselium vegetatif yang kompak, membentuk tubuh buah. Dua inti pada
bakal askus membentuk inti diploid yang kemudian membelah secara meiosis
untuk menghasilkan 8 spora askus (askospora). Apabila askospora tersebut
jatuh pada lingkungan yang sesuai maka ia akan tumbuh membentuk hifa atau
miselium baru (Prescott, 1999).
Reproduksi aseksual pada Ascomycotina adalah dengan cara membentuk
tunas dan spora aseksual. Pembentukan tunas terjadi pada jamur uniseluler
dan spora aseksual pada jamur terjadi pada jamur multiseluler. Spora aseksual

11
tersebut terbentuk pada ujung hifa khusus yang disebut konidiofor dan
sporanya disebut konidia. Konidia merupakan spora yang dihasilkan secara
eksternal, yaitu di luar kotak spora atau sporangium (Prescott, 1999).
Berikut adalah beberapa contoh jamur anggota Divisi Ascomycotina.
a. Saccharomyces cerevisiae
Saccharomyces cerevisiae merupakan jamur mikroskopis, bersel
tunggal dan tidak memiliki badan buah, sering disebut sebagai ragi,
khamir, atau yeast. Reproduksi vegetatifnya adalah dengan membentuk
kuncup atau tunas (budding). Pada kondisi optimal, khamir dapat
membentuk lebih dari 20 tunas. Tunas-tunas tersebut semakin membesar
dan akhirnya terlepas dari sel induknya. Tunas yang terlepas ini kemudian
tumbuh menjadi individu baru (Ahmad, 2005).
Reproduksi generatif terjadi dengan mem ben tuk askus dan
askospora. Askospora dari 2 tipe aksus yang berlainan bertemu dan
menyatu menghasilkan sel diploid. Selanjutnya terjadi pembelahan secara
meiosis, sehingga beberapa askospora (haploid) dihasilkan lagi. Askospora
haploid tersebut berfungsi secara langsung sebagai sel ragi baru (Ahmad,
2005).
Cara reproduksi seksual ini terjadi saat reproduksi aseksual tidak bisa
dilakukan, misalnya bila suplai makanan terganggu atau lingkungan
hidupnya tidak mendukung (Ahmad, 2005).
Dalam kehidupan manusia, S. cerevisiae dimanfaatkan dalam
pembuatan roti, tape, peuyeum, minuman anggur, bir, dan sake. Proses
yang terjadi dalam pembuatan makanan tersebut adalah fermentasi
(Ahmad, 2005).
b. Penicillium sp.
Menurut Soetarto (2008), Penicillium hidup sebagai saprofit pada
substrat yang banyak mengandung gula, seperti nasi, roti, dan buah yang
telah ranum. Pada substrat gula tersebut, jamur ini tampak seperti noda
biru atau kehijauan. Reproduksi jamur Penicillium berlangsung secara
vegetatif (konidia) dan secara generatif (askus). Beberara contoh jamur
anggota genus Penicillium antara lain:

12
• Penicillium notatum dan Penicillium chrysogenum
• Kedua jenis Penicillium ini menghasilkan zat antibiotik (penisilin)
• Penicillium roquefortii dan Penicillium camemberti
• Kedua jenis jamur ini biasa dimanfaatkan dalam memberti cita rasa
atau mengharumkan keju.
c. Aspergillusspp.
MenurutSolomon (2011), Jamur ini biasanya tumbuh berkoloni pada
makanan, pakaian, dan alat-alat rumah tangga. Koloni Aspergillus
berwarna abu-abu, hitam, coklat, dan kehijauan. Distribusinya luas, dapat
tumbuh di daerah beriklim dingin maupun daerah tropis. Reproduksi
secara vegetatif dengan konidia yang disebarkan oleh angin. Beberapa
jenis jamur anggota marga Aspergillus adalah:
1. Aspergillus oryzae
Jamur ini biasa digunakan untuk mengempukkan adonan roti, dan
jamur tersebut dapat menghasilkan enzim protease.
2. Aspergillus wentii
Aspergilus jenis ini berperan dalam dalam pembuatan sake, kecap,
tauco, asam sitrat, asam oksalat, dan asam format, serta penghasil enzim
protease.
3. Aspegillus niger
Jenis ini dimanfaatkan untuk menghilangkan gas O2 dari sari buah,
dan dapat menjernihkannya. Jamur tersebut juga dapat menghasilkan
enzim glukosa oksidase dan pektinase.
4. Apergillus flavus
Jenis Aspergilus ini menghasilkan aflatoksin, penyebab kanker
pada manusia.
5. Apergillus nidulans
Jamur ini hidup sebagai parasit pada telinga, menyebabkan
automikosis.
d. Neurospora crassa
Neurospora crassa dikenal sebagai jamur oncom karena sering
digunakan untuk membuat oncom. Warna merah muda atau jingga yang

13
muncul pada oncom merupakan warna konidia jamur tersebut. Awalnya
jenis ini dikelompokkan ke dalam Divisi Deuteromycota, dengan nama
Monilia sitophila. Tetapi setelah ditemukan alat reproduksi generatifnya,
berupa askus, sekarang jamur ini dimasukkan ke dalam kelompok
Ascomycotina (Chan, 2008).
e. Morchella deliciosa dan Morchella esculenta
Kedua jenis jamur ini merupakan jamur makroskopis, hidup di tanah.
Karena rasanya yang lezat, jamur ini menjadi konsumsi manusia. Dalam
dunia perdagangan jamur ini dikenal dengan nama morel, ukuran tubuhnya
sedang, berwarna coklat kemerahmerahan, tubuhnya seperti spons dan
sering dijual dalam bentuk awetan (Chan, 2008).

5. Basidiomycotina
Divisi Basidiomycotina sering disebut juga sebagai the club fungi atau
yang sering disebut jamur pada umumnya (cendawan atau mushrooms).
Jamur ini bereproduksi secara seksual dengan membentuk basidia yang
kemudian menghasilkan basidiospora di dalam tubuh buah yang disebut
basidioma atau basidiokarp . Basidia tersebut bisa berkembang dalam bentuk
seperti insang, pori-pori, seperti gigi, atau struktur lain. Hifa dari
Basiomycotina umumnya dikaryotik (binukleat, dengan 2 inti) dan terkadang
memiliki hubungan yang sa ling mengapit. Sel-sel tersebut dipisahkan oleh
septa yang kompleks. Anggota nya kebanyakan berupa jamur makroskopis.
Kelompok ini memiliki miselium yang bersekat dan memiliki tubuh buah
(basi diokarp) yang panjang, berupa lembaran- lembaran, yang berliku-liku
atau bulat. Jamur ini umumnya hidup saprofi t dan parasit, umumnya
berkembang biak secara aseksual dengan konidium (Chan, 2008).
Siklus hidup Basidiomycota dimulai dari spora basidium atau konidium
yang tumbuh menjadi hifa yang bersekat dengan 1 inti (monokariotik). Hifa
tersebut kemudian tumbuh membentuk miselium. Hifa-hifa yang berbeda,
hifa (+) dan hifa (-), bersinggungan pada masing- masing ujungnya dan
melebur diikuti dengan larutnya masingmasing dinding sel. Kemudian inti sel
dari salah satu sel pindah ke sel yang lainnya, sehingga sel tersebut memiliki

14
2 inti sel (dikariotik). Sel dikariotik tersebut akhirnya tumbuh menjadi
miselium dikariotik dan selanjutnya menjadi tubuh buah (basidiokarp) (Chan,
2008).
Basidiokarp memiliki bentuk seperti payung. Pada bagian bawahnya
terdapat basidium yang terletak pada bilah-bilah (lamela). Masingmasing
basidium memiliki 2 inti (2n). Kemudian 2 inti tersebut mengalami meiosis
dan akhirnya terbentuk 4 inti haploid. Dan apabila mendapatkan lingkungan
yang sesuai, inti haploid tersebut akan tumbuh menjadi spora basidium, atau
disebut juga spora seksual. Begitu seterusnya membentuk siklus hidup
Basidiomycotina (Fitri, 2001).
Menurut Fitri (2001), Berbagai jenis jamur yang dikonsumsi kita
konsumsi dalam kehidupan sehari-hari adalah anggota Basidiomycotina.
Jenis-jenis tersebut antara lain:
a.Volvariella volvacea (jamur merang)
Jamur ini mempunyai tubuh buah berbentuk seperti payung, terdiri
atas lembaran-lembaran (bilah), yang berisi basidium. Tubuh buahnya
berwarna putih kemerah-merahan. Jamur ini merupakan sumber protein,
kadar kalorinya tinggi, tetapi kadar kolesterolnya rendah. Karena memiliki
nilai ekonomi yang tinggi, jamur ini banyak dibudidayakan.
b. Auricularia polythrica (jamur kuping)
Jamur kuping merupakan jamur saprofi t pada kayu yang mati. Tubuh
buahnya berbentuk seperti daun telinga (kuping), berwarna merah
kecoklat-coklatan. Rasanya enak dan bisa dimakan seperti sayuran. Jamur
ini pun sekarang sudah banyak dibudidayakan. Gambar . Jamur Kuping
c. Amanita phalloides
Amanita phalloides merupakan salah satu anggota suku Amanitaceae.
Amanita, merupakan cendawan yang indah, tetapi juga merupakan anggota
daftar cendawan yang mematikan di bumi, mengandung cukup racun
untuk membunuh seorang dewasa hanya dengan sepotong tubuhnya. Jamur
ini hidup sebagai saprofi t pada kotoran hewan ternak, memiliki tubuh
buah berbentuk seperti payung.
d. Puccinia graminis (jamur karat)

15
Jamur ini hidup parsit pada daun rumput-rumputan (Graminae),
tubuhnya makroskopik, tidak memiliki tubuh buah, dan sporanya berwarna
merah kecoklatan seperti warna karat.

6. Deuteromycotin
Beberapa jamur yang belum diketahui alat reproduksi generatifnya
dimasukkan ke dalam Deuteromycotina. Kelompok jamur ini juga sering
disebut sebagai jamur tidak sempurna atau the imperfect fungi. Jamur ini
tidak mengalami reproduksi seksual atau mereka menunjukkan tahap aseksual
(Anamorph) dari jamur yang memiliki tahap seksual (Teleomorph). Jamur ini
menyerupai Ascomycotina (septanya sederhana). Jadi, kelompok ini bisa
dikatakan sebagai “keranjang sampah”, tempat sementara untuk menampung
jenis-jenis jamur yang belum jelas statusnya. Apabila pada penelitian
berikutnya ditemukan cara reproduksi seksualnya, maka suatu jenis jamur
anggota Deuteromycotina akan bisa dikelompokkan ke dalam Divisi
Ascomycotina atau Divisi Basidiomycotina. Contohnya adalah
Neurosporacrassa yang saat ini dimasukkan ke dalam kelompok
Ascomycotina (Sudjadi, 2006).
Semua jamur anggota divisi artifi sial ini bereproduksi secara aseksual
dengan konidia. Konidia dibentuk diujung konidiosfora, secara langsung pada
hifa yang bebas. Beberapa jenis hidup pada dedaunan dan sisa-sisa tumbuhan
yang tenggelam di dasar sungai yang berarus deras. Beberapa kelompok yang
lain merupakan parasit pada protozoa dan hewan-hewan kecil lainnya dengan
berbagai cara. Beberapa jenis juga ditemui pada semut dan sarang rayap
(Sudjadi, 2006).
Beberapa jamur parasit pada hewan-hewan kecil mengembangkan
unbranchedbody di dalam tubuh korbannya, kemudian secara perlahan- lahan
menyerap nutrien sampai korbannya mati. Setelah itu jamur tersebut
memproduksi rantai spora yang mungkin menempel atau termakan oleh
hewan-hewan lain yang akan menjadi korbannya. Cara lain adalah dengan
menangkap mangsanya dengan hifa yang dapat menusuk, dengan
menumpangi dan melekat pada amuba. Salah satu kelompok jamur penghuni

16
tanah ada yang mampu menangkap cacing nematoda dengan membentuk
cincin hifa atau hyphal loop. Ukuran cicin hifa tersebut lebih kecil dari
ukuran tubuh nematode dan run cing pada kedua ujungnya. Ketika nematoda
memasukkan kepalanya ke dalam cincin hifa, cacing tersebut cenderung
berusaha keluar dengan bergerak maju, bukan mundur, sehingga cacing
tersebut justru terjebak pada kumparan hifa jamur tersebut. Perhatikan
Gambar 5.26. Setelah berhasil menjerat korbannya, jamur tersebut kemudian
membentuk haustoria yang tumbuh menembus ke dalam tubuh cacing dan
mencernanya (Direkx, 2001).
Pada manusia, jamur anggota Divisi Deuteromycotina umumnya
menyebabkan penyakit. Epidermophytonfl oocosum menyebabkan penyakit
kaki atlet, sedangkan Microsporum sp. dan Trichophytonsp. menyebabkan
penyakit kurap atau panu. Karena hidup dikulit, kedua jamur tersebut sering
disebut juga sebagai Dermatophytes. Jenis lain yang merupakan penyebab
penyakit pada manusia adalah Candidaalbicans. Jamur mikroskopis ini
memiliki bentuk tubuh mirip ragi, tetapi sifat hidupnya adalah parasit.
Penyakit yang ditimbulkannya adalah penyakit keputihan yang terjadi karena
adanya infeksi pada vagina (Direkx, 2001).
Deuteromycotina juga memiliki beberapa anggota yang merupakan
penyebab penyakit pada tanaman. Sclerotiumrolfsie adalah jamur yang
menyebabkan penyakit busuk pada tanaman budidaya. Sedangkan
Helminthosporiumoryzae adalah contoh jamur parasit yang dapat merusak
kecambah dan buah serta dapat menimbulkan noda-noda berwarna hitam
pada daun inangnya (Direkx, 2001).

2.6 Habitat Jamur


Jamur hidup pada lingkungan yang beragam namun sebagian besar jamur
hidup di tempat yang lembab. Habitat fungi berada di darat (terestrial) dan di
tempat lembab. Meskipun demikian banyak pula fungi yang hidup pada
organisme atau sisa-sisa organisme di laut atau di air tawar. Jamur juga dapat
hidup di lingkungan yang asam (Syamsuri, 2004).

17
Sedangkan reproduksinya fungi melakukan reproduksi secara aseksual dan
seksual. Reproduksi secara aseksual terjadi dengan pembentukan kuncup atau
tunas pada jamur uniselule serta pemutusan benang hifa (fragmentasi miselium)
dan pembentukan spora aseksual (spora vegetatif) pada fungi multiseluler.
Reproduksi jamur secara seksual dilakukan oleh spora seksual. Spora seksual
dihasilkan secara singami. Singgami terdiri dari dua tahap, yaitu tahap
plasmogami dan tahap kariogami (Syamsuri, 2004).

18
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 WaktudanTempat
Praktikumkali ini dilaksanakan pada hari Senin, 18 Maret 2019 pada
pukul 07:00-09:00 WIB. Bertempat di Laboratorium Bioteknologi,
Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3.2 AlatdanBahan
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu jarum ose, pipet
tetes, kaca preparat, kaca penutup preparat, dan mikroskop. Sedangkan bahan
yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu tempe, oncom, roti berjamur,
ragi, dan minyak imersi.

3.3 Cara Kerja


Adapun cara kerja yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah sebagai
berikut:
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Diambil sampel jamur, tempe, oncom, roti berjamur dan ragi.
3. Ditempatkan sampel jamur pada masing-masing kaca preparat.
4. Ditutup sampel jamur dengan kaca penutup preparat.
5. Ditambahkan minyak imersi di atas kaca penutup preparat.
6. Diamati sampel jamur menggunakan mikroskop.
7. Dicatat hasil pengamatan dan dibuat dalam bentuk laporan.

19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHSAN

4.1 Hasil
Tabel 4.1 PengamatanJamur
No. Gambar Keterangan
1. Nama Jamur : Rhizopus stolonifer
Jenis Jamur : Zygomycota

Jamur Roti
2. Nama Jamur : Rhizopusoryzae
Jenis Jamur : Deuteromycota

Jamur Tempe
3. Nama Jamur : Neurospora
sitophila
Jenis Jamur : Ascomycota

Jamur Oncom
4. Nama Jamur : Saccharomyces

20
cerevistae
Jenis Jamur : Ascomycota

Jamur Ragi

4.2 Pembahasan
Pengamatan pertama yaitu pada roti berjamur (Rhizopusstolonifera),
Rhizopusstolonifer merupakan salah satu dari jenis jamur Zygomycotina. Jenis
jamur ini memiliki hifa pendek bercabang-cabang dan berfungsi sebagai akar
(rizoid) untuk melekatkan diri serta menyerap zat-zat yang diperlukan dari
substrat. Selain itu, terdapat pula sporangiofor (hifa yang mencuat ke udara dan
mengandung banyak inti sel, di bagian ujungnya terbentuk sporangium (sebagai
penghasil spora), sertater dapat stolon (hifa yang berdiameter lebih besar dari pada
rizoid dan sporangiofor).
Rhizopus Stolonifer dapat hidup/tumbuh pada roti atau buah-buahan lunak.
Dalam hal ini Rhizopus Stolonifer terutama banyak dijumpai pada roti dan
menyebabkan kerusakan pada roti tersebut. Hal tersebut dikarenakan spora
tersebut berada pada udara, tanah ataupun diri kita, yang kemudian apabila jatuh
pada roti maka spora tersebut akan tumbuh dengan sangat cepat.
Organisme ini menyebabkan cetakan roti menjadihitam dengan membentuk
permukaan halus dari roti yang lembab menggembung ke angkasa. Miseliumdari
R.stolonifera adalah yang terdiri atas tiga jenis Haploid yang berbeda Hyphae.
Bagian terbesar dari miselium terdiri dari dengan cepat bertumbuh Hyphae yang
bersifat senositik (Multinucleate) dan tak bersekat (tidak yang dibagi oleh dinding
lintang ke dalam sel-sel atau kompartemen-kompartemen). Dari ini semua, cincin
busur Hyphae "geragih-geragih" dibentuk. Geragih-geragih dari rizoid-rizoid di
mana saja ujung-ujung mereka berhubungan substrat. Sporangia membentuk di
ujung sporangiofor-sporangiofor, yang bersifat cabang lurus membentuk secara
langsung di atas rizoid-rizoid. Masing-masing sporangium mulai sebagai suatu

21
bengkak ke dalam dimana sejumlah Nucleus mengalirkan, dan itu adalah pada
akhirnya dikerat dari sporangiofor-sporangiofor oleh pembentukan suatu sekat.
Protoplasma di dalam dibelah, dan suatu dinding sel dibentuk di sekitar masing-
masingspora. Sporangium menjadi hitam karena mendewasakan, memberi warna
karakteristik cetakannya. Masing-masing spora, ketika dibebaskan, dapat
berkecambah untuk menghasilkan suatu miselium yang baru.
Reproduksi seksual terjadi hanya antara tegangan kawin yang berbeda, yang
biasanya berlabel + dan -. Meski tegangan yang kawin secara analisis yang tak
dapat dibedakan, mereka sering ditunjukkan dalam hidup diagram siklus sebagai
bendera yang berbeda. Ketika tegangan keduanya di dalam sudah dekat,
menghasilkan hormon-hormon yang menyebabkan ujung hyphal memasang
bersama-sama dan mengembangkan ke dalam gametangia, yang menjadi terpisah
dari sisa tubuh fungal oleh pembentukan septa. Tembok kota antara keduanya
menyentuh dan memecahkan gametangia, dan kedua protoplas-protoplas
multinucleate dating berkumpul. + dan - nucleus bergabung untuk membentuk
suatu Zigospora yang muda dengan beberapa nucleus diploid. Zigospora lalu
mengembangkan suatu tebal, mantel hitamkeras dan menjadi tidur, sering kali
untuk beberapa bulan-bulan. Meiosis terjadi pada waktu perkecambahan.
Zigospora membuka dan menghasilkan suatu Sporangium yang serupa
menghasilkan Sporangium dengan tidak berkelamin, dan daur hidup mulai
kembali lagi. Berikut adalah gambar dari perkembangbiakan dari
RhizopusStolonifer.
Yang kedua yaitu pengamatan jamur pada jamur tempe (Rhizopus oryzae),
Rhizopus oryzae merupakan jamur yang sering digunakan dalam pembuatan
tempe. Jamur ini aman dikonsumsi karena tidak menghasilkan toksin dan mampu
menghasilkan asam laktat. Rhizopusoryzae mempunyai kemampuan mengurai
lemak kompleks menjadi trigliserida dan asam amino. Selain itu jamur ini juga
mampu menghasilkan protease. Rhizopusoryzae tumbuh baik pada kisaran pH
3,4-6. Pada penelitian, semakin lama waktu fermentasi, pH tempe semakin
meningkat sampai pH 8,4, sehingga jamur semakin menurun karena pH tinggi
kurang sesuai untuk pertumbuhan jamur. Secara umum jamur juga membutuhkan
air untuk pertumbuhannya, tetapi kebutuhan air untuk jamur lebih sedikit

22
dibandingkan dengan bakteri. Selain pH dan kadar air, jumlah nutrien dalam
bahan juga dibutuhkan oleh jamur.
Ciri-ciri jamur pada jamur tempe yaitu, Koloni berwarna putih berangsur-
angsur menjadi abu-abu, Stolon halus atau sedikit kasar dan tidak berwarna
hingga kuning kecoklatan, Sporangiofora tumbuh dari stolon dan mengarah ke
udara, baik tunggal atau dalam kelompok (hingga 5 sporangiofora), Rhizoid
tumbuh berlawanan dan terletak pada posisi yang sama dengan
sporangioforasporangia globus atau sub globus dengan dinding berspinulosa
(duri-duri pendek), yang berwarna coklat gelap sampai hitam bila telah masak,
Kolumela oval hingga bulat, dengan dinding halus atau sedikit kasar, Spora bulat,
oval atau berbentuk elips atau silinder. Cara Reproduksi Rhizopus
oryzaeyaitu,Rhizopus bereproduksi secara aseksual dan seksual. Reproduksi
secara aseksual adalah dengan spora nonmotil yang dihasilkan oleh sporangium,
sedangkan reproduksi seksualnya dengan konjugasi.
Ketiga yaitu pada jamur oncom (Neurosporasitophila), Pertumbuhan jamur
ini yang sangat pesat, warna jingganya yang khas, serta bentuk spora (Konidia)
yang berbentuk seperti tepung merupakan ciri-ciri khas kapang ini.
Dalam kehidupan sehari-hari kapang Neurospora telah memegang peranan
penting terutama dalam pengolahan makanan fermentasi. Kapang Neurospora
telah dimanfaatkan untuk membuat oncom yang sangat populer bagi masyarakat
Jawa Barat.
Nama Neurospora berasal dari kata neuron (= sel saraf), karena guratan-
guratan pada sporanya menyerupai bentuk akson. Jamur oncom termasuk dalam
kelompok kapang (jamur berbentuk filamen). Sebelum diketahui
perkembangbiakan secara seksualnya, jamur oncom masuk ke dalam kelompok
Deuteromycota, tetapi setelah diketahui fase seksualnya (Teleomorph), yaitu
dengan pembentukan askus, maka jamur oncom masuk ke dalam golongan
Ascomycota.
Dan yang keempat yaitu jamur dari ragi (Saccharomyces
cerevisiae), Saccharomyces merupakan jamur uniseluler. Jamur ini biasa dikenal
orang sebagai ragi, khamir, atau yeast. Ragi dapat bereproduksi secara aseksual
dan seksual. Reproduksi aseksual biasa dilakukan dengan cara membentuk

23
kuncup kecil (Budding) pada sel yang berbentuk oval. Kuncup tersebut membesar
dan akhirnya terlepas dari sel induknya. Reproduksi seksual terjadi jika suplai
makanan terhenti atau lingkungan tidak mendukung untuk melakukan reproduksi
secara aseksual. Akibatnya, terbentuk askus dan askospora. Askospora dari dua
tipe yang berlainan bertemu dan menyatu menghasilkan sel diploid. Selanjutnya,
terjadi pembelahan secara meiosis sehingga beberapa askospora (haploid)
dihasilkan lagi. Askospora haploid tersebut berfungsi secara langsung sebagai sel
ragi baru.
Saccharomyces cerevisiae merupakan khamir sejati yang secara morfologi
hanya membentuk blastospora berbentuk bulat lonjong, silindris, oval atau bulat
telur yang dipengaruhi oleh strainnya. Dapat berkembang biak dengan membelah
diri melalui budding cell. Reproduksinya dapat dipengaruhi oleh keadaan
lingkungan serta jumlah nutrisi yang tersedia bagi pertumbuhan sel. Penampilan
makroskopik mempunyai koloni berbentuk bulat, warna kuning muda, permukaan
berkilau, licin, tekstur lunak dan memiliki sel bulat dengan askospora 1 sampai 8
buah.
Menurut Ahmad (2005), Saccharomyces cerevisiae banyak digunakan dalam
pembuatan roti, tapai, minuman semacam anggur, dan bir. Saccharomyces hidup
sebagai saprofit pada substrat yang banyak mengandung karbohidrat. Dengan
menggunakan enzim amilase, jamur ini mampu menguraikan glukosa menjadi
alkohol dan karbon dioksida dalam proses fermentasi.

24
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil praktikum pengenalan mikroba jamur (fungi) yang telah
dilaksanakan oleh praktikan maka dapat diambil suatu simpulan. Bahwasannya
jamur adalah organism eukariotik, multiseluler atau uniseluler yang pada
umumnya tubuh jamur berbentuk seperti benag-benag (hifa).

5.2 Saran
Praktikan diharapkan pada saat praktikum tidak terlalu banyak bicara atau
bisa dengan menggunakan masker agar tidak terjadi kontaminasi.

25
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Riza Z. 2005. Pemanfaatan Khamir Saccharomyces cerevisiae Untuk


Ternak. Jurnal Penelitian Jamur. Vol 2 (2): 114-122.
Campbell, N.A., J.B Reece., L.A Urry., M.L Cain., S.A Wasserman., P.V
Minorsky., and R.B Jackson. 2009. Biology Ninth Edition. Pearson
Education Inc. San Fransisco: Benjamin Cummings.
Chan. 2008. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta : UI Press.
Direkx, John H. 2001. Kamus Ringkas Kedokteran Stedman Untuk Profesi
Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Dwidjoseputro, D. 1989. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang: Djambatan.
Fitri, L. 2011. Isolasi dan Pengamatan Morfologi Jamur Kitinolitik. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Biologi. Vol 3 (2): 20-25.
Irianto, K. 2007. Mikrobiologi : Menguak Dunia Mikroorganisme. Bandung: CV.
Yrama Widya.
Prescott, L.1999. Michrobiology Fourth Edition. New York: Mc Graw Hill.
Sacher, R.A., and R.A McPherson. 2002. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Laboratorium. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Soetarto, M. 2008. Analisis Mikroorganisme. Jakarta: EGC.
Solomon, E.P., L.R Berg., and D.W Martin. 2011. Biology Ninth Edition. USA:
Brooks/Cole Cengage Learning.
Subahar, T.S.S. 2008. Biologi. Surabaya: Penerbit Quadra.
Sudjadi, Bagod., dan S. Laila. 2006. Biologi. Sains Dalam Kehidupan. Jakarta:
Penerbit Yudhistira.
Syamsuri, Istamar. 2004. Biologi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Volk, Wesley. 1988. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Erlangga.

26

Anda mungkin juga menyukai