PENYUSUN :
M.Si
PENDIDIKAN
Bahan ajar mempunyai peran yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran.
Bahan ajar dapat berperan sebagai bahan belajar mandiri, apabila bahan pembelajaran didesin
secara lengkap. Bahan pembelajaran ini dilengkapi dengan tujuan pembelajaran atau
komepetensi yang akan dicapai, materi pembelajaran yang diuraikan dalam kegiatan belajar,
ilustrasi media, prosedur pembelajaran, latihan yang harus dikerjakan dilengkapi rambu
jawaban, tes pormatif dilengkapi dengan kunci jawaban, umpan balik, daftar pustaka.
Oleh sebab itu diperlukan pengembangan bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik
dan kompetensi yang ingin dicapai. Pengembangan bahan ajar haruslah melalui beberapa
tahapan pengembangan yang dilakukan secara prosedural, setiap langkah yang dilakukan
untuk menghasilkan pengembangan bahan ajar yang berkualitas.
1. Tujuan Pembelajaran :
Setelah menempuh mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan mampu mengidentifikasi
jenis bahan ajar sesuai dengan karakteristik materi dan peserta didik, menerapkan prinsip-
prinsip pengembangan bahan ajar, serta dapat mengembangkan bahan ajar sesuai dengan
prosedur pengembangan bahan ajar.
2. Prasyarat/Perilaku Awal
Mahasiswa yang akan menempuh mata kuliah dan mempelajari materi
pengembangan system instruksional merupakan mahasiswa yang sudah lulus dari mata
kuliah media pembelajaran, dan manajemen sumber belajar. Mahasiswa juga harus
memiliki dasar pengetahuan tentang bagaimana alur dalam kawasan pengembanga
1
BAB I
Pengembangan suatu bahan ajar harus didasarkan pada analisis kebutuhan siswa.
Terdapat sejumlah alasan mengapa perlu dilakukan pengembangan bahan ajar, seperti yang
disebutkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas (2008: 8-9) sebagai berikut.
Karakteristik sasaran, artinya bahan ajar yang dikembangkan dapat disesuaikan dengan
karakteristik siswa sebagai sasaran, karakteristik tersebut meliputi lingkungan sosial,
budaya, geografis maupun tahapan perkembangan siswa
Pengembangan bahan ajar harus dapat menjawab atau memecahkan masalah atau
kesulitan dalam belajar.
Dalam bahan ajar akan selalu dilengkapi dengan sebuah evaluasi guna mengukur
penguasaan kompetensi per tujuan pembelajaran. Sedangkan fungsi bahan ajar bagi siswa
yakni, sebagai pedoman dalam proses pembelajaran dan merupakan subtansi kompetensi
yang harus dipelajari. Adanya bahan ajar siswa akan lebih tahu kompetensi apa saja yang
harus dikuasai selama progam pembelajaran berlangsung. Siswa jadi memiliki gambaran
skenario pembelajaran lewat bahan ajar.
Hal senada disampaikan oleh Esu, Enukoha & Umoren dalam Ogbondah (2008: 17) bahwa
bahan ajar memiliki fungsi sebagai berikut:
Hal tersebut sependapat dengan Opara dan Oguzor (2011: 70) bahwa fungsi bahan ajar
adalah
- Sebagai intruksi yang tersusun secara sistematis untuk menfasilitasi proses
pembelajaran;
- Membantu peserta didik untuk berinteraksi secara individual maupun kelompok;
- Memudahkan guru dalam mentranfer pelajaran;
- Membantu peserta didik untuk belajar dengan kecepatannya mereka sendiri; dan
- Memperluas pengetahuan dan pemahaman siswa.
Menurut Mulyasa (2006), bentuk-bentuk bahan ajar atau materi pembelajaran antara
lain:
a. Bahan ajar cetak (Printed)
Bahan ajar cetak dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk. Jika bahan ajar cetak
tersusun secara baik maka bahan ajar akan mendatangkan beberapa keuntungan seperti yang
dikemukakan oleh Steffen Peter Ballstaedt, (1994) yaitu:
1) Bahan tertulis biasanya menampilkan daftar isi, sehingga memudahkan bagi seorang
guru untuk menunjukkan kepada peserta didik bagian mana yang sedang dipelajari.
2) Biaya untuk pengadaannya relatif sedikit.
3) Bahan tertulis cepat digunakan dan dapat dipindah-pindah secara mudah.
4) Susunannya menawarkan kemudahan secara luas dan kreativitas bagi individu.
5) Bahan tertulis relatif ringan dan dapat dibaca di mana saja.
6) Bahan ajar yang baik akan dapat memotivasi pembaca untuk melakukan aktivitas,
seperti menandai, mencatat, membuat sketsa
7) Bahan tertulis dapat dinikmati sebagai sebuah dokumen yang bernilai besar
8) Pembaca dapat mengatur tempo secara mandiri
Menurut Bandono (2009) penyusunan bahan ajar cetak memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
- Susunan tampilan
- Bahasa yang mudah
- Menguji pemahaman
- Stimulan
- Kemudahan dibaca
- Materi instruksional
b. Handout
Menurut Andi Prastowo handout merupakan bahan pembelajaran yang sangat ringkas,
bersumber dari beberapa literatur yang relevan terhadap kompetensi dasar dan materi pokok
yang diajarkan kepada peserta didik. Pada umumnya handout berfungsi untuk membantu
peserta didik agar tidak perlu mencatat, sebagai pendamping penjelasan pendidik, sebagai
bahan rujukan peserta didik, memotivasi peserta didik agar lebih giat belajar, pengingat
pokok-pokok materi yang diajarkan, memberi umpan balik dan menilai hasil belajar.
c. Modul
Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar
secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, sehingga modul berisi paling tidak
tentang:
Petunjuk belajar (Petunjuk
siswa/guru) Kompetensi yang akan
dicapai Content atau isi materi
Informasi pendukung
Latihan-latihan
Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK)
Evaluasi
Balikan terhadap hasil evaluasi
Pembelajaran dengan modul juga memungkinkan peserta didik yang memiliki
kecepatan tinggi dalam belajar akan lebih cepat menyelesaikan satu atau lebih kompetensi
dasar dibandingkan dengan peserta didik lainnya. Selain itu, juga meningkatkan kemampuan
peserta didik untuk belajar sendiri tanpa tergantung kepaga kehadiran pendidik.
d. Buku Teks
Buku teks pelajaran pada umumnya merupakan bahan tertulis yang menyajikan ilmu
pengetahuan atau buah pikiran dari pengarangnya yang disusun secara sistematis
berdasarkan kurikulum yang berlaku. Buku teks berguna untuk membantu pendidik dalam
melaksanakan kurikulum karena disusun berdasarkan kurikulum yang berlaku, menjadi
pegangan guru dalam menentukan metode pengajaran dan memberikan kesempatan bagi
peserta didik untuk mengulangi pelajaran atau mempelajari pelajaran baru.
f. Model (Maket)
Model (maket) merupakan bahan ajar yang berupa tiruan benda nyata untuk
menjembatani berbagai kesulitan yang bisa ditemui, apabila menghadirkan objek atau benda
tersebut langsung ke dalam kelas, sehingga nuansa asli dari benda tersebut masih bisa
dirasakan oleh peserta didik tanpa mengurangi struktur aslinya, sehingga pembelajaran
menjadi lebih bermakna
g. Brosur
Brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun secara
bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman dan dilipat tanpa dijilid
atau selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat tetapi lengkap tentang perusahaan
atau organisasi (Kamus besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka, 1996). Dengan
demikian, maka brosur dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar, selama sajian brosur
diturunkan dari kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa. Mungkin saja brosur
dapat menjadi bahan ajar yang menarik, karena bentuknya yang menarik dan praktis. Agar
lembaran brosur tidak terlalu banyak, maka brosur didesain hanya memuat satu kompetensi
dasar saja. Ilustrasi dalam sebuah brosur akan menambah menarik minat peserta didik untuk
menggunakannya
h. Foto/Gambar
Foto/gambar memiliki makna yang lebih baik dibandingkan dengan tulisan.
Foto/gambar sebagai bahan ajar tentu saja diperlukan satu rancangan yang baik agar setelah
selesai melihat sebuah atau serangkaian foto/gambar siswa dapat melakukan sesuatu yang
pada akhirnya menguasai satu atau lebih kompetensi dasar.
Menurut Weidenmann dalam buku Lehren mit Bildmedien menggambarkan bahwa
melihat sebuah foto/gambar lebih tinggi maknanya dari pada membaca atau mendengar.
Melalui membaca yang dapat diingat hanya 10%, dari mendengar yang diingat 20%, dan
dari melihat yang diingat 30%. Foto/gambar yang didesain secara baik dapat memberikan
pemahaman yang lebih baik. Bahan ajar ini dalam menggunakannya harus dibantu dengan
bahan tertulis. Bahan tertulis dapat berupa petunjuk cara menggunakannya dan atau bahan
tes
2. Prinsip konsistensi
Prinsip konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa
empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam.
Misalnya kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa adalah pengoperasian bilangan
yang meliputi penambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian, maka materi yang
diajarkan juga harus meliputi teknik penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan
pembagian.
3. Prinsip kecukupan
Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam
membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu
sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu
mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak
akan membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.
BAB III
PROSEDUR PENGEMBANGAN BAHAN AJAR
Ketiga, mengembangkan bahan ajar yang sesuai atau relevan dengan SK-KD yang telah
teridentifikasi tadi. Dan yang keempat, mengembangkan sumber bahan ajar.
Menurut Krisma (2014) pengembangan suatu bahan ajar harus didasarkan pada analisis
kebutuhan siswa. Terdapat sejumlah alasan mengapa perlu dilakukan pengembangan bahan
ajar, seperti yang disebutkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas sebagai
berikut:
1. Ketersediaan bahan sesuai tuntutan kurikulum, artinya bahan belajar yang dikembangkan
harus sesuai dengan kurikulum
2. Karakteristik sasaran, artinya bahan ajar yang dikembangkan dapat disesuaikan dengan
karakteristik siswa sebagai sasaran, karakteristik tersebut meliputi lingkungan sosial,
budaya, geografis maupun tahapan perkembangan siswa
3. Pengembangan bahan ajar harus dapat menjawab atau memecahkan masalah atau
kesulitan dalam belajar.
Dengan demikian, pengembangan bahan ajar di sekolah perlu memperhatikan
karakteristik siswa dan kebutuhan siswa sesuai kurikulum, yaitu menuntut adanya partisipasi
dan aktivasi siswa lebih banyak dalam pembelajaran. Pengembangan lembar kegiatan siswa
menjadi salah satu alternatif bahan ajar yang akan bermanfaat bagi siswa menguasai
kompetensi tertentu, karena lembar kegiatan siswa dapat membantu siswa menambah
informasi tentang materi yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.
Menurut Krisma (2014) pengembangan bahan ajar perlu dilakukan secara sistematik
berdasarkan langkah-langkah yang saling terkait untuk menghasilkan bahan ajar yang
bermanfaat.
Penatar seringkali mengabaikan prosedur pengembangan bahan ajar yang sistematik ini
karena berasumsi, jika sudah dibuat dengan baik sesuai dengan materi yang akan diajarkan,
maka bahan ajar dapat digunakan dengan efektif dalam proses pembelajaran. Padahal
Menurut Husni (2010) ada beberapa langkah yang harus dilakukan penatar sebelum sampai
pada kesimpulan bahwa bahan ajar sudah dikembangkan dengan baik, serta bahan ajar yang
digunakan memang baik. Paling tidak ada empat langkah utama dalam prosedur
pengembangan bahan ajar yang baik, sebagai berikut:
1. Analisis
Pada tahap ini dicoba untuk mengenali siapa peserta diklat, dengan perilaku awal dan
karakteristik yang dimiliki. Perilaku awal berkenaan dengan penguasaan dan kemampuan
bidang ilmu atau mata tataran yang sudah dimiliki peserta. Seberapa jauh peserta sudah
menguasai mata tataran itu? Sementara itu karakteristik awal memberikan informasi
tentang ciri-ciri peserta.
Jika informasi tentang peserta sudah diketahui, maka implikasi terhadap rancangan
bahan ajar dapat ditentukan, dan bahan ajar dapat segera dikembangkan. Pengenalan yang
baik terhadap perilaku awal dan karakteristik awal peserta sangat diperlukan untuk
menentukan kebutuhan peserta dan kemudian merancang bahan ajar yang bermanfaat
bagi peserta.
2. Perancangan
Dalam tahap perancangan, ada beberapa hal yang harus dilakukan atau diperhatikan
yaitu:
Perumusan Tujuan Pembelajaran berdasarkan Analisis
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, akan diperoleh peta atau diagram tentang
kompetensi yang akan dicapai peserta baik kompetensi umum maupun kompetensi
khusus. Kompetensi umum dan kompetensi khusus, jika dirumuskan kembali dengan
kaidah-kaidah yang berlaku, akan menjadi tujuan pembelajaran umum dan tujuan
pembelajaran khusus. Adapun kaidah yang berlaku, antara lain dengan melengkapi
komponen tujuan pembelajaran yaitu Audience, Behavior, Condition, Degree.
Pemilihan Topik Mata Tataran
Jika tujuan pembelajaran sudah ditetapkan dan analisis sudah dilakukan, maka peserta
sudah mempunyai gambaran tentang kompetensi yang harus dicapai oleh peserta
melalui proses belajar. Dengan demikian petatar juga dapat segera menetapkan topik
mata tataran dan isinya. Apa saja topik, tema isu yang tepat untuk disajikan dalam
bahan ajar, sehingga peserta dapat belajar dan mencapai kompetensi yang telah
ditetapkan? Apa saja teori, prinsip atau prosedur yang perlu didiskusikan dalan bahan
ajar?
Acuan utama pemilihan topik mata tataran adalah silabus dan analisis instruksional
yang telah penatar miliki. Selanjutnya penatar juga dapat menggunakan berbagai buku
dan sumber belajar serta melakukan penelusuran pustaka, yaitu mengkaji buku-buku
tentang mata tataran termasuk encyclopedia, majalah, dan buku yang ada di
perpustakaan.
Pemilihan Media dan Sumber
Pemilihan media dan sumber belajar harus dilakukan setelah penatar memiliki analisis
instruksional dan mengetahui tujuan pembelajaran. Penatar diharapkan tidak memilih
media hanya karena media tersebut tersedia bagi penatar, disamping itu penetar
diharapkan juga tidak langsung terbujuk oleh kesediaan beragam media canggih yang
sudah semakin pesat berkembang saat ini seperti komputer. Yang perlu diingat, media
yang dipilih adalah untuk digunakan oleh peserta dalam proses belajar. Jadi pilihlah
media yang dibutuhkan untuk menyampaikan topik mata tataran, yang memudahkan
peserta belajar, serta yang menarik dan disukai peserta. Kata kuncinya adalah: Media
yang dapat membelajarkan peserta. Media itulah yang perlu dipertimbangkan untuk
dipilih
Pemilihan Strategi Pembelajaran
Tahap pemilihan strategi pembelajaran merupakan tahap ketika merancang aktivitas
belajar. Dalam merancang urutan penyajian harus berhubungan dengan penentuan
tema/ isu/ konsep/ teori/ prinsip/ prosedur utama yang harus disajikan dalam topik
mata tataran. Hal ini tidaklah terlalu sulit jika sudah memiliki peta konsep dari apa
yang ingin dibelajarkan. Jika sudah mengetahuinya maka bagaimana materi itu
disajikan, secara umum dapat dikatakan bagaimana struktuk bahan ajarnya.
3. Pengembangan
Persiapan dan perancangan yang matang sangat diperlukan untuk mengembangkan
bahan ajar dengan baik. Beberapa saran yang dapat membantu untuk memulai
pengenbangan bahan ajar yaitu:
Tulislah apa dapat ditulis, mungkin berbentuk LKS, bagian dari penyususnan buku
atau panduan praktik
Jangan merasa bahwa bahan ajar harus ditulis secara berurutan
Tulis atau kembangkan bahan ajar untuk peserta yang telah dikenal
Ingat bahan ajar yang dikembangkan harus dapat memeberikan pengalaman belajar
kepada peserta
Ragam media, sumber belajar, aktivitas dan umpan balik merupakan komponen
penting dalam memperoleh bahan ajar yang menarik, bermanfaat dan efektif bagi
peserta
Ragam contoh, alat bantu belajar, ilustrasi serta pengemasan bahan ajar juga berperan
dalam membuat bahan ajar
Gaya penulisan untuk bagian tekstual, naratif, explanatory, deskriptif, argumentatif
dan perintah sangat penting agar peserta dapat memahami maksud penatar.
2. Penyajian
Aspek penyajian ini dapat di jabarkan menjadi sub aspek:
a) Tujuan/Indikator penyajian pembelajaran dinyatakan secara jelas
- Menyebut tujuan/ indikator pembelajaran pada setiap unit
- Mengarahkan pembelajaran pada penguasaan keterampilan berbahasa
- Menyajikan butir ajar untuk mengembangkan keterampilan berbahasa yang
sejalan dengan kompetensi dasar dan indicator
- Menyajikan butir ajar/ materi dengan urutan mudah ke sulit
b) Penyajian bahan ajar secara terintegrasi dan sesuai dengan karakteristik pembelajar
- Menyajikan keterkaitan keterampilan berbahasa, sekurang-kurangnya dua
keterampilan
- Menyajikan bahan ajar yang beranjak dari bahasa lisan pada kelas rendah dan
berlanjut ke bahasa tulis pada kelas tinggi
- Menyajikan unsur bahasa (lafal,ejaan, kosakata, struktur) yang dihubungkan
dengan keterampilan berbahasa
- Menyajikan bahan ajar dari yang secara sistematik
- Penyajian bahan ajar mendorong pembelajar seara aktif dan kreati
- Menuntut aktivitas pembelajar untuk mendengar, berbicara, membaca dan
menulis pada tingkatannya
- Mendorong pembelajar untuk aktif berkomunikasi
- Mendorong pembelajar untuk kreatif berbahasa dengan menggunakan situasi
konkrit
- Mendorong pembelajar mencurahkan waktu lebih banyak dalam mengerjakan
latihan
3. Keterbacaan
Keterbacaan berkaitan dengan tingkat kemudahan bahasa (kosakata, kalimat,
paragraf, dan wacana) bagi kelompok atau tingkatan siswa.
a) Kata
- Memuat kosakata kongkrit
- Memuat kosakata yang dekat dengan pengetahuan dan lingkungan pembelajar
- Memuat kosakata yang sering digunakan
- Memuat kosakata yang mudah dilafalkan
b) Kalimat
- Memuat kalimat sederhana lebih banyak
- Memuat kalimat deklaratif lebih banyak
- Memuat kalimat aktif lebih banyak
- Memuat kalimat afirmatif (kalimat pernyataan positif) lebih banyak
c) Paragraf
- Memuat paragraf deduktif lebih banyak
- Memuat paragraf yang terstruktur dengan baik (kohesif) lebih banyak
- Memuat paragraf yang menunjukkan hubungan makna (kohesi) lebih banyak
- Memuat pragraf yang saling berhubungan dengan baik
d) Teks/Wacana
- Memuat wacana deskripsi lebih banyak
- Mengandung wacana berbentuk prosedur lebih banyak
- Mengandung wacana terstruktur dengan baik
- Mengandung wacana yang berkaitan dengan kebutuhan pembelajar
BAB V
KOMPONEN DAN LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN MODUL AJAR
A. Komponen-Komponen Modul
merupakan salah satu bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis, didalamnya
memuat seperangkat pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk membantu
peserta didik menguasai tujuan belajar yang spesifik.Berikut ini komponen-komponen modul
menurut Mustaji (2008:30-32) :
Tujuan tersebut dirumuskan dalam bentuk tingkah laku yang diharapkan dari siswa
setelah mereka mempelajari modul.
2. Petunjuk guru
Memuat penjelasan bagi guru tentang pengajaran agar dapat terlaksana dengan efisien,
serta memberikan penjelasan tentang macam-macam kegiatan yang dilaksanakan dalam
proses belajar, waktu untuk menyelesaikan modul, alat-alat dan sumber pelajaran, serta
petunjuk evaluasi.
3. Lembar kegiatan siswa
Lembaran ini berisi materi-materi pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa serta
dicantumkan buku sumber yang harus dipelajari siswa untuk melengkapi materi.
4. Lembar kerja siswa
Lembar kerja ini merupakan pertanyaan-pertanyaan yang ada pada lembar kegiatan
yang harus dikerjakan siswa setelah mereka selesai menguasai materi.
5. Kunci lembar kerja
Siswa dapat mengoreksi sendiri jawabannya dengan menggunakan kunci lembar kerja
stelah mereka berhasil mengerjakan lembar kerja.
6. Lembar evaluasi
Lembar evaluasi ini berupa post test dan rating scale, hasil dari post test inilah yang
dijadikan guru untuk mengukur tercapai tidaknya tujuan modul oleh siswa.
7. Kunci lembar evaluasi
Test dan rating scale beserta kunci jawaban yang tercantum pada lembaran evaluasi
disusun dan dijabarkan dari rumusan-rumusan tujuan pada modul.
a. Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal.
b. Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik siswa atau peserta diklat
maupun guru/instruktur.
c. Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi.
d. Meningkatkan motivasi dan gairah belajar bagi siswa atau peserta diklat.
e. Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam berinteraksi langsung dengan
lingkungan dan sumber belajar lainnya.
f. Memungkinkan siswa atau peserta diklat belajar mandiri sesuai kemampuan dan minatnya.
g. Memungkinkan siswa atau peserta diklat dapat mengukur atau mengevaluasi sendiri hasil
belajarnya.
Karakteristik Modul :
a. Self Instruction
Merupakan karakteristik penting dalam modul, dengan karakter tersebut memungkinkan
seseorang belajar secara mandiri dan tidak tergantung pada pihak lain.Untuk memenuhi
karakter self instruction, maka modul harus:
1. Memuat tujuan pembelajaran yang jelas, dan dapat menggambarkan pencapaian Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
2. Memuat materi pembelajaran yang dikemas dalam unit-unit kegiatan yang kecil/spesifik,
sehingga memudahkan dipelajari secara tuntas;
3. Tersedia contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pemaparan materi pembelajaran;
4. Terdapat soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang memungkinkan untuk mengukur
penguasaan peserta didik;
5. Kontekstual, yaitu materi yang disajikan terkait dengan suasana, tugas atau konteks
kegiatan dan lingkungan peserta didik;
6. Menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif,
7. Terdapat rangkuman materi pembelajaran;
8. Terdapat instrumen penilaian, yang memungkinkan peserta didik melakukan penilaian
mandiri (self assessment);
9. Terdapat umpan balik atas penilaian peserta didik, sehingga peserta didik mengetahui
tingkat penguasaan materi;
10. Terdapat informasi tentang rujukan/ pengayaan/referensi yang mendukung materi
pembelajaran dimaksud.
b. Self Contained
Modul dikatakan self contained bila seluruh materi pembelajaran yang dibutuhkan termuat
dalam modul tersebut. Tujuan dari konsep ini adalah memberikan kesempatan peserta
didik mempelajari materi pembelajaran secara tuntas, karena materi belajar dikemas
kedalam satu kesatuan yang utuh. Jika harus dilakukan pembagian atau pemisahan materi
dari satu standar kompetensi/kompetensi dasar, harus dilakukan dengan hati-hati dan
memperhatikan keluasan standar kompetensi/kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh
peserta didik.
d. Adaptif
Modul hendaknya memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan
teknologi. Dikatakan adaptif jika modul tersebut dapat menyesuaikan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta fleksibel/luwes digunakan di berbagai perangkat keras
(hardware).
Kedua, memproduksi atau mewujudkan fisik modul. Komponen isi modul antara lain
meliputi: tujuan belajar, prasyarat pembelajar yang diperlukan, substansi atau materi belajar,
bentuk-bentuk kegiatan belajar dan komponen pendukungnya.
Ketiga, mengembangkanperangkat penilaian. Dalam hal ini, perlu diperhatikan agar semua
aspek kompetensi (pengetahuan, keterampilan, dan sikap terkait) dapat dinilai berdasarkan
kriteria tertentu yang telah ditetapkan.
Program secara rinci pada modul terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut: