Anda di halaman 1dari 62

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Umum Keramik

2.1.1 Pengertian Museum

Museum adalah tempat penyimpangan benda artistik dan pendidikan bagi


keperluan umum. Benda yang disimpan itu disebut Koleksi. Koleksi museum
terdiri atas spesimen yang berupa karya seni, bebatuan bumi, teknologi,
makhluk hidup, peninggalan bersejarah, dan lain-lain. Museum merupakan
gedung yang digunakan sebagai tempat untuk pameran tetap benda-benda
yang patut mendapat perhatian umum, seperti peninggalan sejarah, seni, dan
ilmu; tempat menyimpan barang kuno.

2.1.2 Acuan Pendirian Museum

Acuan pendirian atau syarat berdirinya sebuah museum, berpatok pada :

1. Undang-undang RI Nomor 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya


Yang dimaksud dengan Benda Cagar Budaya adalah :
- Benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak yang berupa
kesatuan atau kelompok atau bagian satau sisanya yang berumur
minmal 50 5ahun atau mewakili masa gaya yang khas dan mewakili
masa gaya sekurang-kurangnya 50 tahun, serta dianggap memiliki
nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan.
- Benda-benda alam yang dianggap mempunyai nilai penting bagi
sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan
2. Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1993 tentang Pelaksanaan
Undang-undang RI Nomor 5 tahun 1992
3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1995 tentang Pemeliharaan dan
Pemanfaatan Benda Cagar Budaya di Museum
4. Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor KM.
33/PL.303/MKP/2004 tentang Museum

5
6

2.1.3 Jenis Museum

Berdasarkan koleksi yang dimiliki, museum dibagi menjadi :

1. Museum Umum, museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti


material manusia dan lingkungan yang dapat berkaitan dengan berbagai
cabang seni, ilmu dan teknologi.
2. Museum Khusus, museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti
material manusia dan lingkungan yang berkaitan dengan satu cabang seni
atau satu cabang ilmu atau satu cabang teknologi

Berdasarkan kedudukannya, museum dibagi menjadi :


1. Museum Nasional, museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda
yang berasal, mewakili dan berkaitan dengan manusia atau lingkungan
dari seluruh wilayah yang bersifat nasional.
2. Museum Provinsi, museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda
yang berasal, mewakili dan berkaitan dengan manusia atau lingkungan
dari suatu provinsi dimana museum tersebut berada.
3. Museum Lokal, museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda
yang berasal, mewakili dan berkaitan dengan manusia atau lingkungan
dari suatu wilayah kabupaten atau kotamadya dimana museum tersebut
berada.

Berdasarkan penyelenggara, museum dibagi menjadi :

1. Museum Pemerintah, museum yang dikelola sepenuhnya oleh lembaga


pemerintahan
2. Museum Swasta, museum yang dikelola oleh perseorangan atau
sekelompok orang tanpa ada campur tangan pemerintah.

2.1.4 Tujuan dan Manfaat Museum

Tujuan dari museum antara lain :

a. Memberikan pemahaman kepada anggota masyarakat dan sivitas


akademika tentang eksistensi dan peran museum pendidikan.
7

b. Memberikan informasi tentang perkembangan pendidikan nasional


baik secara horisontal atau vertikal, baik jenis maupun jenjang
pendidikan melalui berbagai koleksi, simbol, dan dokumen yang terkait
dengan penyelenggaraan pendidikan di Indonesia dari tahun ke tahun.
c. Memberdayakan sivitas akademika dan masyarakat pemerhati
pendidikan untuk berkreasi dalam upaya meningkatkan kualitas
pendidikan.
d. Memberikan penghargaan kepada para perintis, tokoh dan pejuang
pendidikan nasional.
e. Menambah dan meningkatkan kualitas sarana dan prasarana wisata
kampus yang bersifat edukatif-rekreatif.

Manfaat dari museum antara lain :


a. Sebagai sarana untuk menumbuhkan semangat kebangsaan dan
nasionalisme melalui dunia pendidikan.
b. Menciptakan laboratorium pendidikan sebagai sarana pembelajaran dan
penelitian bagi sivitas akademika dan anggota masyarakat.
c. Menumbuhkembangkan semangat dan komitmen bagi sivitas
akademika dan anggota masyarakat untuk selalu memperhatikan dan
berkreasi dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan.

2.1.5 Penyajian Koleksi

Penyajian koleksi merupakan salah satu cara untuk berkomunikasi antara


pengunjung dengan benda-benda koleksi yang dilengkapi dengan teks,
gambar, foto, ilustrasi dan pendukung lainnya (Pedoman Museum
Indonesia, 2008)

A. Prinsip-prinsip penyajian koleksi

Penataan koleksi di ruang pameran museum harus memiliki :

1. Sistematika atau alur cerita pameran, sangat diperlukan dalam


penyajian koleksi di ruang pameran, karena akan mempermudah
komunikasi dan penyampain informasi koleksi museum kepada
masyarakat
8

2. Koleksi yang mendukung alur cerita, yang disajikan di ruang pameran


harus dipersiapkan sebelumnya, agar sajian koleksi terlihat hubung dan
keterkaitan yang jelas antar isi materi pameran

B. Jenis Pameran
Jenis pameran di museum dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
pameran tetap dan pameran khusus/temporer
1. Pameran Tetap, adalah pameran yang diadakan dalam jangka waktu
2-4 tahun. Tema pameran sesuai dengan jenis, visi dan misi museum.
Idealnya, koleksi pameran yang disajikan adalah 25-40% dari koleksi
yang dimiliki museum dan dilakukan pergantian koleksi yang
dipamerkan dalam jangka waktu tertentu
2. Pameran Khusus / Temporer, adalah pameran koleksi museum yang
diselenggarakan dalam wakti relatif singkat. Fungsi utamanya adalah
untuk menunjang pameran tetap agar dapat lebih banyaj mengundang
pengunjung untuk datang ke museum

C. Metode Pameran

Metode dan teknik penyajian koleksi di museum terdiri dari :

1. Metode pendekatan intelektual, adalah cara penyajian benda-benda


koleksi museum yang mengungkapkan informasi tentang guna arti dan
fungsi benda koleksi museum
2. Metode pendekatan romantic (evokatif), adalah cara penyajian
benda-benda koleksi museum yang mengungkapan suasana tertentu
yang berhubungan dengan benda-benda yang dipamerkan
3. Metode pendekatan estetik, adalah cara penyajian benda-benda
koleksi museum yang mengungkapkan nilai artistic yang ada pada
benda koleksi museum
4. Metode pendekatan simbolik, adalah cara penyajian benda-benda
koleksi museum yang menggunakan symbol-simbol tertentu sebagai
media interpretasi pengunjung
9

5. Metode pendekatan kontemplatif, adalah cara penyajian koleksi di


museum uantuk membangun imajinasi pengunjung terhadap koleksi
yang dipamerkan
6. Metode pendekatan interaktif, cara penyajian koleksi di museum
dimana pengunjung dapat berinteraksi langsusng dengan koleksi yang
dipamerkan. Penyajian interaktif dapat menggunakan teknologi
informasi

D. Penataan Koleksi
Penataan dalam suatu pameran dapat disajikan secara :

1. Tematik, yaitu dengan menata materi pameran dengan tema dan


subtema
2. Taksonomik, yaitu menyajikan koleksi dalam kelompok atau sistem
klarifikasi
3. Kronologis, yaitu menyajikan koleksi yang disusun menurut usia dari
yang tertua hingga sekarang

E. Panil-panil Informasi

Panil-panil informasi atau label secara umum dapat dikelompokan menjadi


dua, yaitu :

1. Teks dinding (introductory label) yang memuat informasi awal atau


pengenalan mengenai pameran yang diselenggarakan, tema dan sub
tema pameran, kelompok koleksi.
2. Label Individu yang berisikan nama dan keterangan singkat mengenai
koleksi yang dipamerkan. Informasi yang disampaikan berisi
keterangan yang bersifat deskriptif dan informatif yang dibutuhkan
sesuai dengan alur cerita.
10

2.1.6 Pengguna dan Kegiatan dalam Museum

A. Pengguna Museum

1. Pengelola
Adalah petugas yang berada dan melaksanakan tanggung jawab
sebagai pengurus museum. Sebuah museum dikepalai oleh kepala
museum yang membawahi dua bagaian yakni bagian administrasi dan
bagian teknis.
a. Bagian Administrasi mengelola ketenagaan, keuangan, surat-
menyurat, kerumahtanggaam, pengamanan dan registrasi koleksi.
b. Bagian Teknis terdiri dari pengelola koleksi (bertugas untuk
melakukan inventaris dan kajian setiap koleksi museum), tenaga
konservasi (bertugas untuk melakukan pemeliharaan dan perawatan
koleksi), tenaga reparasi (bertugas dalam menyediakan saran dan
prasaran dalam penataan pameran), tenaga bimbingan dan humas
(bertugas sebgai pemberi informasi dan mempublikasikan koleksi
kepada masyarakat)
2. Pengunjung
Berdasarkan intensitas kunjungan, pengunjung dapat dibedakan
menjadi :
a. Sekelompok orang yang datang secara rutin seperti kolektor,
seniman, desainer, ilmuan, mahasiswa, dan pelajar
b. Sekelompok orang yang baru mengunjungi museum

Berdasarkan tujuannya, pengunjung dibedakan menjadi :

a. Pengunjung yang memiliki tujuan untuk studi


b. Pengunjung yang memiliki tujuan untuk rekreasi
c. Pengunjung yang memiliki tujuan tertentu penelitian
11

B. Kegiatan dalam Museum

Kegiatan pelayanan museum kepada pengunjung meliputi kegiatan


pameran tetap temporary, bimbingan dan pemananduan keliling museum,
ceramah, bimbingan karya tulis, pemutaran film dan slide, dan museum
keliling (Ayo Kita Mengenal Museum, 2009). Menurut SUTAARGA,
1989/1990 kegiatan dalam museum secara garis besar meliputi :

1. Pengumpulan koleksi, kegiatan ini antara lain jual-beli koleksi,


peminjaman koleksi, pembuatan film documenter dan kegiatan lainnya.
2. Penyimpanan dan pengelolaan koleksi, kegiatan ini antara lain
penampungan, penyimpanan, penelitian dan penggadaan.
3. Preservasi, kegiatan ini antara lain meliputi reproduksi (sebagai
cadangan untuk menyelamatkan koleksi asli), penyimpanan
(menyelamatkan koleksi asli dari faktor merugikan) dan registrasi
(menyususn keterangan yang bersangkutan dengan benda koleksi)
4. Observasi, melakukan penseleksian koleksi yang sesuai dengan
persyaratan koleksi museum
5. Apresiasi, kegiatan meliputi :
- Pendidikan, menunjang fungsi museum sebagai sarana pendidikan
bagi masyarakat yang sifatnya non formal
- Rekreatif, museum digunakan sebagai objek rekreasi dengan
menyajikan acara yang menghibur
6. Komunikasi, kegiatan ini antara lain :
- Pameran, ruang pamer merupakan sarana komunikasi antara
masyarakat atau pengunjung dengan materi koleksi. Komunikasi
antara penunjung dengan materi koleksi dapat dibantu dengan
adanya guide (sebenarnya antara dengan tour guide atau dengan
pemberian informasi yang jelas)
- Pertemuan antara pengelola dengan masyarakat
- Administrasi
12

2.1.7 Pedoman Penyelenggaraan Museum

A. Material

Material bangunan menentukan kondisi lingkungan baik didalam maupu


diluar museum. Hal ini dikarenakan jenis material bangunan memberikan
efek terhadap suhu dan kelembaban pada ruangan. Dengan penggunaan
material yang buruk akan mempengaruhi bangunan tersebut termasuk pada
koleksi itu sendiri. Contohnya kondisi lingkungan yang sangat asam dapa
merusak bangunan apabila menggunakan material dari kayu. Lalu kondisi
lingkungan yang labil dan sering terjadi gempa tidak kondusif apabila
didirikan dengan material semen

B. Arsitektur

Arsitektur bangunan museum menentukan keindahaan dan keserasian dengan


lingkungan sekitar. Bangunan yang ada harusnya bangunan yang bersifat
permanent. Gaya dan bentuk bangunan disesuaikan dengan arstitektur
tradisional lingkungan sekitar. Bangunan museum apabila memiliki terlalu
banyak jendela menyababkan intensitas cahaya atahari yang masuk kedalam
bagunan sangat tinggi. Intensitas tersebut dapat mengganggu kelestarian
koleksi museum tersebut. Selain itu perancanaan arsitektur harus
mempertimbangkan pembagian antara zona publik dan zona tertutup karena
harus tetap memperhatikan akses bagi penyandang cacat dan akses apabila
terjadi bencana

C. Kelengkapan

Bangunan museum haris memiliki kelengkapan fasilitas untuk menunjang


aktifitas pengelola, antara lain:

a. Ruang penyimpanan koleksi


b. Ruang studi koleksi
c. Ruang perawatan
d. Ruang preparasi
e. Ruang pameran
f. Ruang audiovisual
13

g. Ruang kantor
h. Ruang perpustakaan

Kelengkapan fasilitas tersebut dapat berkembang sesuai dengan


kebutuhan yang dibutuhkan

D. Sarana dan Prasarana

Pengelolaan suatu museum situs memerlukan sarana dan prasarana yang akan
menunjang aktifitas penyelenggaraan dan pelaksanaan tugas dan fungsi
museum secara memadai. Sarana dan prasarana tersebut meliputi :

1. Peralatan Teknis, diperlukan dalam seluruh kegiatan yang berlangsung


di museum dapat disesuaikan dengan peralatan teknis museum pada
umumnya, antara lain meliputi: peralatan laboratorium konservasi,
peralatan dokumentasi, peralatan pengaman, peralatan pencahayaan, alat
mengatur suhu dan kelembaban, peralatan tata suara, dan peralatan
keadaan darurat.
2. Peralatan Administrasi. kelengkapan peralatan administrasi dapat
menunjang pekerjaan agar lebih sistematis, dan mempermudah
pengarsipan berbagai dokumen kegiatan yang berlangsung di museum
situs. Peralatan administrasi tersebut meliputi : alat pengelolah data,
ATK, formulir-formulir kegiatan pengelolaan koleksi, dan lain
sebagainya.
3. Perpustakaan, merupakan suatu jenis perpustakaan khusus yang harus
memiliki referensi yang berkaitan dengan koleksi dan situs, serta terbuka
untuk umum.
4. Media Penyebarluasan Informasi, pada museum adalah berupa tata
pameran atau penyajian informasi kepada masyarakat tentang museum
dan koleksinya. Dalam penyebarluaskan informasi di perlukan berbagai
jenis media penunjang, antara lain sebagainya.
5. Aksesbilitas, menuju museum diperlukan untuk memberikan kamudahan
kepada masyarakat pengunjung museum. Oleh karena itu dalam
penentuan lokasi museum perlu dipertimbangkan kemudahan tersebut
tanpa mengabdikan aspek keamanan bagi penunjang maupun kelestarian
situs. Selain itu aksesibilitas juga harus ditunjang oleh infrastruktur yang
14

memadai, seperti adanya penunjuk arah, sanitasi, serta kamudahan


memperoleh informasi tentang museum situs tersebut, dan sebagainya.

2.2 Tinjauan Umum Keramik

2.2.1 Pengertian Keramik

Keramik merupakan produk kerajinan tertua yang tercatat dalam peradaban


dan kebudayaan manusia. Menurut sejarah, keramik sudah dikenal oleh
orang-orang Afrika Timur pada 2,6 juta tahun yang lalu (Jaman Paleolitik).
Tetapi perkembangan keramik yang menyebar di hampir sebagian wilayah
dunia baru terjadi pada jaman Neolitik atau kira-kira 15 ribu-10 ribu tahun
yang lalu. Bukti ini dapat kita saksikan pada penemuan-penemuan benda-
benda purbakala yang tertanam didalam tanah, dimana sesuai penandaaan
arkeologis dilakukan memperkuat dugaan itu.
Istilah keramik berasal dari bahasa Yunani keramos yang berarti periuk atau
belanga yang dibuat dari tanah liat yang dibakar. Selanjutnya ditegaskan lagi
bahwa keramik merupakan barang yang dibuat dari tanah liat dengan melalui
proses pembakaran. Dalam kamus dan ensiklopedi keramik didefinisikan
sebagai suatu hasil seni dan teknologi untuk menghasilkan barang dari tanah
liat yang dibakar, seperti gerabah, genteng, porselin, dan sebagainya. Tetapi
saat ini tidak semua keramik berasal dari tanah liat. Definisi pengertian
keramik terbaru mencakup semua bahan bukan logam dan anorganik yang
berbentuk padat. Keramik adalah suatu bahan yang sangat berguna, karena
sifat-sifat khusus/uniknya yang sangat luas.

Dari definisi tersebut keramik dibagai menjadi 2 golongan utama :


a. Keramik Tradisional
Adalah produk keramik yang berbahan utama tanah liat, yang merupakan
salah satu mineral silikat. Contoh dari keramik tradisional yaitu tungku,
gerabah, tempayan, pottery, tableware, whiteware, barang-barang
porseline, patung, benda saniter, semen, ubin dll
b. Keramik Modern
Merupakan keramik yang tersebuat dari bahan tanah liat atau material
yang berbasis silikat , tetapi dibuat dari panduan senyawaan oksida
15

tertentu dan biasanya dihasilkan material sintesis yang tidak terdapat di


alam. Contoh pengaplikasian keramik modern misalkan biokeramik,
superkonduktor, katalis, refraktor, optik, dll

2.2.2 Sejarah Keramik

Keramik adalah salah satu hasil kerajinan tertua yang ada di muka bumi. Hal
ini dapat ditemukan dalam penemuan benda-benda purbakala yang tertanam
di dalam tanah. Salah satu jenis benda-benda yang ditemukan itu adalah
benda-benda keramik berupa wadah wadah: guci, peralatan makan minum,
alat sesaji dan lain-lain; disamping penemuan benda-benda yang terbuat dari
batu dan logam.

Ditemukan juga bentuk-bentuk figurin berupa manusia dan binatang. Hasil


dari benda-benda keramik walaupun masih terlihat sederhana, namun terdapat
aplikasi seni berupa motif-motif hewan atau tumbuhan yang digunakan tidak
hanya untuk memperindah namun juga untuk menyiratkan symbol atau koden
yang menandakan kemajuan suatu peradaban

A. Sejarah Singkat Keramik Dunia

Kemungkinan orang-orang Afrika Timur awal mula menggunakan peralatan


batu pada jaman Paleolitik (2,6 juta tahun yang lalu), namun perkembangan
budaya manusia baru terjadi pada jaman neolitik kira-kira setelah 10.000 SM.
Cerita tentang keramik kemungkinan dimulai sejak 30 ribu tahun yang lalu.
Periode ini dalam sejarah disebut Jaman Palaeolithic atau Jaman Batu Kuno
(500 ribu–10 ribu SM) karena alat pemotong atau senjata tajam pada masa itu
terbuat dari batu. Penemuan tembaga, perunggu, dan besi masih jauh dari
jaman ini. Nenek moyang kita adalah pemburu dan peramu makanan yang
hidupnya berpindah-pindah. Mereka belajar bagaimana membuat api untuk
pertama kalinya sebagai upaya melindungi diri dari dingin, binatang buas,
memasak daging dan juga membakar tanah liat
16

Gambar 2.1 Lukisan Bison pada jaman batu akhir dan Caves of Lascaux

Sumber : Buku SMK 10, Kriya Keramik, Wahyu Gatot Sugianto, dkk

Walaupun gaya hidup mereka masih primitif, orang-orang di jaman batu


mampu membuat gambar-gambar hidup dan realis, sebagian besar ditorehkan
dan dipahat pada dinding batuan. Akan tetapi beberapa karya mereka
dimodelkan dengan tanah liat. Sebagian gambar-gambar tersebut berupa
gambar hewan yang mereka buru. Lukisan jaman batu kuno yang sangat
menakjubkan adalah Caves of Lascaux di Perancis dan Caves of Altamira di
Spanyol. Para ahli memperkirakan lukisan tersebut sudah sangat tua dan
kemungkinan berumur 20 ribu tahun.

B. Keramik Seni Kuno

Meskipun lebih rapuh dibanding lukisan di gua, tetapi gambar-gambar pada


tanah liat mampu bertahan. Sebagian besar kemungkinan dibuat 20 ribu tahun
yang lalu. Banyak gambar yang mereka buat di gua yang sangat dalam,
sehingga membutuhkan cahaya buatan yang mungkin berasal dari obor
berbahan bakar lemak binatang. Tempat-tempat yang sulit dan rahasia ini
menunjukkan gambar-gambar yang mereka buat memiliki arti sangat penting.

Gambar 2.2 Tanah liat dari zaman baru dengan bentuk bison yang ditemukan
di Tuc d 'Audoubert gua di S.W. Perancis.

Sumber : www.ceramicstudies.me.uk
17

C. Penemuan Keramik
Para ahli arkeologi meyakini bahwa manusia menemukan prinsip
menggunakan apo untuk membakar keramik pada 30.000 tahun yang lalu,
dengan ditemukannya figurin kecil dari lempung pada situs prasejarah di
Republik Czech yang diperkirakan ada pada awal 27.000 riby tahun SM.
Figurines Tertua berwarna hitam ini ditemukan bersama dengan benda-benda
bakaran yang lain

Gambar 2.3 Dolni Vestonice “Venus” dari situ prasejarah di Morovia


dekat Bmo, diyakini sebagai figurin keramik tertua

Sumber : www.ceramicstudies.me.uk

Campuran abu tulang dan lempung dibentuk menjadi figurin perempuan atau
binatang kemudian dibakar dalam sesuatu tempat yang bisa dikatakan sebagai
tungku sederhana di sebuah dusun pada jaman batu. Tingginya sekitar 4½
inchi dikenal dengan Dolni Vestonice “Venus” dari situs prasejarah di
Morovia dekat Brno, di bagian selatan Republic Czech. Jika
penandaannya/penanggalannya benar, maka benda ini menjadi keramik
terkuno yang ditemukan sejauh ini. Selain bentuk binatang dan orang,
perkembangan pottery dari jaman ke jaman mengalami perkembangan desain.
Jika diperhatikan bentuk yang berkembang merupakan pengembangan
bentuk-bentuk bulat (setengah bola), silinder dan tirus (kerucut terbalik).
Berikut adalah rangkuman perkembangan bentuk produk pada beberapa
periode arkeologis :
18

Gambar 2.4 Karakteristik bentuk keramik pada beberapa periode

Sumber : www.centuryone/pottery.html

D. Sejarah Keramik di Indonesia

Di Indonesia, keramik sudah dikenal sejak jaman Neolithikum, diperkirakan


rentang waktunya mulai dari 2500 SM–1000 SM. Peninggalan zaman ini
diperkirakan banyak dipengaruhi oleh para imigran dari Asia Tenggara
berupa pengetahuan tentang kelautan, pertanian dan peternakan. Alat-alat
berupa gerabah dan alat pembuat pakaian kulit kayu. Kebutuhan manusia
dalam kehidupan sehari-hari selalu mengalami perubahan sesuai
perkembangan zaman.

Awalnya manusia membuat alat bantu untuk kebutuhan hidupnya, mulai dari
membuat kapak dari batu. Seperti di Sumatra ditemukan pecahan-pecahan
periuk belanga di Bukit Kulit Kerang. Meskipun pecahan tembikar tersebut
kecil dan berkeping-keping namun telah terlihat adanya bukti nyata membuat
wadah dari tanah liat. Teknik pembuatannya dilakukan dengan tangan, dan
untuk memadatkan serta menghaluskan digunakan benda keras seperti papan.
Cara menghias dilakukan dengan menekankan sebuah kayu berukir, atau
menekan tali, anyaman bambu, duri ikan, dan sebagainya, pada permukaan
keramik (mentah) setelah selesai pembentukan. Cara seperti ini paling banyak
dilakukan oleh perajin tradisional di berbagai daerah di pelosok tanah air. Di
pantai selatan Jawa tepatnya diantara Yogyakarta dan Pacitan ditemukan
pecahan tembikar yang berhiaskan teraan anyaman atau tenunan seperti hasil
19

tenun yang di buat di Sumba. Di daerah Melolo (P. Sumba) ditemukan pula
periuk belanga yang berisikan tulang-tulang manusia.

Peninggalan-peninggalan prasejarah ini juga ditemukan didaerah


Banyuwangi, Kelapa Dua-Bogor, Kalumpang serta Minanga di Sulawesi,
Gilimanuk di Bali dan juga penemuan pada waktu peninggalan arkeologis di
sekitar candi Borobudur dan di Trowulan-Mojokerto. Termasuk juga
peninggalan zaman Kerajaan Majapahit (abad 16 M) banyak di temukan bata-
bata dan genteng dari tanah liat yang dibakar sebagai bahan bangunan, namun
juga benda-benda seperti celengan. Pecahan-pecahan tembikar juga
ditemukan di situs Batujaya, di Karawang Jawa Barat. Ditemukan juga
fragmen yang terbuat dari terracotta. Sesuai penandaaan maka tembikar-
tembikar ini ada pada abad ke 3 atau 4 masehi. Gambar tembikar juga
terdapat pada relief hiasan bangunan dan patung-patung, contohnya terdapat
pada relief candi Prambanan dan Borobudur. Keramik rakyat dari zaman ke
zaman berkembang secara evolusioner, demikian dengan bentuk dan teknik
pengolahan serta pembakarannya. Pembakaran dilakukan hanya dengan
menggunakan daun-daun tau ranting-ranting pohon yang telah kering.

2.2.3 Asal Usul Tanah Liat

Tanah liat sebagai bahan utama pembuatan benda keramik terdapat hampir di
seluruh belahan dunia, namun demikian tanah liat tersebut satu sama lain
memiliki sifat yang berbeda-beda. Akan tetapi tanah liat yang dapat
digunakan untuk pembuatan benda keramik harus memenuhi persyaratan
tertentu. Salah satu sifat tanah liat yang dibutuhkan untuk dapat dibuat benda
keramik adalah memiliki daya kerja yang memungkinkan tanah liat tersebut
untuk dibentuk dan dapat mempertahankan bentuknya hingga menjadi benda
keramik melalui proses pemanasan (pembakaran).

Tanah liat (clay) merupakan bahan plastis yang dapat berubah menjadi keras
dan tahan terhadap air setelah mengalami proses pengeringan dan
pembakaran. Ada beberapa jenis tanah liat yang dapat langsung digunakan
untuk pembuatan benda keramik, sedangkan lainnya harus dimurnikan
terlebih dahulu atau harus dicampur dengan bahan lain agar dapat digunakan
untuk membuat benda keramik. Contoh tanah liat yang langsung dapat
20

digunakan tanpa mencampur dengan bahan lain adalah tanah liat earthenware
dan stoneware, sedang tanah jenis porselen harus dicampur dengan bahan lain
yang plastis (seperti: ballclay atau bentonite) agar mudah dibentuk. Tanah liat
dan mineral anorganik non logam adalah produk alam yang merupakan bahan
baku pembuatan benda keramik seperti: perangkat makan-minum, bahan
bangunan, bahan tahan api, alat elektronik, benda seni, benda kerajinan dan
sebagainya. Tanpa bahan-bahan alam tersebut produk keramik tidak mungkin
dibuat.

A. Proses Pembentukan Tanah Liat Secara Alami

Hampir semua tanah liat yang ada di Indonesia disebut “lempung”. Lempung
merupakan produk alam, yaitu hasil pelapukan kulit bumi yang sebagian
besar terdiri dari batuan feldspatik, berupa batuan granit dan batuan beku.
Sebelum berpindah, tanah liat merupakan mineral murni yang terdapat pada
batuan panas dan padat yang kemudian larut. Batuan yang larut bukan lagi
batuan yang keras seperti aslinya namun sudah berubah menjadi batuan yang
lunak dan terurai serta berubah warna karena terbawa arus air. Hasil peristiwa
tersebut terbentuk partikel-partikel halus dan sebagian besar dipindahkan oleh
tenaga air, angin dan gletser ke suatu tempat yang lebih rendah dan jauh dari
batuan induk dengan ukuran partikel yang hampir sama, sedangkan sebagian
lagi tetap tinggal di lokasi dimana batuan induk berada.

Tanah tanah liat alam yang paling mumi masih mengandung butiran-butiran
bebas dan bahan-bahan pasir atau debu. Umumnya unsur-unsur tambahan ini
terdiri dari kwarsa, feldspar, besi dan sebagainya juga ada unsur organic
Iainnya menentukan sifat-sifat dari bermacam tanah liat dan penggunaannya
untuk tujuan-tujuan tertentu. Beberapa sifat tanah liat yang umum adalah sifat
untuk hancur dalam air, warna sebelum dan setelah dibakar, plastis sebelum
dibakar, keras dalam keadaan kering, padat dan kuat setelah dibakar.

B. Sifat-Sifat Umum Tanah Liat


Keberhasilan atau kegagalan dalam membuat benda keramik tergantung pada
bagaimana mengolah tanah liat agar sesuai dengan persyaratan yang
disyaratkan karena akan sangat berpengaruh pada proses pembentukan dan
21

pada hasil akhir. Oleh karena itu agar tanah liat dapat digunakan untuk
membentuk benda keramik, harus ada sifat-sifat yang dipersyaratan :
a. Sifat Plastis, merupakan persyaratan utama yang harus dipenuhi untuk
mencapai tingkat keplastisan yang di persyaratkan, apabial tidak
memenuhi makan haris ditambah dengan bahan-bahan yang plastis. Juga
merupakan kualitas hubungan antara partikel tanah liat yang ditentukan
oleh kandungan mineral dan kehalusan butiran tanah liat. Berfungsi
sebagai pengikat dalam proses pembentukan sehingga benda yang
dibentuk tidak mengalami keretakan atau pecah atau berubah bentuk.
Yang mempengaruhi pastisitas yaitu kehalusan partikel tanah liat, bentuk
partikel tanah liat, zat organik (sisa tumbuhan dan binatang), jumlah air,
struktur (susunan partikel) dan jenis tanah liat
b. Memiliki kemampuan bentuk, yaitu kualitas yag menopang bentuk
selama proses pembentukan berlangsung yang berfungsi sebagai
penyangga. Tanah liat yang memiliki kemampuan ini akan berdiri sendri
tanpa mengalami perubahan bentuk sewaktu proses berlangsung dan
setelah pembentukan selesai. Apabila tanah liat tersebut memiliki
kemapuan bentuk yang kurang karena tingkat plastisitasnya, maka harus
diperlakukan secara khusus dengan menambahkan fire clay atau crog atau
mengurangi ball clay
Gambar 2.5 Tanah liat yang memiliki daya kerja atau plastisitas yang baik

Sumber : Wahyu Gatot Budiyanto, dkk. (2008). Kriya Keramik untuk SMK Jilid 1.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan

c. Susut Kering dan Susut Bakar, selama tanah liat dibentuk menjadi
benda keramik maka akan mengalami penyusutan ketika keramik tersebut
kering. Hal ini terjadi karena menguapnya air pembentuk dan air selaput
pada badan dan permukaan benda keramik sehingga menyebabkan
butiran-butiran tanah liat menjadi rapat satu sama lain. Penyusutan terjadi
22

2 kali, penyusutan yang terjadi dari keadaan basah ke kering dinamakan


susut kering, sedangkan penyusutan ketika proses pembakaran dinamakan
susut bakat. Jumlah presentasi penyusustan (susut kering dan baar)
dipersyaratkan antara 5%-15%. Apabila tanah liat tersebut menyusut lebih
dari 15% maka dapat beresiko pecah atau retak.
d. Suhu Kematangan, suhu bakar keramik berkaitan langsung dengan suhu
kematangan yaitu keadaan benda keramik yang telah mencapai
kematangan yang tepat tanpa mengalami perubahan bentuk. Agar tanah
liat dapat menjadi keramik, harus mengalami proses pembakaran 600oC
walalupun tanah liat sudah mengalami perubahan keramik namun belum
mencapai pembakaran 600oC dapat dikatakan belum mencapai
kematangan yang tepat. Masing-masing dari jenis tanah liat memiliki
tingkat suhu kematangan yang berbeda, suhu yang terlalu panas akan
membuat kekuatan tanah liat tersebut turun bahkan melelah.
e. Porositas, merupakan sifat penyerapan air oleh badan benda keramik atau
bisa dikatakan tingkat kepadatan bedan benda setelah dibakar. Sifat ini
sangatlah penting bagi tanah liat karena :
- Mempengaruhi proses penguapan ketika proses pengeringan, sehingga
terjadi susut kering
- Mempengaruhi pada saat proses pembakaran, sehingga air yang
terkandung dalam tanah liat dapat keluar dengan mudah dan terhindar
dari letusan-letusan upan dan retak-retak. Selain itu agar gas yang
timbul karena proses pembakaran zat-zat organic dapat keluar
sehingga dapat terjadi susut bakar
f. Kekuatan Kering, merupakan sifat yang penting karena benda keramik
harus cukup kuat untuk diangkat, disempurnakan dan disusun dalam
tungku pembakaran. Kekuatan kering ini dipengaruhi oleh kehalusan
butir, plastisitas, waktu pemeraman, jumalah air pembentuk,
pencampuran dengan bahan lain dan teknik pembentukan
g. Warna Bakar, warna sebelum pembakaran atau warna mentah dengan
warna setelah pembakaran berbeda karena kotoran yang bersifat organic
akan terbakar habis selama proses pembakaran. Warna tanah liat mentah
yaitu krem, kuning kecoklatan, merah kecoklatan, abu-abu dan hitam.
23

Perbedaan warna tersebut bergantung dari daerah asal dan kadar


kandungan bahan yang terdapat dalam tanah liat
Gambar 2.6 : Perbedaan warna tanah liat setelah dibakar menjadi biskuit

Sumber : Wahyu Gatot Budiyanto, dkk. (2008). Kriya Keramik untuk SMK Jilid 1.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan

h. Daya Suspensi, adalah sifat yang memungkinkan saatu bahan atas suatu
campuran tetap dalam bentuk cairan, sifat ini sangat mempengaruhi
tingkat plastisitas tanah liat
i. Sifat Slaking, merupakan sifat yang berhubungan dengan pelunakan dari
tanah liat ketika bertemu dengan air. Tanah liat dapat hancur dalam air
menjadi butiran-butiran yang lebih halus dalam waktu tertentu dan pada
suhu udara biasa
j. Struktur Tanah Liat, perbandingan besar butiran dan bentuk butiran
partikel-partikel tanah liat akan berpengaruh pada plastisitas, kekuatan
kering, penyusutan, porotisitas dan karakter benda setelah dibakar.
Struktur tanah liat berupa struktur halus (tanah liat) dan struktur kasar
(pasir)

C. Badan Tanah Liat


Secara umum benda keramik menurut bahan yang digunakan dan suhu
bakarnya dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a. Earthenware (900oC–1180oC)
Yang termasuk jenis tanah liat earthenware adalah tanah liat gerabah,
pottery, dan terracotta yang merupakan bahan utama yang digunakan
untuk membuat benda keramik bakaran rendah (9000C–1180 0C). Tanah
liat dalam keadaan mentah yang diperoleh dari tempat asalnya (deposit)
memiliki berbagai warna krem, kuning kecoklatan, merah kecoklatan,
abu-abu, dan hitam, perbedaan warna banyak dipengaruhi oleh
24

perbandingan kadar kandungan bahan tanah liat antara lain campuran atau
kotoran humus (organik), oksida besi (Fe), oksida mangaan (Mn), oksida
cupper (Cu), cksida cobalt (Co), dll.
Pada waktu proses pembakaran berlangsung kotoran yang bersifat
organik akan terbakar habis, sedangkan bahan yang terikat secara kimiawi
akan menyebabkan tanah liat menjadi berwarna. Pada umumnya tanah liat
earthenware paling banyak mengandung oksida besi (Fe). Bentuk butiran
atau partikel yang halus dan lembut akan memberikan sifat lentur atau
plastis jika mengandung air yang berfungsi sebagai pelumas. Plastisitas
tanah liat earthenware cukup tinggi sehingga susut kering dan susut
bakarnya juga tinggi, jadi semakin tinggi plastisitas tanah liat semakin
tinggi pula susut kering dan susut bakarnya. Sifat lain adalah
porousitasnya yang cukup tinggi setelah mengalami proses pembakaran
hal ini disebabkan karena tanah liat ini masih banyak mengandung pasir.
Dengan adanya sifat porous ini memungkinkan air pembentuk keluar dari
badan keramik selama proses pengeringan sehingga benda keramik tidak
mudah pecah atau retak.

Perubahan struktur tanah liat earthenware dari hasil proses pembakaran:


- Suhu bakar antara 7000C–9000C mudah pecah
- Suhu bakar antara 9000C–10500C aman
- Suhu bakar antara 10500C–11800C maksimal
- Suhu bakar di atas 11800C akan gosong bahkan meleleh.

b. Stoneware (12000C–13000C)
Keramik stoneware biasanya di bakar rata-rata pada cone 4-cone 11
(1186oC-1315oC), sehingga memiliki temperatur kematangan diantara
earthenware dan porselin. Stoneware dikenal sebagai badan tanah liat
yang bagus karena kekuatannya, memiliki warna-warna alami, bersifat
keras dan agak mengkaca. Seperti halnya porselin, stoneware jika dibakar
pada suhu dimana tanah liat tersebut menjadi mengkaca maka hasilnya
akan menjadi kedap air, tetapi pada umumnya stoneware tidak terlalu
mengkaca. Glasir dan badan stoneware masak pada suhu yang sama
sehingga akan membentuk ketepatan glasir yang sempurna. Stoneware
25

pada masa lampau biasanya dihasilkan dan tanah liat alami yang
mengandung feldspar dan silika yang dibakar sehingga menjadi padat dan
tidak porous. Warna bakar Stoneware diantaranya abu-abu, krem, coklat,
coklat tua, dan oranye. Biasanya tanah liat stoneware mengandung unsur
besi (Fe), titanium (Ti), zinc (Zn) dan ini yang membedakan antara
stoneware dengan Porselin karena Porselin tidak mengandung unsur besi
sehingga memberikan ciri khas Porselin berwarna putih. Kandungan besi
alami yang ada dalam tanah seperti besi, ilminite, atau mangaan akan
merubah permukaan glasirnya yang apabila dibakar menghasilkan efek
spot-spot besi berwarna kecoklatan.
Kelebihan stoneware:
- Plastisitasnya yang memiliki keluasan penggunaan
- Kuat tetapi tidak menggelas
- Penyusutan yang rendah
- Memiliki warna alami tanah
- Memilki spot-spot besi
- Memilki sifat pencegahan terhadap bloating (mengembang)
- Padat dan kedap air
- Memiliki sifat tahan terhadap kejut suhu
- Memiliki sifat menyatu dengan glasirnya

c. Porselin (12500C–14600C)
Porselin merupakan badan keramik yang terbuat dari tanah liat dan bahan
halus lain berwarna yang putih. Badan ini setelah melalui proses
pembakaran akan menghasilkan benda putih yang padat, keras, kedap air
(porositasnya sangat kecil), seperti kaca dan transculent (setengah
transparan/tembus bayang) dengan ketebalan 3 mm. Pada umumnya
temperatur bakar porselin berkisar antara 1250oC–1460oC. Bahan utama
porselin adalah kaolin, kata “kaolin“ berasal dan kata China “Kao”
(tinggi) dan “Ling” (bukit), jadi kaolin merupakan sebuah bukit tinggi
dimana lempung pertama kali ditemukan. Produk keramik biasanya
terbuat dari campuran bahan seperti kaolin, kwarsa, ballclay, dan feldspar
namun dengan bahan ballclay kadang-kadang mengakibatkan porselin
menjadi kurang putih, sebagai pengganti dapat digunakan bentonite.
26

Untuk membuat formula badan keramik porselen yang bagus memerlukan


waktu, kesabaran dan kemauan (usaha yang besar) untuk bereksperimen
dan melakukan penelitian.
Badan porselin dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok, yaitu:
1. Porselin keras, merupakan campuran yang sangat ulet dan dibakar
pada temperatur tinggi 13800C–14600C.
2. Porselin lunak, sedikit resistant dengan temperatur bakar antara
12500C–13000C.

Tingkat plastisitas tanah liat tergantung pada ukuran partikelnya, semakin


kecil ukurannya, maka akan semakin elastis. Kaolin atau china clay
partikelnya berukuran 10 kali lebih besar dari ballclay karena itulah maka
kaolin tidak begitu plastis. Untuk menjaga keaslian sangatlah penting
kiranya bila kita memilih kaolin atau china clay yang mempunyai
kandungan besi. Tingkat keplastisan sangat dipengaruhi ukuran
partikelnya, cara mempersiapkan, juga umur tanah liat itu. Karena alasan
inilah maka bila kita akan memakai bahan porselen plastis untuk
pembentukan dengan teknik putar maka perlu diperhatikan benar-benar
bagaimana mempersiapkan tanah liat tersebut, yang perlu diingat bahwa
pemeraman tanah hat yang disimpan selama beberapa bulan akan bersifat
lebih kuat dari tanah liat yang sama sekali belum pernah disimpan.

2.2.4 Pembentukan Benda Keramik

Bagan 2.1 Proses pembentukan benda keramik

Sumber : Wahyu Gatot Budiyanto, dkk. (2008). Kriya Keramik untuk SMK Jilid 2
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
27

Alat pokok dan fungsinya :


a. Rol kayu, untuk membuat lempengan tanah
b. Paddle dan anvil, untuk memadatkan dinding badan benda keramik yang
dibentuk dengan teknik putar tatap yang dilakukan dengan cara memukul
paddle pada dindung luar dan anvil untuk menahan bagian dalam benda
c. Bow harp, untuk membuat lempengan tanah liat dengan bantuan kawat
yang dikaitkan pada besi dengan berbagai ukuran untuk menentukan
ketebalan lempengan tanah liat
d. Slab roller, untuk membuat lempengan tanah liat plastis yang digerakkan
dengan sistem mekanik (ukuran 122 x 82 cm)
e. Hand extruder, untuk membuat pilinan tanah liat
f. Alat putar manual tangan, untuk membentuk terutama benda keramik
dengan teknik putar. Digerakkan dengan tangan dan terbuat dari besi.
(ukuran diameter 25-40 cm dan)
Gambar 2.7 Alat Putar Tangan

g. Alat putar kaki, untuk membentuk terutama benda keramik dengan


teknik putar. Digerakkan dengan kaki melalui 2 cara, yaitu dengan roda
pemutar dan pedal. Alat putar kaki dapat berupa manual dan berupa
listrik, apabila manual maka alat putar tersebut digerakkan dengan kaki
dan apabila listrik digerakkan dengan motor

Gambar 2.8 Alat Putar Kaki Manual dan Alat Putar Kaki Listrik

Sumber : www.google.com
28

Alat bantu serta fungsinya :


a. Butsir kawat dan kayu, untuk merapikan, menghaluskan,
menggerok, membentuk detail dan membuat tekstur benda
b. Kawat pemotong, untuk memotong ujung bibir, dasar benda kerja
dan memotong tanah liat plastis
c. Pisau pemotong, untuk memotong, mengiris lempengan tanah liat
d. Potter rib, untuk menghaluskan dan membentuk permukaan luar
benda
e. Sponge, untuk menyerap kandungan air, menghaluskan benda dan
membersihkan alat-alat kerja
f. Sponge stick, untuk menghaluskan bagian dalam benda
g. Jarum, untuk memotong bibir, menusuk gelembung udara dan
menggores benda
h. Kuas kecil, untuk mengolesi lumpur tanah pada bagian yang akan
disambung serta mengolesi larutan pemisah pad model dan cetakkan
gips
i. Scrapper, untuk menghaluskan lempengan tanah liat, meratakan
permukaan bidang tanah liat
j. Keliper, untuk mengukur diameter benda
k. Penggaris siku, untuk mengukur panjang dan posisi tegak lurus dari
benda
l. Waterpass, untuk mengukur kedataran model

Perlengkapan serta fungsinya :


a. Alas pembentukan, untuk alas selama proses pembuatan benda
keramik agar memiliki alas yang datar
b. Papan cetakan, untuk membuat batas cetakan gips yang berbentuk
kotak
c. Linoleum, untuk membuat batas cetakan gips yang berbentuk
lingkaran
d. Kain terpal, untuk alas menguli tanah liat plastis di atas meja kayu
e. Meja gips, untuk alas menguli tanah liat plastis sebelum proses
pembentukan benda keramik dimulai
29

2.2.5 Teknik Pembentukan


Proses pembentukan benda keramik tersebut dapat dibedakan menjadi
beberapa teknik, yaitu :
1. Teknik Bebas (modeling)
2. Teknik Pijit (pinching)
Adalah salah satu teknik yang dilakukan oleh pemula. Dalam teknik ini
pembuatan keramik dilakukan dimana benda langsung dibentuk dengan
tangan. Teknik ini terdiri dari teknik pembentukan tangan dengan
berbagai cara seperti teknik pijit pilin, lempeng dan pembentukan bebas.
Ukuran yang dapat dihasilkan melalui teknik ini yaitu benda keramik
yang berukuran kecil hingga sedang. Hal yang harus diperhatikan
dalam teknik ini adalah tanah liatyang digunakan tidak boleh terlalu
lembek karena mempersulit pembentukan dan juga jangan terlalu kering
karena keras dan sulit untuk dibentuk. Selain itu perlu menyediakan air
untuk membasahi tanah yang sudah mulai mongering.

Gambar 2.9 : Teknik Pijit

Sumber : Wahyu Gatot Budiyanto, dkk. (2008). Kriya Keramik untuk SMK Jilid 2.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan

3. Teknik Pilin (coiling)


Merupakan salah satu teknik yang sudah terkenal sejak lama.
Pembentukan dengan teknik ini dapat memnerikan keleluasaan untuk
membuat benda keramik dengan ukuran yang relatif lebih besar dan
kompleks. Teknik ini merupakan gabungan dari pilinan tanah yang
ditumpuk satu persatu diantara pilian yang lain sehingga menjadi sebuh
bentuk keramik. Bentuk pilihan tersebut berfungsi sebagai dinding benda
dan dekorasi. Hal yang harus diperhatikan dalam teknik adalah tanah
30

liat harus benar-benar plastis dan apabila diantara sambungan pilinan


terdapat rongga udara, harus segera dipadatkan untuk menghindari terjadi
retak atau pecah ketika pembakaran

Gambar 2.10 & 2.11 : Teknik Pilin & Hasil keramik dari teknik pilin

Sumber : Wahyu Gatot Budiyanto, dkk. (2008). Kriya Keramik untuk SMK Jilid 2.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan

4. Teknik Lempeng (slab building)


Teknik ini digunakan untuk membuat bentuk-bentuk utamanya seperti
bentuk yang memiliki sudut, bentuk kubus, persegi panjang, segitiga, dll.
Benda keramik yang dihasilkan oleh teknik ini dapat digabung dengan
teknik lain seperti teknik pilin, teknik bebas, dan sebagainya, cara
penyambungannya dengan mengiris salah sati sisi dengan kemiringan 45
derajat lalu untuk memperkuat pada bagian sambungan dapat
menggunakan pilinan tambahan atau dengan menggores bagian yang akan
disambung dan mengolesinya dengan air kemudian disatukan. Dalam
teknik ini terdapat 2 jenis tanah, lempengan lunak dan keras

Gambar 2.12 & 2.13 : Teknik slab dengan roll kayu & Teknik slab
dengan slab roller

Sumber : Wahyu Gatot Budiyanto, dkk. (2008). Kriya Keramik untuk SMK Jilid 2.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
31

5. Teknik Mematung
6. Teknik Putar (throwing)
Proses pembuatan benda keramik dengan cara membentuk bola tanah liat
dengan cara menekan dengan tangan pada saat tanah liat berputar diatas
alat putaran. Teknik ini membutuhkan keterampilan tangan dan
diperluakan suatu kebiasaan akan keseimbangan antara gerakan tangan
dan kaki, serta melatih kepekaan sentuhan tangan dalam mengatur gaya
sentripetal tanah liat yang berputar.
Tahap penting yang harus dilakukan dalam pembentukan dengan teknik :
1. Centering, tahap pemusatan tanah liat diatas putaran dengan cara
menekan tanah liat. Tahap ini harus benar-benar dikuasi karena akan
berpengaruh ketahapan berikutnya
2. Coning, tahap pembentukan tanah liat seperti kerucut.
3. Opening dan Raising, tahap melubangi dan menaikkan tanah liat atas
4. Forming, tahap membentuk ini sangat penting karena tahap ini
merupakan pembentukan benda keramik yang diinginkan
5. Refining the countour, tahap pengecekan atau pengontrolan sisi
bentk dan ukuran benda keramik yang dibuat. Pengukuran
menggunakan penggaris dan kaliper atau jangka untuk mengukur
diameter
6. Finishing, tahap menyelesaian pembentukan keramik, yaitu
meratakan permukaan benda dengan menggunakan alat butsir, scraper
atau ribbon dan dihaluskan dengan spon.

Gambar 2.14 : Pembuatan keramik dengan Teknik Putar

Sumber : http://richo-docs.blogspot.com
32

Pembentukan dengan teknik ini dibedakan menjadi 3 yaitu :


a. Teknik putar centering
Biasanya dilakukan untuk membuat benda keramik dengan ukuran
terbatas. Teknik ini dilakukan dengan membentuk benda keramik di
atas meja putar dengan sekali putaran atau juga bisa menggabungkan
dari beberapa hasil putaran. Produk hasil teknik ini berupa mangkok,
vas bunga, pot, botol, tea set, cangkir, dll.
b. Teknik putar pilin
c. Teknik putar tatap
Teknik ini dilakukan untuk membuat produk-produk keramik yang
berukuran lebih besar yang tidak bisa dilakukan dengan teknik putar
centering. Teknik ini dilakukan dengan cara menggabungkan
(menumpuk) pilinan tanah liat yang kemudian diratakan agar menjadi
kuat. Hasil produk dari teknik ini berupa vas besar, pot besar, guci,
kuali, gentong, dll

7. Teknik Cetak (mold)


Pembentukan dengan teknik ini dapat dibedakan menjadi 3 yaitu
membentuk dengan teknik cetak tekan, membentuk dengan teknik cetak
tuang dan membentuk dengan teknik cetak jigger. Membentuk keramik
dengan ketiga teknik tersebut diakukan dengan proses pembuatan model
terlebih dahulu. Teknik ini sangat baik untuk sistem produksi karena
memiliki ukuran dan bentuk yang sama, dapat diproduksi dengan waktu
yang cepat dan diproduksi dengan jumlah yang banyak.

Gips merupakan bahan utama dalam membuat cetakan, cetakan yang


dibuat harus sesuai dengan standarisasi. Standarisasi tersebut
diantaranyabutiran gips halus, apabila dicampur dengan air cepat hangat
dan mengeras seta memiliki daya serap yang tinggi terdapat slip tanah
liat. Hal yang harus diperhatikan dalam membuat adonan gips adalah
ketepatan campuran air dengan gips, apabila dalam campuran adonan gips
terlalu banyak air mengakibatkan hasil cetakan menjadi lama mengeras
dan lunan dan sebaliknya kalau terlalu sedikit air, hasil cetakkan gips
menjadi lebih cepat mengeras
33

2.2.6 Pengertian Glazir

Glasir merupakan material yang terdiri dari beberapa bahan tanah atau batuan
silikat dimana bahan-bahan tersebut selama proses pembakaran akan melebur
dan membentuk lapisan tipis seperti gelas yang melekat menjadi satu pada
permukaan badan keramik. Glasir merupakan kombinasi yang seimbang dari
satu atau lebih oksida basa (fux), oksida asam (silika), dan oksida netral
(alumina), ketiga bahan tersebut merupakan bahan utama pembentuk glasir
yang dapat disusun dengan berbagai kompoisisi untuk suhu kematangan
glasir yang dikehendaki.

Dalam pengertian yang sederhana untuk membuat glasir diperlukan 3 bahan


utama:
a. Silika : berfungsi sebagai unsur penggelas (pembentuk kaca)
Silika (SiO2) juga disebut flint atau kwarsa yang akan membentuklapisan
gelas bila mencair dan kemudian membeku. Silika murni berbentuk
menyerupai kristal, dimana apabila berdiri sendiri titik leburnya sangat
tinggi antara yaitu 16100C-17100C.
b. Alumina : berfungsi sebagai unsur pengeras
Alumina yang digunakan untuk menambah kekentalan lapisan glasir,
membantu membentuk lapisan glasir yang lebih kuat dan keras serta
memberikan kestabilan pada benda keramik. Yang membedakan glasir
dengan kaca/gelas adalah kandungan alumina yang tinggi.
c. Flux : berfungsi sebagai unsur pelebur (peleleh)
Digunakan untuk menurunkan suhu lebur bahan-bahan glasir. Flux dalam
bentuk oksida atau karbonat yang sering dipakai adalah; timbal/lead,
boraks, sodium/natrium, potassium/kalium, lithium, kalsium, magnesium,
barium, strontium, bersama-sama dengan oksida logam seperti: besi/iron,
tembaga, cobalt, mangaan, chrom, nickel, tin,seng/zinc, dan titanium akan
memberikan warna pada glasir, juga dengan bahan yang mengandung
lebih sedikit oksida seperti: antimoni, vanadium, selenium, emas,
cadmium, uranium.
34

A. Bahan Glazir
Beberapa bahan yang sering digunakan untuk membuat glasir transparan
penutup, matt, dan kristal, diantaranya adalah :
a. Silika (SiO2), berfungsi sebagai unsur penggelas, sumber utama adalah
flint. Sedangkan kwarsa/quartz adalah jenis silika dalam keadaan murni
dan berujud kristal.
b. Boric oxide (B2O3), bahan yang bertindak sebagai pendorong pembentuk
gelas, dapat dimasukkan dalam bentuk borax (Na2O 2B2O3 10H2O)
tetapi larut dalam air, barium oxide inii penting sebagai bahan pelebur.
c. Feldspar, ada dua jenis Feldspar yang umum digunakan, yaitu Potash
feldspar dan Soda feldspar. Kedua bahan tersebut banyak dipakai sebagai
pelebur untuk keramik putih, juga sebagai bahan pengeras dan penambah
kilap glasir.
d. Kapur/Calcium oxide (CaO), Bahan pelebur untuk glasir bakaran
menengah dan tinggi, juga memberikanpelengketan glasir pada badan
keramik.
e. Alumina (Al2O3), berfungsi meningkatkan daya tahan, kekerasan, dan
kilap serta mengurangi pemuaian glasir. Dalam pembuatan glasir alumina
sering disebut refractory element, karena mempunyai titik lebur yang
tinggi (20500C).
f. Barium oxide (BaO), dipakai sebagai bahan pelebur yang sekaligus
bahan pembantu pembentuk glasir matt, dalam jumlah sedikit bahan ini
akan menambah kilap glasir.
g. Timbal oksida/Plumbum oxide/Lead oxide (PbO), bahan pelebur yang
umum digunakan dalam glasir dan menyebabkan glasir sangat mengkilap.
h. Zinc oxide (ZnO), dipakai sebagai bahan pelebur, untuk mencegah retak-
retak dan apabila dipakai bersama alumina akan menambah putihnya
glasir opaque (penutup).
i. Dolomite (CaMg(CO3) 2), Merupakan magnesium dengan karbonat
ganda, bahan ini secara efektif digunakan dalam glasir stoneware dan
akan memberikan tekstur serta warna yang menarik pada pembakaran
reduksi.
j. Magnesium carbonate/Magnesit (MgCO3), bertindak sebagai penutup
sampai suhu 11700C setelah itu bahan ini akan menjadi flux yang aktif.
35

k. Colemanite/Gerstley borate/Calcium borate (2CaO. 3B2O3 .5H2O),


mineral yang mengandung flux yang sangat menguntungkan, pemakaian
bahan ini yang terlalu banyak akan menyebabkan glasir meleleh pada
shelves (plat tahan api).
l. Kaolin/China clay (Al2O3 .2SiO2 .2H2O), berfungsi sebagai sumber
alumina dan silika sehingga dapat berfungsi untuk menambah kekuatan
dan kekerasan glasir sekaligus untuk menambah kilap glasir.
m. Rutile/Titanium oxide (TiO2), berfungsi sebagai penutup/opacifier.
n. Tin oxide/Stannic oxide (SnO2), berfungsi sebagai opacifier dalam
glasir.
o. Talk (3MgO.4SiO2.H2O), berfungsi sebagai pengisi/filler dan bahan
penutup.
Keuntungan talk lainnya adalah gelasir dapat menyesuaikan diri dengan
bahan yang mengandung talk tanpa ada retak-retak yang tertunda, mudah
dijadikanmassa tuang tetapi sukar untuk diputar.

B. Bahan Pewarna Glazir


Berbagai macam oksida Logam atau pigmen warna (stain) dapat ditambahkan
untuk memberikan warna pada glasir yang digunakan. Sedangkan untuk
mendapatkan glasir penutup atau matt dapat ditambahkan beberapa oksida
yang dapat memberikan sifat dove.
a. Oksida Pewarna
Oksida pewarna merupakan kombinasi (persenyawaan) suatu senyawa
oksigen dengan unsur lain. Yang perlu diperhatikan adalah persentase
yang digunakan dalam suatu formula glasir.
Gambar 2.15 Bahan Pewarna Oksida

(dari kiri atas : Cobalt, Cupper, Chrome, Iron, Mangaan, Rutile)


36

Sumber : Buku SMK 12 Kriya Keramik, Wahyu Gatot Budyanto, dkk

b. Pewarna Stain/Pigmen
Pewarna stain/pigmen merupakan bahan pewarna glasir atau tanah liat
yang terbuat dari bahan-bahan oksida logam melalui proses pembakaran
sehingga dihasilkan warna yang lebih stabil. Untuk menghasilkan glasir
warna, bahan pewarna stain dicampurkan ke dalam campuran glasir.

Gambar 2.16 Bahan Pewarna stain

Sumber : Wahyu Gatot Budiyanto, dkk. (2008). Kriya Keramik untuk SMK Jilid 3.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan

C. Jenis Glazir
a. Menurut Cara Pembuatan
- Glasir Frit, glasir yang sebelum digunakan, dilakukan proses
peleburan pada bahan dasarnya menjadi suatu massa gelas yang tidak
larut dalam air.
- Glasir Non Frit/mentah, dibuat dari material keramik terolah atau
tanah tanpa melalui proses peleburan. Bahan-bahan untuk glasir jenis
ini tidak larut dalam air.
- Glasir Campuran, adalah jenis glasir yang dibuat dari bahan mentah
dan bahan glasir yang sudah di-frit.
b. Menurut Temperatur Pembakaran
- Glasir Bakaran Rendah
Jenis glasir bakaran rendah pada umumnya dibakar diantara 7920C -
11200C, jenis glasir ini akan menghasilkan glasir yang halus dan
mengkilkap dengan ciri khas selalu berwarna terang dan mengkilap.
37

- Glasir Bakaran Menengah


Glasir yang matang antara cone 02-6. Glasir jenis ini mengandung
flux untuk bakaran rendah dan juga flux untuk bakaran tinggi. Secara
umum glasir jenis ini memadukan sifat-sifat glasir bakaran rendah
(halus, glossy, cerah) dengan sifat-sifat glasir bakaran tinggi yang
tahan panas.
- Glasir Bakaran Tinggi
Glasir yang matang pada suhu 12300C - 13700C. Glasir jenis ini
bersifat matt, halus (tetapi tidak menampakkan sifat kilap seperti pada
glasir bakaran rendah), sangat keras (tidak bisa digores dengan
logam), tahan terhadap asam.
c. Menurut Bahan yang Digunakan
- Glasir Timbal (lead-glaze), glasir yang didalam komposisi bahannya
masih menggunakan timbal. Glasir jenis ini tidak boleh digunakan
untuk benda-benda fungsi karena beracun.
- Glasir Non Timbal (leadless-glaze), glasir yang didalam komposisi
bahannya tidak menggunakan timbal.
d. Menurut Kondisi Pembakaran
- Oksidasi, dibakar pada kondisi pembakaran dimana oksigen (udara)
yang dibutuhkan cukup terpenuhi.
- Reduksi , dibakar pada kondisi pembakaran dengan oksigen (udara)
terbatas.
e. Menurut Sifat Setelah Pembakaran
- Transparan, glasir yang dihasilkan bening tembus cahaya
(transculent) sehingga warna asli badan keramik dapat terlihat.
- Opaque/menutup, untuk menutup warna badan benda setelah baker
biskuit dipakai glasir penutup/tidak transparan

D. Faktor yang Mempengaruhi Glazir


Beberapa faktor yang dapat menyebabkan resep atau formula glasir tidak
sesuai dengan hasil yang diharapkan ini dipengaruhi oleh :
a. Bahan-bahan yang digunakan
Bahan-bahan glasir kadang-kadang berbeda umur, asalnya, cara
pengambilan, pemurniannya yang akan dapat mengakibatkan perbedaan
38

kualitas jenis bahan. Perbedaan tersebut kadang-kadang menimbulkan


permasalahan, untuk itu berbagai macam tes bahan perlu dilakukan atau
dapat juga melakukan rekalkulasi resep glasir yang sudah ada.
b. Badan tanah liat untuk barang-barang keramik
Tanah liat yang digunakan untuk membuat badan keramik juga
memegang peranan penting dalam kualitas warna dan penampilan akhir
dari glasir. Penggunaan tanah liat juga dapat mempengaruhi ketepatan
glasirnya.
c. Panas dalam ruang pembakaran
Panas ini juga sangat berpengaruh apabila dalam penyusunan barang-
barang keramik memerlukan tingkat atau sap yang akan dapat
mengakibatkan hasil pembakaran glasir tiap tingkat akan berbeda.
Volume (ukuran) tungku juga dapat menyebabkan hasil pembakaran
glasir yang berbeda walaupun glasir yang digunakan sama, hal ini
disebabkan oleh panas pada glasir selama pelelehan dan pendinginan.
Ada kalanya jenis glasir harus disesuaikan dengan waktu pembakarannya.
d. Tipe tungku dan bahan bakarnya
Tungku dengan bahan bakar minyak, gas, listrik, atau kayu akan
menghasilkan hasil pembakaran yang berbeda-beda. Bahan bakar kayu
dapat langsung mempengaruhi kualitas glasir abu, abu dari tempat
pembakaran yang jatuh pada permukaan glasir dan mempengaruhi
beberapa bagian permukaannya. Bahan bakar minyak juga memberikan
kualitas yang berbeda, kotoran pada minyak dapat bereaksi langsung
dengan glasir. Tungku dengan bahan bakar gas cenderung menghasilkan
glasir yang lebih bersih, relatif lebih efisien dan mudah dibakar.
e. Atmosfer tungku
Atmosfer tungku juga berpengaruh pada glasir, sebagai contoh glasir
warna merah tembaga (copper) saat dibakar reduksi menghasilkan warna
merah tetapi bila dibakar oksidasi akan menghasilkan warna hijau muda
atau turkish.
39

E. Teknik Pengglasiran
Pada dasarnya proses pengglasiran benda keramik adalah proses melapisi
benda keramik mentah dan biskuit dengan bahan glasir dengan berbagai
teknik yaitu :
a. Teknik tuang (pouring)
Gambar 2.17 Teknik Tuang

Sumber : Wahyu Gatot Budiyanto, dkk. (2008). Kriya Keramik untuk


SMK Jilid 3. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan

b. Teknik celup (dipping)


Gambar 2.18 Teknik Celup

Sumber : Wahyu Gatot Budiyanto, dkk. (2008). Kriya Keramik untuk


SMK Jilid 3. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan

c. Teknik semprot (spraying)


Gambar 2.19 Teknik Semprot

Sumber : Wahyu Gatot Budiyanto, dkk. (2008). Kriya Keramik untuk


SMK Jilid 3. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
40

d. Teknik kuas (brush)


Gambar 2.20 Teknik Kuas

Sumber : Wahyu Gatot Budiyanto, dkk. (2008). Kriya Keramik untuk SMK Jilid 3.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan

2.2.7 Tungku

Membakar benda keramik merupakan tahapan cukup kritis untuk merubah


benda mentah (greenware) menjadi benda keramik yang matang dan keras.
Proses pembakaran tersebut merupakan salah satu tahapan yang sangat
penting pada proses pembuatan benda keramik, karena tanpa melalui proses
pembakaran maka benda keramik belum dapat disebut produk keramik. Jadi
suatu benda keramik dapat dikatakan sebagai produk keramik harus melalui
proses pembakaran.
Tungku pembakaran atau kiln adalah suatu tempat/ruangan dari batu bata
tahan api yang dapat dipanaskan dengan bahan bakar atau listrik dan
dipergunakan untuk membakar benda-benda keramik.

Untuk mendapatkan hasil pembakaran yang memuaskan, tungku jenis apapun


harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain:
a. dapat mencapai suhu yang diinginkan dengan mudah
b. suhu seluruh bagian tungku pada ruang pembakaran merata
c. pemakaian bahan bakar efisien (hemat)
d. dapat digunakan dalam waktu yang lama (umur pemakaian lama)
e. memiliki prosedur pengoperasian dan pemeliharaan yang mudah dan
murah
f. memudahkan untuk proses penyusunan dan pembongkaran benda
keramik

Beberapa faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam memilih atau


merancang tungku pembakaran keramik ialah :
41

a. Jenis tungku.
b. Kapasitas tungku pembakaran
c. Suhu akhir yang ingin dicapai,
d. Kondisi pembakaran yang diinginkan
e. Jenis barang yang akan dibakar
f. Jenis bahan bakar
g. Lokasi tungku
h. Ukuran plat/shelves

A. Klasifikasi Tungku
1. Klasifikasi Tungku menurut Bahan Bakarnya

Tungku jenis ini banyak digunakan di studio-studio atau di sekolah


sekolah karena mudah dioperasikan. Tungku ini dilengkapi dengan
kumparan-kumparan yang akan membara apabila dialiri arus listrik.

Jenis tungku berdasarkan bahan bakar (sumber panas) yang digunakan


dapat digolongkan menjadi lima macam, yaitu:
a. Tungku bahan bakar gas
Gambar 2.21 Tungku Gas

Sumber : Wahyu Gatot Budiyanto, dkk. (2008). Kriya Keramik untuk SMK Jilid 3.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
42

b. Tungku listrik
Gambar 2.22 Tungku Listrik dan Detail Tungku

Sumber : Wahyu Gatot Budiyanto, dkk. (2008). Kriya Keramik untuk SMK Jilid 3.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan

c. Tungku bahan bakar padat (kayu, batu bara)


d. Tungku bahan bakar minyak
e. Tungu bahan bakar batu bara

2. Klasifikasi Tungku menurut Arah Aliran Panas/Sirkulasi Api


a. Tungku api naik (up draft kiln)
Ciri-ciri tungku api naik ialah :
- pemakaian bahan bakar cukup boros
- suhu pemakaian relative rendah (dibawah 1000oC)
- Perbedaan suhu bagian atas, bawah dan tenah cukup besar
- Cara pengoperasian mudah
- Biaya konstruksi dan pemeliharaan lebih mudah dan murah

Gambar 2.23 Tungku dengan sirkulasi api naik

Sumber : Wahyu Gatot Budiyanto, dkk. (2008). Kriya Keramik untuk SMK Jilid 3.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
43

b. Tungku api berbalik (down draft kiln)


Dengan menggunakan jenis tungku ini akan dihasilkan suhu ruang
pembakaran yang lebih merata dan dapat mencapai suhu yang lebih
tinggi 14000C.

Gambar 2.24 Tungku dengan sirkulasi api berbalik

Sumber : Wahyu Gatot Budiyanto, dkk. (2008). Kriya Keramik untuk SMK Jilid 3.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan

c. Tungku api mendatar (cross draft kiln)


Panas yang dihasilkan dari ruang bakar oleh jenis tungku ini akan
mengalir ke ruang pemanasan sejajar lantai, memanaskan barang
keramik, kemudian keluar melalui cerobong asap. Suhu yang paling
tinggi terletak dekat ruang bakar dan menurun ke arah cerobong asap.

Gambar 2.25 Tungku dengan sirkulasi api mendatar

Sumber : Wahyu Gatot Budiyanto, dkk. (2008). Kriya Keramik untuk SMK Jilid 3.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
44

2.2.8 Pembakaran

Pembakaran adalah suatu reaksi yang cepat antara oksigen dengan kumparan
bahan bakar yang menghasilkan panas sebagai akibat reaksi kimia antara
kumparan bahan bakar dan oksigen. Oksigen yang berasal dari udara
mempunyai bagian volume sebesar 21%, Nitrogen 78%, dan molekul-
molekul gas lainnya 1%. Proses pembakaran yaitu menggunakan kompor
pembakar dengan bahan bakar minyak memerlukan kecermatan dan
ketelitian, yang akan menentukan keberhasilan.

Beberapa faktor yang akan sangat menentukan keberhasilan proses


pembakaran :
a. Jenis tungku pembakaran.
b. Kompor pembakar.
c. Cara pengoperasian.
d. Bahan bakar.

2.2.9 Perubahan Keramik (Ceramic Change).

Untuk menjadi suatu benda yang permanen, tanah liat/keramik harus dibakar
terlebih dahulu, sebab tanah liat yang telah mengeras karena sinar matahari
dapat hancur oleh air. Tanah liat mengalami pembakaran melewati suhu
6000C maka tanah liat tersebut mengalami perubahan fisik dan kimia menjadi
keramik yang tidak hancur atau lapuk oleh air. Peristiwa itu disebut
perubahan keramik atau ceramic change, sebab keramik tidak bisa
dikembalikan lagi menjadi tanah liat.

Kematangan (vitrifikasi) adalah kondisi keramik yang telah mencapai


kematangan secara tepat tanpa mengalami perubahan bentuk, hal ini
ditentukan oleh peleburan bahan-bahan feldspatik dan kwarsa bebas dalam
badan keramik, yang berfungsi sebagai pelekat partikel-partikel tanah liat,
sehingga setelah proses pendinginan partikel-partikel tanah tersebut
seolaholah direkatkan satu sama lain membentuk badan keramik yang keras.
Suhu matang tanah liat memiliki jarak antara (range) yang cukup besar,
biasanya antara 500C-2000C. Misalnya tanah liat earthenware dari lokasi
tertentu memiliki suhu matang antara 9500C-10500C, artinya jika dibakar
45

dibawah suhu 9500C tanah liat tersebut belum mengalami perubahan keramik
secara sempurna. Sebaliknya jika dibakar melebihi suhu 10500C, tanah liat
akan mengalami perubahan bentuk atau bahkan meleleh, karena pemanasan
yang berlebihan dan partikel-partikel tanah ikut melebur menjadi mineral
yang meleleh.

A. Perubahan yang Terjadi Pada Pembakaran Keramik


Secara keseluruhan, proses pembakaran dapat dibagi menjadi 3 tingkatan, sbb
a. Tahap Pengeringan
Pada tahap ini terjadi penguapan air mekanis, yaitu sisa air pembentukan
atau yang terikat karena kelembaban udara. Jumlah air yang terkandung
dalam tanah liat (massa badan benda) tergantung dari :
1. Cara pembentukan barang
2. Penggeringan sebelum dibakar
3. Jenis tanah liat yang digunakan
Untuk menentukan berapa suhu berakhirnya tahap pengeringan ini,
umumnya suhu 50°C dianggap sebagai suhu akhir tahap pelepasan air
mekanis, atau tahap terjadinya penyusutan. Agar pengeluaran air dapat
berlanjut dan tidak membahayakan benda keramik mentah karena susut,
maka kenaikan suhu harus dijaga, tidak boleh terlalu cepat.
b. Pemanasan Pendahuluan
Pada tahap ini terjadi pembakaran kimia, yaitu proses pelepasan air
kristal, penguraian menjadi oksida-oksida dan oksidasi. Tahap ini secara
normal dianggap mulai dari 300°C sampai 800°C, pada daerah temperatur
reaksi kimia yang umum terjadi pada periode ini adalah:
1. Dekomposisi (penguraian) dari garam-garam sulfat atau karbora
menjadi oksida-oksida basa, serta penguraian komponen tanah
liatmenjadi oksida-oksidanya. Disini oksida basa dan asam mulai
bereaksi. Bila jumlah basa cukup, maka akan menurunkan titik lebur
senyawa silika dan mulai terbentuk gelas
2. Oksida terjadi pada periode ini, komponen
c. Pembakaran
Tahap pembakaran penuh, merupakan reaksi-reaksi fisika dan kimia yang
telah dimulai sebelumnya dan akan berlangsung terus dengan kecepatan
46

yang lebih tinggi. Pada tahap ini terjadi rekasi-reaksi rekombinasi,


peleburan sebagian dan dekristalisasi. Bila suhu dinaikkan lagi atau
waktunya lebih lama, hasil peleburan akan menembus ke pori-pori yang
lebih dalam dan menghasilkan bahan padat.

B. Prinsip-Prinsip Reaksi Pembakaran


Bahan bakar kayu, arang, minyak untuk pembakaran dalam tungku
merupakan bahan bakar yang mengandung karbon dan akan bereaksi dengan
oksigen (udara) sehingga membangkitkan panas. Dalam reaksi pembakaran
ini yang utama adalah bagaimana mengalirkan udara secukupnya dengan
mengandung oksigen pada bahan bakar yang mengandung karbon. Pada
prinsipnya, sebelum proses pembakaran terjadi, bahan bakar yang berbentuk
padat (kayu dan arang) maupun cairan (minyak) harus berubah menjadi gas
agar dapat menimbulkan panas. Perubahan bahan bakar menjadi gas hanya
akan terjadi apabila suhu pembakaran naik. Semakin tinggi suhu maka
semakin cepat terjadi proses pembakaran.
Selama proses pembakaran berlangsung perlu ada pengendalian dalam hal
berikut:
a. Temperatur
Temperatur atau suhu selama proses pembakaran dapat diukur denga
thermocouple dan pyrometer yang terpasang dalam tungku pembakaran.
b. Kecepatan Kompor Pembakar (Burner)
Kecepatan pembakaran dapat diatur dengan menambah atau mengurangi
jumlah bahan bakar dalam ruang pembakaran dengan mengatur kran
bahan bakar. Dengan menambah bahan bakar, udara yang masuk dan
diperlukan untuk pembakaran harus ditambah sehingga ada
keseimbangan.
c. Waktu
Waktu yang dibutuhkan dalam proses pembakaran ditentukan oleh tiga
faktor, yaitu tinggi rendahnya suhu pembakaran yang akan dicapai,
kecepatan kenaikan suhu, dan yang penting kapasitas tungku pembakaran.
d. Tarikan Cerobong
Tarikan cerobong akan mempengaruhi efisiensi pemakaian bahan bakar
dan kenaikan suhu. Bila tarikan cerobong terlalu tinggi/cepat gas panas
47

tidak memiliki cukup waktu untuk memberikan panas kepada benda


keramik sehingga dibutuhkan bahan bakar yang lebih banyak untuk dapat
menaikkan suhu.
e. Suasana pembakaran (oksidasi, reduksi, dan netral)
Suasana pembakaran yang dimaksud adalah oksidasi, reduksi, atau netral.
Suasana oksidasi akan terjadi bila udara yang diperlukan untuk
pembakaran berlebihan dibanding dengan bahan bakar, reduksi akan
terjadi apabila udara yang dibutuhkan kurang sedangkan netral akan
terjadi bila udara dan bahan bakar seimbang.

2.3 Tinjauan Khusus

2.3.1 Museum Seni Rupa dan Keramik

A. Lokasi Museum

Lokasi museum berada di Kawasan Kota Tua, yang lebih tepatnya berada
di Jalan Pos Kota no 2, Jakarta Barat. Letak Museum Seni Rupa dan
Keramik dikelilingi oleh tempat-tempat bersejarah seperti Museum
Wayang, Museum Sejarah Jakarta, Museum Bank Indonesia, Toko Merah,
Café Betawi, Stasiun Jakarta Kota, dll.

B. Sejarah Gedung
Gedung Museum Seni Rupa dan Keramik ini dibangun pada tahun 1870.
Sebagai Lembaga Peradilan tertinggi Belanda (Raad van
Justitie), kemudian pada masa pendudukan Jepang dan perjuangan
kemerdekaan Indonesia gedung ini dijadikan sebagai asrama militer.
Selanjutnya pada tahun 1967 digunakan sebagai Kantor Walikota Jakarta.
Pada tahun 1968 hingga 1975 gedung ini pernah digunakan sebagai Kantor
Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta. Pada tanggal 20 Agustus 1976
diresmikan sebagai Gedung Balai Seni Rupa oleh Presiden Soeharto. Dan
di gedung ini pula terdapat Museum Keramik yang diresmikan oleh Bapak
Ali Sadikin (Gubernur DKI Jakarta) pada tanggal 10 Juni 1977, kemudian
pada tahun 1990 sampai sekarang menjadi Museum Seni Rupa dan
Keramik.
48

Gambar 2.26 Pintu Masuk Museum Seni Rupa dan Keramik

Sumber : Dokumen Pribadi

C. Visi dan Misi


VISI : Menjadikan Museum Seni Rupa dan Keramik sebagai pusat
pelestarian seni rupa Indonesia dan sebagai tujuan kunjungan wisata seni
dan budaya yang bertaraf internasional.
MISI : Meningkatkan sumber daya manusia, meningkatkan pelayanan
pengunjung, melakukan penataan ruang koleksi secara berkala,
meningkatkan kerjasama dengan mitra museum.

D. Tugas Pokok dan Fungsi


Tugas Pokok Museum Seni Rupa dan Keramik adalah melayani
masyarakat dan pengungjung serta mengadakan, menyimpan, merawat,
mengamankan, meneliti koleksi, memperagakan dan mengembangkan
untuk kepentingan pendidikan, sejarah, kebudayaan, rekreasi, sosial dan
ekonomi baik langsung maupun tidak langsung
Fungsi dari Museum antara lain :
a. Penyusunan program dan rencana kegiatan operasional
b. Pengusulan pengadaan koleksi serta sarananya
c. Penyelenggaraan usaha-usaha, publikasi, pameran koleksi dan
pemasaran
d. Pelaksanaan pembuatan deskripsi dan registrasi koleksi
e. Penyimpanan, penataan dan perawatan koleksi
f. Penelitian koleksi
g. Pemberian bimbingan dan pelayanan edukatif kultural kepada
masyarakat
49

h. Penyelenggaraan pengelolaan perpustakaan museum


i. Pelayanan informasi tentang Seni Rupa dan Keramik
j. Penyusunan kegiatan ketatausahaan

E. Struktur Organisasi

Bagan 2.2 Struktur Organisasi Museum Seni Rupa dan Keramik

Sumber : hasil wawancara dengan pihak museum

F. Fasilitas Museum
Fasilitas umum museum berupa musholla, lahan parkir yang cukup luas
serta toilet. Sedangkan fasilitas khusus berupa perpustakaan, studio
gerabah, serta toko cinderamata.
1. Perpustakaan, dilengkapi dengan buku-buku seni rupa dan keramik
yang dijadikan panduan akan seni rupa. Namun karena perpustakaan
masih dalam tahap pembetulan, maka tidak dibuka untuk umum
2. Workshop, merupakan tempat pelatihan untuk membuat gerabah.
Dalam mengikuti pelatihan diajari teknik mulai dari pinching (pijat),
cetak dan roda putar. Selain itu juga disediakan oven untuk
pembakaran gerabah. Kapasitas yang dimiliki oleh studio ini berkisar
10 orang. Apabila terdapat rombongan yang datang dalam jumlah yang
sangat banyak, aktifitas tersebut akan dipindahkan ke ruang serba guna
atau teraa
50

Gambar 2.27 Workshop diteras

Sumber : Dokumentasi Pribadi

3. Toko Cindera Mata, memiliki souvenir untuk pengunjung berupa


kartu pos, buku seni rupa, kerajinan, sketsa, lukisan, keramik, dll

G. Aktifitas / Kegiatan dalam Museum


Kegiatan yang diselenggarakan Museum Seni Rupa dan Keramik setiap
tahunnya adalah :
a. Penyuluhan permuseuman
b. Pameran temporer
c. Partisipasi kegiatan diluar museum

H. Elemen Interior
a. Lantai
Untuk material lantai area lukisan menggunakan tegel dan vinly yang
digunakan sebagai alur dari jalannya pengunjung. Sedangkan untuk
lantai area keramik menggunakan tegel dan PVC yang juga digunakan
sebagai alur dari jalannya pengunjung. Perbedaan material lantai yang
digunakan tidak memiliki sambungan dengan level yang sama serta
adanya beberapa tegel yang rusak yang menjadi berbahaya ketika
dilalui oleh anak-anak ataupun lansia.
51

Gambar 2.28 Material lantai yang digunakan

Sumber : Dokumentasi Pribadi


b. Dinding
Dinding yang digunakan merupakan dinding bata dengan finishing cat.
c. Plafon
Plafon yang digunakan merupaan tripleks yang di finishing dengan car
berwarna hijau. Plafon tersebut di ekspos sehingga ruangan terlihat
tinggi, tinggi dari lantai hingga plafon kurang lebih mencapai 5 meter

Gambar 2.29 Plafon Museum

Sumber : Dokumentasi Pribadi


d. Penghawaan
Penghawaan yang digunakan berupa AC central yang terdapat
diseluruh area indoor museum. Ketika ramai pengunjung, udara mejadi
lebih panas yang dikarenakan lalu-lalang pegunjung diarea pintu
masuk
e. Pencahayaan
Pencahayaan yang digunakan berupa spotlight dengan tracking serta
lampu LED didalam display artefak. Pencahayaan yang terdapat di
museum secara garis besar sudah mendapatkan pencahayaan yang baik
namun kurang memanfaatkan pencahayaan alami
52

Gambar 2.30 Pencahayaan Museum

Sumber : Dokumentasi Pribadi


f. Display
Display yang digunakan dalam museum sudah baik dan ergonomis,
namun apabila dilihat dari segi desain, kurang tertata dengan baik.
Sehingga secara keseluruhan menjadi kurang menarik

Gambar 2.31 Display Museum

sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 2.32 Display Museum

sumber : Dokumentasi Pribadi

I. Analisa Interior
Secara keseluruhan, museum ini sudah dapat menampilkan koleksinya
dengan baik dan sesuai dengan ergonomi ketika manusia melihat sebuah
karya seni. Fungsi dan kegunaan ruang yang terdapat dalam museum sudah
53

sesuai dengan kebutuhan yang dibutuhkan pengunjung terutama dengan


adanya perpustakaan dan area workshop. Akan tetapi terdapat beberapa
kendala dalam museum ini, baik dari sisi pengunjung maupun sisi
pengelola, berikut penjelasannya :
1. Dari segi informasi, kurangnya informasi atau penjelasan akan suatu
artefak yang dipajang serta informasi seperti brosur sulit untuk
didapatkan dari pihak museum
2. Dari kondisi bangunan, banyak area-area yang belum diperbaiki atau
rusak seperti plafon yang bolong dan berwarna kekuningan karena air
yang merembes ke plafon. Lalu lantai yang tidak diperbaiki yang
menjadi sangat berbahaya ketika lantai tersebut dilalui oleh anak-anak
dan lansia
3. Banyak pengunjung yang tidak menaati peraturan seperti membuang
sampah sembarangan, serta memegang artefak-artefak terutama lukisan
4. Adanya bau tak sedap dibeberapa area yang menganggu pengunjung
5. Kurangnya lahan atau area untuk workshop, yang membuat para
rombongan harus ‘mengemper’ di teras

2.3.2 Gallery F. Widayanto

A. Lokasi Galeri

Gallery F. Widayanto terletak di Jalan Setiabudi 2 no. 11, Jakarta Selatan.


Lokasi galeri ini terdapat di kompleks perumahan, oleh karena itu galeri ini
memiliki luasan yang seukuran dengan rumah tinggal serta memiliki gaya
geleri yang tropical

B. F. Widayanto
F. Widayanto lahir di Jakarta pada tahun 1953, lulus pada tahun 1981 dari
Bagian Keramik Fakultas Seni Rupa dan Desain, ITB. Pada tahun 1991
Widayanto mendirikan studio sendiri di Tapos, menandai awal dari produk
fungsional dan dekoratif, termasuk aksesoris. Untuk melajnutkan karya
artistiknyaia mengadakan pameran solo patung keramik yang diadakan setiap
2-3 tahun sekali. Selain keahliannya dalam seni keramik, Widayanto juga
mengembangkan keterampilannya dalam menggambar. Pada tahun 2000 ia
54

menampilkan beberapa gambar dengan menggunakan arang dalam pameran


tunggal di Regent Hotel, Jakarta

F. Widayanto memiliki dua tempat galeri dan workshop pribadi. Tempat


pertama berlokasi di Setiabudi dengan nama Gallery F. WIdayanto, koleksi
yang terdapat digaleri tersebut sangat banyak, mulai dari aksesoris hingga
koleksi masterpiece yang hanya diproduksi satu buah saja. Tempat kedua
berlokasi di Depok dengan Nama Rumah Model Keramik & Wisata Keramik,
koleksi yang terdapat di Rumah Model Keramik ini tidak sebanyak koleksi
yang berada di Setiabudi, namun Rumah Model ini lebih memfokuskan ke
wisata keramik sehingga dengan tujuan agar para pengunjung dapat bermain
dan mempelajari pembuatan keramik. Sedangkan workshop pribadi Pak
Widayanto berada di Tapos, yang merupakan lokasi yang tidak sembarang
orang dapat datang tempat tersebut, harus melalui ijin terlebih dahulu, karena
workshop tersebut merupakan tempat untuk memproduksi hasil dari semua
koleksi yang dijual oleh Pak Widayanto. Kesamaan dari ketiga tempat
tersebut adalah gaya rumahnya, yaitu tropical

C. Fasilitas dan Aktifitas Galeri


Fasilitas yang terdapat dalam Gallery F. Widayanto antara lain :
a. Area penjualan
Area penjualan terletak disemua area galeri, tidak ada pembagian khusus
akan jenis-jenis keramik yang dipamerkan. Hanya saja aksesoris-
aksesoris seperti kalung dan keramik-keramik berukuran kecil diposisikan
di area dekat kasir dan patung-patung yang termasuk masterpiece dari
karya F. Widayanto diletakkan di ruang koleksi tersendiri yang dapat juga
dilihat oleh umum.
Gambar 2.33 Area Penjualan Koleksi

Sumber : www.fwidayanto.com
55

b. Ruang Koleksi masterpiece karya F. Widayanto


Ruang ini merupakan ruangan khusus yang merupakan hasil masterpiece
yang berupa patung-patung yang memiliki sertifikat dan hanya diproduksi
satu saja.

Gambar 2.34 Ruang Koleksi Masterpiece

Sumber : www.fwidayanto.com

c. Studio Keramik/workshop
Studio ini digunakan ketika terdapat rombongan atau orang-orang yang
memang tertarik untuk mengikuti kursus membuat keramik. Kursus yang
diberikan memiliki beberapa tahap, mulai dari beginner hingga
professional. Yang membedakan dari tahapan tersebut adalah teknik yang
diajarkan, semakin ke tahap professional, maka semakin banyak teknik
yang dikuasai serta apabila telah menyelesaikan tahapan tersebut akan
diberikan sertifikat dari galeri tersebut. Studi yang terdapat di galeri
tersebut merupakan studio semi terbuka, alasan dari semi terbuka itu tidak
hanya memberikan unsur penghawaan yang baik bagi pengguna namun
juga agar bisa dijadikan tempat untuk mendinginkan keramik sebelum
keramik tersebut dibakar.
56

Gambar 2.35 Area Workshop

Sumber : Dokumentasi Pribadi


d. Gudang penyimpanan
Gudang untuk menyimpan koleksi-koleksi keramik tidak memiliki
standarisasi seperti berapa suhu yang harus digunakan untuk menyimpan
koleksi tersebut, hal ini terjadinya karena keramik tersebut sudah
mengalami proses pembakaran sehingga cukup kuat dalam kondisi
apapun. Penyimpanan untuk koleksi keramik ini berupa rak-rak besi
e. Kamar Pribadi milik F. Widayanto
Kamar pribadi tersebut digunakan beliau ketika beliau mengunjungi
galeri tersebut selama beberapa hari. Pak Yanto sendiri kesehariannya
adalah memantau galeri yang berada di Setiabudi, Ciganjur dan workshop
pribadi yang berada di Tapos.
f. Toilet umum

Aktifitas yang dilakukan oleh pengunjung pada umumnya adalah melihat-


lihat barang koleksi serta membeli atau bertanya untuk detail koleksi. Selain
itu beberapa rombongan pada umumnya ketika datang ke galeri ini akan
mengikuti kursus pembuatan keramik di studio dan diikuti dengan paket
pemesanan makanan. Paket makanan yang disediakan harus melalui
pemesanan terlebih dahulu dan biasanya memang dilakukan oleh para
rombongan yang datang.

Sedangkan aktifitas dari pengelola galeri yang utama adalah melayani


pengunjung yang datang. Biasa yang dilakukan adalah menemani pengunjung
tersebut melihat-lihat koleksi, sehingga ketika pengunjung ingin bertanya
mengenai pembuatan atau harga maka dapat dijawab dengan seketika.
57

Aktifitas lainnya berupa pengepakan barang, yang dilakukan ketika adanya


pemesanan atau pengiriman barang. Serta untuk beberapa karyawan, yang
ditunjuk sebagai pengajar dalam kursus tersebut dan terkadang juga
melakukan aktifitas pembuatan keramik berukuran kecil untuk diperjual
belikan

D. Elemen Interior
a. Lantai
Lantai yang digunakan dalam galeri ini menggunakan tegel, lantai
ekspos semen dengan cetakkan bentuk-bentuk seperti daun, bunga
yang disertai dengan material keramik, lantai homogenous tile ukuran
60 x 60 cm, parquet yang terdapat dibagian tangga. Penggunaan lantai
tegel dan ekspos semen digunakan untuk menunjang gaya tropical dari
rumah tersebut
b. Dinding
Dinding yang digunakan dalam galeri ini sebagian besar menggunakan
finishing bata yang berasal dari Bogor, berbeda dengan batu bata yang
digunakan digunakan sebagai material bangunan, bata tersebut lebih
lebar dan lebih tipis. Lalu menggunakan batu alam untuk interior yang
semi terbuka dan sisanya menggunakan dinding bata dengan finishing
cat abu
c. Plafon
Plafon yang digunakan dalam galeri ini menggunakan palfon gypsum
yang dilapisi dengan karung goni atau istilahnya adalah bagor dengan
tujuan sebagai elemen estetis. Lalu di ruang koleksi masterpiece
menggunakan menggunakan tanaman padi sebagai unsur estetis pada
ruangan tersebut. Sisa dari plafon tersebut di finishing dengan cat
d. Penghawaan
Sistem penghawaan yang terdapat digaleri ini menggunakan split AC
dan kipas angin. Split AC berada di ruangan tertutup dan kipas angin
digunakan diruangan yang semi terbuka. Secara keseluruhan, galeri ini
hampir memiliki area yang terbuka yang disesuaikan dengan rumah
yang bergaya tropical yang menjadi ciri khas dari Gallery F.
Widayanto
58

e. Pencahayaan
Sistem pencahayaan yang terdapat digaleri ini menggunakan pada
umumnnya menggunakan spotlight lamp dengan tracking agar
mempermudah mengatur cahaya, karena koleksi yang dijual dapat
sewaktu-waktu berubah tempat. General lighting yang digunakan
berada hanya di area studio sedangkan untuk wall lamp berada di area
dinding sebagai dekorasi dinding ketika malam hari

Gambar 2.36 Pencahayaan dalam Galeri F. Widayanto

Sumber : www.fwidayanto.com

2.3.3 MuNti Keramik


A. Lokasi MuNti Keramik
Lokasi MuNti Keramik berada di Jalan Guntur No. 2, Bogor, Jawa Barat.
Area MuNti ini mudah diakses oleh orang awam karena letakkanya tidak jauh
dari jalan tol dan jalan utama di Bogor. MuNti ini berada di area perumahan,
sehingga tingkat kebisingannya rendah. MuNti ini tidak hanya menjual
keramik namun juga memiki café dan restoran yang berada di satu lokasi
yang sama.

B. MuNti Keramik
MuNti Keramik merupakan salah satu dari hasil pengerajin keramik yang
ternama. Desain yang dihasilkan merupakan kombinasi dari seniman dan
arsitektur sehingga membuat hasil keramik tersebut tidak hanya berseni
namun juga memiliki fungsi yang baik. Hasil keramik tersebut dibuat dengan
menggunakan olahan tangan yang memiliki skill yang baik sehingga terlihat
pada detail-detail yang ada disetiap hasil karyanya. Keramik yang dihasilkan
oleh MuNti terinspirasi dari alam yang dimiliki oleh Indonesia yang
59

memberikan timeless feeling pada dunia yang modern ini. Hasil yang
dihasilkan oleh MuNti berupa dekorasi untuk interior, peralatan mandi,
peralatan makan, peralatan kantor, lampu dan lantai
Gambar 2.37 Pintu masuk MuNti Keramik

Sumber : Dokumentasi Pribadi

C. Fasilitas dan Aktifitas MuNti Keramik


Fasilitas yang terdapat dalam MuNti Keramik, antara lain :
a. Area penjualan
Area penjualan berada di ruangan indoor dengan sistem penjualan yang
menggunakan rak-rak pajangan serta meja. Ada beberapa klasifikasi dalam
memajang hasil karya seperti ada rak yang menjual barang-barang paket
seperti teko, gelas, piring dan cangkir, lalu rak yang menjual aksesoris
kalung. Namun secara keseluruhan memang tidak ada pengklasifikasian
barang yang signifikan, jadi dapat dikatakan tidak ada susunannya
tersendiri.
Gambar 2.38 Area penjualan keramik

Sumber : Dokumentasi Pribadi

b. Area penyimpanan keramik


Area penyimpanan keramik tidak memiliki ruangan khusus tersendiri,
hanya berupa rak-rak penyimpanan yang berada di bagian belakang
60

rumah. Tidak ada pengklasifikasian keramik-keramik tersebut, hanya


saja, benda-benda yang berukuran kecil diletakkan dibagian depan rak.

Gambar 2.39 Rak penyimpanan keramik

Sumber : Dokumentasi Pribadi

c. Café dan Restoran “Coffee Time”


Café dan restoran ini digunakan sebagai salah satu cara untuk menarik
minat pengunjung, jadi pengunjung yang datang tidak hanya fokus pada
hasil keramik namun bisa menikmati sajian dari MuNti sendiri. Sajian
yang diberikan tidak hanya makanan barat namun juga makanan lokal.
Pengunjung yang menikmati café ini tidak tidak hanya para keluarga
namun juga para muda-mudi

Gambar 2.40 Area restoran, semi indoor

Sumber : Dokumentasi Pribadi


d. Dapur
e. Kamar Mandi
61

Aktifitas yang dilakukan pengunjung pada umumnya adalah makan dan


minum, sehingga aktiftas untuk melihat-lihat keramik merupakan aktifitas
penunjang saja. Pengunjung yang memang merupakan klien tetap di MuNti
biasanya datang untuk melihat-lihat atau melakukan pemesanan keramik.
Sedangkan aktifitas yang dilakukan oleh pengelola terbagi menjadi 2, yaitu
yang mengurusi bagian café dan bagian keramik. Untuk bagian mengurusi
café sudah pasti aktifitasnya berupa melayani dan menerima pesanan dari
pengunjung yang datang, serta adanya karyawan yang mengelola bagian
dapur dan mengurusi bagian keuangan atau kasir café. Sedangkan untuk
bagian keramik aktifitasnya adalah melayani transaksi pembelian serta
mengurusi bagian packing untuk barang-barang dibeli oleh pengunjung

D. Elemen Interior
Gambar 2.41 & 2.42 Area makan & Area penjualan

Sumber : Dokumentasi Pribadi


a. Lantai
Untuk material lantai yang digunakan terbagi menjadi dua area. Untuk
area indoor menggunakan material keramik berwarna putih dan untuk
bagian semi indoor menggunakan material batu serta semen ekspos
yang terdapat cetakkan berupa keramik. Perbedaan material tersebut
disesuaikan dengan lingkungan sekitar, karena bagian semi indoor
digunakkan material batu
b. Dinding
Untuk material dinding yang digunakan yaitu dinding bata dengan
finishing cat putih, sedangkan untuk area semi indoor menggunakan
dinding bata ekspos yang hanya dijadikan kolom pendek untuk
menyanggah antara plafon dengan tiang penyanggah
62

c. Plafon
Untuk material plafon yang digunakan berupa tripleks yang
difinishing dengan cat. Sedangkan untuk area semi indoor hanya
ditutupi dengan genteng
d. Penghawaan
Karena tempat ini memiliki banyak bukaan dan terdapat banyak
pohon maka hanya menggunakan kipas angin yang terdapat di area
indoor. Keadaan pintu dan jendela pada umumnya selalu dalam
keaadaan terbuka yang membantu perputaran udara
e. Pencahayaan
Pencahayaan yang digunakan menggunakan lampu spotlight, hanging
lamp, wall lamp, table lamp serta lampu TL yang berada dirak
penjualan. Penggunaan wall dan table lamp digunakan sebagai display
lampu-lampu yang dijual dan untuk hanging lamp digunakan untuk
area makan dan juga terbuat dari keramik yang merupakan salah satu
hasil produksi MuNti
63

2.3.4 Kesimpulan Hasil Survei dan Observasi

Tabel 2.1 Tabel Kesimpulan Hasil Survei dan Observasi

Subjek Museum Seni Gallery F. MuNti


Rupa dan Keramik Widayanto Keramik
Lokasi *** ** *
Arsitektur *** ** *
Desain * *** *
Material Lantai * ** **
Material Dinding * *** **
Material Ceiling ** *** **
Ambience * *** **
Tata Ruang *** ** *
Display * ** *
Workshop * *** tidak ada
Kamar Mandi * ** ***
Souvenir tidak beroperasi tidak ada tidak ada
Perpustakaan * tidak ada tidak ada
Informasi * *** *
Café tidak ada tidak ada ***
Gudang *** ** *
Signage * * *
Keamanan ** ** *
Perawatan * *** **
Pencahayaan ** *** **
Penghawaan * *** **

Keterangan :
*** Sangat Baik
** Baik
* Cukup Baik

* Dalam subjek terdapat material lantai, dinding, dan ceiling yang dimaksud dengan
penilainan terhadap subjek tersebut adalah pengolahan lantai, dinding, ceiling yang baik
sehingga selain menunjang desain namun juga aman untuk dilalui oleh pengunjung

Masing-masing tempat survei memiliki kelebihan dan kekurangannya. Dalam


perancangan interior museum, Museum Seni Rupa dan Keramik dapat
dijadikan landasan untuk mendesain museum terutama dari segi fasilitas dan
susunan atau struktur aktifitas. Sedangkan dari segi fasilitas F. Widayanto
64

dan MuNti Keramik tidak sebanyak atau selengkap museum karena basis dari
dua tempat tersebut adalah galeri. Namun secara desain dan kenyaman, F.
Widayanto dan MuNti Keramik dapat lebih unggul karena dikelola oleh
pribadi sehingga perawatan interior dapat lebih mudah dan dari segi desain
karena selain pemiliknya yang memiliki selera yang baik juga karena good
design good business. Dengan lokasi yang dapat dikatakan tidak terlalu
strategis maka tidak semua orang mengenal atau berkunjung ke lokasi baik
Gallery F. Widayanto maupun MuNti Keramik sehingga pengunjung yang
datang hanya pengunjung yang berupa pelanggan tetap atau pelanggan yang
memiliki tujuan tertentu dengan catatan sudah mengetahui tempat tersebut
atau kualitas koleksi tersebut dengan sangat baik. Lokasi yang kurang
strategis tersebut membuat pengunjung yang datang tidak sepadat
pengunjung yang datang ke museum, sehingga kenyaman pengunjung akan
lebih baik ditambah dengan keramahan dari pengelola galeri.

Untuk teknik mendisplay antara museum cukup berbeda dengan teknik


display di galeri. Tujuan pendisplay-an koleksi dimuseum adalah agar koleksi
museum tersebut dapat dilihat tanpa harus mengurangi resiko hilang atau
rusaknya benda koleksi tersebut, oleh karena itu semua benda koleksi ditutup
atau dibatasi dengan kaca. Sedangkan untuk galeri, galeri memiliki tujuan
agar barang atau koleksi tersebut dapat dibeli sehingga, tidak menggunakan
keamanan seperti penggunaan kaca yang berada disekitar koleksi dan dapat
dipegang oleh pengunjung. Keamanan yang diberikan oleh pihak galeri
berupa ketika pengunjung melihat barang-barang koleksi, biasanya akan
ditemani oleh salah satu staff dari galeri, dengan adanya staff yang selalu
menemani pengunjung kelebihan yang didapat adalah pengunjung dapat
mendapatkan informasi yang lebih banyak dan cepat baik mengenai detail
koleksi atau hal-hal lain yang ingin ditanyakan.

Fasilitas yang berada dimasing-masing tempat survei memiliki perbedaan,


faslitas perpustakaan yang dimiliki oleh museum bertujuan sebagai salah satu
persyaratan dari pendirian museum serta sebagai sumber informasi yang bisa
didapat yang sehubungan dengan seni selain dari hasil koleksi yang
dipamerkan. Sedangkan untuk fasilitas café yang berada di MuNti Keramik
65

bertujuan sebagai fasilitas penunjang yang memberikan nuansa baru ketika


ingin berbelanja keramik, selain itu café disini juga digunakan sebagai salah
satu pendapatan bagi MuNti. Untuk F.Widayanto, sebenarnya juga memiliki
area makan atau semacam restoran hanya dapat digunakan untuk acara
tertentu dan harus melalui proses pemesanan terlebih dahulu. Merupakan
faslitas yang cukup menarik namun tidak digunakan oleh umum, penggunaan
area makan tersebut biasanya ketika terdapat acara gathering atau adanya
kelompok yang melakukan aktifitas workshop sekaligus ingin menikmati
nuansa di galeri sambil mencicipi makanan khas F. Widayanto.

Workshop yang dimiliki oleh F. Widayanto lebih baik dibandingkan dengan


yang dimiliki museum, pertama dari fasilitas yang memadai, kedua karena
areanya yang dimiliki semi terbuka dan disekitar area workshop terdapat
taman, yang bertujuan sebagai penghawaan yang baik namun juga sebagai
sumber inspirasi baik untuk pengunjung maupun staff yang sedang membuat
hasil karya untuk dijual nantinya.

Dari hasil survei, ketertarikan masyarakat untuk datang ke museum dan galeri
memilik ketertarikan yang cukup baik, hanya saja diperlukan publikasi dan
dilakukan pendesainan yang lebih baik tertutama untuk pendesain-an
museum serta kejelasan koleksi, sehingga masyarakat akan lebih tertarik
untuk mendatangi tempat tersebut dan mendapat informasi yang berguna dan
bermanfaat.
66

Anda mungkin juga menyukai