Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit Jantung Koroner adalah suatu keadaan dimana terjadi penyempitan,
penyumbatan, atau kelainan pembuluh darah koroner. Penyempitan atau penyumbatan
ini dapat menghentikan aliran darah ke otot jantung yang sering ditandai dengan rasa
nyeri. Kondisi lebih parah kemampuan jantung memompa darah akan hilang, sehingga
sistem kontrol irama jantung akan terganggu dan selanjutnya bisa menyebabkan
kematian.1
Penyakit ini termasuk dalam bagian dari penyakit kardiovaskuler yang paling
umum terjadi. Penyakit kardiovaskuler merupakan gangguan dari jantung dan pembuluh
darah termasuk stroke, penyakit jantung rematik dan kondisi lainnya. Penyebab
terjadinya penyakit kardiovaskuler pada perinsipnya disebabkan oleh dua faktor utama
yaitu aterosklerosis dan thrombosis.
Aterosklerosis pembuluh koroner merupakan penyebab penyakit arteri koroneria
yang paling sering ditemukan. Aterosklerosis menyebabkan penimbunan lipid dan
jaringan fibrosa dalam arteri koronaria, sehingga secara progresif mempersempit lumen
pembuluh darah. Bila lumen menyempit maka resistensi terhadap aliran darah akan
meningkat dan membahayakan aliran darah miokardium.2
Endapan lemak dan pengerasan pembuluh darah terganggu dan lama- kelamaan
berakibat robek dinding pembuluh darah. Pada mulanya, gumpalan darah merupakan
mekanisme pertahanan tubuh untuk mencegahan perdarahan berlanjut pada saat
terjadinya luka. Berkumpulnya gumpalan darah dibagian robek tersebut, yang kemudian
bersatu dengan keping-keping darah menjadi trombus. Trombosis ini menyebabkan
sumbatan di dalam pembuluh darah jantung, dapat menyebabkan serangan jantung
mendadak, dan bila sumbatan terjadi di pembuluh darah otak menyebabkan stroke.3
Dari berbagai studi global menyebutkan bahwa Penyakit Jantung Koroner
merupakan masalah kesehatan yang besar dan dapat menyebabkan angka kematian yang
besar. Penyakit Jantung Koroner yang dapat terjadi baik di negara berkembang maupun
negara maju. Hal ini dikerenakan adanya peningkatan jumlah penderita PENYAKIT
JANTUNG KORONER dari tahun ke tahun. Menurut statistik dunia, ada 9,4 juta
kematian setiap tahun yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler dan 45% kematian
tersebut disebabkan oleh penyakit Jantung Koroner. Diperkirakan angka tersebut akan
1
meningkat hingga 23,3 juta pada tahun 2030.4
Di Indonesia salah satu penyakit kardiovaskular yang terus menerus menempati
urutan pertama adalah penyakit Jantung Koroner.5 Menurut survei Sample Registration
System angka kematian penyakit Jantung Koroner 12,9% dari seluruh kematian. 6
Prevalensi penyakit Jantung Koroner berdasarkan diagnosis dokter yang dilakukan Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 sebesar 0,5% sedangkan berdasarkan diagnosis
dokter atau gejala sebesar 1,5%. Hasil Riskesdas ini menunjukkan penyakit Jantung
Koroner berada pada posisi ketujuh tertinggi Penyakit Tidak Menular (PTM) di
Indonesia.7
Data dari Kementerian Kesehatan Indonesia pada tahun 2014 menyebutkan
bahwa prevalensi penyakit Jantung Koroner di Jawa Timur pada tahun 2013
berdasarkan diagnosis dokter adalah sebesar 0,5% atau sekitar 144.279 penderita,
sedangkan prevalensi penyakit Jantung Koroner di Jawa Timur berdasarkan diagnosis
dokter atau gejala adalah sebesar 1,3% atau sekitar 375.127 penderita dan merupakan
jumlah penderita penyakit Jantung Koroner tertinggi.8
Hasil kunjungan rumah terhadap keluarga Ny. S (43 tahun) teridentifikasi
menderita penyakit Jantung Koroner dengan laporan selengkapnya adalah sebagai
berikut.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
berkesinambungan dan menyeluruh kepada Ny. S sebagai penderita, anggota keluarga
dan anggota masyarakat dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan, ekonomi, dan
sosial budaya keluarga maupun masyarakat sekitar.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang berkesinambungan dan
menyeluruh kepada Ny. S sebagai penderita, anggota keluarga dan anggota
masyarakat dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan, ekonomi, dan sosial
budaya keluarga maupun masyarakat sekitar.

2. Tujuan Khusus
2
1. Mengidentifikasi penyakit pasien.
2. Mengidentifikasi metode penanganan/ manajemen pasien.
3. Mengidentifikasi fungsi faktor keluarga dan fungsi faktor lingkungannya.
4. Menganalisis dan membahas (memecahkan masalah/ faktor resiko) yang dihadapi
pasien (diilustrasikan dengan diagram Bluum).
5. Menyimpulkan masalah pasien, keluarga dan lingkungannya serta memberi saran
terhadap pasien, keluarga dan lingkungannya.

D. Manfaat
1. Bagi institusi kedokteran dan dokter muda
a. Meningkatkan pemahaman dokter muda tentang penyakit serta kehidupan
keluarga dan masyarakat sekitarnya.
b. Meningkatkan ketrampilan dalam berkomunikasi antar dokter muda dengan
pasien.
c. Dokter muda dapat melatih diri dalam memenuhi kebutuhan dan tuntutan
kesehatan pasien.
d. Dokter muda memahami apa yang dibutuhkan untuk kepuasan pasien.

2. Bagi pasien dan keluarganya


Memberikan wawasan dan pemahaman kepada pasien dan keluarganya
mengenai penyakit yang dideritanya dan penanganannya agar tidak menyebabkan
komplikasi yang berat apabila penyakitnya merupakan penyakit tidak menular,
apabila penyakit menular agar tidak menular minimal kepada anggota keluarga.

3. Bagi institusi kesehatan


Manfaat kunjungan rumah ini bagi pelayanan kesehatan adalah sebagai sumber
evaluasi dalam memberikan pelayanan dan tatalaksana terhadap penyakit Jantung
Koroner sehingga bisa dicarikan solusinya yang tepat dan efisien.

BAB II

3
HASIL KEGIATAN KUNJUNGAN

A. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 43 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Alamat : Dusun Wotanmas Jedong, RT 026/RW 003, Ngoro, Kabupaten
Mojokerto
Suku : Jawa
Tanggal Periksa : 4 Desember 2019

B. Anamnesis
1. Keluhan Utama : Nyeri dada
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Nyeri dada dirasakan sejak sejak 5 hari yang lalu, nyeri dada dirasakan pada dada
sebelah kiri yang menjalar ke lengan kiri, nyeri dirasakan hilang timbul, lama nyeri
dirasakan sekitar 10 menit, nyeri dirasakan ketika pasien beraktivitas, nyeri dapat
hilang sendiri atau ketika istirahat, nafas terasa ngosngosan, keringat dingin ketika
nyeri timbul (-), pusing (-).
Pasien mengatakan kontrol teratur 1 bulan sekali atau jika ada keluhan memberat dan
minum obat yang diberikan secara teratur.
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
a. Riwayat hipertensi : Tidak ada riwayat hipertensi
b. Riwayat sakit jantung : Ada, diketahui sejak kurang lebih 4 tahun yang lalu
c. Riwayat asma : Tidak ada riwayat asma
d. Riwayat diabetes melitus : Tidak ada riwayat diabetes melitus
e. Riwayat alergi obat : Tidak ada riwayat alergi obat
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
a. Riwayat hipertensi : Tidak ada riwayat hipertensi
b. Riwayat sakit jantung : Tidak ada riwayat sakit jantung
c. Riwayat diabetes melitus : Tidak ada riwayat diabetes melitus

4
5. Riwayat Kebiasaan :
a. Merokok : Pasien tidak merokok
b. Olah raga : Pasien tidak pernah olahraga
c. Kebersihan badan : Pasien mandi 2x sehari
6. Riwayat Sosial Ekonomi :
Pasien memiliki 1 anak perempuan dan belum menikah. Suami pasien telah
meninggal 2 tahun yang lalu. Pasien tinggal dirumah bersama dengan anak. Pasien
mengatakan pekerjaannya sekarang hanya menurus rumah karena sudah tidak
sanggup bekerja, pasien mengandalkan pemberian orang tua sebagai biaya hidupnya.
7. Riwayat Gizi :
Pasien dalam sehari makan 3 kali, dengan nasi dan lauk pauk seperti tempe, tahu,
ayam, ikan atau daging. Pasien jarang makan sayur. Pada sore hari terkadang pasien
membeli gorengan untuk cemilan.
8. Anamnesis Sistem
a. Kulit : warna kulit sawo matang
b. Kepala : sakit kepala tidak ada, rambut kepala tidak rontok, luka pada kepala
tidak ada, benjolan/borok di kepala tidak ada
c. Mata : pandangan mata tidak berkunang-kunang, penglihatan tidak kabur
dan ketajaman baik
d. Hidung : tersumbat simetris tidak ada, mimisan tidak ada kelainan pada
indera penciuman tidak ada
e. Telinga : pendengaran normal, tidak ada gangguan pada sistem pendengaran
f. Mulut : mulut kering, lidah terasa pahit tidak ada, nafsu makan baik
g. Tenggorokan : nyeri telan tidak ada dan tidak ada pembesaran tonsil
h. Pernafasan:
Irama : teratur
Jenis : tidak ada dispneu, tidak ada kusmaul, cheyne stokes
Suara nafas : vesikuler, tidak ada stridor, tidak ada wheezing, tidak ada ronchi
Sesak nafas : tidak ditemukan
i. Kadiovaskuler:
Irama jantung : S1/S2 tunggal, reguler
Nyeri dada : tidak ada
Bunyi jantung : tidak ada suara murmur, tidak ada gallop
Alat Pacu Jantung : pasien tidak menggunakan alat bantu jantung

5
Akral : hangat
j. Gastrointestinal :
Nafsu makan : baik, mual dan mutah tidak ada
Porsi makan : porsi yang di sediakan dihabiskan
Minum : jumlah : kurang lebih 1500 cc/hari
Jenis minuman : air putih
Mulut :
Mulut : bersih tidak kotor dan tidak berbau
Mukosa : lembab tidak kering dan tidak ada stomatitis
k. Genitourinaria:
Kebersihan : bersih tidak kotor
Urine :
Jumlah : 1000 (3-4 kali) cc/hari
Warna : kuning
Bau : khas urine
Alat bantu (kateter) : tidak memakai alat bantu perkemihan
Kandung kemih : tidak ada pembesaran pada kandung kemih
Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan pada perkemihan
Gangguan : tidak ada anuria, oliguria, retensi, inkontinensia dan
nocturia
l. Neuropsikiatri:
Neurologik : tidak ada kejang
Psikiatrik : tidak ada cemas dan stress
m. Muskuloskeletal dan integument:
Kemampuan pergerakan sendi : bebas, tidak terbatas
Kekuatan otot : 5
5

Kulit 5 tidak kering dan tidak ada eksoriasis


: lembab
5
Warna kulit : normal tidak ada icterus, sianosis, kemerahan, pucat dan tidak
ada hiperpigmentasi
Turgor : baik
Oedema : tidak ada oedema

n. Ekstremitas :

6
Atas : tidak ada kelainan dan pembengkakan
Bawah : dalam batas normal

C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Tampak baik, kesadaran compos mentis (GCS E4 V5 M6).
2. Tanda vital dan status gizi
 Tanda Vital
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 98 x/menit, regular, kuat angkat
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,90C
 Status gizi
BB : 120 kg
TB : 150 cm

BB/(TB)2 = 120/(1.5)2 = 53 kg/m2 (Obesitas)


BMI < 18,5 = Kurang
BMI 18,5 – 23,9 = Normal
BMI 25 – 26,9 = Gemuk (gizi lebih)
BMI ≥27 = Obesitas (PERKENI, 2015)
3. Kulit
Warna : Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-)
Kepala : Bentuk normal, tidak ada luka, rambut tidak mudah dicabut, kelainan
mimik wajah/bells palsy (-)
4. Mata
Konjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm), reflek
kornea (+/+)
5. Hidung
Nafas cuping hidung (-), sekret (-), deformitas hidung (-)
6. Mulut
Bibir pucat (-), bibir kering (-),lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-), tepi lidah
hiperemis (-), tremor (-)

7. Telinga
7
Nyeri tekan mastoid (-/-), sekret (-/-), pendengaran menurun (-/-), cuping telinga
dalam batas normal
8. Tenggorokan
Tonsil tidak membesar, faring hiperemis (-)
9. Leher
JVP tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran kel. Tiroid (-), pembesaran kel.
limfe (-)
10. Thoraks
Simetris, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-)
 Cor :
I : Ictus cordis tak tampak
P : Ictus cordis teraba di ICS VI MCL S
P : Batas kiri : ICS VII MCL S
Batas kanan : ICS VI MCL D
A : S1 S2 tunggal regular, murmur (-), gallop (-)
 Pulmo :
I : bentuk simetris, gerakan dada simetris, penyempitan ICS(-), penonjolan
(-), otot nafas bantuan (-)
P : gerak dada simetris, fremitus raba simetris
P : sonor/sonor
A : suara nafas vesikuler (+/+)
11. Abdomen
I : flat, umbilikus tidak menonjol
A : bising usus (+) normal
P : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba
P : timpani (+), shifting dullnes (-), flank test (-/-)
12. Ektremitas: palmar eritema Normal
akral dingin oedem

13. Sistem Genitalia : tidak dilakukan

14. Pemeriksaan Neurologik

8
Fungsi Luhur : dalam batas normal
Fungsi Vegetatif : dalam batas normal
Fungsi Sensorik : dalam batas normal
Fungsi motorik

15. Pemeriksaan Psikis


Penampilan : sesuai umur, perawatan diri cukup
Kesadaran : kualitatif tidak berubah ; kuantitatif compos mentis
Afek : appropriat
Psikomotor : normoaktif
Proses pikir : bentuk : realistik
isi : tidak ada waham, halusinasi, ilusi
arus : koheren
Insight : baik

D. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu : 130 mg/dl (4-12-2019)
2. Pemeriksaan Gula darah 2 jam PP : tidak dilakukan
3. Pemeriksaan Gula darah puasa : tidak dilakukan
4. Pemeriksaan Asam Urat : tidak dilakukan
5. Pemeriksaaan Cholestrol : tidak dilakukan
6. Pemeriksaan Electrocardiogram : tidak dilakukan

E. Resume
Dari hasil anamnesis didapatkan:
Nyeri dada dirasakan sejak sejak 5 hari yang lalu, nyeri dada dirasakan pada dada
sebelah kiri yang menjalar ke lengan kiri, nyeri dirasakan hilang timbul, lama nyeri
dirasakan sekitar 10 menit, nyeri dirasakan ketika pasien beraktivitas, nyeri dapat hilang
sendiri atau ketika istirahat, nafas terasa ngosngosan.
Riwayat sakit jantung 4 tahun yang lalu. Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan
umum baik, kesadaran compos mentis, status gizi kesan obesitas. Tanda vital TD: 130/80
mmHg, N: 98 x/menit reguler, RR: 20x/menit, S: 36,90C. Pemeriksaan Gula darah acak:
130 mg/dl (4-12-2019).
9
F. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan penderita adalah:
1. Non Medika Mentosa
a. Jika terdapat keluhan, segera periksa kembali ke puskesmas/RS agar segera
mendapatkan penanganan.
b. Edukasi kepada pasien tentang kepatuhan minum obat.
c. Edukasi kepada pasien tentang terapi nutrisi/diet pada penyakit Jantung Koroner.
d. Olahraga secara teratur yang disesuaikan dengan kondisi tubuh.
e. Edukasi tentang penyulit/komplikasi penyakit Jantung Koroner
2. Medika Mentosa
Furosemid 40mg 1x1/2
Spironolactone 25mg 1x1
Valsaartan 80mg 1x1
Digoxin 0,25 1x1

G. Follow Up
Tanggal 6 Desember 2019
S : Pasien mengatakan keluhan telah menurun, nyeri dada (-)
O : Keadaan umum: Cukup, Compos Mentis
Tensi :130/90 mmHg, Nadi: 92 x/menit , RR: 20x/m. Suhu: 36,80C
A : Penyakit Jantung Koroner
P : Non Medikamentosa:
Edukasi tentang kepatuhan minum obat, diet dan olahraga
Medikamentosa
Furosemid 40mg 1x1/2
Spironolactone 25mg 1x1
Valsaartan 80mg 1x1
Digoxin 0,25 1x1

BAB III
10
PENGELOLAAN PASIEN

(PATIENT MANAGEMENT)

A. Patient Centered Management


Terapi Medikamentosa
Furosemid 40mg 1x1/2
Spironolactone 25mg 1x1
Valsaartan 80mg 1x1
Digoxin 0,25 1x1
Terapi Non Medikamentosa
1. Rencana promosi dan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga
a. Memberikan motivasi kepada keluarga untuk memperbaiki pola makan, kurangi
makanan dan minuman yang mengandung lemak.
b. Memberikan motivasi kepada pasien untuk keteraturan minum obat dan kontol
rutin
c. Memberikan motivasi kepada pasien untuk rajin berolahraga 30 menit/hari,
minimal 3 hari/minggu .
d. Baik dokter maupun keluarga harus memberikan motivasi sehingga mental pasien
lebih kuat dalam menghadapi penyakit dan masalah ekonominya.
2. Rencana edukasi penyakit kepada pasien dan keluarga
a. Menjelaskan dan memberikan informasi kepada pasien mengenai penyakit PJK
dan komplikasinya.
b. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit PJK ini dan
mencegah komplikasinya diperlukan prilaku pola hidup sehat seperti rajin berolah
raga, tidur teratur dan cukup, kurangi minum kopi, kurangi asupan garam.
c. Minum obat yang teratur dan tidak boleh terputus.

B. Prevensi Bebas Penyakit Untuk Keluarga Lainnya


Pada prinsipnya secara pencegahan PJK adalah mengenai pola hidup sehat baik
terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitar agar terhindar dari berbagai penyakit
khususnya PJK.
1. Secara umum untuk menghindari PJK adalah dengan membiasakan pola hidup
keluarga sehat dengan mengkonsumsi makanan bergizi seimbang, menghindari
makanan kaya karbohidrat dan minuman manis secara berlebihan, serta

11
beraktivitas fisik minimal 30-60 menit dalam sehari, mengurangi makanan yang
digoreng.
2. Bagi keluarga dengan riwayat memiliki faktor keturunan PJK, pemahaman
tentang penyakit PJK merupakan pengetahuan yang wajib dimiliki sehingga
edukasi tentang penyakit ini khususnya untuk pencegahan dan monitoring perlu
ditanamkan. Edukasi dan anjuran untuk melakukan medical check-up ke
pelayanan kesehatan secara teratur sehingga bisa mendeteksi dini.

12
BAB IV
IDENTIFIKASI FAKTOR KELUARGA DAN FAKTOR LINGKUNGAN

A. Faktor Keluarga
1. Struktur keluarga
Keluarga Ny. S termasuk keluarga matrikal dimana yang dominan dan memegang
kekuasaan dalam keluarga adalah Ny. S.
2. Bentuk Keluarga (Genogram)
Bentuk Keluarga : Nuclear family
Alamat lengkap : Dusun Wotanmas Jedong, RT 026/RW 003, Ngoro, Kabupaten
Mojokerto
Genogram Keluarga Ny. S

Keterangan:

Gambar IV. 1 Diagram Genogram Keluarga Ny. S (43) (Sumber: Keterangan Ny.
S, 4 Desember 2019)

13
Ny. S (43) adalah anak kedua dari 6 bersaudara. Kedua orang tuanya masih hidup.
Dari pernikahannya dikaruniai satu orang anak perempuan. Suaminya sudah
meninggal. Tinggal dalam satu rumah bersama anak perempuannya.

3. Pola Interaksi Keluarga

Keterangan :
Hubungan Baik

Gambar IV.2 Diagram Pola Hubungan Interaksi antara Ny. S dan Anggota
Keluarga yang Lain (Sumber: Keterangan Ny. S, 4 Desember 2019)

Pola interaksi antar anggota keluarga berjalan dengan baik. Interaksi antara pasien
dengan anak perempuannya terjalin dengan baik dalam suatu harmoni hubungan
keluarga yang baik pula.

4. Tingkah laku pasien dan anggota keluarga (metode pertanyaan sirkuler)


a. Ketika penderita jatuh sakit apa yang harus dilakukan keluarga ?
Jawab : Keluarga membawa ke puskesmas atau rumah sakit.
b. Ketika penderita seperti itu, apa yang dilakukan oleh keluarga?
Jawab : Keluarga mendukung dan membantu apa yang dilakukan.
c. Kalau butuh dirawat/operasi ijin siapa yang dibutuhkan?
Jawab : Melalui musyawarah dengan anggota keluarga lainya.
d. Siapa anggota keluarga yang terdekat dengan penderita?
Jawab : Anak yang tinggal satu rumah dan adik yang tinggal berdekatan.
e. Siapa yang secara emosional jauh dari penderita?
Jawab : Tidak ada.
f. Siapa yang selalu tidak setuju dengan pasien?
Jawab : Tidak ada
g. Siapa yang biasanya tidak setuju dengan keputusan pasien?
Jawab : Tidak ada
14
Kesimpulan :
Keluarga pasien selalu mendukung semua hal yang positif dan tidak setuju apabila
hal tersebut negatif dan mengganggu kesehatan keluarganya. Hubungan antara Ny. S
dan keluarganya terasa baik dan dekat.

B. Penyakit karena Faktor Genetik


Dari informasi Ny. S diperoleh keterangan bahwa tidak ada anggota keluarga atau
famili terdekat yang menderita Penyakit Jantung Koroner.

C. Fungsi Keluarga
1. Fisiologi keluarga (identifikasi dengan metode APGAR score)
APGAR score (disesuaikan dengan Supriana, 2010)
Metode penilaian fisiologis keluarga adalah metode untuk mengetahui fungsi
keluarga secara kualitatif dalam menanggapi, menerima atau menilai kehadiran
penderita (Ny. S ) sebagai anggota keluarga tentang:
1) Adaptation (adaptasi) yaitu kualitas penerimaan anggota keluarga dalam
menerima kenyataan bahwa yang bersangkutan (Ny. S) sedang mengalami
Penyakit Jantung Koroner. Kualitas tersebut menyangkut: tingkat penerimaan
keluhan dan tingkat dukungan/motivasi anggota keluarga dalam
kesembuhan/mengatasi penyakitnya.

Tabel IV.1: APGAR tentang Adaptation (Pernyataan Anggota Keluarga


terhadap Keadaan dan Perilaku Ny. S)
No. Pernyataan anggota keluarga terhadap keadaan dan Ya Kadang- Tdk
perilaku Ny. S. kadang
1. Ikhlas menerima atas beban akibat Ny. S sakit Jantung √
Koroner
2 Memotivasi Ny. S dalam hal mengurangi konsumsi √
makanan berlemak
3 Memotivasi Ny. S dalam hal mengatur frekuensi √
makan
4 Memotivasi Ny. S dalam beraktivitas fisik √
5 Mengingatkan Ny. S untuk rutin minum obat √
6 Memotivasi Ny. S bila waktunya kontrol ke yankes. √
7 Bersedia mengantar Ny. S untuk kontrol ke yankes √
8 Menerima bila Ny. S mengeluh karena makanan √
dibatasi
9 Tidak menerima keluhan bila Ny. S bosan minum √
obat.
10 Tidak menerima keluhan saat Ny. S malas beraktivitas √
Skor total 6 7
15
Jawaban Ya diberi skor = 2, kadang-2 skor = 1 dan tidak skor = 0.
Berilah nilai :
- Nilai 2 (menerima) bila nilai pernyataan keluarga > 15
- Nilai 1 (kurang menerima) bila nilai pernyataan keluarga 12 -15
- Nilai 0 (tidak menerima) bila nilai pernyataan keluarga < 12
Skor total =13 diberi nilai 1 artinya anggota keluarga kurang menerima
keluhan Ny. S (Nilai Adaptation = 1) (masukkan ke Tabel IV.6)

2) Partnership (kerjasama) yaitu kualitas kerjasama (harmonisasi) antara


anggota keluarga dalam mengatasi setiap masalah penyakit Ny. S
Tabel IV.2: APGAR tentang Partnership (Pernyataan Kesepakatan Bersama
antar Anggota Keluarga terhadap Perilaku Ny. S).
No Pernyataan harmonisasi (kesepakatan bersama) Ya Kadang- Tdk
. antar anggota keluarga terhadap perilaku Ny. S kadang
1. Keluarga sepakat atas beban akibat Ny. S sakit √
Jantung Koroner
2 Kesepakatan bila Ny. S tidak mampu mengurangi √
konsumsi makanan berlemak
3 Kesepakatan bila Ny. S tidak mampu mengatur √
frekuensi makan
4 Kesepakatan bila Ny. S tidak rajin beraktivitas fisik √
5 Kesepakatan bila Ny. S tidak rutin minum obat √
6 Kesepakatan bila Ny. S malas kontrol ke yankes. √
7 Kesepakatan bila Ny. S tidak kontrol ke yankes √
8 Kesepakatan bila Ny. S mengeluh karena makanan √
dibatasi
9 Kesepakatan bila Ny. S bosan minum obat. √
10 Kesepakatan bila Ny. S malas beraktivitas √
Skor total 10 5
Jawaban Ya diberi skor = 2, kadang-2 diberi skor = 1 dan tidak diberi skor =
0.
Kemudian berilah nilai :
- Nilai 2 bila skor pernyataan keluarga > 15 (harmonis)
- Nilai 1 bila skor pernyataan keluarga 10 -15 (kurang harmonis)
- Nilai 0 bila skor pernyataan keluarga < 10 (tidak harmonis)
Skor total = 15 diberi nilai = 1 artinya keluarga kurang harmonis menghadapi
perilaku Ny. S. (Nilai partnership = 1 pada Tabel IV.6)

3) Growth (tingkat kedewasaan/kesabaran) menunjukkan tingkat kesabaran anggota


keluarga Ny. S dalam menghadapi penyakitnya walaupun kadang menganggu
terutama dalam menjalankan aktivitas sehari-hari guna mengurus kehidupan
keluarganya.

Tabel IV.3: APGAR tentang Growth (Pernyataan Kedewasaan/ kesabaran

16
Anggota Keluarga terhadap Perilaku Ny. S).
No Pernyataan kedewasaan/kesabaran anggota keluarga Ya Kadang- Tdk
. terhadap perilaku Ny. S kadang
1. Tidak terganggu atas beban akibat Ny. S sakit √
Jantung Koroner
2 Memahami saat Ny. S tidak bisa mengurangi √
konsumsi makanan berlemak
3 Memahami saat Ny. S tidak bisa mengatur frekuensi √
makan
4 Memahami saat Ny. S tidak bisa rajin beraktivitas √
fisik
5 Memahami saat Ny. S tidak rutin minum obat √
6 Memahami saat Ny. S malas kontrol ke yankes. √
7 Memahami saat Ny. S tidak kontrol ke yankes √
8 Memahami saat Ny. S mengeluh karena makanan √
dibatasi
9 Memahami saat Ny. S bosan minum obat. √
10 Memahami saat Ny. S malas beraktivitas √
Skor total 8 6
Jawaban Ya diberi skor = 2, kadang-2 diberi skor = 1 dan tidak diberi skor =
0.
Kemudian berilah nilai :
- Nilai 2 bila skor pernyataan keluarga > 15 (sabar)
- Nilai 1 bila skor pernyataan keluarga 10 -15 (kurang sabar)
- Nilai 0 bila skor pernyataan keluarga < 10 (tidak sabar)
Skor total = 14 diberi nilai = 1 artinya keluarga kurang sabar menghadapi
perilaku Ny. S. (nilai partnership = 1 pada Tabel IV.6)

4) Affection (hubungan kasih sayang) yaitu tingkat hubungan kasih sayang dalam
berinteraksi antara anggota keluarga dalam menghadapi perilaku Ny. S
Tabel IV.4: APGAR tentang Affection (Pernyataan Kasih Sayang Anggota
Keluarga terhadap Perilaku Ny. S).
No. Pernyataan kasih sayang anggota keluarga terhadap Ya Kadang- Tdk
perilaku Ny. S kadang
1. Sering menghibur atas keluhan akibat Ny. S sakit √
Jantung Koroner
2 Sering menasihati bila Ny. S tidak mampu mengurangi √
konsumsi makanan berlemak
3 Sering menasihati bila Ny. S tidak bisa mengatur √
frekuensi makan
4 Sering mengingatkan dan mendorong bila Ny. S tidak √
rajin beraktivitas fisik
5 Sering mengingatkan bila Ny. S tidak rutin minum √
obat
6 Sering mengingatkan bila Ny. S malas kontrol ke √
yankes.
7 Sering mengingatkan Ny. S bila sudah waktunya √
kontrol ke yankes
8 Sering menasihati bila Ny. S mengeluh karena √
makanan dibatasi
9 Sering mengingatkan bila Ny. S bosan minum obat. √

17
10 Sering memotivasi dan mendorong saat Ny. S malas √
beraktivitas fisik
Skor total 12 4
Jawaban Ya diberi skor = 2, kadang-2 diberi skor = 1 dan tidak diberi skor =
0.
Kemudian berilah nilai :
- Nilai 2 bila skor pernyataan keluarga > 15 (kasih sayang)
- Nilai 1 bila skor pernyataan keluarga 10 -15 (kurang kasih sayang)
- Nilai 0 bila skor pernyataan keluarga < 10 (tidak sayang)
Skor total = 16 diberi nilai = 2 artinya keluarga tetap kasih dan sayang
menghadapi perilaku Ny. S (nilai affection = 2 pada Tabel IV.6)

5) Resolve (kebersamaan) yaitu tingkat keterlibatan/kebersamaan anggota keluarga


Ny. S dalam mengambil bagian pada setiap kesempatan untuk menghadapi setiap
masalah keluarga.
Tabel IV.5: APGAR tentang Resolve (Pernyataan Anggota Keluarga tentang
Kebersamaan dalam Membantu Mengatasi Penyakit Ny. S).
No. Pernyataan anggota keluarga tentang kebersamaan Ya Kadang- Tdk
dalam membantu mengatasi penyakit Ny. S kadang
1. Saling membantu dalam mengatasi beban akibat Ny. S √
sakit Jantung Koroner
2 Saling mengingatkan bila Ny. S tidak menghindari √
makanan berlemak
3 Saling mengingatkan bila Ny. S tidak bisa mengatur √
frekuensi makan
4 Saling mengingatkan dan mendorong bila Ny. S tidak √
rajin beraktivitas fisik.
5 Saling mengingatkan bila Ny. S tidak rutin minum obat √
6 Saling mengingatkan bila Ny. S malas kontrol ke √
yankes.
7 Saling mengingatkan bila Ny. S sudah waktunya √
kontrol ke yankes
8 Saling menasihati bila Ny. S mengeluh karena √
makanan dibatasi
9 Saling mengingatkan bila Ny. S tidak minum obat √
minum obat.
10 Saling mendorong bila Ny. S malas beraktivitas fisik √
Skor total 12 4
Jawaban Ya diberi skor = 2, kadang-2 diberi skor = 1 dan tidak diberi skor =
0.
Kemudian berilah nilai :
- Nilai 2 bila skor pernyataan keluarga > 15 (harmonis)
- Nilai 1 bila skor pernyataan keluarga 10 -15 (kurang harmonis)
- Nilai 0 bila skor pernyataan keluarga < 10 (tidak harmonis)
Skor total = 16 diberi nilai = 2 artinya keluarga tetap harmonis menghadapi
perilaku Ny. S (nilai partnership = 2 pada Tabel IV.6)

18
Mengevaluasi nilai APGAR (Fisiologi keluarga dalam menghadapi Ny. S
sebagai pasien JANTUNG KORONER)
Untuk mengevaluasi fungsi keluarga dalam menghadapi Ny. S sebagai pasien
JANTUNG KORONER dapat digunakan Tabel IV.6 untuk membantunya. Kriterian
nilai APGAR mempunya maksud sebagaimana kriteria sebagai berikut:
Kriteria nilai APGAR:
Nilai < 5 : Ada permasalahan peranan keluarga dalam menghadapi pasien Ny. S
yang memerlukan intervensi (dipandang keluarga perlu bantuan dari pihak luar
dalam mengatasi masalah Ny. S ).
Nilai 6 – 7 : Permasalahan keluarga lebih ringan dan memerlukan intervensi
Nilai 8 – 10 : fungsi keluarga dalam keadaan baik dan tidak memerlukan intervensi

Tabel IV.6: Temuan dan Nilai Fungsi Keluarga Ny. S menurut Metode APGAR.
Skor
FAKTOR TEORI TEMUAN
2 1 0
Bagaimana dukungan dari
keluarga apabila ada salah
seorang anggota keluarga
mengalami masalah, terutama Anggota keluarga
Adaptation untuk masalah kesehatan. kurang menerima √
Adakah saling keterbukaan di keluhan Tn,.S
dalam keluarga tersebut
(Notoatmodjo, 2003).

Komunikasi yang terjalin


antara anggota keluarga. Dalam menghadapi
Apakah pada saat salah satu persoalan yang
anggota keluarga memiliki menyangkut
Partnershi masalah, terutama untuk Penyakit Ny. S

p masalah kesehatan, komunikasi antar
didiskusikan bersama anggota keluarga
bagaimana pemecahannya kurang harmonis.
(Notoatmodjo, 2003).

Apakah keluarga tersebut Anggota keluarga


dapat memenuhi kebutuhan- kurang sabar
kebutuhannya terhadap sikap Ny. S
(Notoatmodjo,2003). yang susah untuk
berhenti
Growth √
mengkonsumsi
makanan berlemak
yang dapat
memperburuk
penyakitnya.
Affection Hubungan kasih sayang dan Saya puas dengan
interaksi antar anggota cara keluarga saya
keluarga (Notoatmodjo, 2003). mengekspresikan

19
kasih sayangnya dan
merespon emosi

yang disebabkan
penyakit saya.
Kepuasan di dalam keluarga Saya puas dengan
akan waktu dan kebersamaan cara keluarga saya
yang diluangkan oleh masing- membagi waktu
masing anggota keluarga bagi dengan
keluarganya (Notoatmodjo, mementingkan
Resolve √
2003). kebersamaan.

Kebersamaan
keluarga baik/
memuaskan Ny. S
Total Skor 7
Hasil Analisis dan temuan:
Total dari nilai APGAR keluarga Ny. S adalah 7. Hal ini menunjukkan bahwa
fungsi fisiologis keluarga Ny. S dalam keadaan permasalahan keluarga yang lebih
ringan dan tidak intervensi. Namun ada beberapa catatan yang terkait dengan
perilaku Pasien Ny. S sebagai berikut:
1) APGAR yang menyangkut adaptation, anggota keluarga kurang menerima
keluhan Ny. S yaitu terkait dengan kebiasaan konsumsi makanan berlemak dan
pola hidup yang tidak sesuai dengan anjuran kesehatan

2) APGAR tentang partnership dalam menghadapi persoalan yang menyangkut


Penyakit Ny. S komunikasi antar anggota keluarga kurang harmonis.

3) APGAR tentang growth anggota keluarga kurang sabar terhadap sikap Ny. S yang
tidak mau mengerti cara mencegah penyakitnya agar tidak mengalami komplikasi
yang secara rinci adalah:
a) Tidak teratur minum obat
b) Tidak mau mengurangi frekuensi makan yang tinggi
c) Kesadaran bahaya makanan berlemak yang masih kurang

2. Patologi lingkungan keluarga (Identifikasi patologi lingkungan dengan metode


SCREEM)
Metode screem digunakan untuk mengindentifikasi adanya kendala yang dihadapi
keluarga penderita (Ny. S) yang menyangkut persoalan interaksi sosial, budaya
(cultural), agama (Religious), tingkat ekonomi, tingkat pendidikan (education) serta
tingkat pelayanan medis (medical).

20
a. Social (sosial) yaitu kualitas keterlibatan Ny. S berserta keluarga pada beberapa
kegiatan masyarakat sekitar yang ditunjukan dengan intensitas partisipasi terhadap
beberapa kegiatan tersebut.
b. Cultural (budaya) yaitu kualitas kebanggaan Ny. S dan keluarga terhadap budaya
yang ditunjukkan dengan sikap dan perilaku sesuai tata karma adat dan budaya
yang berlaku di masyarakat sekitar.
c. Relgious (agama) yaitu kualitas ibadah pda keluarga Ny. S ditunjukkan dengan
intensitas peribadatan utama (wajib) yang dilakukan baik dalam keluarga maupun
bersama masyarakat (Jemaah)
d. Economi (ekonomi) yaitu penggolongan masyarakat menurut derajat ekonomi
(tingkat penghasilan keluarga) yang secara kualitatif dikelompokkan menjadi
tingkat atas, menengah dan bawah.
e. Education (pendidikan) yaitu penggolongan masyarakat secara kualitatif menurut
tingkat pendidikan terakhir yang umum diraih oleh kepala keluarga.
f. Medical (medis) yaitu derajat pelayanan kesehatan yang diberikan kepada Ny. S
dan keluarganya.

Tabel IV.7: Temuan dan Tekanan Patologi Sosial Keluarga Ny. S menurut Faktor
SCREEM di Dusun Watonmas Jedong, Mojokerto.
FAKTOR TEMUAN PATHOLOGi SOSIAL TPS*)
Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga juga dengan
Sosial saudara partisipasi mereka dalam masyarakat cukup meskipun
banyak keterbatasan. Empati tetangga cukup baik apabila ada -
tetangga yang memiliki hajatan seperti berkunjung untuk
membantu kegiatan
Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal ini dapat
dilihat dari pergaulan sehari-hari baik dalam keluarga maupun di
Cultural lingkungan, banyak tradisi budaya yang masih diikuti. Sering
mengikuti acara-acara yang bersifat hajatan, sunatan, dll. -
Menggunakan bahasa Jawa dan menjaga tata krama dan
kesopanan
Pemahaman agama cukup baik. Sholat 5 waktu di jalani dengan
Religius baik, namun semenjak menderita PJK Ny. S tidak dapat sholat di
masjid akibat tidak kuat berjalan jauh sehingga hanya mampu +
sholat dirumah saja.
Ekonomi Ekonomi keluarga ini tergolong menengah ke bawah sehingga +
dalam menjaga kebersihan rumah masih kurang.
Edukasi Wawasan pasien tentang bahayanya mengkonsumsi makanan +
berlemak masih kurang sehingga masih tetap mengkonsumsi
makanan berlemak.
Pasien memiliki kartu BPJS rutin membayar iuran. Dalam
Medical mencari pelayanan kesehatan, keluarga ini biasanya pergi ke -
Puskesmas karena letaknya dekat dan mudah dijangkau.

21
Keterangan:
*) Tekanan Patologi Sosial
TPS : - artinya tidak ada tekanan (masalah) antara Ny. S dan keluarga
menyangkut SCREEM di masyarakat Dusun Watonmas Jedong.
TPS : + artinya Ny. S dan keluarga ada hambatan/tekanan/masalah menyangkut
SCREEM di masyarakat Dusun Watonmas Jedong.
Hasil Analisis
Pasien dan keluarga yang tinggal di Dusun Wotanmas Jedong Kecamatan Ngoro
Kabupaten Mojokerto mempunyai masalah dalam fungsi patologis ekonomi dan
edukasi. Tingkat penghasilan ekonomi keluarga yang tergolong rendah sehingga
dalam menjaga kebersihan rumah masih kurang. Demikian juga tingkat pendidikan yang
rendah menyebabkan wawasan pasien tentang bahayanya mengkonsumsi makanan
berlemak masih kurang sehingga masih tetap mengkonsumsi makanan berlemak.

D. Faktor Lingkungan
1. Lingkungan fisik/sanitasi rumah
Keluarga Ny. S tinggal di sebuah rumah dimana di depannya terdapat sebuah jalan
kecil. Rumah memiliki tembok penyekat antara rumah sebelahnya, memiliki teras
yang sempit. Keseluruhan lantai rumah tidak terpasang keramik. Dinding rumah di
bagian ruang tamu, kamar tidur dan dapur terbuat dari anyaman bambu. Atap rumah
belum dilengkapi plafon. Rumah terdiri dari ruang keluarga, 2 kamar tidur, 1 dapur,
1 kamar mandi yang memiliki fasilitas jamban. Pencahayaan secara umum dinilai
belum baik. Jendela ada 4 buah, terletak 2 di bagian depan rumah. Di depan rumah
terdapat teras yang berukuran 1x5 m. Ventilasi rumah kurang. Atap rumah tersusun
dari genteng yang tidak ditutup langit-langit. Setiap kamar menggunakan dipan untuk
meletakkan kasur. Perabotan rumah tangga cukup. Sumber air untuk kebutuhan
sehari - harinya keluarga ini menggunakan air sumur. Secara keseluruhan kebersihan
rumah terkesan kurang baik.

22
Keterangan:
A : Teras
B : Ruang keluarga
C : Kamar tidur
D : Kamar tidur
E : Kamar mandi
F : Dapur
Gambar IV. 3 Denah Rumah Keluarga Ny. S (Sumber: Hasil Kunjungan, 2019)

2. Lingkungan sosial, ekonomi, dan budaya


a. Lingkungan sosial
Dipandang dari segi ekonomi, pasien ini termasuk keluarga ekonomi menengah
ke bawah. Pasien tidak memiliki penghasilan. Untuk memenuhi kebutuhan hidup,
pasien mengandalkan pemberian orang tua. Tingkat Pendidikan yang rendah
menyebabkan kurangnya akses informasi yang diperoleh Ny. S sehingga kurang
memahami mengenai penyakit Penyakit Jantung Koroner beserta komplikasi yang
dapat ditimbulkan bila tidak terkontrol.
b. Lingkungan ekonomi
Dari kondisi perumahan, pemukiman dan fasilitias umum yang tersedia
lingkungan kehidupan masyarakat di sekitar keluarga Ny. S tergolong menengah ke
bawah.

23
E. Faktor perilaku keluarga

Ny. S merupakan Ibu dengan satu anak perempuan, dimana pasien lebih sering
berada dirumah dan melakukan kegiatan atau pekerjaan yang ringan saja. Suami pasien
sudah meninggal. Anak pasien masih bersekolah dan belum menikah. Hubungan pasien
dengan keluarga cukup baik. Anak perempuannya memberikan perhatian terhadap
pasien terutama terhadap penyakitnya. Ny. S tidak pernah berolahraga dan masih sering
mengkonsumsi makanan berlemak. Ny. S sudah teratur untuk minum obat dan kontrol
di puskesmas dan rumah sakit. Bisa disimpulkan bahwa pola hidup Ny. S tidak teratur,
karena tidak memahami tentang Penyakit Jantung Koroner dan komplikasi yang
mungkin terjadi apabila tidak bisa mengatur pola makan dan pola hidup sehat.

F. Pelayanan kesehatan
Akses pelayanan kesehatan Ny. S sesungguhnya cukup baik karena dekat dengan
Puskesmas.
1. Aspek pelayanan
Tentang aspek pelayanan kesehatan, Ny. S masih menemui beberapa kendala
diantaranya adalah :
a. Kurang optimalnya edukasi dan konseling terhadap pasien dan keluarga pasien
tentang Penyakit Jantung Koroner.
b. Kurangnya media informasi/promosi kesehatan.
2. Kepesertaan BPJS Kesehatan
Ny. S terdaftar sebagai penerima dana BPJS yang akan dibayarkan oleh
pemerintah, sehingga untuk kontrol secara teratur sudah tidak ada kendala.

24
BAB V
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Dari hasil analisis mengenai karakteristik perilaku pasien dan keluarga yang terdapat
dalam “bentuk keluarga, pola interaksi, pertanyaan sirkuler, identifikasi informasi penyakit
genetic, penyakit keluarga (metode APGAR), patologi lingkungan keluarga (metode
SCREEM) maupun faktor-faktor resiko tentang faktor perilaku, faktor lingkungan (fisik,
sosial dan ekonomi) dan faktor pelayanan kesehatan, maka dapat dirumuskan sebagai
temuan masalah yang terkait dengan Ny. S serta masyarakat sekitar yang kemudian
divisualisasikan dalam bentuk diagram Blum.

A. Temuan Masalah
1. Masalah Aktif (Individu Pasien)
a. Ny. S menderita Penyakit Jantung Koroner.
b. Ny. S kurang memahami tentang Penyakit Jantung Koroner.
c. Pola hidup kurang baik.
d. Pola hidup Ny. S berpotensi mempercepat terjadinya komplikasi penyakitnya.
2. Faktor Perilaku
a. Pola makan yang belum baik.
b. Tidak pernah berolahraga atau kegiatan fisik lainnya.
3. Faktor Lingkungan
a. Lingkungan fisik
Sanitasi rumah yang belum baik.

b. Lingkungan sosial/budaya
1) Kondisi sosial ekonomi menengah ke bawah.
2) Tingkat pendidikan yang rendah.
3) Pola hidup sehat belum membudaya di tengah masyarakat.
4. Faktor Pelayanan Kesehatan
a. Kurang optimalnya edukasi dan konseling terhadap pasien dan keluarga pasien.
b. Kurangnya media informasi/promosi kesehatan.
5. Faktor Genetik
Tehnik analisis menurut konsep blum menyatakan derajat kesehatan
masyarakat dipengaruhi oleh 4 (empat) faktor yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan
kesehatan dan faktor keturunan atau genetik
25
Faktor Genetik
Tidak diketahui
Faktor Perilaku Faktor Pelayanan
Kesehatan
- Pola makan yang
belum baik atau
-Kurang optimalnya
belum sesuai anjuran
edukasi dan
- Jarang berolahraga Pasien konseling terhadap
atau kegiatan fisik Ny. S (43 th) pasien dan keluarga
lainnya pasien

- Kurangnya -Kurangnya media


pengetahuan Ny. S informasi/promosi
tentang PJK serta kesehatan
komplikasinya

Faktor Lingkungan

- Lingkungan sosial/budaya Kondisi sosial


ekonomi menengah ke bawah

- Tingkat pendidikan yang rendah


sehingga pola hidup sehat belum
membudaya di tengah masyarakat

- Kurangnya pengetahuan pengetahuan


keluarga tentang sakit Ny. S
Gambar V.1 Faktor Resiko Ny. S Menurut
Teori H.L Bluum

B. Analisis
1. Faktor Lingkungan

Kondisi sosial ekonomi keluarga Ny. S termasuk kelompok menengah ke


bawah. Kondisi demikian berpengaruh terhadap prilaku yang dinilai kurang
produktif seperti kebiasaan untuk berolah raga. Tingkat pendidikan yang rendah,
biasanya masyarakat dengan pendidikan rendah membawa pengaruh yang tidak
menguntungkan bagi pasien PJK karena biasanya tingkat pendidikan rendah
dikatakan analog dengan tingkat pengetahuan yang rendah pula terhadap PJK. Pola
hidup yang tidak sehat dan teratur dari masyarakat akan menjadi arus yang
membawa kebiasaan pasien dimana dia tinggal sehingga tidak menghindarkan pasien
dari PJK beserta dengan komplikasinya.

26
2. Faktor Perilaku
Faktor perilaku dilatar belakangi oleh faktor pendidikan pasien yang kurang.
Pendidikan Ny. S hanya hingga jenjang SD, hal ini menyebabkan kurangnya
informasi terkait dengan ilmu kesehatan yang diperoleh pasien dan keluarga. Tingkat
pengetahuan yang rendah mengenai PJK beserta komplikasinya ditunjukan dengan
perilaku pasien yang tidak mengatur pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat
seperti jarang berolah raga, sehingga apabila tidak terkontrol akan menyebabkan
komplikasi.

3. Faktor Pelayanan Kesehatan


Kurang optimalnya edukasi dan konseling terhadap pasien dan keluarga pasien,
maka masalah perilaku pasien yang kurang menahan diri terhadap kebiasaan yang
merugikan perkembangan penyakitnya menjadi sulit terkendali dan memperbesar
resiko terjadinya komplikasi. Kurangnya promosi kesehatan/media informasi. Media
komunikasi secara spesifik khusus mengenai penyakit kronis bisa diperoleh melalui
program Prolanis. Namun program ini belum banyak dikenal masyarakat.

4. Faktor Keturunan
Tidak diketahui.

C. Pembahasan
1. Mengatur Pola Hidup untuk Mencegah Penyakit Jantung Koroner
Pola hidup dapat dikatakan sebagai suatu model yang menjadi kebiasaan yang
dilakukan seseorang dalam kehidupan sehari-hari seperti pola makan ,pola
mengalokasikan waktu dan pola melakukan kegiatan fisik .
a. Pola Makan
Pola makan berhubungan dengan jenis dan proporsi dengan jenis, proporsi,
dan kombinasi makanan yang dimakan. Makanan cepat saji (umumnya kaya akan
karbohidrat dan lemak) berkontribusi terhadap peningkatan indeks massa tubuh
(IMT) sehingga seseorang dapat menjadi obesitas. Kelompok obesitas mempunyai
risiko 7,14 kali lebih besar untuk menderita PJK dibandingkan dengan kelompok
indeks massa tubuh (IMT) Normal .
Untuk mencegah terjadinya obesitas mengubah pola makan dengan proporsi
yang seimbang antara karbohidrat protein dan lemak serta kaya akan serat, sayur

27
dan mineral merupakan salah satu cara dalam menata pola makan yang sehat.
b. Aktivitas Fisik/bekerja
Aktifitas fisik adalah gerakan tubuh yang disebabkan oleh kontraksi otot
untuk menghasilkan energi ekspenditur. Untuk menjaga kesehatan tubuh
dibutuhkan aktifitas fisik yang sedang atau seminggu. Penurunan berat badan atau
pencegahan peningkatan berat badan dapat dilakukan dengan beraktifitas fisik
sekitar 30 menit dalam sehari. Seseorang dengan aktifitas fisik yang kurang dapat
meningkatkan prevalensi terjadinya obesitas karena orang-orang yang kurang
aktif memerlukan kalori dalam jumlah sedikit dibandingkan orang dengan
aktifitas tinggi .
Aktifitas fisik lebih dari 30 menit setiap hari seperti menyelesaikan
pekerjaan ibu rumah tangga (menyapu ,mencuci ,setrika ,mengepel, memasak dan
merawat anak) adalah aktifitas yang cukup memerlukan kalori sehingga
penimbunan lemak atau obesita dapat dihindari .
c. Rutinitas olahraga
Olah raga mengandung pengertian yang identik dengan aktifitas fisik yaitu
gerakan tubuh yang disebabkan oleh kontraksi otot untuk menghasilkan energi
ekspenditur. Rutinitas olahraga merupakan kegiatan yang konsisten dilakukan
dalam periode waktu tertentu misalnya 30 menit sehari setiap 3-4 kali dalam
seminggu . Diperlukannya rutinitas dengan tujuan agar kebugaran tubuh tetap
terjaga, IMT dapat dikendalikan sehingga kecendrungan untuk menderita PJK
dapat dicegah.
2. Mengendalikan penyakit Penyakit Jantung Koroner
Pengendalian penyakit PJK pada prinsip adalah peningkatan aktifitas fisik dan makan
makanan berserat. Tujuan utamanya adalah menghindari terjadinya komplikasi lebih
lanjut dari penyakit ini. Hal ini dapat dilakukan dengan :
a. Farmakologi
Furosemid 40mg 1x1/2
Spironolactone 25mg 1x1
Valsaartan 80mg 1x1
Digoxin 0,25 1x1
b. Rutinitas Minum Obat
Minum obat yang telah disediakan dokter adalah kewajiban yang harus
dipatuhi dalam mengendalikan penyakitnya. Ketidakteraturan bahkan

28
keterlambatan saja akan berakit buruk bagi pasien.
3. Edukasi Keluarga Pasien Tentang Penyakit Jantung Koroner

Adapun permasalahan yang ditemukan dalam diri pasien dan keluarganya


sebagai berikut menjadi pendorrong tentang pentingnya pemberian edukasi yaitu
yang menyangkut (1) tingkat pendidikan yang rendah, (2) Tingkat pemahaman
tentang PJK yang masih rendah, (3) Pola makan dan pola aktivitas yang tidak
mendukung pengendalian penyakitnya PJK, (4) Rendahnya motivasi berobat ke
puskesmas, (5) tidak peduli pentingnya kartu BPJS Kesehatan dan (6) ketidak
patuhan minum obat.
a. Mengubah tingkat pengetahuan /pemahaman

Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan seseorang.


Seseorang yang berpendidikan tinggi umumnya memiliki pengetahuan tentang
kesehatan yang lebih baik daripada orang dengan pendidikan yang rendah. Hal
ini berkaitan dengan kemudahan menerima informasi sehingga dengan adanya
pengetahuan tersebut dapat meningkatkan kesadaran dan motivasi dalam
menjaga kesehatannya. Sebaliknya pada seseorang dengan tingkat pendidikan
yang rendah akan tidak mudah untuk menerima dan mengerti pesan-pesan
kesehatan yang disampaikan sehingga pengetahuan yang dimiliki terbatas dan
berdampak pada misalnya pemilihan jenis makan yang tidak tepat dan pola
makan yang tidak terkontrol.
Pemahaman tentang penyakit PJK perlu dijelaskan secara sederhana
baik faktor risiko yang mendorong terjadinya penyakit tersebut maupun
pentingnya pengendalian aktivitas fisik dan dengan kontrol secara teratur dan
minum obat secara rutin. Penyakit PJK yang tidak dapat disembuhkan dengan
pengobatan harus ditanamkan betul-betul, sehingga dapat dicegah terjadinya
komplikasi. Ketidak patuhan untuk pemeriksaan rutin dan minum obat secara
teratur akan berdampak buruk terhadap perkembangan penyakitnya.
b. Mengubah sikap

Sikap untuk menerima informasi yang benar seperti rendahnya motivasi


untuk berobat ke puskesmas dan pentingnya kartu BPJS sangat dipengaruhi
oleh kesadaran pasien beserta anggota keluarga yang lain. Perubahan sikap
yang positif agar mampu mengubah perilaku dalam menjaga kesehtan agar
penyakitnya tidak berkembang memburuk atau terjadi komplikasi perlu

29
pendampingan yang terus menerus dari anggota keluarga.
Peran keluarga sangat penting untuk mengubah sikap dan perilaku
pasien agar mampu mengatasi masalah penyakitnya secra mandiri. Kebiasaan
aktifitas fisik seperti olah raga ringan,pengaturan pola makan dan kebiasaan-
kebiasaan buruk lain yang tidak sesuai dengan pencegahan komplikasi
penyakitnya perlu mendapatkan perhatian keluarga dengan sabar dan
berkeseimbangan.
c. Mengubah tingkah laku

Perilaku tentang pola makan yang tidak sehat, tidak rutin memeriksakan
diri ke fasilitas kesehatan dan ketidakpatuhan minum obat merupakan
gambaran betapa masih rendahnya tingkat pengetahuan dan pemahaman
mengenai penyakit PJK yang diderita. Bahwa kebiasaan tersebut tidak pernah
disadari. Sekali lagi faktor pendampingan keluarga untuk terus-menerus rutin
memeriksakan diri ke puskesmas, minum obat teratur dan beraktivitas fisik
secara cukup harus diupayakan menjadi perlaku yang mutlak secara
berkesimbangan.
4. Edukasi Masyarakat Sekitar Pasien Tentang penyakit Penyakit Jantung Koroner

Deskripsi mengenai kasus PJK pada Ny. S dan keluarganya kemungkinan


juga merupakan ilustrasi apa yang terjadi pada masyarakat di sekitar kediaman
keluarga pasien tersebut. Perilaku negative Ny. S dalam mengahadapi penyakitnya
seperti tersebut dia atas kemungkinan juga terbiasa seperti dilakukan masyarakat
sekitarnya. Kebiasaan olahraga di masyarakat yang belum menjadi kebutuhan
hidup, pola makan yang tidak sehat serta belum terbiasanya menjaga kesehatan
sebelum sakit adalah kebiasaan tidak baik yang masih banyak dijumpai di
masyarakat dengan social budaya seperti di sekitar kediaman Ny. S .kegiatan
kunjungan rumah (home visit ) seperti kunjungan rumah ke pasien Ny. S tersebut
perlu dikembangkan dengan penyuluhan kesehatan di sekitar kediaman pasien.
Programnya dapat disusun secara sederhana seperti :
a. Sasaran cukup pada kelompok ibu-ibu di satu wilayah RT misalnya.
b. Waktu disesuaikan dengan kegiatan sasaran, misalnya saat pertemuan di
RT yang bersangkutan.
c. Materi disampaikan secara sederhana jelas dan lugas
d. Sesekali dokter puskesmas turun langsung. Biasanya apabila dokter turun

30
langsung masyarakat sangat antusias dan mengharapkan pertemuan
berulang pada kesempatan berikutnya.

31
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Hasil anamnesis penyakit pasien
Hasil resume anamnesis dan pemeriksaan fisik sampai pada kesimpulan bahwa Ny.
S (43 th) menderita Penyakit Jantung Koroner (PJK).
2. Hasil identifikasi fungsi faktor keluarga dan lingkungannya
a. Faktor keluarga : Keluarga Ny. S termasuk keluarga matrikal, berbentuk
nuclear family dengan interaksi antar anggota keluarga cukup baik dan dalam
menghadapi permasalahan Ny. S setiap anggota keluarga menunjukan
dukungan terhadap pasien agar tidak berpengaruh buruk terhadap
perkembangan penyakitnya.
b. Tidak ada faktor keturunan dari PJK yang diderita Ny. S.
c. Hasil anamnesis metode APGAR menunjukan bahwa fungsi anggota keluarga
khususnya penerimaan anggota keluarga Ny. S sebagai penderita PJK baik-baik
saja. Sedangkan analisis patologi lingkungan metode SCREEM menunjukan
bahwa keluarga Ny. S merasa ada tekanan secara finansial (ekonomi) dan
edukasi.
d. Lingkungan sosial ekonomi keluarga Ny. S termasuk lingkungan kelas
menengah ke bawah.
3. Hasil analisis faktor resiko
Faktor resiko dari pasien Ny. S sebagai penderita PJK adalah sebagai berikut :
a. Pasien Ny. S menderita Penyakit Jantung Koroner
b. Perilaku pasien : pola hidup cenderung mempercepat terjadinya komplikasi
c. Faktor lingkungan : lingkungan sosial ekonomi tergolong pada tingkat ekonomi
menengah ke bawah.
B. Saran
1. Promotif : Edukasi pada penderita dan keluarga
 Pasien dianjurkan untuk menjaga pola makan dengan membatasi konsumsi
makanan atau minuman manis, mengurangi asupan karbohidrat yang berlebihan,
selain itu pasien dianjurkan diet tinggi serat dengan memperbanyak konsumsi
sayur dan buah-buahan serta memperbanyak minum air putih, mengurangi
konsumsi garam.
32
 Pasien dianjurkan untuk olahraga atau latihan fisik ringan teratur setiap hari pada
saat 1 atau 1,5 jam sesudah makan selama minimal 30 menit setiap harinya atau
aktivitas ringan saja.
 Kontrol gula darah dan tekanan darah secara rutin ke puskesmas atau sarana
kesehatan terdekat, bila ada kelainan sebaiknya segera diobati karena akan
mempercepat terjadinya komplikasi.
 Tidak stress fisik maupun psikologis (banyak pikiran) dalam menghadapi suatu
masalah.
 Penderita PJK sebaiknya kontrol secara teratur dan tidak putus obat. Edukasi
mengenai pengenalan tanda-tanda terjadinya ancaman komplikasi diberikan
selama perawatan dan kontrol.
 Pelayanan kesehatan di sekitar tempat tinggal pasien, lebih baiknya
mencanangkan dan mensosialisasikan mengenai perilaku CERDIK pada
masyarakat, yaitu:
• Cek kesehatan berkala
• Enyahkan asap rokok
• Rajin beraktivitas fisik
• Diet yang sehat dan seimbang
• Istirahat yang cukup
• Kelola stress
 Pembagian brosur atau pamflet tentang diet penyakit jantung yang dapat
dilakukan pada pasien dengan penyakit Jantung Koroner atau hipertensi, pamflet
tersebut dapat dibagikan ketika kegiatan Posyandu atau saat kegiatan home visite
yang dilakukan oleh petugas kesehatan.
2. Kuratif
Furosemid 40mg 1x1/2
Spironolactone 25mg 1x1
Valsaartan 80mg 1x1
Digoxin 0,25 1x1
3. Rehabilitatif
Meyakinkan kepercayaan pasien,sehingga tetap memiliki semangat untuk sembuh dan
beraktifitas seperti biasa lagi.

33
DAFTAR PUSTAKA

1. Soeharto, 2001, Pencegahan dan Penyembuhan Penyakit Jantung Koroner, Edisi


Kedua, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
2. Brown, C. T., 2006, Penyakit Aterosklerotik Koroner, dalam Price, S.A. dan Wilson,
L.M., Patofisiologi Konsep-konsep Proses Penyakit, diterjemahkan oleh Pendit, B.U.,
Hartanto, H., Wulansari, P., Susi, N. dan Mahanani, D.A., Volume 2, Edisi 6, 579-585,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
3. Kusuma, D., Hanif, M., 2004, Patofisiologis Penyakit Jantung Koroner, Buku Ajar
Kardiologi, Editor Rilantono, L. S., Baraas, F., Karo, S. K., Balai Penerbit FKUI,
Jakarta.
4. Cardiovascular Disease. Available from: http://www.who.int/cardiovas- cular_
diseases/en/. (Visited 2019, December 5)
5. Citrakesumasari. Model Prediksi Suspek Penyakit Jantung Koroner pada individu dan
Masyarakat di Indonesia [disertasi]. Makassar: Hasanuddin Univ.;2009.
6. MOH,National Institut of Health Research and Development, Center for Community
Empowerment, Health Policy and Humanites 2015. Indonesia: Sample Registration
System 2014. NIHRD Library Cataloguing in Publication Data.
7. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Pokok-Pokok Hasil Riskesdas
Indonesia tahun 2013. Jakarta: Lembaga Penerbit Balitbangkes; 2014.
8. Kemenkes RI. 2014. Info Datin: Situasi Kesehatan Jantung. Jakarta: Pusat Data dan
Informasi. Available from: http://www.depked.go.id/download. php?
file=download/pusdatin/infodatin/infodatin- jantung.pdf (Visited 2019, December 5).

Lampiran

34

Anda mungkin juga menyukai