Tugas Kelompok Diversi2
Tugas Kelompok Diversi2
PENDAHULUAN
manusia dan keberlangsungan sebuah bangsa dan negara. Agar kelak mampu
bertanggung jawab dalam keberlangsungan bangsa dan negara, setiap Anak perlu
optimal, baik fisik, mental, maupun sosial. Untuk itu, perlu dilakukan upaya
diskriminatif.1
asasi Anak yang ditandai dengan adanya jaminan perlindungan dan pemenuhan
Hak Anak dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh anak, antara lain dampak negatif
perubahan gaya dan cara hidup sebagian orang tua, telah membawa perubahan
1
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, Penjelasan Umum Paragraf 1.
1
sosial yang mendasar dalam kehidupan masyarakat yang sangat berpengaruh
Setiap orang yang disangka terlibat dalam suatu kejahatan atau tindak
pidana tentu akan berhadapan dengan hukum, dalam hal ini yaitu sistem peradilan
pidana. Di dalam suatu negara hukum, seseorang yang melanggar hukum pidana
akan berhadapan dengan negara melalui aparat penegak hukumnya dan sebagai
sebuah instrumen pengawasan sosial, tak terkecuali itu dilakukan oleh anak-anak.
mencabut hak orang atas kehidupan, kebebasan, atau hak milik mereka. Invasi
terhadap hak dasar ini dibenarkan demi melestarikan masyarakat dan melindungi
kepada para pelaku tindak pidana baik orang dewasa maupun anak-anak. Anak
yang Berhadapan dengan Hukum adalah anak yang berkonflik dengan hukum,
anak yang menjadi korban tindak pidana, dan anak yang menjadi saksi tindak
pidana.4 Anak yang Berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya disebut Anak
adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18
melalui sistem peradilan pidana anak. Hal ini sejalan dengan prinsip yang dianut
2
Magdalena Sitorus, Perlindungan Anak di Indonesia dan Implementasinya, (Disampaikan dalam
Seminar “Kejahatan Terhadap Anak, Jakarta, 11 Juli 2006).
3
N.A. Noor Muhammad, Proses Hukum Bagi Orang yang Didakwa Melakukan Kejahatan,dalam
Hak Sipil dan Politik : Esai-Esai Pilihan, Ifdhal Kasim (Editor), Jakarta, Elsam, 2001, hal. 180
4
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana
Anak, Pasal 1 angka 2.
5
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana
Anak, Pasal 1 angka 3.
2
Convention of The Right of The Child (CRC) dan juga sebagaimana telah diadopsi
Best Interest of The Child dan Pidana sebagai The Last Resort. 6
(fakta) yang terjadi selama ini, maka upaya penyelesaian masalah anak yang
berkonflik dengan hukum salah satunya melalui upaya diversi merupakan salah
satu langkah yang tepat bagi penyelesaian kasus-kasus anak yang berkonflik
penanganan kasus-kasus anak yang diduga telah melakukan tindak pidana dari
3
Berdasarkan pemaparan diatas, maka tujuan dari penulisan makalah ini
Indonesia.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Peradilan Pidana Anak, Diversi adalah pengalihan penyelesaian perkara Anak dari
proses peradilan pidana ke proses di luar peradilan pidana. Kasus yang sering
sosial lainnya.
dampak negatif keterlibatan Anak dalam suatu proses peradilan. Peradilan Anak
istilah bahasa Indonesia disebut diversi atau pengalihan. Diversi dilakukan untuk
8
Lihat Pasal 5 ayat (1) UU No. 11 Tahun 2012 Tentang SPPA “Sistem Peradilan Anak wajib
mengutamakan pendekatan Keadilan Restoratif”.Dan ayat (3) “Dalam Sistem Peradilan Pidana
Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf b wajib diupayakan Diversi”. Jo.
Pasal 7 ayat (2) “Diversi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam hal tindak
pidana yang dilakukan : a. diancam dengan pidana penjara di bawah 7 (tujuh) tahun; dan b. bukan
merupakan pengulangan tindak pidana”
5
Anak dengan mengedepankan prinsip the best interest of the child. Konsep diversi
lahir didasarkan pada kenyataan bahwa proses peradilan pidana terhadap Anak
pelaku tindak pidana melalui sistem peradilan pidana konvensional lebih banyak
9
Herlina Apong,Perlindungan terhadap Anak yang Berhadapan dengan Hukum, Buku Saku untuk
Polisi, Unicef. Jakarta. 2004 Hlm. 160
6
2.2. Syarat-Syarat Dilakukannya Diversi
UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, secara tegas
keadilan restoratif (restorative justice), demikian juga ayat (3) Dalam Sistem
Peradilan Pidana Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf b
masa yang singkat. Penjatuhan pidana sebagai ultimum remedium atau the last
anak,10
remedium) dalam sistem peradilan yang dimaksud. Substansi yang paling dasar
dalam aturan ini adalah pengaturan secara tegas mengenai keadilan restoratif dan
diversi yang dimaksud guna menghindari dan menjauhkan anak dari proses
dengan hukum dan diharapkan anak dapat kembali ke dalam lingkungan sosial
secara wajar.
10
Hadi Supeno, Kriminalisasi Anak. “Tawaran Gagasan Radikal Peradilan Anak tanpa
Pemidanaan”, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2010) Hlm 67-70
7
Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk melakukan diversi yakni :
1. Batasan usia sebagai dasar acuan yang dapat diajukan kedalam proses
teori treatment (perawatan) yakni perbaikan sikap prilaku anak lebih diutamakan
anak diposisikan sebagai korban bukan sebagai pelaku karena anak dalam
11
Lihat Pasal 1 angka 3 UU No. 11 Tahun 2012 Tentang SPPA “Anak yang Berkonflik dengan
Hukum yang selanjutnya disebut Anak adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun,
tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana”.
12
Lihat Pasal 7 ayat (2) UU No. 11 Tahun 2012 Tentang SPPA “Diversi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan dalam hal tindak pidana yang dilakukan: a. diancam dengan pidana
penjara di bawah 7 (tujuh) tahun; dan b. bukan merupakan pengulangan tindak pidana.
13
Lihat Pasal 5 ayat (1) UU No. 11 Tahun 2012 Tentang SPPA “Sistem Peradilan Anak wajib
mengutamakan pendekatan Keadilan Restoratif”.Dan ayat (3) “Dalam Sistem Peradilan Pidana
Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf b wajib diupayakan Diversi”.
8
luar kemampuan anak itu sendiri, misalnya karena masalah ekonomi, sosial,
tindak pidana anak, dan berorientasi pada pemulihan korban jika ada korban serta
mencari alternatif penyelesaian terbaik bagi kepentingan anak, karena anak adalah
aset bangsa dan merupakan penerus cita–cita perjuangan bangsa. Menurut Setya
kenakalan anak dari proses peradilan anak konvensional, ke arah penanganan anak
peradilan anak.15
14
Lihat Konsideran Penjelasan UU No. 11 Tahun 2012 Tentang SPPA alinea kedua “Anak perlu
mendapat perlindungan dari dampak negatif perkembangan pembangunan yang cepat, arus
globalisasi di bidang komunikasi dan informasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
perubahan gaya dan cara hidup sebagaian orang tua yang telah membawa perubahan sosial yang
mendasar dalam kehidupan dalam kehidupan masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap nilai
dan prilaku anak.
15
Setya Wahyudi, Implementasi Ide Diversi dalam Pembaharuan Sistem Peradilan Pidana Anak di
Indonesia, Genta Publishing, Yogyakarta, 2011, hal. 59.
9
2.4. Dasar Hukum Diversi
Pidana Anak
Pidana Anak
10
Hukum di Lingkungan Badan Reserse Kriminal Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
11
TR/395/VI/2008 tanggal 9 Juni 2008, tentang Pelaksanaan Diversi dan
Restorative Justice dalam Kasus Anak Baik Sebagai Pelaku, Korban atau
Indonesia.
penyidikan.
12
Surat Perintah Penyidikan (Sprindik)
Pengiriman SPDP kepada Kejaksaan paling lama 1x24 jam setelah dikeluarkannya Sprindik
Paling lama 3 x 24 jam sejak tanggal diterimanya surat permintaan dari Penyidik
Pembimbing Kemasyarakatan wajib menyampaikan hasil penelitian kemasyarakatan.
13
Jika kesepakatan Diversi berbentuk Jika kesepakatan Diversi diluar
perdamaian tanpa ganti kerugian atau berbentuk perdamaian tanpa ganti
penyerahan kembali Anak kepada kerugian atau penyerahan kembali
orang tua/Wali; Anak kepada orang tua/Wali;
Pembimbing Kemasyarakatan
menyusun laporan pelaksanaan
kesepakatan Diversi dan disampaikan
oleh Pembimbing Kemasyarakatan
kepada atasan langsung Penyidik
Penyidik mengirimkan
berkas perkara kepada
Penuntut Umum serta
melanjutkan penyidikan.
14
2.5.2 Pelaksanaan Diversi Tahap Penuntutan
belum Berumur 12 (dua belas) tahun. Disamping itu Penuntut Umum juga
pidana.
15
d. Pembimbing Kemasyarakatan sebagai wakil fasilitator; dan
Penyerahan Anak dan / atau barang bukti dari penyidik ke penuntut umum
Dalam waktu 7 x sejak penyerahan tanggung jawab atas Anak dan barang bukti, Penuntut
Umum menawarkan kepada Anak dan/atau orang tua/Wali, serta korban atau Anak Korban
dan/atau orang tua/Wali untuk menyelesaikan perkara melalui Diversi.
16
Jika kesepakatan Diversi berbentuk Jika kesepakatan Diversi diluar
perdamaian tanpa ganti kerugian atau berbentuk perdamaian tanpa ganti
penyerahan kembali Anak kepada kerugian atau penyerahan kembali
orang tua/Wali; Anak kepada orang tua/Wali;
Pembimbing Kemasyarakatan
menyusun laporan pelaksanaan
kesepakatan Diversi dan disampaikan
oleh Pembimbing Kemasyarakatan
kepada atasan langsung Penuntut
Umum
Penuntut Umum
melimpahkan perkara ke
pengadilan.
17
2.5.3 Pelaksanaan Diversi Tahap Pemeriksaan di Pengadilan
dalam sistem peradilan pidana anak, sebagai tindak lanjut dari pengaturan
pidana.
18
d. Pembimbing Kemasyarakatan sebagai wakil fasilitator; dan
Penyerahan Anak dan / atau barang bukti dari penyidik ke penuntut umum
Ketua Pengadilan menetapkan Hakim untuk menangani perkara Anak paling lama 3 (tiga)
hari terhitung sejak tanggal pelimpahan perkara diterima dari Penuntut Umum
Dalam waktu 7 x sejak penunjukan Hakim, Hakim menawarkan kepada Anak dan/atau
orang tua/Wali, serta korban atau Anak Korban dan/atau orang tua/Wali untuk
menyelesaikan perkara melalui Diversi
Perkara anak
dilanjutkan ke tahap
persidangan
19
Jika kesepakatan Diversi berbentuk Jika kesepakatan Diversi diluar
perdamaian tanpa ganti kerugian atau berbentuk perdamaian tanpa ganti
penyerahan kembali Anak kepada kerugian atau penyerahan kembali
orang tua/Wali; Anak kepada orang tua/Wali;
20
BAB III
KESIMPULAN
utamakan karena anak adalah masa depan bangsa indonesia untuk itu anak perlu
mental rohaninya.
2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, Maka pendapat penulis ada 2
dampak yang akan terjadi yaitu dampak positif dan dampak negatif:
telah dipidana penjara, hal ini terkait dengan Stigma jahat oleh
subyek hukum yang belum cakap dan tidak dapat memahami apa yang
lingkungan baik rekan bergaul maupun hal-hal lain yang mudah sekali
21
non elektronik. Sehingga, suatu perbuatan pidana yang dilakukan oleh
juga memahami apa akibat dari perbuatan yang dilakukannya itu. Bila
dikhawatirkan hal itu tidak memberi efek jera dan anak tersebut akan
memaafkan.
22
DAFTAR PUSTAKA
67-70.
2006).
N.A. Noor Muhammad, Proses Hukum Bagi Orang yang Didakwa Melakukan
Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak”, USU Law Journal, Vol.6. No.4
23