Anda di halaman 1dari 28

BAHAN AJAR

MATA KULIAH : PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

PENYUSUN :

Dr. KRISNAYADI TOENDAN,

M.Si

WINDA LESTIANI, S.Pd

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA


A. PENDAHULUAN

Pengembangan bahan ajar merupakan salah satu komponen penting dalam


kurikulum. Materi yang disiapkan untuk pembelajaran dikemas secara menarik dalam bentuk
bahan ajar. Bahan ajar dalam konteks pembelajaran merupakan salah satu komponen yang
ada, karena bahan ajar merupakan komponen yang harus dikaji, dicermati, dipelajari dan
dijadikan bahan materi yang dikuasai oleh siswa sekaligus dapat memberikan pedoman untuk
mempelajarinya. Tanpa bahan pembelajaran maka pembelajaran tidak akan menghasilkan
apa-apa.

Bahan ajar mempunyai peran yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran.
Bahan ajar dapat berperan sebagai bahan belajar mandiri, apabila bahan pembelajaran didesin
secara lengkap. Bahan pembelajaran ini dilengkapi dengan tujuan pembelajaran atau
komepetensi yang akan dicapai, materi pembelajaran yang diuraikan dalam kegiatan belajar,
ilustrasi media, prosedur pembelajaran, latihan yang harus dikerjakan dilengkapi rambu
jawaban, tes pormatif dilengkapi dengan kunci jawaban, umpan balik, daftar pustaka.

Oleh sebab itu diperlukan pengembangan bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik
dan kompetensi yang ingin dicapai. Pengembangan bahan ajar haruslah melalui beberapa
tahapan pengembangan yang dilakukan secara prosedural, setiap langkah yang dilakukan
untuk menghasilkan pengembangan bahan ajar yang berkualitas.

1. Tujuan Pembelajaran :
Setelah menempuh mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan mampu mengidentifikasi
jenis bahan ajar sesuai dengan karakteristik materi dan peserta didik, menerapkan prinsip-
prinsip pengembangan bahan ajar, serta dapat mengembangkan bahan ajar sesuai dengan
prosedur pengembangan bahan ajar.
2. Prasyarat/Perilaku Awal
Mahasiswa yang akan menempuh mata kuliah dan mempelajari materi
pengembangan system instruksional merupakan mahasiswa yang sudah lulus dari mata
kuliah media pembelajaran, dan manajemen sumber belajar. Mahasiswa juga harus
memiliki dasar pengetahuan tentang bagaimana alur dalam kawasan pengembanga

1
BAB I

KONSEP PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

A. Pengertian Bahan Ajar


Bahan ajar merupakan salah satu bagian penting dalam proses pembelajaran.
Sebagaimana Mulyasa (2006: 96) mengemukakan bahwa bahan ajar merupakan salah satu
bagian dari sumber ajar yang dapat diartikan sesuatu yang mengandung pesan pembelajaran,
baik yang bersifat khusus maupun yang bersifat umum yang dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan pembelajaran.
Dick, Carey, dan Carey (2009: 230) menambahkan bahwa instructional material
contain the conten either written, mediated, or facilitated by an instructor that a student as
use to achieve the objective also include information thet the learners will use to guide the
progress. Berdasarkan ungkapan Dick, Carey, dan Carey dapat diketahui bahwa bahan ajar
berisi konten yang perlu dipelajari oleh siswa baik berbentuk cetak atau yang difasilitasi
oleh pengajar untuk mencapai tujuan tertentu.
Widodo dan Jasmadi dalam Ika Lestari (2013: 1) menyatakan bahwa bahan ajar adalah
seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan materi pembelajaran, metode,
batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan menarik dalam
rangka mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai kompetensi dan subkompetensi
dengan segala kompleksitasnya.
Pengertian ini menggambarkan bahwa bahan ajar hendaknya dirancang dan ditulis
sesuai dengan kaidah pembelajaran, yakni disesuaikan materi pembelajaran, disusun
berdasarkan atas kebutuhan pembelajaran, terdapat bahan evaluasi, serta bahan ajar tersebut
menarik untuk dipelajari oleh siswa.
Iskandar wassid dan Dadang Sunendar (2011: 171) mengungkapkan bahwa bahan ajar
merupakan seperangkat informasi yang harus diserap peserta didik melalui pembelajaran
yang menyenangkan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam penyusunan bahan ajar diharapkan
siswa benar-benar merasakan manfaat bahan ajar atau materi itu setelah ia mempelajarinya.
Yana Wardhana (2010: 29) menambahkan bahwa bahan ajar merupakan suatu media untuk
mencapai keinginan atau tujuan yang akan dicapai oleh peserta didik. Sedangkan menurut
Opara dan Oguzor (2011: 66) mengungkapkan bahwa instructional materials are the audio
visual materials (software/hardware) which can be used as alternative channels of
communication in the teaching-learning process. Bahan ajar merupakan sumber belajar
berupa visual maupun audiovisual yang dapat digunakan sebagai saluran alternatif pada
komunikasi di dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan kajian di atas, istilah bahan ajar yang digunakan dalam penelitian ini
adalah suatu bahan/ materi pelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan guru
dan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMP untuk mencapai tujuan yang
diharapkan.

B. Pengembangan Bahan Ajar

Pengembangan suatu bahan ajar harus didasarkan pada analisis kebutuhan siswa.
Terdapat sejumlah alasan mengapa perlu dilakukan pengembangan bahan ajar, seperti yang
disebutkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas (2008: 8-9) sebagai berikut.

 Ketersediaan bahan sesuai tuntutan kurikulum, artinya bahan belajar yang


dikembangkan harus sesuai dengan kurikulum

 Karakteristik sasaran, artinya bahan ajar yang dikembangkan dapat disesuaikan dengan
karakteristik siswa sebagai sasaran, karakteristik tersebut meliputi lingkungan sosial,
budaya, geografis maupun tahapan perkembangan siswa

 Pengembangan bahan ajar harus dapat menjawab atau memecahkan masalah atau
kesulitan dalam belajar.

Dengan demikian, pengembangan bahan ajar di sekolah perlu memperhatikan


karakteristik siswa dan kebutuhan siswa sesuai kurikulum, yaitu menuntut adanya partisipasi
dan aktivasi siswa lebih banyak dalam pembelajaran. Pengembangan lembar kegiatan siswa
menjadi salah satu alternatif bahan ajar yang akan bermanfaat bagi siswa menguasai
kompetensi tertentu, karena lembar kegiatan siswa dapat membantu siswa menambah
informasi tentang materi yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.
C. Fungsi Bahan Ajar
Secara garis besar, bahan ajar memiliki fungsi yang berbeda baik untuk guru maupun
siswa. Adapun fungsi bahan ajar untuk guru yaitu;
 Untuk mengarahkan semua aktivitas guru dalam proses pembelajaran sekaligus
merupakan subtansi kompetensi yang seharusnya diajarkan kepada siswa; dan
 Sebagai alat evaluasi pencapaian hasil pembelajaran.

Dalam bahan ajar akan selalu dilengkapi dengan sebuah evaluasi guna mengukur
penguasaan kompetensi per tujuan pembelajaran. Sedangkan fungsi bahan ajar bagi siswa
yakni, sebagai pedoman dalam proses pembelajaran dan merupakan subtansi kompetensi
yang harus dipelajari. Adanya bahan ajar siswa akan lebih tahu kompetensi apa saja yang
harus dikuasai selama progam pembelajaran berlangsung. Siswa jadi memiliki gambaran
skenario pembelajaran lewat bahan ajar.

Hal senada disampaikan oleh Esu, Enukoha & Umoren dalam Ogbondah (2008: 17) bahwa
bahan ajar memiliki fungsi sebagai berikut:

- Menfasilitasi siswa dalam pembelajaran dengan konsep yang abstrak;


- Meningkatkan partisipasi siswa dalam belajar;
- Menghemat energi guru untuk berbicara terlalu banyak;
- Menggambarkan konsep-konsep yang lebih jelas dan lebih baik daripada hanya kata-
kata guru;
- Membantu mengatasi keterbatasan ruang kelas dan mudah diakses;
- Membantu untuk memperluas pengetahuan siswa;
- Meningkatkan motivasi siswa.

Hal tersebut sependapat dengan Opara dan Oguzor (2011: 70) bahwa fungsi bahan ajar
adalah
- Sebagai intruksi yang tersusun secara sistematis untuk menfasilitasi proses
pembelajaran;
- Membantu peserta didik untuk berinteraksi secara individual maupun kelompok;
- Memudahkan guru dalam mentranfer pelajaran;
- Membantu peserta didik untuk belajar dengan kecepatannya mereka sendiri; dan
- Memperluas pengetahuan dan pemahaman siswa.

Prastowo dalam Ika Lestari (2013: 8) mengungkapkan bahwa berdasarkan strategi


pembelajaran fungsi bahan ajar dibagi menjadi tiga macam, yaitu fungsi dalam
pembelajaran klasikal, pembelajaran individual, dan pembelajaran kelompok.

- Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran klasikal, antara lain:


 sebagai satu-satunya sumber informasi serta pengawas dan pengendali proses
pembelajaran; dan
 sebagai bahan pendukung proses pembelajaran yang diselenggarakan.
- Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran individual, antara lain:
 sebagai media utama dalam proses pembelajaran;
 sebagai alat yang digunakan untuk menyusun dan mengawasi proses siswa dalam
memperoleh informasi; dan
 sebagai penunjang media pembelajaran individual lainnya.
- Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran kelompok, antara lain:
 sebagai bahan yang terintegrasi dengan proses belajar kelompok, dengan cara
memberikan informasi tentang latar belakang materi, informasi tentang peran
orang-orang yang terlibat dalam belajar kelompok, serta petunjuk tentang proses
pembelajaran kelompoknya sendiri; dan
 sebagai bahan pendukung bahan belajar utama, dan apabila dirancang sedemikian
rupa maka dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

D. Tujuan dan Manfaat Penyusunan Bahan Ajar


1) Tujuan Penyusunan Bahan Ajar
Tujuan dari penyusunan bahan ajar adalah:
 Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan
mempertimbangkan kebutuhan pesrta didik, yakni bahan ajar yang sesuai dengan
karakteristik dan setting atau lingkungan sosial peserta didik.
 Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.
 Mambantu peserta didik dalam memperoleh alternatif bahan ajar disamping buku-buku
teks yang terkadang sulit diperoleh.
2) Manfaat Penyusunan Bahan Ajar bagi Guru dan Pesetra Didik
Manfaat bagi guru
 Diperoleh bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dan sesuai dengan
kebutuhan belajar peserta didik
 Tidak lagi tergantung kepada buku teks yang terkadang sulit untuk dipeoleh.
 Memperkaya karena dikembangkan dengan menggunakan berbagai referensi.
 Menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis bahan ajar.
 Membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru dan peserta didik
karena peserta didik akan merasa lebih percaya kepada gurunya.
 Menambah angka kredit jika dikumpulkan dan diterbitkan.

Manfaat bagi peserta didik.


 Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik
 Kesempatan untuk belajar secara lebih mandiri dan mengurangi ketergantungan
terhadap kehadiran guru.
 Menadapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang harus
dikuasainya.
BAB II
JENIS DAN PRINSIP PEMILIHAN BAHAN AJAR

A. Jenis-Jenis Bahan Ajar Menurut Para Ahli


Secara umum bahan ajar dapat dibedakan ke dalam bahan ajar cetak dan noncetak.
Bahan ajar cetak dapat berupa, handout, buku, modul, brosur, dan lembar kerja siswa.
Sedangkan bahan ajar noncetak meliputi, bahan ajar audio seperti, kaset, radio, piringan
hitam, dan compact disc audio. Bahan ajar audio visual seperti, CAI (Computer Assisted
Instruction), dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials) (Ika Lestari, 2013:
5). Lebih lanjut Mulyasa (2006: 96) menambahkan bahwa bentuk bahan ajar atau materi
pembelajaran antara lain adalah bahan cetak (hand out, buku, modul, LKS, brosur, dan
leaflet), audio (radio, kaset, cd audio), visual (foto atau gambar), audio visual (seperti; video/
film atau VCD) dan multi media (seperti; CD interaktif, computer based, dan internet).
Bahan ajar yang dimaksud dalam kajian ini lebih ke bahan ajar cetak berupa buku teks.
Hal ini dikarenakan, buku teks sangat erat kaitannya dengan kurikulum, silabus, standard
kompetensi, dan kompetensi dasar. Rudi Susilana (2007: 14) mengungkapkan bahwa buku
teks adalah buku tentang suatu bidang studi atau ilmu tertentu yang disusun untuk
memudahkan para guru dan siswa dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran.
Buku teks mempunyai peran penting dalam pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Hutchinson & Torres dalam Litz, 2012: 5) mengungkapkan bahwa The textbook is an almost
universal element of [English language] teaching. Millions of copies are sold every year, and
numerous aid projects have been set up to produce them in [various] countries…No
teaching-learning situation, it seems, is complete until it has its relevant textbook. Buku teks
merupakan salah satu unsure yang dibutuhkan dalam pengajaran. Buku teks dapat juga
menjadi wadah untuk menuliskan ide-ide terkait kebudayaan nasional suatu bangsa.
Sebagaimana yang diungkapkan Pingel (2009: 7) bahwa Textbooks are one of the most
important educational inputs: texts reflect basic ideas about a national culture, and are often
a flashpoint of cultural struggle and controversy.

Menurut Mulyasa (2006), bentuk-bentuk bahan ajar atau materi pembelajaran antara
lain:
a. Bahan ajar cetak (Printed)
Bahan ajar cetak dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk. Jika bahan ajar cetak
tersusun secara baik maka bahan ajar akan mendatangkan beberapa keuntungan seperti yang
dikemukakan oleh Steffen Peter Ballstaedt, (1994) yaitu:
1) Bahan tertulis biasanya menampilkan daftar isi, sehingga memudahkan bagi seorang
guru untuk menunjukkan kepada peserta didik bagian mana yang sedang dipelajari.
2) Biaya untuk pengadaannya relatif sedikit.
3) Bahan tertulis cepat digunakan dan dapat dipindah-pindah secara mudah.
4) Susunannya menawarkan kemudahan secara luas dan kreativitas bagi individu.
5) Bahan tertulis relatif ringan dan dapat dibaca di mana saja.
6) Bahan ajar yang baik akan dapat memotivasi pembaca untuk melakukan aktivitas,
seperti menandai, mencatat, membuat sketsa
7) Bahan tertulis dapat dinikmati sebagai sebuah dokumen yang bernilai besar
8) Pembaca dapat mengatur tempo secara mandiri
Menurut Bandono (2009) penyusunan bahan ajar cetak memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
- Susunan tampilan
- Bahasa yang mudah
- Menguji pemahaman
- Stimulan
- Kemudahan dibaca
- Materi instruksional

b. Handout
Menurut Andi Prastowo handout merupakan bahan pembelajaran yang sangat ringkas,
bersumber dari beberapa literatur yang relevan terhadap kompetensi dasar dan materi pokok
yang diajarkan kepada peserta didik. Pada umumnya handout berfungsi untuk membantu
peserta didik agar tidak perlu mencatat, sebagai pendamping penjelasan pendidik, sebagai
bahan rujukan peserta didik, memotivasi peserta didik agar lebih giat belajar, pengingat
pokok-pokok materi yang diajarkan, memberi umpan balik dan menilai hasil belajar.
c. Modul
Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar
secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, sehingga modul berisi paling tidak
tentang:
Petunjuk belajar (Petunjuk
siswa/guru) Kompetensi yang akan
dicapai Content atau isi materi
Informasi pendukung
Latihan-latihan
Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK)
Evaluasi
Balikan terhadap hasil evaluasi
Pembelajaran dengan modul juga memungkinkan peserta didik yang memiliki
kecepatan tinggi dalam belajar akan lebih cepat menyelesaikan satu atau lebih kompetensi
dasar dibandingkan dengan peserta didik lainnya. Selain itu, juga meningkatkan kemampuan
peserta didik untuk belajar sendiri tanpa tergantung kepaga kehadiran pendidik.

d. Buku Teks
Buku teks pelajaran pada umumnya merupakan bahan tertulis yang menyajikan ilmu
pengetahuan atau buah pikiran dari pengarangnya yang disusun secara sistematis
berdasarkan kurikulum yang berlaku. Buku teks berguna untuk membantu pendidik dalam
melaksanakan kurikulum karena disusun berdasarkan kurikulum yang berlaku, menjadi
pegangan guru dalam menentukan metode pengajaran dan memberikan kesempatan bagi
peserta didik untuk mengulangi pelajaran atau mempelajari pelajaran baru.

e. Lembar Kegiatan Siswa


Lembar kegiatan siswa (student work sheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas
yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk atau
langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang diperintahkan dalam
lembar kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang akan dicapainya. LKS berfungsi untuk
meminimalkan peran pendidik dan mengaktifkan peran peserta didik, mempermudah peserta
didik untuk memahami materi yang diberikan dan kaya akan tugas untuk berlatih.

f. Model (Maket)
Model (maket) merupakan bahan ajar yang berupa tiruan benda nyata untuk
menjembatani berbagai kesulitan yang bisa ditemui, apabila menghadirkan objek atau benda
tersebut langsung ke dalam kelas, sehingga nuansa asli dari benda tersebut masih bisa
dirasakan oleh peserta didik tanpa mengurangi struktur aslinya, sehingga pembelajaran
menjadi lebih bermakna

g. Brosur
Brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun secara
bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman dan dilipat tanpa dijilid
atau selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat tetapi lengkap tentang perusahaan
atau organisasi (Kamus besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka, 1996). Dengan
demikian, maka brosur dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar, selama sajian brosur
diturunkan dari kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa. Mungkin saja brosur
dapat menjadi bahan ajar yang menarik, karena bentuknya yang menarik dan praktis. Agar
lembaran brosur tidak terlalu banyak, maka brosur didesain hanya memuat satu kompetensi
dasar saja. Ilustrasi dalam sebuah brosur akan menambah menarik minat peserta didik untuk
menggunakannya

h. Foto/Gambar
Foto/gambar memiliki makna yang lebih baik dibandingkan dengan tulisan.
Foto/gambar sebagai bahan ajar tentu saja diperlukan satu rancangan yang baik agar setelah
selesai melihat sebuah atau serangkaian foto/gambar siswa dapat melakukan sesuatu yang
pada akhirnya menguasai satu atau lebih kompetensi dasar.
Menurut Weidenmann dalam buku Lehren mit Bildmedien menggambarkan bahwa
melihat sebuah foto/gambar lebih tinggi maknanya dari pada membaca atau mendengar.
Melalui membaca yang dapat diingat hanya 10%, dari mendengar yang diingat 20%, dan
dari melihat yang diingat 30%. Foto/gambar yang didesain secara baik dapat memberikan
pemahaman yang lebih baik. Bahan ajar ini dalam menggunakannya harus dibantu dengan
bahan tertulis. Bahan tertulis dapat berupa petunjuk cara menggunakannya dan atau bahan
tes

i. Bahan Ajar Dengar (Audio)


Bahan ajar audio merupakan salah satu bahan ajar noncetak yang didalamnya
mengandung suatu sistem yang menggunakan sinyal audio secara langsung, yang dapt
dimainkan atau diperdengarkan oleh pendidik kepada peserta didiknya guna membantu
mereka menguasai kompetensi tertentu. Jenis-jenis bahan ajar audio ini antara lain adalah
radio, kaset MP3, MP4, sounds recorder dan handphone. Bahan ajar ini mampu menyimpan
suara yang dapat diperdengarkan secara berulang-ulang kepada peserta didik dan biasanya
digunakan untuk pelajaran bahasa dan musik.

j. Bahan Ajar Pandang Dengar (Audiovisual)


Bahan ajar pandang dengar merupakan bahan ajar yang mengombinasikan dua materi,
yaitu visual dan auditif. Materi auditif ditujukan untuk merangsang indra pendengaran
sedangkan visual untuk merangsang indra penglihatan. Dengan kombinasi keduanya,
pendidik dapat menciptakan proses pembelajaran yang lebih berkualitas.
Hal itu berdasarkan bahwa peserta didik cenderung akan lebih mudah mengingat dan
memahami suatu pelajaran jika mereka tidak hanya menggunakan satu jenis indra saja,
apalagi jika hanya indra pendengaran saja.
Bahan ajar pandang dengar mampu memperlihatkan secara nyata sesuatu yang pada
awalnya tidak mungkin bisa dilihat di dalam kelas menjadi mungkin dilihat. Selain itu juga
dapat membuat efek visual yang memungkinkan peserta didik memperkuat proses belajar.
Bahan ajar pandang dengar antara lain adalah video dan film.

k. Bahan Ajar Interaktif (Interactive Teaching Material)


Bahan ajar interaktif adalah bahan ajar yag mengombinasikan beberapa media
pembelajaran (audio, video, teks atau grafik) yang bersifat interaktif untuk mengendalikan
suatu perintah atau perilaku alami dari suatu presentasi. Bahan ajar interaktif memungkinkan
terjadinya hubungan dua arah antara bahan ajar dan penggunanya, sehinnga peserta didik
akan terdorong untuk lebih aktif.
Bahan ajar interaktif dapat ditemukan dalam bentuk CD interaktif, yang dalam proses
pembuatan dan penggunaannya tidak dapat trelepas dari perangkat komputer. Maka dari itu,
bahan ajar interaktif juga termasuk bahan ajar berbasis komputer.

B. Prinsip-prinsip Pemilihan Bahan Ajar


Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau
materi pembelajaran, yaitu:
1. Prinsip relevansi
Prinsip relevansi artinya keterkaitan. Materi pembelajaran hendaknya relevan atau ada
kaitannya dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Misalnya, jika
kompetensi yang diharapkan dikuasai siswa berupa menghafal fakta, maka materi
pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta atau bahan hafalan.

2. Prinsip konsistensi
Prinsip konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa
empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam.
Misalnya kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa adalah pengoperasian bilangan
yang meliputi penambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian, maka materi yang
diajarkan juga harus meliputi teknik penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan
pembagian.

3. Prinsip kecukupan
Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam
membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu
sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu
mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak
akan membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.
BAB III
PROSEDUR PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

A. Prosedur Pengembangan Bahan Ajar


Menurut Depdiknas dalam Krisma (2014) merinci prosedur/ langkah-langkah
pengembangan bahan ajar, yaitu diantaranya sebagai berikut :
Pertama, menentukan kriteria pokok pemilihan bahan ajar dengan mengidentifikasi Standar
Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Hal ini dikarenakan setiap aspek dalam SK
dan KD jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran.

Kedua, mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar. Materi pembelajaran dibedakan


menjadi jenis materi aspek kognitif (fakta, konsep, prinsip dan prosedur), aspek afektif
(pemberian respon, penerimaan, internalisasi, dan penilaian) serta aspek psikomotorik
(gerakan awal, semi rutin, dan rutin).

Ketiga, mengembangkan bahan ajar yang sesuai atau relevan dengan SK-KD yang telah
teridentifikasi tadi. Dan yang keempat, mengembangkan sumber bahan ajar.

Menurut Krisma (2014) pengembangan suatu bahan ajar harus didasarkan pada analisis
kebutuhan siswa. Terdapat sejumlah alasan mengapa perlu dilakukan pengembangan bahan
ajar, seperti yang disebutkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas sebagai
berikut:
1. Ketersediaan bahan sesuai tuntutan kurikulum, artinya bahan belajar yang dikembangkan
harus sesuai dengan kurikulum
2. Karakteristik sasaran, artinya bahan ajar yang dikembangkan dapat disesuaikan dengan
karakteristik siswa sebagai sasaran, karakteristik tersebut meliputi lingkungan sosial,
budaya, geografis maupun tahapan perkembangan siswa
3. Pengembangan bahan ajar harus dapat menjawab atau memecahkan masalah atau
kesulitan dalam belajar.
Dengan demikian, pengembangan bahan ajar di sekolah perlu memperhatikan
karakteristik siswa dan kebutuhan siswa sesuai kurikulum, yaitu menuntut adanya partisipasi
dan aktivasi siswa lebih banyak dalam pembelajaran. Pengembangan lembar kegiatan siswa
menjadi salah satu alternatif bahan ajar yang akan bermanfaat bagi siswa menguasai
kompetensi tertentu, karena lembar kegiatan siswa dapat membantu siswa menambah
informasi tentang materi yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.
Menurut Krisma (2014) pengembangan bahan ajar perlu dilakukan secara sistematik
berdasarkan langkah-langkah yang saling terkait untuk menghasilkan bahan ajar yang
bermanfaat.
Penatar seringkali mengabaikan prosedur pengembangan bahan ajar yang sistematik ini
karena berasumsi, jika sudah dibuat dengan baik sesuai dengan materi yang akan diajarkan,
maka bahan ajar dapat digunakan dengan efektif dalam proses pembelajaran. Padahal
Menurut Husni (2010) ada beberapa langkah yang harus dilakukan penatar sebelum sampai
pada kesimpulan bahwa bahan ajar sudah dikembangkan dengan baik, serta bahan ajar yang
digunakan memang baik. Paling tidak ada empat langkah utama dalam prosedur
pengembangan bahan ajar yang baik, sebagai berikut:
1. Analisis
Pada tahap ini dicoba untuk mengenali siapa peserta diklat, dengan perilaku awal dan
karakteristik yang dimiliki. Perilaku awal berkenaan dengan penguasaan dan kemampuan
bidang ilmu atau mata tataran yang sudah dimiliki peserta. Seberapa jauh peserta sudah
menguasai mata tataran itu? Sementara itu karakteristik awal memberikan informasi
tentang ciri-ciri peserta.
Jika informasi tentang peserta sudah diketahui, maka implikasi terhadap rancangan
bahan ajar dapat ditentukan, dan bahan ajar dapat segera dikembangkan. Pengenalan yang
baik terhadap perilaku awal dan karakteristik awal peserta sangat diperlukan untuk
menentukan kebutuhan peserta dan kemudian merancang bahan ajar yang bermanfaat
bagi peserta.

2. Perancangan
Dalam tahap perancangan, ada beberapa hal yang harus dilakukan atau diperhatikan
yaitu:
 Perumusan Tujuan Pembelajaran berdasarkan Analisis
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, akan diperoleh peta atau diagram tentang
kompetensi yang akan dicapai peserta baik kompetensi umum maupun kompetensi
khusus. Kompetensi umum dan kompetensi khusus, jika dirumuskan kembali dengan
kaidah-kaidah yang berlaku, akan menjadi tujuan pembelajaran umum dan tujuan
pembelajaran khusus. Adapun kaidah yang berlaku, antara lain dengan melengkapi
komponen tujuan pembelajaran yaitu Audience, Behavior, Condition, Degree.
 Pemilihan Topik Mata Tataran
Jika tujuan pembelajaran sudah ditetapkan dan analisis sudah dilakukan, maka peserta
sudah mempunyai gambaran tentang kompetensi yang harus dicapai oleh peserta
melalui proses belajar. Dengan demikian petatar juga dapat segera menetapkan topik
mata tataran dan isinya. Apa saja topik, tema isu yang tepat untuk disajikan dalam
bahan ajar, sehingga peserta dapat belajar dan mencapai kompetensi yang telah
ditetapkan? Apa saja teori, prinsip atau prosedur yang perlu didiskusikan dalan bahan
ajar?
Acuan utama pemilihan topik mata tataran adalah silabus dan analisis instruksional
yang telah penatar miliki. Selanjutnya penatar juga dapat menggunakan berbagai buku
dan sumber belajar serta melakukan penelusuran pustaka, yaitu mengkaji buku-buku
tentang mata tataran termasuk encyclopedia, majalah, dan buku yang ada di
perpustakaan.
 Pemilihan Media dan Sumber
Pemilihan media dan sumber belajar harus dilakukan setelah penatar memiliki analisis
instruksional dan mengetahui tujuan pembelajaran. Penatar diharapkan tidak memilih
media hanya karena media tersebut tersedia bagi penatar, disamping itu penetar
diharapkan juga tidak langsung terbujuk oleh kesediaan beragam media canggih yang
sudah semakin pesat berkembang saat ini seperti komputer. Yang perlu diingat, media
yang dipilih adalah untuk digunakan oleh peserta dalam proses belajar. Jadi pilihlah
media yang dibutuhkan untuk menyampaikan topik mata tataran, yang memudahkan
peserta belajar, serta yang menarik dan disukai peserta. Kata kuncinya adalah: Media
yang dapat membelajarkan peserta. Media itulah yang perlu dipertimbangkan untuk
dipilih
 Pemilihan Strategi Pembelajaran
Tahap pemilihan strategi pembelajaran merupakan tahap ketika merancang aktivitas
belajar. Dalam merancang urutan penyajian harus berhubungan dengan penentuan
tema/ isu/ konsep/ teori/ prinsip/ prosedur utama yang harus disajikan dalam topik
mata tataran. Hal ini tidaklah terlalu sulit jika sudah memiliki peta konsep dari apa
yang ingin dibelajarkan. Jika sudah mengetahuinya maka bagaimana materi itu
disajikan, secara umum dapat dikatakan bagaimana struktuk bahan ajarnya.

3. Pengembangan
Persiapan dan perancangan yang matang sangat diperlukan untuk mengembangkan
bahan ajar dengan baik. Beberapa saran yang dapat membantu untuk memulai
pengenbangan bahan ajar yaitu:
 Tulislah apa dapat ditulis, mungkin berbentuk LKS, bagian dari penyususnan buku
atau panduan praktik
 Jangan merasa bahwa bahan ajar harus ditulis secara berurutan
 Tulis atau kembangkan bahan ajar untuk peserta yang telah dikenal
 Ingat bahan ajar yang dikembangkan harus dapat memeberikan pengalaman belajar
kepada peserta
 Ragam media, sumber belajar, aktivitas dan umpan balik merupakan komponen
penting dalam memperoleh bahan ajar yang menarik, bermanfaat dan efektif bagi
peserta
 Ragam contoh, alat bantu belajar, ilustrasi serta pengemasan bahan ajar juga berperan
dalam membuat bahan ajar
 Gaya penulisan untuk bagian tekstual, naratif, explanatory, deskriptif, argumentatif
dan perintah sangat penting agar peserta dapat memahami maksud penatar.

4. Evaluasi dan Revisi


Evaluasi merupakan proses untuk memperoleh beragam reaksi dari berbagai pihak
terhadap bahan ajar yang dikembangkan. Reaksi ini hendaknya dipandang sebagai
masukan untuk memperbaiki bahan ajar dan menjadikan bahan ajar lebih berkualitas.
Evaluasi sangat diperlukan untuk melihat efektifitas bahan ajar yang dikembangkan.
Apakah bahan ajar yang dikembangkan memang dapat dimengerti, dibaca dengan baik
dan dapat membelajarkan peserta. Di samping itu evaluasi diperlukan untuk
memperbaiki bahan ajar sehingga menjadi bahan ajar yang baik.
Secara umum ada 4 cara untuk mengevaluasi bahan ajar yaitu:
 Telaah oleh ahli materi (lebih ditekankan pada validitas keilmuan serta ketepatan
cakupan)
 Uji coba satu-satu (Salah seorang peserta mengkaji bahan ajar, kemudian diminta
untuk memberikan komentar tentang keterbacaan, bahasa, ilustrasi, perwjahan dan
tingkat kesukaran)
 Uji coba kelompok kecil (Satu kelompok kecil mengkaji bahan ajar, kemudian diminta
untuk memberikan komentar tentang keterbacaan, bahasa, ilustrasi, perwjahan dan
tingkat kesukaran)
 Uji coba lapangan ( Untuk memperoleh informasi apakah bahan ajar dapat mencapai
tujuan?. Apakah bahan ajar dianggap memadai dan seterusnya.
BAB IV
EVALUASI BAHAN AJAR

A. Aspek / Komponen Yang Dinilai


Bahan ajar merupakan salah satu sumber pengetahuan bagi siswa/ mahasiswa di
sekolah maupun di perguruan tinggi yang merupakan sarana yang sangat menunjang proses
kegiatan belajar mengajar. Bahan ajar sangat menetukan keberhasilan pendidikan
siswa/mahasiswa dalam menuntut pelajaran di sekolah maupun di perguruan tinggi. Oleh
karena itu, bahan ajar yang baik dan bermutu selain menjadi sumber pengetahuan yang dapat
menunjang keberhasilan belajar siswa/mahasiswa juga dapat membimbing dan mengarahkan
proses belajar mengajar di kelas ke arah proses pembelajaran yang bermutu pula. Bahan ajar
yang dirancang sesuai dengan kurikulum yang berlaku serta dikembangkan dengan
paradigma baru akan mengarahkan proses pembelajaran pada arah yang benar sesuai
tuntutan kurikulum dengan paradigma baru tersebut.
Jenis bahan ajar yang diharapkan adalah bahan ajar yang dapat menunjang
terselenggaranya pembelajaran dengan pendekatan konstruktif sehingga bahan ajar tersebut
dapat membelajarkan siswa, menjadi sumber inspirasi, dan sumber informasi baik bagi
siswa maupun guru. Bahan ajar yang baik adalah bahan ajar yang menjadi sumber ilmu
pengetahuan, sehingga dapat menjadi media yang baik dan akan membantu mengoptimalkan
proses belajar mengajar seperti yang diharapkan di atas. Jenis bahan ajar yang demikian
diharapkan dapat membantu proses belajar mengajar yang efektif dan efisien, sehingga
dapat meningkatkan mutu pendidikan.
Bahan ajar merupakan sarana untuk mengkomunikasikan ilmu pengetahuan, berarti
bahan ajar yang digunakan baik oleh guru/dosen maupun siswa/mahasiswa harus jelas,
lengkap, akurat, dan dapat mengkomunikasikan informasi, konsep, serta pengetahuan
proseduralnya. Dengan demikian setiap bahan ajar harus memiliki standar yang sesuai
dengan tujuan dari bahan ajar tersebut, yaitu sesuai dengan jenjang pendidikan, psikologi
perkembangan siswa, kebutuhan dan tuntutan kurikulum, serta perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Oleh karena itu dalam melaksanakan penilaian bahan ajar, beberapa aspek yang sangat
penting untuk dinilai adalah: (a) materi/isi, (b) penyajian materi, (c) keterbacaan, (d)
SARAG (latar belakang suku, aga-ma, ras, dan gender), (e) kebahasaan.
1. Materi/isi
Materi pelajaran merupakan bahan pembelajaran yang disajikan di dalam buku
pelajaran dengan sub aspek:
a) Kesesuaian materi dengan silabus yang di kembangkan
- Memuat materi sesuai kompetensi dasar dan indicator
- Memuat latihan yang sesuai dengan indicator/ tujuan pembelajaran yang tertuang
dalam silabus
- Memuat materi dengan fokus keterampilan berbahasa
- Memuat kegiatan pembelajaran yang berkaitan dengan kebutuhan dan/ atau
karakteristik siswa
b) Seleksi dan organisasi materi sesuai dengan pemahaman pembelajar
- Memuat kosakata dan struktur yang frekuensinya tinggi
- Memuat kosakata dan struktur yang berkaitan dengan isi teks tulis/lisan
- Memuat kosakata dan struktur yang berkait dengan pengalaman pembelajar
- Memuat latihan yang diurutkan dari mudah ke sulit

2. Penyajian
Aspek penyajian ini dapat di jabarkan menjadi sub aspek:
a) Tujuan/Indikator penyajian pembelajaran dinyatakan secara jelas
- Menyebut tujuan/ indikator pembelajaran pada setiap unit
- Mengarahkan pembelajaran pada penguasaan keterampilan berbahasa
- Menyajikan butir ajar untuk mengembangkan keterampilan berbahasa yang
sejalan dengan kompetensi dasar dan indicator
- Menyajikan butir ajar/ materi dengan urutan mudah ke sulit
b) Penyajian bahan ajar secara terintegrasi dan sesuai dengan karakteristik pembelajar
- Menyajikan keterkaitan keterampilan berbahasa, sekurang-kurangnya dua
keterampilan
- Menyajikan bahan ajar yang beranjak dari bahasa lisan pada kelas rendah dan
berlanjut ke bahasa tulis pada kelas tinggi
- Menyajikan unsur bahasa (lafal,ejaan, kosakata, struktur) yang dihubungkan
dengan keterampilan berbahasa
- Menyajikan bahan ajar dari yang secara sistematik
- Penyajian bahan ajar mendorong pembelajar seara aktif dan kreati
- Menuntut aktivitas pembelajar untuk mendengar, berbicara, membaca dan
menulis pada tingkatannya
- Mendorong pembelajar untuk aktif berkomunikasi
- Mendorong pembelajar untuk kreatif berbahasa dengan menggunakan situasi
konkrit
- Mendorong pembelajar mencurahkan waktu lebih banyak dalam mengerjakan
latihan
3. Keterbacaan
Keterbacaan berkaitan dengan tingkat kemudahan bahasa (kosakata, kalimat,
paragraf, dan wacana) bagi kelompok atau tingkatan siswa.
a) Kata
- Memuat kosakata kongkrit
- Memuat kosakata yang dekat dengan pengetahuan dan lingkungan pembelajar
- Memuat kosakata yang sering digunakan
- Memuat kosakata yang mudah dilafalkan
b) Kalimat
- Memuat kalimat sederhana lebih banyak
- Memuat kalimat deklaratif lebih banyak
- Memuat kalimat aktif lebih banyak
- Memuat kalimat afirmatif (kalimat pernyataan positif) lebih banyak
c) Paragraf
- Memuat paragraf deduktif lebih banyak
- Memuat paragraf yang terstruktur dengan baik (kohesif) lebih banyak
- Memuat paragraf yang menunjukkan hubungan makna (kohesi) lebih banyak
- Memuat pragraf yang saling berhubungan dengan baik
d) Teks/Wacana
- Memuat wacana deskripsi lebih banyak
- Mengandung wacana berbentuk prosedur lebih banyak
- Mengandung wacana terstruktur dengan baik
- Mengandung wacana yang berkaitan dengan kebutuhan pembelajar
BAB V
KOMPONEN DAN LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN MODUL AJAR

A. Komponen-Komponen Modul

merupakan salah satu bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis, didalamnya
memuat seperangkat pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk membantu
peserta didik menguasai tujuan belajar yang spesifik.Berikut ini komponen-komponen modul
menurut Mustaji (2008:30-32) :

1. Rumusan tujuan instruksional yang eksplisit dan spesifik.

Tujuan tersebut dirumuskan dalam bentuk tingkah laku yang diharapkan dari siswa
setelah mereka mempelajari modul.

2. Petunjuk guru
Memuat penjelasan bagi guru tentang pengajaran agar dapat terlaksana dengan efisien,
serta memberikan penjelasan tentang macam-macam kegiatan yang dilaksanakan dalam
proses belajar, waktu untuk menyelesaikan modul, alat-alat dan sumber pelajaran, serta
petunjuk evaluasi.
3. Lembar kegiatan siswa
Lembaran ini berisi materi-materi pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa serta
dicantumkan buku sumber yang harus dipelajari siswa untuk melengkapi materi.
4. Lembar kerja siswa
Lembar kerja ini merupakan pertanyaan-pertanyaan yang ada pada lembar kegiatan
yang harus dikerjakan siswa setelah mereka selesai menguasai materi.
5. Kunci lembar kerja
Siswa dapat mengoreksi sendiri jawabannya dengan menggunakan kunci lembar kerja
stelah mereka berhasil mengerjakan lembar kerja.
6. Lembar evaluasi
Lembar evaluasi ini berupa post test dan rating scale, hasil dari post test inilah yang
dijadikan guru untuk mengukur tercapai tidaknya tujuan modul oleh siswa.
7. Kunci lembar evaluasi
Test dan rating scale beserta kunci jawaban yang tercantum pada lembaran evaluasi
disusun dan dijabarkan dari rumusan-rumusan tujuan pada modul.

B. Tujuan dan Karaktristik Modul

Ajar Penulisan modul bertujuan :

a. Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal.
b. Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik siswa atau peserta diklat
maupun guru/instruktur.
c. Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi.
d. Meningkatkan motivasi dan gairah belajar bagi siswa atau peserta diklat.
e. Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam berinteraksi langsung dengan
lingkungan dan sumber belajar lainnya.
f. Memungkinkan siswa atau peserta diklat belajar mandiri sesuai kemampuan dan minatnya.
g. Memungkinkan siswa atau peserta diklat dapat mengukur atau mengevaluasi sendiri hasil
belajarnya.

Karakteristik Modul :

Untuk menghasilkan modul yang mampu meningkatkan motivasi belajar, pengembangan


modul harus memperhatikan karakteristik yang diperlukan sebagai modul, yaitu: a) Self
instructional, b)Self Contained, c) Stand alone (berdiri sendiri), d) Adaptif dan e) User
friendly.

a. Self Instruction
Merupakan karakteristik penting dalam modul, dengan karakter tersebut memungkinkan
seseorang belajar secara mandiri dan tidak tergantung pada pihak lain.Untuk memenuhi
karakter self instruction, maka modul harus:
1. Memuat tujuan pembelajaran yang jelas, dan dapat menggambarkan pencapaian Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
2. Memuat materi pembelajaran yang dikemas dalam unit-unit kegiatan yang kecil/spesifik,
sehingga memudahkan dipelajari secara tuntas;
3. Tersedia contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pemaparan materi pembelajaran;
4. Terdapat soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang memungkinkan untuk mengukur
penguasaan peserta didik;
5. Kontekstual, yaitu materi yang disajikan terkait dengan suasana, tugas atau konteks
kegiatan dan lingkungan peserta didik;
6. Menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif,
7. Terdapat rangkuman materi pembelajaran;
8. Terdapat instrumen penilaian, yang memungkinkan peserta didik melakukan penilaian
mandiri (self assessment);
9. Terdapat umpan balik atas penilaian peserta didik, sehingga peserta didik mengetahui
tingkat penguasaan materi;
10. Terdapat informasi tentang rujukan/ pengayaan/referensi yang mendukung materi
pembelajaran dimaksud.

b. Self Contained
Modul dikatakan self contained bila seluruh materi pembelajaran yang dibutuhkan termuat
dalam modul tersebut. Tujuan dari konsep ini adalah memberikan kesempatan peserta
didik mempelajari materi pembelajaran secara tuntas, karena materi belajar dikemas
kedalam satu kesatuan yang utuh. Jika harus dilakukan pembagian atau pemisahan materi
dari satu standar kompetensi/kompetensi dasar, harus dilakukan dengan hati-hati dan
memperhatikan keluasan standar kompetensi/kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh
peserta didik.

c. Berdiri Sendiri (Stand Alone)


Stand alone atau berdiri sendiri merupakan karakteristik modul yang tidak tergantung pada
bahan ajar/media lain, atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan bahan ajar/media
lain. Dengan menggunakan modul, peserta didik tidak perlu bahan ajar yang lain untuk
mempelajari dan atau mengerjakan tugas pada modul tersebut. Jika peserta didik masih
menggunakan dan bergantung pada bahan ajar lain selain modul yang digunakan, maka
bahan ajar tersebut tidak dikategorikan sebagai modul yang berdiri sendiri.

d. Adaptif
Modul hendaknya memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan
teknologi. Dikatakan adaptif jika modul tersebut dapat menyesuaikan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta fleksibel/luwes digunakan di berbagai perangkat keras
(hardware).

e. Bersahabat/Akrab (User Friendly)


Modul hendaknya juga memenuhi kaidah user friendlyatau bersahabat/akrab dengan
pemakainya. Setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan
bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam merespon dan
mengakses sesuai dengan keinginan. Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah
dimengerti, serta menggunakan istilah yang umum digunakan, merupakan salah satu
bentuk user friendly.

C. Prinsip Pengembangan Modul


Dalam pengembangan modul, terdapat sejumlah prinsip yang perlu diperhatikan.
Modul harus dikembangkan atas dasar hasil analisis kebutuhan dan kondisi. Perlu diketahui
dengan pasti materi belajar apa saja yang perlu disusun menjadi suatu modul, berapa jumlah
modul yang diperlukan, siapa yang akan menggunakan, sumberdaya apa saja yang
diperlukandan telah tersedia untuk mendukung penggunaan modul, dan hal-hal lain yang
dinilai perlu. Selanjutnya, dikembangkan desain modul yang dinilai paling sesuai dengan
berbagai data dan informasi objektif yang diperoleh dari analisis kebutuhan dan kondisi.
Bentuk, struktur dan komponen modul seperti apa yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan
dan kondisi yang ada.Berdasarkan desain yang telah dikembangkan, disusun modul per
modul yang dibutuhkan. Proses penyusunan modul terdiri dari tiga tahapan pokok.
Pertama, menetapkan strategi pembelajaran dan media pembelajaran yang sesuai. Pada
tahap ini, perlu diperhatikan berbagai karakteristik dari kompetensi yang akan dipelajari,
karakteristik peserta didik, dan karakteristik konteks dan situasi dimana modul akan
digunakan.

Kedua, memproduksi atau mewujudkan fisik modul. Komponen isi modul antara lain
meliputi: tujuan belajar, prasyarat pembelajar yang diperlukan, substansi atau materi belajar,
bentuk-bentuk kegiatan belajar dan komponen pendukungnya.

Ketiga, mengembangkanperangkat penilaian. Dalam hal ini, perlu diperhatikan agar semua
aspek kompetensi (pengetahuan, keterampilan, dan sikap terkait) dapat dinilai berdasarkan
kriteria tertentu yang telah ditetapkan.

D. Menyusun kerangka modul


Langkah-langkah penyusuan kerangka modul adalah sebagai berikut:

1. Menetapkan atau merumuskan tujuan instruksional umum menjadi tujuan instruksional


khusus.
2. Menyusun butir-butir soal evaluasi guna mengukur pencapaian tujuan khusus.
3. Mengidentifikasi pokok-pokok materi pelajaran yang sesuai dengan tujuan khusus.
4. Menyusun pokok-pokok materi dalam urutan yang logis.
5. Menyusun langkah-langkah kegiatan belajar siswa.
6. Memeriksa langkah-langkah kegiatan belajar untuk mencapai semua tujuan.
7. Mengidentifikasi alat-alat yang diperlukan dalam kegiatan belajar dengan modul itu.

Program secara rinci pada modul terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut:

1. Pembuatan petunjuk guru.


2. Lembaran kegiatan siswa.
3. Lembaran kerja siswa.
4. Lembaran jawaban.
5. Lembaran tes.
6. Lembaran jawaban tes
DAFTAR PUSTAKA

Dikmenjur. (2004). Pedoman Penulisan Modul. Jakarta: Dikmenjur, Depdiknas.


Paulinan P. Dan Purwanto. (2001). Penulisan Bahan Ajar. Jakarta: Pusat Antar
Universitas dan Pengembangan Aktivitas Instruksional: Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, Depdiknas.
Sukamto. (1988). Perencanaan & Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Depdikbud.

Anda mungkin juga menyukai