Anda di halaman 1dari 3

Chronic Lymphocytic Leukemia (CLL) CLL adalah kelainan monoklonal yang ditandai dengan

akumulasi limfosit yang inkompeten secara fungsional secara progresif. Seperti kasus malignansi
lainnya, penyebab pasti CLL belum diketahui. Penyakit ini merupakan penyakit yang didapat, jarang
sekali ditemukan kasus familial. Onsetnya perlahan, dalam bentuk tersamar namun dengan hasil yang
berbahaya dan jarang ditemukan secara tidak sengaja pada pemeriksaan hitung jenis sel darah untuk
tujuan lain. Sebanyak 25-50% pasien CLL tidak menunjukkan gejala. Pembesaran nodus limfe
merupakan gambaran klinis yang paling umum terjadi. Namun pasien dengan CLL bisa saja
menunjukkan gejala yang sangat beragam.12-15 Pada pasien CLL, darah lengkap menunjukkan
limfositosis absolut dengan lebih dari 5000 Sel-B/μl yang persisten selama lebih dari tiga bulan.
Klonalitas harus dipastikan dengan flow cytometry. Sitopenia yang disebabkan oleh keterlibatan sel
klonal di sumsum tulang juga dapat menegakkan diagnosis CLL tanpa memperhatikan jumlah sel-B
perifer. 12,13 Pemeriksaan apusan darah tepi dilakukan untuk melihat limfositosis. Biasanya
ditemukan smudge cells yang merupakan artifak limfosit akibat Universitas Sumatera Utara 13
kerusakan selama pembuatan slide apusan. Sel-sel atipikal besar, cleaved cells dan sel prolimfositik
juga sering ditemukan dan bisa mencapai 55% dari total limfosit perifer.

Tes darah Tes darah yang dilakukan diambil dari vena pada lengan atau dari jari tangan perifer.
Pemeriksaan darah dilakukan untuk melihat kadar hematologi pasien. Pemeriksaan apusan darah tepi
juga dilakukan untuk melihat morfologi dari sel darah. Pada pasien dengan leukemia, akan ditemukan
sel darah putih yang sangat banyak dibandingkan sel darah merah dan platelet yang sedikit.3
Universitas Sumatera Utara 15 2.1.5.3 Aspirasi sumsum tulang dan biopsi Aspirasi sumsum tulang dan
biopsi dilakukan secara bersamaan. Aspirasi sumsum tulang dan biopsi ini dilakukan untuk
mendiagnosa leukemia dan diulangi kembali untuk melihat respon dari pengobatan. 3,4 Aspirasi
sumsum tulang merupakan “gold standard” dari diagnosa leukemia. Tidak hanya indikasi diagnosa,
namun indikasi menentukan jenis sel dan monitoring pengobatan seperti gangguan limfoblastik. 3-5
2.1.5.4 Pungsi lumbal Pungsi lumbal dilakukan untuk melihat apakah ada sel leukemia pada cairan
serebrospinalis. Pada anak dengan leukemia, lumbal pungsi dilakukan sebagai terapi metastasis ke
susunan saraf pusat untuk kemoterapi. Melalui lumbal pungsi diberikan bahan kemoterapi menuju
cairan serebrospinal sehingga mencegah sel- sel leukemia ada di sistem saraf pusat.7 2.1.5.5 Biopsi
kelenjar limfe Biopsi kelenjar limfe penting untuk mendiagnosa limfoma. Pada anak dengan leukemia
hal ini jarang dilakukan. Biopsi kelenjar limfe dilakukan bersamaan dengan proses pembedahan untuk
pengobatan atas indikasi tertentu. 3,4,9

Kriteria diagnostik (morfologi) CLL:


 Limfositosis >5.000/uL
 Ciri limfosit: matur, ukuran kecil, sitoplasma sedikit, inti padat, nukleoli tidak
terlihat
 bisa ditemukan smudge cells
 bisa ditemukan prolimfosit

Kriteria klinis (modified Rai staging system):


 Low risk: limfositosis
 Intermediate risk: limfositosis, limfadenopati, splenomegali, dan/atau hepatomegali
 High risk: Hb<11 g/dL atau trombosit <100.000/uL
limfositosis di darah tepi disertai smudge cells (+)

limfositosis di darah tepi disertai smudge cells (+)

limfositosis di darah tepi disertai prolimfosit dan smudge cells (+)

smudge cells (+)

sumsum tulang hiperseluler


infiltrasi dan proliferasi limfosit pada sumsum tulang

Anda mungkin juga menyukai