Anda di halaman 1dari 2

PERTIMBANGAN BEHAVIORAL TERHADAP PERAWATAN ORTODONSIA.

Ortodontik merupakan suatu perawatan kelainan dentofacial yang berkaitan dengan


penampilan pasien oleh karena mempengaruhi estetik, fungsi mastikasi, dan bicara. Faktor
utama yang mendorong pasien/orang tua pasien untuk melakukan perawatan ortodontik
adalah estetik. Meskipun ahli ortodontis selalu menyadari bahwa implikasi psikologis dan
kecacatan dentofacial, mereka sibuk dengan diagnose dan masalah perawatan yang diberikan
ke subjek lebih banyak daripada perhatian ke pasien itu sendiri. Penelitian ortodontik dapat
dibaagi menjadi tiga kategori yaitu mekanik, biologis, dan psikologis. Selama perkembangan
awal, orthodonsi prihatin diperlukan dengan mekanisme pergerakan gigi. Terakhir, perhatian
berubah kea rah reaksi jaringan lunak dank eras yang dihasilkan oleh gerakan gigi. Pasti,
peran fisiologi pertumbuhan dan aplikasinya dalam terapi ortodontik dieksploirasi, sehingga
munculnya cephalometrics. Dengan demikian, fase biologis orthodontis mulai memahami
bahwa cacat dentofacial dan koreksi ortodontik mereka melibatkan tidak hanya satu aspek
fisik tetapi juga psikologis.

Aspek psikologis dari ortodonsi dibagi menjadi dua kategori besar dan agak tumpang tindik.
Yang pertama berkaitan dengan penampakan fisik termasuk implikasinya untuk penyesuaian,
konsep diri, dan citra tubuh. Yang kedua berkaitan dengan perawatan ortodontik, termasuk
motivasi untuk pengobatan dan perlunya kooperatif pasien selama pengobatan.

Pentingnya psikologis pada dentofacial kompleks:

Pada mulut dan wajah merupakan titik fokal terbesar dari konflik emosional. Kecemasan
dapat diperlihatkan pada wajah, sehingga menimbulkan kebiasaan menggertakkan gigi atau
bruxism. Keharmonisan, simetri, keseimbangan pada struktur wajah berpengaruh besar pada
psikologi seseorang.

Maloklusi banyak terjadi di usia muda. Maloklusi sering mengakibatkan efek psikologis,
penyebab utama terdiri dari sensitifitas masing-masing individu. Apa pengalaman terbesar di
masa kanak-kanan dan dewasa menjadi pengingat atau perasaan yang berbeda pada masing-
masing individu. Rata-rata anak memberikan nama panggilan pada teman yang maloklusi
sehingga akan terasa tidak enak dan teringat terus sampai dewasa. maka ia akan tertawa
dengan menutupi mulut atau bahkan tidak tertawa sama sekali. Rasa ketidak percayaan diri
terhadap maloklusi antara lain cepat merasa rendah diri, kepuasan diri sendiri, oversensitive,
emosional dan gugup, cenderung persecutory dari yang singkat lebih lanjut atau kurang pasti,
perasaan bahwa seseorang tidak dihargai, tidak diperlakukan adil, keengganan untuk
menempatkan diri pada tes karena takut hasil yang buruk yang akan menjadi intoleransi,
kurangnya kemampuan pada lini tertentu dari usaha keras yang nyata yang menghendaki
tingkat wajar keyakinan diri, kurang ketenangan sosial, dan kecenderungan perfecsionis,
sebuah usaha untuk kompensasi inferiorities yang dirasakan oleh membesar-besarkan hati
nurani.
Efek estetik bila berkelanjutan akan mengakibatkan efek emosional yang bervariasi
derajatnya dari mental masing-masing individu. Selanjutnya akan berdampak pada
perkembangan body image. Setiap individu yang berkembang mempunyai imagetersendiri
pada masing-masing penampilannya dan akan berpengaruh terhadap kesehatan mentalnya.

Kerjasama pasien paling baik dikembangkan melalui bentuk kerterkaitan pribadi, pasien,
dokter dan orangtua. Namun, ada alat bantu yang tersedia secara komersial yang dapat
digunakan untuk memperkuat pengetahuan pasien dan kerjasama yang dihasilkan berupa
audio visual dan pamphlet.

Ammalia ZF, Karunia D, Alhasyimi AA. 2017. Hubungan Pengetahuan Pasien


Ortodonti Cekat terhadap Perilaku Pemeliharaan Kebersihan Gigi dan Mulut. UGM
Jurnal. Hal 112-118.

Anda mungkin juga menyukai