Lingkungan Hidup
I. Penyidik
II. Pelaku
III. Teori Pemidanaan Korporasi dalam Pidana
Lingkungan
IV. Karakteristik Tindak Pidana Lingkungan
V. Macam Tindak Pidana Menurut UU Lingkungan
Indonesia
VI. Pidana sebagai ultimum remidium
2
PENYIDIK
Bagian I
3
Penyidik Berdasarkan UU PPLH
Pasal 94 (1):
1. Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia
(POLRI)
2. Pejabat Pegawai Sipil (PPNS)
STATUS PPNS & PPLHD
PPNS-LH (Penyidik Pegawai Negeri Sipil)
• Non-fungsional
• Telah mengikuti diklat: 554 orang; Mutasi-pindah-meninggal : 156
• Tercatat: 398 orang (di atas kertas).
PPLH & PPLHD (Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup)
• Fungsional
• Telah mengikuti diklat 1.570 orang; Mutasi-pindah-meninggal: 922
• Tercatat: 648 orang (di atas kertas).
din-
asi
pemeriksaan
Kewenangan
lainnya penyitaan
penggeledahan
Menghentikan penyidikan
Koordinasi PPNS, Polri, dan Kejaksaan
• Pada waktu penangkapan dan penahanan: PPNS berkordinasi dengan Polri
(ps. 94 ayat 3)
Koordinasi = berkonsultasi guna mendapatkan bantuan personil,
sarana, dan prasarana
• Nantinya Penyidik PPNS KLH akan berkoordinasi dengan JPU yang ditunjuk.
Koordinasi PPNS, Polri, dan Kejaksaan
• Bila perkembangan perkara LH menunjukan kemajuan maka Kejaksaan akan menerbitkan
Surat Perintah Penunjukan JPUuntuk penyelesaiakan perkara Pidana. (P-16A)
• Kejaksaan dapat meminta Penyidik PPNS KLH untuk melaporkan hasil penyidikan (P-17)
• Bila hasil penyidikan belum lengkap maka JPU dapat menerbitkan pemberitahuan kepada
penyidik KLH bahwa hasil penyidikan belum lengkap. (P-18)
• Bila berkas sudah lengkap maka JPU menerbitkan pemberitahuan bahwa berkas dinyatakan
lengkap dan siap dilimpahkan ke Pengadilan (P-21)
Catatan:
Kode-kode P16 dan seterusnya merupakan kode sesuai dengan Keputusan Jaksa Agung RI No.
518/A/J.A/11/2001 tanggal 1 Nopember 2001 tentang Perubahan Keputusan Jaksa Agung RI
No. 132/JA/11/1994 tentang Administrasi Perkara Tindak Pidana.
Pembuktian
• Alat bukti yang sah (ps. 96):
• Keterangan saksi
• Keterangan ahli
• Surat
• Petunjuk
• Keterangan terdakwa
• Alat bukti lain:
• Informasi yg diucapkan, dikirimkan, diterima, atau disimpan secara elektronik,
magnetik, optik
• Alat bukti data, rekaman, atau informasi yang dapat dibaca, dilihat, dan didengar yang
dapat dikeluarkan dengan/tanpa bantuan suatu sarana, baik yang tertuang di atas
kertas, benda fisik selain kertas, atau terekam secara elektronik
• Hasil penelitian ahli mengenai kerusakan lingkungan. Contohnya hasil analisa
laboratorium dalam menentukan proses pencemaran dan atau perusakan yang sedang
terjadi, kerugian/dampak yang timbul serta modus operandinya apakah dilakukan
secara sengaja atau tidak
• Informasi elektronik, dokumen elektronik dan/atau hasil cetaknya (Pasal 5 UU ITE)
Pelaku pidana
Bagian II
Pelaku Pidana Berdasarkan UU PPLH
1. Orang
Pemberi Perintah
Pemimpin korporasi
Orang: “Barang siapa” menurut UUPPLH ditambah
dengan:
b. Acceptance
1) Merupakan kebijakan perusahaan. Misalnya: kebakaran hutan
2) Kurang pengawasan (manajemen yang buruk)
3) Dilakukan tidak hanya sekali
Corporate Crime Responsibility
(Prof. Dr. Muladi, 2012)
Konstruksi II:
Pidana Tambahan
• Pasal 119: Selain pidana sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang ini, terhadap badan usaha dapat dikenakan pidana tambahan
atau tindakan tata tertib berupa:
a. perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak
pidana;
b. penutupan seluruh atau sebagian tempat usaha
dan/atau kegiatan;
c. perbaikan akibat tindak pidana;
d. pewajiban mengerjakan apa yang dilalaikan tanpa hak;
dan/atau
e. penempatan perusahaan di bawah pengampuan paling
lama 3 (tiga) tahun.
• Pertanyaan:
• Pasal 119: pidana untuk korporasi adalah pidana yang
dikenal dalam UUPPLH + tambahan. Apakah “pidana
yang dikenal dalam UUPPLH” ini secara teori dapat
diterapkan kepada korporasi?
• Dapatkah pemimpin korporasi dipidana bersama-sama
(bukan sebagai wakil) dengan korporasi?
• Bagaimana caranya memidanakan pemimpin
korporasi?
• Siapa pemimpin?
• Pasal 118 UUPPLH dan Penjelasannya
• Apakah pelaku langsung dapat dipidana bersama2
korporasi? (Pasal 116 ayat (1))
Teori-teori pemidanaan korporasi
Bagian III
Teori-teori Pemidaan Korporasi
HUKUMAN : idem
-Terhadap Pemberi Perintah:
penjaran/denda diperberat 1/3
-Terhadap Korporasi EKSEKUSI HUKUMAN berupa Tindakan Tata
- Tindakan Tata Tertib Tertib: Jaksa berkordinasi dengan KLH
Karakteristik tindak pidana
Bagian IV
Karakteristik Tindak Pidana Berdasarkan UU PPLH
1. Abstract Endangerment (contoh pada UU 32/2009)
• Administratively-dependent crimes
• Yg dipidana bukanlah pencemaran, tapi pelanggaran ketentuan administratif
• UU PPLH Pasal 109:
• Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan tanpa memiliki izin lingkungan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling sedikit Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) dan
paling banyak Rp 3.000.000.000,- (tiga miliar rupiah).
58
Delik formil lainnya (pasal 101-115)
Pelanggaran Pidana Denda (rupiah)
Minimum Maksimum Minimum Maksimum
Melepaskan/mengedarka
n produk rekayasa
genetika tidak sesuai dgn 1 tahun 3 tahun 1 miliar 3 miliar
peraturan per-uu-an (ps.
101)
Mengelola limbah B3
1 tahun 3 tahun 1 miliar 3 miliar
tanpa izin (ps. 102)
Tidak mengelola limbah
B3 yang dihasilkannya (ps. 1 tahun 3 tahun 1 miliar 3 miliar
103)
Dumping (ps. 104) - 3 tahun - 3 miliar
Memasukkan limbah (ps.
4 tahun 12 tahun 4 miliar 12 miliar
105)
Memasukkan limbah B3
5 tahun 15 tahun 5 miliar 15 miliar
(ps. 106)
lanjut
an
Pelanggaran Pidana Denda (rupiah)
Minimum Maksimum Minimum Maksimum
Memasukkan B3 (ps. 107)
5 tahun 15 tahun 5 miliar 15 miliar
Melakukan usaha
dan/atau kegiatan tanpa
1 tahun 3 tahun 1 miliar 3 miliar
izin lingkungan (ps. 109)
Bagian V
Ultimum Remedium Menurut UU No. 23/1997
• Ultimum Remedium (subsidiaritas) Secara terbatas
• Mengapa?
• Penegakan Hukum Pidana dapat merupakan upaya
terakhir, yaitu apabila penegakan hukum administrasi,
perdata dan ADR tidak efektif. Akan tetapi penegakan
hukum pidana dapat persifat premium remedium, apabila
salah satu diantara tiga hal ini terjadi:
1. Apabila tingkat kesalahan pelaku relatif berat
2. Apabila akibat perbuatannya relatif besar
3. Perbuatannya menimbulkan keresahan masyarkat
• Persoalan: argumen ttg ultimum remedium dianggap terkait
dengan kompetensi pengadilan, sehingga merupakan hal
yang harus diputus pada putusan sela, perumusan asas
subsidiaritas dlm UU 23/1997 justru meminta hakim untuk
menilai juga hal2 yg terkait materi perkara
Ultimum Remedium Menurut UU No. 32/2009
PENEGAKAN HUKUM PIDANA •Tindak pidana lingkungan adalah kejahatan
•Sanksi dan denda maksimum dan minimum
•korporasi
B, baku
mutu A,
Baku
ambien mutu
effluent