LANDASAN TEORI
5
6
B. Jenis Pameran
Jenis pameran di museum dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
pameran tetap dan pameran khusus/temporer
1. Pameran Tetap, adalah pameran yang diadakan dalam jangka waktu
2-4 tahun. Tema pameran sesuai dengan jenis, visi dan misi museum.
Idealnya, koleksi pameran yang disajikan adalah 25-40% dari koleksi
yang dimiliki museum dan dilakukan pergantian koleksi yang
dipamerkan dalam jangka waktu tertentu
2. Pameran Khusus / Temporer, adalah pameran koleksi museum yang
diselenggarakan dalam wakti relatif singkat. Fungsi utamanya adalah
untuk menunjang pameran tetap agar dapat lebih banyaj mengundang
pengunjung untuk datang ke museum
C. Metode Pameran
D. Penataan Koleksi
Penataan dalam suatu pameran dapat disajikan secara :
E. Panil-panil Informasi
A. Pengguna Museum
1. Pengelola
Adalah petugas yang berada dan melaksanakan tanggung jawab
sebagai pengurus museum. Sebuah museum dikepalai oleh kepala
museum yang membawahi dua bagaian yakni bagian administrasi dan
bagian teknis.
a. Bagian Administrasi mengelola ketenagaan, keuangan, surat-
menyurat, kerumahtanggaam, pengamanan dan registrasi koleksi.
b. Bagian Teknis terdiri dari pengelola koleksi (bertugas untuk
melakukan inventaris dan kajian setiap koleksi museum), tenaga
konservasi (bertugas untuk melakukan pemeliharaan dan perawatan
koleksi), tenaga reparasi (bertugas dalam menyediakan saran dan
prasaran dalam penataan pameran), tenaga bimbingan dan humas
(bertugas sebgai pemberi informasi dan mempublikasikan koleksi
kepada masyarakat)
2. Pengunjung
Berdasarkan intensitas kunjungan, pengunjung dapat dibedakan
menjadi :
a. Sekelompok orang yang datang secara rutin seperti kolektor,
seniman, desainer, ilmuan, mahasiswa, dan pelajar
b. Sekelompok orang yang baru mengunjungi museum
A. Material
B. Arsitektur
C. Kelengkapan
g. Ruang kantor
h. Ruang perpustakaan
Pengelolaan suatu museum situs memerlukan sarana dan prasarana yang akan
menunjang aktifitas penyelenggaraan dan pelaksanaan tugas dan fungsi
museum secara memadai. Sarana dan prasarana tersebut meliputi :
Keramik adalah salah satu hasil kerajinan tertua yang ada di muka bumi. Hal
ini dapat ditemukan dalam penemuan benda-benda purbakala yang tertanam
di dalam tanah. Salah satu jenis benda-benda yang ditemukan itu adalah
benda-benda keramik berupa wadah wadah: guci, peralatan makan minum,
alat sesaji dan lain-lain; disamping penemuan benda-benda yang terbuat dari
batu dan logam.
Gambar 2.1 Lukisan Bison pada jaman batu akhir dan Caves of Lascaux
Sumber : Buku SMK 10, Kriya Keramik, Wahyu Gatot Sugianto, dkk
Gambar 2.2 Tanah liat dari zaman baru dengan bentuk bison yang ditemukan
di Tuc d 'Audoubert gua di S.W. Perancis.
Sumber : www.ceramicstudies.me.uk
17
C. Penemuan Keramik
Para ahli arkeologi meyakini bahwa manusia menemukan prinsip
menggunakan apo untuk membakar keramik pada 30.000 tahun yang lalu,
dengan ditemukannya figurin kecil dari lempung pada situs prasejarah di
Republik Czech yang diperkirakan ada pada awal 27.000 riby tahun SM.
Figurines Tertua berwarna hitam ini ditemukan bersama dengan benda-benda
bakaran yang lain
Sumber : www.ceramicstudies.me.uk
Campuran abu tulang dan lempung dibentuk menjadi figurin perempuan atau
binatang kemudian dibakar dalam sesuatu tempat yang bisa dikatakan sebagai
tungku sederhana di sebuah dusun pada jaman batu. Tingginya sekitar 4½
inchi dikenal dengan Dolni Vestonice “Venus” dari situs prasejarah di
Morovia dekat Brno, di bagian selatan Republic Czech. Jika
penandaannya/penanggalannya benar, maka benda ini menjadi keramik
terkuno yang ditemukan sejauh ini. Selain bentuk binatang dan orang,
perkembangan pottery dari jaman ke jaman mengalami perkembangan desain.
Jika diperhatikan bentuk yang berkembang merupakan pengembangan
bentuk-bentuk bulat (setengah bola), silinder dan tirus (kerucut terbalik).
Berikut adalah rangkuman perkembangan bentuk produk pada beberapa
periode arkeologis :
18
Sumber : www.centuryone/pottery.html
Awalnya manusia membuat alat bantu untuk kebutuhan hidupnya, mulai dari
membuat kapak dari batu. Seperti di Sumatra ditemukan pecahan-pecahan
periuk belanga di Bukit Kulit Kerang. Meskipun pecahan tembikar tersebut
kecil dan berkeping-keping namun telah terlihat adanya bukti nyata membuat
wadah dari tanah liat. Teknik pembuatannya dilakukan dengan tangan, dan
untuk memadatkan serta menghaluskan digunakan benda keras seperti papan.
Cara menghias dilakukan dengan menekankan sebuah kayu berukir, atau
menekan tali, anyaman bambu, duri ikan, dan sebagainya, pada permukaan
keramik (mentah) setelah selesai pembentukan. Cara seperti ini paling banyak
dilakukan oleh perajin tradisional di berbagai daerah di pelosok tanah air. Di
pantai selatan Jawa tepatnya diantara Yogyakarta dan Pacitan ditemukan
pecahan tembikar yang berhiaskan teraan anyaman atau tenunan seperti hasil
19
tenun yang di buat di Sumba. Di daerah Melolo (P. Sumba) ditemukan pula
periuk belanga yang berisikan tulang-tulang manusia.
Tanah liat sebagai bahan utama pembuatan benda keramik terdapat hampir di
seluruh belahan dunia, namun demikian tanah liat tersebut satu sama lain
memiliki sifat yang berbeda-beda. Akan tetapi tanah liat yang dapat
digunakan untuk pembuatan benda keramik harus memenuhi persyaratan
tertentu. Salah satu sifat tanah liat yang dibutuhkan untuk dapat dibuat benda
keramik adalah memiliki daya kerja yang memungkinkan tanah liat tersebut
untuk dibentuk dan dapat mempertahankan bentuknya hingga menjadi benda
keramik melalui proses pemanasan (pembakaran).
Tanah liat (clay) merupakan bahan plastis yang dapat berubah menjadi keras
dan tahan terhadap air setelah mengalami proses pengeringan dan
pembakaran. Ada beberapa jenis tanah liat yang dapat langsung digunakan
untuk pembuatan benda keramik, sedangkan lainnya harus dimurnikan
terlebih dahulu atau harus dicampur dengan bahan lain agar dapat digunakan
untuk membuat benda keramik. Contoh tanah liat yang langsung dapat
20
digunakan tanpa mencampur dengan bahan lain adalah tanah liat earthenware
dan stoneware, sedang tanah jenis porselen harus dicampur dengan bahan lain
yang plastis (seperti: ballclay atau bentonite) agar mudah dibentuk. Tanah liat
dan mineral anorganik non logam adalah produk alam yang merupakan bahan
baku pembuatan benda keramik seperti: perangkat makan-minum, bahan
bangunan, bahan tahan api, alat elektronik, benda seni, benda kerajinan dan
sebagainya. Tanpa bahan-bahan alam tersebut produk keramik tidak mungkin
dibuat.
Hampir semua tanah liat yang ada di Indonesia disebut “lempung”. Lempung
merupakan produk alam, yaitu hasil pelapukan kulit bumi yang sebagian
besar terdiri dari batuan feldspatik, berupa batuan granit dan batuan beku.
Sebelum berpindah, tanah liat merupakan mineral murni yang terdapat pada
batuan panas dan padat yang kemudian larut. Batuan yang larut bukan lagi
batuan yang keras seperti aslinya namun sudah berubah menjadi batuan yang
lunak dan terurai serta berubah warna karena terbawa arus air. Hasil peristiwa
tersebut terbentuk partikel-partikel halus dan sebagian besar dipindahkan oleh
tenaga air, angin dan gletser ke suatu tempat yang lebih rendah dan jauh dari
batuan induk dengan ukuran partikel yang hampir sama, sedangkan sebagian
lagi tetap tinggal di lokasi dimana batuan induk berada.
Tanah tanah liat alam yang paling mumi masih mengandung butiran-butiran
bebas dan bahan-bahan pasir atau debu. Umumnya unsur-unsur tambahan ini
terdiri dari kwarsa, feldspar, besi dan sebagainya juga ada unsur organic
Iainnya menentukan sifat-sifat dari bermacam tanah liat dan penggunaannya
untuk tujuan-tujuan tertentu. Beberapa sifat tanah liat yang umum adalah sifat
untuk hancur dalam air, warna sebelum dan setelah dibakar, plastis sebelum
dibakar, keras dalam keadaan kering, padat dan kuat setelah dibakar.
pada hasil akhir. Oleh karena itu agar tanah liat dapat digunakan untuk
membentuk benda keramik, harus ada sifat-sifat yang dipersyaratan :
a. Sifat Plastis, merupakan persyaratan utama yang harus dipenuhi untuk
mencapai tingkat keplastisan yang di persyaratkan, apabial tidak
memenuhi makan haris ditambah dengan bahan-bahan yang plastis. Juga
merupakan kualitas hubungan antara partikel tanah liat yang ditentukan
oleh kandungan mineral dan kehalusan butiran tanah liat. Berfungsi
sebagai pengikat dalam proses pembentukan sehingga benda yang
dibentuk tidak mengalami keretakan atau pecah atau berubah bentuk.
Yang mempengaruhi pastisitas yaitu kehalusan partikel tanah liat, bentuk
partikel tanah liat, zat organik (sisa tumbuhan dan binatang), jumlah air,
struktur (susunan partikel) dan jenis tanah liat
b. Memiliki kemampuan bentuk, yaitu kualitas yag menopang bentuk
selama proses pembentukan berlangsung yang berfungsi sebagai
penyangga. Tanah liat yang memiliki kemampuan ini akan berdiri sendri
tanpa mengalami perubahan bentuk sewaktu proses berlangsung dan
setelah pembentukan selesai. Apabila tanah liat tersebut memiliki
kemapuan bentuk yang kurang karena tingkat plastisitasnya, maka harus
diperlakukan secara khusus dengan menambahkan fire clay atau crog atau
mengurangi ball clay
Gambar 2.5 Tanah liat yang memiliki daya kerja atau plastisitas yang baik
Sumber : Wahyu Gatot Budiyanto, dkk. (2008). Kriya Keramik untuk SMK Jilid 1.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
c. Susut Kering dan Susut Bakar, selama tanah liat dibentuk menjadi
benda keramik maka akan mengalami penyusutan ketika keramik tersebut
kering. Hal ini terjadi karena menguapnya air pembentuk dan air selaput
pada badan dan permukaan benda keramik sehingga menyebabkan
butiran-butiran tanah liat menjadi rapat satu sama lain. Penyusutan terjadi
22
Sumber : Wahyu Gatot Budiyanto, dkk. (2008). Kriya Keramik untuk SMK Jilid 1.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
h. Daya Suspensi, adalah sifat yang memungkinkan saatu bahan atas suatu
campuran tetap dalam bentuk cairan, sifat ini sangat mempengaruhi
tingkat plastisitas tanah liat
i. Sifat Slaking, merupakan sifat yang berhubungan dengan pelunakan dari
tanah liat ketika bertemu dengan air. Tanah liat dapat hancur dalam air
menjadi butiran-butiran yang lebih halus dalam waktu tertentu dan pada
suhu udara biasa
j. Struktur Tanah Liat, perbandingan besar butiran dan bentuk butiran
partikel-partikel tanah liat akan berpengaruh pada plastisitas, kekuatan
kering, penyusutan, porotisitas dan karakter benda setelah dibakar.
Struktur tanah liat berupa struktur halus (tanah liat) dan struktur kasar
(pasir)
perbandingan kadar kandungan bahan tanah liat antara lain campuran atau
kotoran humus (organik), oksida besi (Fe), oksida mangaan (Mn), oksida
cupper (Cu), cksida cobalt (Co), dll.
Pada waktu proses pembakaran berlangsung kotoran yang bersifat
organik akan terbakar habis, sedangkan bahan yang terikat secara kimiawi
akan menyebabkan tanah liat menjadi berwarna. Pada umumnya tanah liat
earthenware paling banyak mengandung oksida besi (Fe). Bentuk butiran
atau partikel yang halus dan lembut akan memberikan sifat lentur atau
plastis jika mengandung air yang berfungsi sebagai pelumas. Plastisitas
tanah liat earthenware cukup tinggi sehingga susut kering dan susut
bakarnya juga tinggi, jadi semakin tinggi plastisitas tanah liat semakin
tinggi pula susut kering dan susut bakarnya. Sifat lain adalah
porousitasnya yang cukup tinggi setelah mengalami proses pembakaran
hal ini disebabkan karena tanah liat ini masih banyak mengandung pasir.
Dengan adanya sifat porous ini memungkinkan air pembentuk keluar dari
badan keramik selama proses pengeringan sehingga benda keramik tidak
mudah pecah atau retak.
b. Stoneware (12000C–13000C)
Keramik stoneware biasanya di bakar rata-rata pada cone 4-cone 11
(1186oC-1315oC), sehingga memiliki temperatur kematangan diantara
earthenware dan porselin. Stoneware dikenal sebagai badan tanah liat
yang bagus karena kekuatannya, memiliki warna-warna alami, bersifat
keras dan agak mengkaca. Seperti halnya porselin, stoneware jika dibakar
pada suhu dimana tanah liat tersebut menjadi mengkaca maka hasilnya
akan menjadi kedap air, tetapi pada umumnya stoneware tidak terlalu
mengkaca. Glasir dan badan stoneware masak pada suhu yang sama
sehingga akan membentuk ketepatan glasir yang sempurna. Stoneware
25
pada masa lampau biasanya dihasilkan dan tanah liat alami yang
mengandung feldspar dan silika yang dibakar sehingga menjadi padat dan
tidak porous. Warna bakar Stoneware diantaranya abu-abu, krem, coklat,
coklat tua, dan oranye. Biasanya tanah liat stoneware mengandung unsur
besi (Fe), titanium (Ti), zinc (Zn) dan ini yang membedakan antara
stoneware dengan Porselin karena Porselin tidak mengandung unsur besi
sehingga memberikan ciri khas Porselin berwarna putih. Kandungan besi
alami yang ada dalam tanah seperti besi, ilminite, atau mangaan akan
merubah permukaan glasirnya yang apabila dibakar menghasilkan efek
spot-spot besi berwarna kecoklatan.
Kelebihan stoneware:
- Plastisitasnya yang memiliki keluasan penggunaan
- Kuat tetapi tidak menggelas
- Penyusutan yang rendah
- Memiliki warna alami tanah
- Memilki spot-spot besi
- Memilki sifat pencegahan terhadap bloating (mengembang)
- Padat dan kedap air
- Memiliki sifat tahan terhadap kejut suhu
- Memiliki sifat menyatu dengan glasirnya
c. Porselin (12500C–14600C)
Porselin merupakan badan keramik yang terbuat dari tanah liat dan bahan
halus lain berwarna yang putih. Badan ini setelah melalui proses
pembakaran akan menghasilkan benda putih yang padat, keras, kedap air
(porositasnya sangat kecil), seperti kaca dan transculent (setengah
transparan/tembus bayang) dengan ketebalan 3 mm. Pada umumnya
temperatur bakar porselin berkisar antara 1250oC–1460oC. Bahan utama
porselin adalah kaolin, kata “kaolin“ berasal dan kata China “Kao”
(tinggi) dan “Ling” (bukit), jadi kaolin merupakan sebuah bukit tinggi
dimana lempung pertama kali ditemukan. Produk keramik biasanya
terbuat dari campuran bahan seperti kaolin, kwarsa, ballclay, dan feldspar
namun dengan bahan ballclay kadang-kadang mengakibatkan porselin
menjadi kurang putih, sebagai pengganti dapat digunakan bentonite.
26
Sumber : Wahyu Gatot Budiyanto, dkk. (2008). Kriya Keramik untuk SMK Jilid 2
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
27
Gambar 2.8 Alat Putar Kaki Manual dan Alat Putar Kaki Listrik
Sumber : www.google.com
28
Sumber : Wahyu Gatot Budiyanto, dkk. (2008). Kriya Keramik untuk SMK Jilid 2.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Gambar 2.10 & 2.11 : Teknik Pilin & Hasil keramik dari teknik pilin
Sumber : Wahyu Gatot Budiyanto, dkk. (2008). Kriya Keramik untuk SMK Jilid 2.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Gambar 2.12 & 2.13 : Teknik slab dengan roll kayu & Teknik slab
dengan slab roller
Sumber : Wahyu Gatot Budiyanto, dkk. (2008). Kriya Keramik untuk SMK Jilid 2.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
31
5. Teknik Mematung
6. Teknik Putar (throwing)
Proses pembuatan benda keramik dengan cara membentuk bola tanah liat
dengan cara menekan dengan tangan pada saat tanah liat berputar diatas
alat putaran. Teknik ini membutuhkan keterampilan tangan dan
diperluakan suatu kebiasaan akan keseimbangan antara gerakan tangan
dan kaki, serta melatih kepekaan sentuhan tangan dalam mengatur gaya
sentripetal tanah liat yang berputar.
Tahap penting yang harus dilakukan dalam pembentukan dengan teknik :
1. Centering, tahap pemusatan tanah liat diatas putaran dengan cara
menekan tanah liat. Tahap ini harus benar-benar dikuasi karena akan
berpengaruh ketahapan berikutnya
2. Coning, tahap pembentukan tanah liat seperti kerucut.
3. Opening dan Raising, tahap melubangi dan menaikkan tanah liat atas
4. Forming, tahap membentuk ini sangat penting karena tahap ini
merupakan pembentukan benda keramik yang diinginkan
5. Refining the countour, tahap pengecekan atau pengontrolan sisi
bentk dan ukuran benda keramik yang dibuat. Pengukuran
menggunakan penggaris dan kaliper atau jangka untuk mengukur
diameter
6. Finishing, tahap menyelesaian pembentukan keramik, yaitu
meratakan permukaan benda dengan menggunakan alat butsir, scraper
atau ribbon dan dihaluskan dengan spon.
Sumber : http://richo-docs.blogspot.com
32
Glasir merupakan material yang terdiri dari beberapa bahan tanah atau batuan
silikat dimana bahan-bahan tersebut selama proses pembakaran akan melebur
dan membentuk lapisan tipis seperti gelas yang melekat menjadi satu pada
permukaan badan keramik. Glasir merupakan kombinasi yang seimbang dari
satu atau lebih oksida basa (fux), oksida asam (silika), dan oksida netral
(alumina), ketiga bahan tersebut merupakan bahan utama pembentuk glasir
yang dapat disusun dengan berbagai kompoisisi untuk suhu kematangan
glasir yang dikehendaki.
A. Bahan Glazir
Beberapa bahan yang sering digunakan untuk membuat glasir transparan
penutup, matt, dan kristal, diantaranya adalah :
a. Silika (SiO2), berfungsi sebagai unsur penggelas, sumber utama adalah
flint. Sedangkan kwarsa/quartz adalah jenis silika dalam keadaan murni
dan berujud kristal.
b. Boric oxide (B2O3), bahan yang bertindak sebagai pendorong pembentuk
gelas, dapat dimasukkan dalam bentuk borax (Na2O 2B2O3 10H2O)
tetapi larut dalam air, barium oxide inii penting sebagai bahan pelebur.
c. Feldspar, ada dua jenis Feldspar yang umum digunakan, yaitu Potash
feldspar dan Soda feldspar. Kedua bahan tersebut banyak dipakai sebagai
pelebur untuk keramik putih, juga sebagai bahan pengeras dan penambah
kilap glasir.
d. Kapur/Calcium oxide (CaO), Bahan pelebur untuk glasir bakaran
menengah dan tinggi, juga memberikanpelengketan glasir pada badan
keramik.
e. Alumina (Al2O3), berfungsi meningkatkan daya tahan, kekerasan, dan
kilap serta mengurangi pemuaian glasir. Dalam pembuatan glasir alumina
sering disebut refractory element, karena mempunyai titik lebur yang
tinggi (20500C).
f. Barium oxide (BaO), dipakai sebagai bahan pelebur yang sekaligus
bahan pembantu pembentuk glasir matt, dalam jumlah sedikit bahan ini
akan menambah kilap glasir.
g. Timbal oksida/Plumbum oxide/Lead oxide (PbO), bahan pelebur yang
umum digunakan dalam glasir dan menyebabkan glasir sangat mengkilap.
h. Zinc oxide (ZnO), dipakai sebagai bahan pelebur, untuk mencegah retak-
retak dan apabila dipakai bersama alumina akan menambah putihnya
glasir opaque (penutup).
i. Dolomite (CaMg(CO3) 2), Merupakan magnesium dengan karbonat
ganda, bahan ini secara efektif digunakan dalam glasir stoneware dan
akan memberikan tekstur serta warna yang menarik pada pembakaran
reduksi.
j. Magnesium carbonate/Magnesit (MgCO3), bertindak sebagai penutup
sampai suhu 11700C setelah itu bahan ini akan menjadi flux yang aktif.
35
b. Pewarna Stain/Pigmen
Pewarna stain/pigmen merupakan bahan pewarna glasir atau tanah liat
yang terbuat dari bahan-bahan oksida logam melalui proses pembakaran
sehingga dihasilkan warna yang lebih stabil. Untuk menghasilkan glasir
warna, bahan pewarna stain dicampurkan ke dalam campuran glasir.
Sumber : Wahyu Gatot Budiyanto, dkk. (2008). Kriya Keramik untuk SMK Jilid 3.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
C. Jenis Glazir
a. Menurut Cara Pembuatan
- Glasir Frit, glasir yang sebelum digunakan, dilakukan proses
peleburan pada bahan dasarnya menjadi suatu massa gelas yang tidak
larut dalam air.
- Glasir Non Frit/mentah, dibuat dari material keramik terolah atau
tanah tanpa melalui proses peleburan. Bahan-bahan untuk glasir jenis
ini tidak larut dalam air.
- Glasir Campuran, adalah jenis glasir yang dibuat dari bahan mentah
dan bahan glasir yang sudah di-frit.
b. Menurut Temperatur Pembakaran
- Glasir Bakaran Rendah
Jenis glasir bakaran rendah pada umumnya dibakar diantara 7920C -
11200C, jenis glasir ini akan menghasilkan glasir yang halus dan
mengkilkap dengan ciri khas selalu berwarna terang dan mengkilap.
37
E. Teknik Pengglasiran
Pada dasarnya proses pengglasiran benda keramik adalah proses melapisi
benda keramik mentah dan biskuit dengan bahan glasir dengan berbagai
teknik yaitu :
a. Teknik tuang (pouring)
Gambar 2.17 Teknik Tuang
Sumber : Wahyu Gatot Budiyanto, dkk. (2008). Kriya Keramik untuk SMK Jilid 3.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
2.2.7 Tungku
a. Jenis tungku.
b. Kapasitas tungku pembakaran
c. Suhu akhir yang ingin dicapai,
d. Kondisi pembakaran yang diinginkan
e. Jenis barang yang akan dibakar
f. Jenis bahan bakar
g. Lokasi tungku
h. Ukuran plat/shelves
A. Klasifikasi Tungku
1. Klasifikasi Tungku menurut Bahan Bakarnya
Sumber : Wahyu Gatot Budiyanto, dkk. (2008). Kriya Keramik untuk SMK Jilid 3.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
42
b. Tungku listrik
Gambar 2.22 Tungku Listrik dan Detail Tungku
Sumber : Wahyu Gatot Budiyanto, dkk. (2008). Kriya Keramik untuk SMK Jilid 3.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Sumber : Wahyu Gatot Budiyanto, dkk. (2008). Kriya Keramik untuk SMK Jilid 3.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
43
Sumber : Wahyu Gatot Budiyanto, dkk. (2008). Kriya Keramik untuk SMK Jilid 3.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Sumber : Wahyu Gatot Budiyanto, dkk. (2008). Kriya Keramik untuk SMK Jilid 3.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
44
2.2.8 Pembakaran
Pembakaran adalah suatu reaksi yang cepat antara oksigen dengan kumparan
bahan bakar yang menghasilkan panas sebagai akibat reaksi kimia antara
kumparan bahan bakar dan oksigen. Oksigen yang berasal dari udara
mempunyai bagian volume sebesar 21%, Nitrogen 78%, dan molekul-
molekul gas lainnya 1%. Proses pembakaran yaitu menggunakan kompor
pembakar dengan bahan bakar minyak memerlukan kecermatan dan
ketelitian, yang akan menentukan keberhasilan.
Untuk menjadi suatu benda yang permanen, tanah liat/keramik harus dibakar
terlebih dahulu, sebab tanah liat yang telah mengeras karena sinar matahari
dapat hancur oleh air. Tanah liat mengalami pembakaran melewati suhu
6000C maka tanah liat tersebut mengalami perubahan fisik dan kimia menjadi
keramik yang tidak hancur atau lapuk oleh air. Peristiwa itu disebut
perubahan keramik atau ceramic change, sebab keramik tidak bisa
dikembalikan lagi menjadi tanah liat.
dibawah suhu 9500C tanah liat tersebut belum mengalami perubahan keramik
secara sempurna. Sebaliknya jika dibakar melebihi suhu 10500C, tanah liat
akan mengalami perubahan bentuk atau bahkan meleleh, karena pemanasan
yang berlebihan dan partikel-partikel tanah ikut melebur menjadi mineral
yang meleleh.
A. Lokasi Museum
Lokasi museum berada di Kawasan Kota Tua, yang lebih tepatnya berada
di Jalan Pos Kota no 2, Jakarta Barat. Letak Museum Seni Rupa dan
Keramik dikelilingi oleh tempat-tempat bersejarah seperti Museum
Wayang, Museum Sejarah Jakarta, Museum Bank Indonesia, Toko Merah,
Café Betawi, Stasiun Jakarta Kota, dll.
B. Sejarah Gedung
Gedung Museum Seni Rupa dan Keramik ini dibangun pada tahun 1870.
Sebagai Lembaga Peradilan tertinggi Belanda (Raad van
Justitie), kemudian pada masa pendudukan Jepang dan perjuangan
kemerdekaan Indonesia gedung ini dijadikan sebagai asrama militer.
Selanjutnya pada tahun 1967 digunakan sebagai Kantor Walikota Jakarta.
Pada tahun 1968 hingga 1975 gedung ini pernah digunakan sebagai Kantor
Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta. Pada tanggal 20 Agustus 1976
diresmikan sebagai Gedung Balai Seni Rupa oleh Presiden Soeharto. Dan
di gedung ini pula terdapat Museum Keramik yang diresmikan oleh Bapak
Ali Sadikin (Gubernur DKI Jakarta) pada tanggal 10 Juni 1977, kemudian
pada tahun 1990 sampai sekarang menjadi Museum Seni Rupa dan
Keramik.
48
E. Struktur Organisasi
F. Fasilitas Museum
Fasilitas umum museum berupa musholla, lahan parkir yang cukup luas
serta toilet. Sedangkan fasilitas khusus berupa perpustakaan, studio
gerabah, serta toko cinderamata.
1. Perpustakaan, dilengkapi dengan buku-buku seni rupa dan keramik
yang dijadikan panduan akan seni rupa. Namun karena perpustakaan
masih dalam tahap pembetulan, maka tidak dibuka untuk umum
2. Workshop, merupakan tempat pelatihan untuk membuat gerabah.
Dalam mengikuti pelatihan diajari teknik mulai dari pinching (pijat),
cetak dan roda putar. Selain itu juga disediakan oven untuk
pembakaran gerabah. Kapasitas yang dimiliki oleh studio ini berkisar
10 orang. Apabila terdapat rombongan yang datang dalam jumlah yang
sangat banyak, aktifitas tersebut akan dipindahkan ke ruang serba guna
atau teraa
50
H. Elemen Interior
a. Lantai
Untuk material lantai area lukisan menggunakan tegel dan vinly yang
digunakan sebagai alur dari jalannya pengunjung. Sedangkan untuk
lantai area keramik menggunakan tegel dan PVC yang juga digunakan
sebagai alur dari jalannya pengunjung. Perbedaan material lantai yang
digunakan tidak memiliki sambungan dengan level yang sama serta
adanya beberapa tegel yang rusak yang menjadi berbahaya ketika
dilalui oleh anak-anak ataupun lansia.
51
I. Analisa Interior
Secara keseluruhan, museum ini sudah dapat menampilkan koleksinya
dengan baik dan sesuai dengan ergonomi ketika manusia melihat sebuah
karya seni. Fungsi dan kegunaan ruang yang terdapat dalam museum sudah
53
A. Lokasi Galeri
B. F. Widayanto
F. Widayanto lahir di Jakarta pada tahun 1953, lulus pada tahun 1981 dari
Bagian Keramik Fakultas Seni Rupa dan Desain, ITB. Pada tahun 1991
Widayanto mendirikan studio sendiri di Tapos, menandai awal dari produk
fungsional dan dekoratif, termasuk aksesoris. Untuk melajnutkan karya
artistiknyaia mengadakan pameran solo patung keramik yang diadakan setiap
2-3 tahun sekali. Selain keahliannya dalam seni keramik, Widayanto juga
mengembangkan keterampilannya dalam menggambar. Pada tahun 2000 ia
54
Sumber : www.fwidayanto.com
55
Sumber : www.fwidayanto.com
c. Studio Keramik/workshop
Studio ini digunakan ketika terdapat rombongan atau orang-orang yang
memang tertarik untuk mengikuti kursus membuat keramik. Kursus yang
diberikan memiliki beberapa tahap, mulai dari beginner hingga
professional. Yang membedakan dari tahapan tersebut adalah teknik yang
diajarkan, semakin ke tahap professional, maka semakin banyak teknik
yang dikuasai serta apabila telah menyelesaikan tahapan tersebut akan
diberikan sertifikat dari galeri tersebut. Studi yang terdapat di galeri
tersebut merupakan studio semi terbuka, alasan dari semi terbuka itu tidak
hanya memberikan unsur penghawaan yang baik bagi pengguna namun
juga agar bisa dijadikan tempat untuk mendinginkan keramik sebelum
keramik tersebut dibakar.
56
D. Elemen Interior
a. Lantai
Lantai yang digunakan dalam galeri ini menggunakan tegel, lantai
ekspos semen dengan cetakkan bentuk-bentuk seperti daun, bunga
yang disertai dengan material keramik, lantai homogenous tile ukuran
60 x 60 cm, parquet yang terdapat dibagian tangga. Penggunaan lantai
tegel dan ekspos semen digunakan untuk menunjang gaya tropical dari
rumah tersebut
b. Dinding
Dinding yang digunakan dalam galeri ini sebagian besar menggunakan
finishing bata yang berasal dari Bogor, berbeda dengan batu bata yang
digunakan digunakan sebagai material bangunan, bata tersebut lebih
lebar dan lebih tipis. Lalu menggunakan batu alam untuk interior yang
semi terbuka dan sisanya menggunakan dinding bata dengan finishing
cat abu
c. Plafon
Plafon yang digunakan dalam galeri ini menggunakan palfon gypsum
yang dilapisi dengan karung goni atau istilahnya adalah bagor dengan
tujuan sebagai elemen estetis. Lalu di ruang koleksi masterpiece
menggunakan menggunakan tanaman padi sebagai unsur estetis pada
ruangan tersebut. Sisa dari plafon tersebut di finishing dengan cat
d. Penghawaan
Sistem penghawaan yang terdapat digaleri ini menggunakan split AC
dan kipas angin. Split AC berada di ruangan tertutup dan kipas angin
digunakan diruangan yang semi terbuka. Secara keseluruhan, galeri ini
hampir memiliki area yang terbuka yang disesuaikan dengan rumah
yang bergaya tropical yang menjadi ciri khas dari Gallery F.
Widayanto
58
e. Pencahayaan
Sistem pencahayaan yang terdapat digaleri ini menggunakan pada
umumnnya menggunakan spotlight lamp dengan tracking agar
mempermudah mengatur cahaya, karena koleksi yang dijual dapat
sewaktu-waktu berubah tempat. General lighting yang digunakan
berada hanya di area studio sedangkan untuk wall lamp berada di area
dinding sebagai dekorasi dinding ketika malam hari
Sumber : www.fwidayanto.com
B. MuNti Keramik
MuNti Keramik merupakan salah satu dari hasil pengerajin keramik yang
ternama. Desain yang dihasilkan merupakan kombinasi dari seniman dan
arsitektur sehingga membuat hasil keramik tersebut tidak hanya berseni
namun juga memiliki fungsi yang baik. Hasil keramik tersebut dibuat dengan
menggunakan olahan tangan yang memiliki skill yang baik sehingga terlihat
pada detail-detail yang ada disetiap hasil karyanya. Keramik yang dihasilkan
oleh MuNti terinspirasi dari alam yang dimiliki oleh Indonesia yang
59
memberikan timeless feeling pada dunia yang modern ini. Hasil yang
dihasilkan oleh MuNti berupa dekorasi untuk interior, peralatan mandi,
peralatan makan, peralatan kantor, lampu dan lantai
Gambar 2.37 Pintu masuk MuNti Keramik
D. Elemen Interior
Gambar 2.41 & 2.42 Area makan & Area penjualan
c. Plafon
Untuk material plafon yang digunakan berupa tripleks yang
difinishing dengan cat. Sedangkan untuk area semi indoor hanya
ditutupi dengan genteng
d. Penghawaan
Karena tempat ini memiliki banyak bukaan dan terdapat banyak
pohon maka hanya menggunakan kipas angin yang terdapat di area
indoor. Keadaan pintu dan jendela pada umumnya selalu dalam
keaadaan terbuka yang membantu perputaran udara
e. Pencahayaan
Pencahayaan yang digunakan menggunakan lampu spotlight, hanging
lamp, wall lamp, table lamp serta lampu TL yang berada dirak
penjualan. Penggunaan wall dan table lamp digunakan sebagai display
lampu-lampu yang dijual dan untuk hanging lamp digunakan untuk
area makan dan juga terbuat dari keramik yang merupakan salah satu
hasil produksi MuNti
63
Keterangan :
*** Sangat Baik
** Baik
* Cukup Baik
* Dalam subjek terdapat material lantai, dinding, dan ceiling yang dimaksud dengan
penilainan terhadap subjek tersebut adalah pengolahan lantai, dinding, ceiling yang baik
sehingga selain menunjang desain namun juga aman untuk dilalui oleh pengunjung
dan MuNti Keramik tidak sebanyak atau selengkap museum karena basis dari
dua tempat tersebut adalah galeri. Namun secara desain dan kenyaman, F.
Widayanto dan MuNti Keramik dapat lebih unggul karena dikelola oleh
pribadi sehingga perawatan interior dapat lebih mudah dan dari segi desain
karena selain pemiliknya yang memiliki selera yang baik juga karena good
design good business. Dengan lokasi yang dapat dikatakan tidak terlalu
strategis maka tidak semua orang mengenal atau berkunjung ke lokasi baik
Gallery F. Widayanto maupun MuNti Keramik sehingga pengunjung yang
datang hanya pengunjung yang berupa pelanggan tetap atau pelanggan yang
memiliki tujuan tertentu dengan catatan sudah mengetahui tempat tersebut
atau kualitas koleksi tersebut dengan sangat baik. Lokasi yang kurang
strategis tersebut membuat pengunjung yang datang tidak sepadat
pengunjung yang datang ke museum, sehingga kenyaman pengunjung akan
lebih baik ditambah dengan keramahan dari pengelola galeri.
Dari hasil survei, ketertarikan masyarakat untuk datang ke museum dan galeri
memilik ketertarikan yang cukup baik, hanya saja diperlukan publikasi dan
dilakukan pendesainan yang lebih baik tertutama untuk pendesain-an
museum serta kejelasan koleksi, sehingga masyarakat akan lebih tertarik
untuk mendatangi tempat tersebut dan mendapat informasi yang berguna dan
bermanfaat.
66