Askep Heg-1

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN TENTANG

HIPEREMESIS GRAVIDARIUM

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1

AC. ALDO SETIAWAN (142012018001)


ARTHA ILHAM RALITIAN (142012018004)
FAYI HARISTIA GHANI (142012018013)
HARUN AL FATONI (142012018015)
M.VALID AZIZ APTADURI (142012018018)
JAROT NIKO SAPUTRO (142012018022)
MUTAHIT (142012018024)
NANDIKA PANGESTU (142012018025)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterine mulai sejak
konsepsi dan berakhir permulaan persalinan. Perubahan system didalam tubuh ibu terjadi dalam
proses kehamilan yang semuanya membutuhkan suatu adaptasi, baik fisik maupun psikologi.
Dalam proses adaptasi tersebut tidak jarang ibu akan mengalami ketidaknyamanan yang
meskipun hal itu adalah fisiologi namun tetap perlu diberikan suatu pencegahan dan perawatan
(janiwarti, 2013). Salah satu tanda kehamilan adalah mual (nausea) dan muntah (vomitus). Mual
dan muntah dapat terjadi karena pengaruh hormone estrogen dan progesterone yang
menyebabkan pengeluaran asam lambung yang berlebihan, bila terlampau sering mengakibatkan
gangguan kesehatan disebut hyperemesis gravidarum (Baskoro, 2013).
Hyperemesis gravidarum merupakan mual muntah berlebihan sehingga mengganggu
pekerjaan sehari-hari dan keadaan umum menjadi buruk.mual dan muntah merupakan gangguan
paling sering ditemui pada kehamilan trimester pertama (Mitayani, 2009).Mual merupakan
sensasi seperti gelombang dbelakang tenggorokan,epigastrium atau abdomen yang bersifat
subjektif dan tidsk menyenangkan yang dapat menyebabkan dorongan atau keinginan untuk
muntah (NANDA, 2015), Sedangkan muntah adalah suatu reflek yang tidak dapat dikontrol
untuk mengeluarkan isi lambung dengan paksa melalui mulut (Mcquaid, 2011).
Secara global, kurang lebih 80% perempuan hamil akan mengalami mual dan muntah
selama kehamilannya. Sementara hyperemesis gravidarum dialami oleh sekitar 0.3%-2.0%
perempuan hamil. Hiperemesis gravidarum akan menyebabkan ibu hamil akan muntah terus
menerus setiap kali makan dsan minum akibatnya buang air kecil menurun dratis sehingga cairan
tubuh berkurang dan darah menjadi kental sehingga melambatkan peredaran darah yang berisi
oksigen dan menimbulkan kerusakan jaringan yang dapat membahayakan ibu dan janin ynag
dikandungnya (Hidayati, 2009).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas, maka dapat diketahui rumusan masalah
“Bagaimana Asuhan Keperawatan Teori Pada Klien dengan Gangguan Hiperemesis Gravidarium Pada
Ibu Hamil”

    C. Tujuan penulisan

a. Tujuan Umum
Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang hyperemesis gravidarum yaitu mual
muntah yang berlebihan sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari.

b. Tujuan Khusus
1.Untuk mengetahui pengertian hyperemesis gravidarum
2.Untuk mengetahui etiologi hyperemesis gravidarum
3. Untuk mengetahui patofisiologi hyperemesis gravidarum
4. Untuk mengetahui diagnosis hyperemesis gravidarum
5 Untuk mengetahui klarifikasi hyperemesis gravidarum
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan hyperemesis gravidarum
D. Manfaat Penulisan

1. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai hiperemesis gravidarium.


2. Dapat digunakan sebagai bahan untuk memberikan informasi kepada masyarakat terkait dengan
hiperemesis gravidarium.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS HIPEREMESIS GRAVIDARUM
     

Hyperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan sehingga mengganggu


pekerjaan sehari-hari dan keadaan umum menjadi buruk. mual dan muntah merupakan gangguan
paling sering ditemui pada kehamilan trimester pertama (Mitayani, 2009).

Hiperemesis gravidarum adalah keadaan dimana penderita mual dan


muntah lebih dari 10 kali dalam 24 jam sehingga mengganggu kesehatan dan
pekerjaan sehari-hari (Arief.B, 2009).

Hiperemesis gravidarum adalah keadaan mual dan muntah berlebihan


sehingga menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari bahkan membahayakan
hidupnya. (Manuaba,2001).

A. Etiologi
   Penyebab Hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Frekuensi kejadian adalah 2 per 1000
kehamilan. Faktor-faktor predisposisi yang dikemukakan (Rustam Mochtar, 1998)

 Umumnya terjadi pada Primigravida, mola hidatidosa, diabetes dan kehamilan ganda akibat
peningkatan kadar HCG
 Faktor organik, yaitu karena masuknya viki khoriales dalam sirkulasi maternal dan perubahan
metabollik akibat kehamilan serta resitensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan –
perubahan ini serta adanya alergi yaitu merupakan salah satu respon dari jaringan ibu terhadap
janin.
 Faktor ini memegang peranan penting pada penyakit ini. Rumah tangga yang retak, kehilangan
pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggungan sebagai ibu dapat
menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak
sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.
 Faktor endokrin lainnya : hipertyroid, diabetes dan lain-lain.

B. Patofisiologi
   Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen yang biasa terjadi pada trimester
I. bila perasaan terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis
terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan
tertimbunnya asam aseto-asetik, asam hidroksida butirik dan aseton darah. Muntah menyebabkan
dehidrasi, sehingga caira ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium  dan klorida darah turun. Selain itu
dehidrasai menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini
menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkuang pula tertimbunnya zat metabolik
yang toksik. Disamping dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit. Disamping dehidraasi dan
gangguan keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung
(sindroma mollary-weiss), dengan akibat perdarahan gastrointestinal.
C. Tanda dan gejala
  
Batas mual dan muntah berapa banyak yang disebut Hiperemesis gravidarum tidak ada kesepakatan.
Ada yang mengatakan bila lebih dari sepuluh kali muntah. Akan tetapi apabila keadaan umum ibu
terpengaruh dianggap sebagai Hiperemesis gravidarum. Menurut berat ringannya gejala dibagi
menjadi tiga tingkatan, yaitu:

> Tingkatan I (ringan)

 Mual muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita


 Ibu merasa lemah
 Nafsu makan tidak ada
 Berat badan menurun
 Merasa nyeri pada epigastrium
 Nadi meningkat sekitar 100 per menit
 Tekanan darah menurun
 Turgor kulit berkurang
 Lidah mengering
 Mata cekung

> Tingkatan II (sedang)

 Penderita tampak lebih lemah dan apatis


 Turgor kulit mulai jelek
 Lidah mengering dan tampak kotor
 Nadi kecil dan cepat
 Suhu badan naik (dehidrasi)
 Mata mulai ikterik
 Berat badan turun dan mata cekung
 Tensi turun, hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi
 Aseton tercium dari hawa pernafasan dan terjadi asetonuria

> Tingkatan III (berat)

 Keadaan umum lebih parah (kesadaran menurun dari somnolen sampai


koma)
 Dehidrasi hebat
 Nadi kecil, cepat dan halus
 Suhu badan meningkat dan tensi turun
 Terjadi komplikasi fatal pada susunan saraf yang dikenal dengan
enselopati wernicke dengan gejala nistagmus, diplopia dan penurunan
mental
 Timbul ikterus yang menunjukkan adanya payah hati

E. Pathways
F. Pemeriksaan
      Ketika seorang wanita dating dengan keluhan mual dan muntah , riwayat
berikut harus dikaji untuk membantu membedakan antara mual dan muntah
akibat kehamulan atau kondisi patologis ini.

1. Riwayat

1. Frekuensi muntah
2. Hubungan muntah dengan asupan makanan ( jenis dan jumlah )
3. Riwayat pola makan ( jenis makanan dan minuman , jumlah, waktu
pemberian, dan reaksinya)
4. Riwayat pengobatan ( termasuk reaksi obat)
5. Riwayat gangguan makan
6. Riwayat diabetes
7. Pembedahan abdomen sebelumnya.
8. Frekuensi istirahat
9. Kecemasan dalam kehamilan
10.Dukungan keluarga

2. Pemeriksaan fisik

1. Berat badan ( dan hubungannya dengan berat badan sebelumnya)


2. Suhu badan , denyut nadi, dan pernafasan
3. Turgor kulit
4. Kelembapan membrane mukosa
5. Kondisi lidah ( bengkak, kering, pecah-pecah)
6. Palpasi abdomen untuk melihat pembesaran organ , dan nyeri tekan.
7. Pengkajian pertumbuhan janin.

3. Laboratorium

1. Pemeriksaan keton dalam urine


2. Urinalis

4. Pengkajian

Kondisi yang mengindikasikan bahwa wanita mengalami dehidrasi meliputi


turgor kulit buruk, peningkatan frekuensi nadi dan Pernapasan, penurunan
pengeluaran urine.

G. Penanganan
1. Pencegahan
Pencegahan terhadap Hiperemesis gravidarum diperlukan dengan jalan
memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses
yang fisiologis. Hal itu dapat dilakukan dengan cara:

 Memberikan keyakinan bahwa mual dan muntah merupakan gejala yang


fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan
berumur 4 bulan.
 Ibu dianjurkan untuk mengubah pola makan sehari-hari dengan makanan
dalam jumlah kecil tetapi sering.
 Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi
dianjurkan untuk makan roti kering arau biskuit dengan teh hangat
 Hindari makanan yang berminyak dan berbau lemak
 Makan makanan dan minuman yang disajikan jangan terlalu panas atau
terlalu dingin
 Usahakan defekasi teratur.

2. Terapi obat-obatan
Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak berkurang maka diperlukan
pengobatan

 Tidak memberikan obat yang terotogen


 Vitamin yang sering dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6
 Antihistaminika seperti dramamine, avomine
 Pada keadaan berat, anti emetik seperti diklomin hidrokhoride atau
khlorpromazine.

3. Hiperemesis gravidarum tingkatan II dan III harus dirawat inap di rumah sakit
Adapun terapi dan perawatan yang diberikan adalah sebagai berikut:
a. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran
udara baik. Jangan terlalu banyak tamu, kalau perlu hanya perawat dan dokter
saja yang boleh masuk. Catat cairan yang keluar dan masuk. Kadang-kadang
isolasi dapat mengurangi atau menghilangkan gejala ini tanpa pengobatan
b. Terapi psikologik
Berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang wajar, normal dan
fisiologik. Jadi tidak perlu takur dan khawatir. Yakinkan penderita bahwa
penyakit dapat disembuhkan dan dihilangkan masalah atu konflik yang kiranya
dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
c. Terapi mental
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan
glukosa 5 %, dalam cairan gram fisiologis sebanya 2-3liter sehari. Bila perlu
dapat ditambah dengan kalium dan vitamin khususnya vitamin B kompleks dn
vitamin C dan bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino
esensial secara intravena. Buat dalam daftar kontrol cairan yang amsuk dan
dikeluarkan. Berikan pula obat-obatan seperti yang telah disebutkan diatas.
d. Terminasi kehamilan
Pada beberapa kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan
mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik bila keadaan memburuk.
Delirium, kebutaan, takikardia, ikterik, anuria, dan perdarahan merupakan
manifestasi komplikasi organik.
Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan.
Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena
disatu pihak tidak boleh dilakukan terlalu capat dan dipihal lain tidak boleh
menunggu sampai terjadi irreversible pada organ vital.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Data Subjektif
Nausea dan vomitus merupakan gejala-gejala utama. Pasien tidak dapat
menahan makanan dan kehilangan berat badan. Beberapa pasien mengeluh air
liurnya berlebihan/hipersalivasi.
Riwayat haid: sebagian besar pasien sadar akan haid yang tidak datang dan
mengetahui bahwa mereka hamil. Tetapi kadang-kadang pasien tidak dapat
memberikan informasi yang penting ini, sehingga mengaburkan diagnosis.

2. Data Objektif
Pemeriksaan fisik
* Pemeriksaan umum: kulit dan membrane mukosa sering tampak kering dan
turgor menurun. Pasien dapat menjadi kurus. Vomitus yang iritatif dapat
membuat erosi pada bibir dan wajah; lidah tampak merah, kering dan pecah-
pecah. Faring kering dan merah, dan pernapaan berbau busuk dengan bau
seperti buah-buahan yang khas untuk ketoasidosis.
Takikardia dan hipotensi dapat menunjukkan dehidrasi hipovolemia. Pada
penyakit yang berat dan berkepanjangan, aberasi mental, delirium, sakit kepala,
stupor dan koma dapat terjadi
* Pemeriksaan abdomen: temuan ini biasanya normal, meskipun rasa sakit
dihepar dapat ditemukan
* Pemeriksaan pelvis: uterus lunak dan membesarkan sesuai dengan umur
gestasi
Kebutuhan Dasar Khusus
*  Aktifitas istirahat
Tekanan darah sistol menurun, denyut nadi meningkat (> 100 kali per menit).
* Integritas ego
Konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi, perubahan persepsi tentang
kondisinya, kehamilan tak direncanakan.
* Eliminasi
Perubahan pada konsistensi; defekasi, peningkatan frekuensi berkemih
Urinalisis : peningkatan konsentrasi urine.
*  Makanan/cairan
Mual dan muntah yang berlebihan (4 – 8 minggu) , nyeri epigastrium,
pengurangan berat badan (5 – 10 Kg), membran mukosa mulut iritasi dan merah,
Hb dan Ht rendah, nafas berbau aseton, turgor kulit berkurang, mata cekung dan
lidah kering.
* Pernafasan
Frekuensi pernapasan meningkat.
*  Keamanan
Suhu kadang naik, badan lemah, icterus dan dapat jatuh dalam koma
* Seksualitas
Penghentian menstruasi, bila keadaan ibu membahayakan maka dilakukan
abortus terapeutik.
* Interaksi sosial
Perubahan status kesehatan/stressor kehamilan, perubahan peran, respon
anggota keluarga yang dapat bervariasi terhadap hospitalisasi dan sakit, sistem
pendukung yang kurang.

Tes Laboratorium
* Pemeriksaan darah lengkap dengan apusan darah: nilai hemoglobin dan
hematokrit yang meningkat menunjukkan hemokosentrasi berkaitan dengan
dehidrasi. Anemia yang mungkin merupakan konsekuensi dari mal nutrisi.
* Urinalisis: urin biasanya hanya sedikit dan mempunyai kosentrasi tinggi
sebagai akibat dehidrasi. Aseton menunjukkan asidosis starvasi.

B.   Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan data pengkajian, diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada


pasien hyperemesis gravidarum adalah meliputi:
1. Ketidakseimbngan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual-muntah
2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan secara aktif
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
C. Intervensi
N Diagnosa Perencanaan
o keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1 Ketidakseimba Dalam waktu1.   Timbang dan catat berat badan   Untuk mendapatkan
. ngan nutrisi 3x24jam setelah pasien pada jam yang sama pembacaan yang paling
kurang dari diberikan setiap hari akurat
kebutuhan tindakan 2.   Pantau asupan dan haluaran   Karena berat badan
tubuh pemenuhan pasien dapat meningkat
berhubungan nutrisi klien sebagai akibat dari
dengan terpenuhi retensi cairan
anoreksia, Dengan criteria3.   Kaji dan catat bising usus   Untuk memantau
mual-muntah hasil : pasien satu kali setiap peningkatan dan
1.    Berat badan ideal ergantian tugas jaga penurunannya
2.    Bising usus4.   Auskultasi dan catat suara      Untuk memantau
normal napas pasien setiap 4 jam aspirasi
3.    Membrane
mukosa lembab
2 Gangguan Dalam waktu1.    Pantau dan catat TTV setiap 2      Takikardia, dispnea,
. keseimbangan 3x24 jam k jam atau sesering mungkin atau hipotensi dapat
cairan dan1.Membrane sesuai keperluan sampai stabil. mengindikasikan
elektrolit mukosa lembab Kemudian pantau dan catat kekurangan volume
berhubungan 2.CRT kurang dari TTV setiap 4 jam cairan atau
dengan 3 detik ketidakseimbangan
kehilangan 3.TTV normal elektrolit.
cairan secara 2.    Ukur asupan dan haluaran      Haluaran urine yang
aktif setiap 1 sampai 4 jam. Catat rendah dan berat jenis
dan laporkan perubahan yang urine yang tinggi
signifikan termasuk urine, mengindikasikan
feses, muntahan, drainase hipovolemia
luka, drainase nasogastrik,
drainase slang dada, dan
haluaran yang lain.
3.    Timbang pasien pada waktu    Untuk memberikan
yang sama setiap hari data yang lebih akurat
dan konsisten. Berat
badan merupakan
indicator yang baik
untuk status cairan.
4.    Kaji turgor kulit dan    Untuk memeriksa
membrane mukosa mulut dehidrasi
setiap 8 jam    Untuk menghindari
5.    Berikan perawatan mulut dehidrasi membrane
dengan cermat setiap 4 jam mukosa
   Peningkatan berat jenis
6.    Periksa berat jenis urin setiap urine dapat
8 jam mengindikasikan
dehidrasi
3 Intoleransi Setelah 1. Kaji tingkat berfungsi pasien      Komunikasi diantara
. aktivitas dilakukan dengan menggunakan skala anggota staf dapat
berhubungan tindakan mobilitas fungsional. meyakinkan
dengan keperawatan Komunikasikan tingkat ini kontiunitas perawatan
kelemahan fisik selama 3x24 pada staf dan mempertahankan
jam terjadi kemandirian
peningkatan 2. Kecuali dikontraindikasikan,       Latihan ROM dapat
toleransi lakukan ROM setiap 2 sampai mencegah kontraktur
aktivitas dengan 4 jam. Tingkatkan dari pasif sendi dan atrofi otot
criteria hasil : ke aktif, sesuai toleransi
1. Melaporkan dan pasien.    Menunjukkan
mendemonstrasi 3.Kaji kehilangan/gangguan perubahan neurologi
kan peningkatan keseimbangan gaya jalan, karena defisiensi
aktivitas fisik kelemahan otot vitamin B12
yang dapat mempengaruhi
diukur kamanan pasien /resiko
2. Skala mobilitas cedera
0-1    Manifestasi
3. Skala kekuatan 4. Awasi TD, nadi, pernapasan, kardiopulmonal dari
otot 5 (dapat selama dan sesudah aktivitas. upaya jantung dan paru
melawan Catat respon terhadap tingkat untuk membawa
tahanan aktivitas (mis. Peningkatan jumlah oksigen adekuat
4.  Klien terlihat denyut jantung/TD, disritmia, ke jaringan
segar pusing, dispnea, takipnea, dan
sebagainya)

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:


1. Hyperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan sehingga mengganggu
pekerjaan sehari-hari dan keadaan umum menjadi buruk. mual dan muntah merupakan
gangguan paling sering ditemui pada kehamilan trimester pertama (Mitayani, 2009).
2. Penyebab Hiperemesis gravidarum secara pasti belum diketahui, faktor
predisposisinya antara lain; peningkatan kadar HCG, faktor organik, dan
faktor endokrin lainnya.
3. Secara patologik menunjukkan adanya kelainan-kelainan dalam berbagai
alat tubuh seperti hati, jantung, otak dan ginjal
4. Hiperemesis  gravidarum dapat mengakibatkan dehidrasi, kekurangan
energi, tertimbun zat metabolik toksik, terganggunya keseimbangan
elektrolit dan perdarahan gastrointestinal
5. Hiperemesis  gravidarum terbagi dalam 3 tingkatan yaitu ringan, sedang
dan berat
6. Penanganan Hiperemesis  gravidarum pada tahap awal adalah
pencegahan yaitu dengan memberikan konseling untuk menghadapi
kehamilan dan komplikasinya
7. Terapi yang diberikan pada kasus Hiperemesis gravidarum adalah terapi
obat-obatan, terapi psikologik, terapi parenteral dan isolasi. Apabila
keadaan tetap memburuk terminasi kehamilan perlu dipertimbangkan.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka
Cipta;2012

Hidayati Asuhan Keperawatan pada Kehamilan Fisiologi dan Paatologis. Jakarta:


Salembah Medika;2009

Janiwarti, Betsaida. Pendidikan Psikologi untuk Bidan. Jakarta: Andi Publiser.


2017

Doenges,E,Marilynn.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.jakarta: EGC


Mansjoer, A, dkk, (2001), Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, Jakarta : Penerbit
Media Aesculapius FKUI.
Manuaba, Ida Bagus, 1999, Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, Jakarta,
Penerbit: Arcan
Mochtar, R, (1998), Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi, edisi
2, Jilid 1, Jakarta : EGC.
Mochtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obsetri, Jilid I, Jakarta; EGC
Morgan,Geri,dkk, 2009, Obstetri&Ginekologi panduan praktik,Jakarta: EGC
Prawirohardjo, Sarwono, 2005, Ilmu Kebidanan, Jakarta; Tridasa Printer
Sastrawinata,Sulaiman. 2005. Obstetri Patologi.edisi 2.Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai