“FIQIH MENSTRUASI”
DISUSUN OLEH :
1.BAGAS ANDIYANTO (D22.2017.02201)
2.AZIZATUL AZZA (D22.2017.02188)
3.YUNIAR KHANSAZULFAFORTUNA N. (D22.2017.02198)
KELAS D22.26
PROGDI D3 REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam agama Islam kita pasti akan mengenal dengan yang namanya Fiqih. Fiqih adalah
ilmu mengenai hukum syara’ yang bersifat amaliyah (perbuatan) yang digali dari dalil-dalil yang
terperinci (sistematis, argumentatif). Kita akan sulit melakukan ibadah tanpa kita mengetahui
ilmu tentang Fiqih, karena dengan fiqih kita bisa mengetahui berbagai hukum syra’.
Dalam ilmu Fiqih sendiri terdapat berbagai hukum yang mencangkup aspek-aspek
kehidupan, seperti tentang Thaharah yang artinya bersuci. Sehubungan dengan Thaharah,
kami disini ingin membahas tentang Haid, karena kita sebagai umat manusia tidak akan lepas
dengan yang namanya Haid ini. Jadi kami rasa ini penting untuk kita bahas, karena
mencangkup kehidupan manusia.
Haid atau yang sering disebut dengan menstruasi merupakan pelepasan lapisan dalam
(endometrium) yang disertai pendarahan, terjadi berulang setiap bulan secara periodik, kecuali
pada saat hamil. Sedangkan siklus haid adalah waktu sejak hari pertama haid sampai
datangnya haid periode berikutnya.
Siklus haid setiap perempuan berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, bukan
saja antara beberapa perempuan, tetapi juga pada perempuan yang sama. Juga pada kakak
beradik bahkan saudara kembar siklus haidnya tidak terlalu sama.
Selain itu, gangguan haid juga sering terjadi seperti: dismenorea, hipermenorea,
hipemenorea, amenorea, dan masih banyak gangguan haid lainnya yang sering dialami oleh
para perempuan.
Karena kurangnya pengetahuan serta informasi yang dimiliki oleh sebagian besar
perempuan tentang siklus haid, sindrom pra-haid, serta gangguan haid dalam masa
reproduksi, maka kami tertarik untuk membahas tentang masalah yang sering dialami oleh
setiap perempuan ini.
Ketika wanita sedang mengalami masa haid ada bebagai macam hal-hal yang dilarang
dan ada pula yang diperbolehkan. Untuk lebih jelasnya tentang haid akan di jelaskan lebih
detail dalam bab berikutnya.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Haid
Haid adalah darah yang keluar dari kemaluan seorang wanita, dalam keadaan sehat
bukan karena melahirkan maupun pecahnya selaput darah yang keluar dalam waktu tertentu.
Sebagaimana dengan sabda Rosulullah SAW:
“Sesungguhnya haid itu suatu yang telah ditakdirkan oleh Allah SWT bagi putri-putri Adam
(kaum wanita).” (H. R. Bukhari dan Muslim)
Dalam kitab Fathul Bari vol. 1 hlm. 400, dari Hakim dan Ibnu Mundzir dengan sanad yang sahih
bahwa ini Abas menyatakan. “Sesungguhnya wanita pertama yang mengalami haid adalah
Hawa, yakni setelah iya diturunkan dari surga.”
Adapun usia haid dimulai pada usia 9 tahun, dan apabila ada anak yang mengeluarkan
darah sebelum usia tersebut maka itu darah penyakit. Dan batasannya sendiri tidak ada dalil
sohih yang menjelaskannya. Jadi hal ini sudah di jelaskan oleh beberapa mazhab fiqih.
1.Malikiyah (penganut Imam Maliki)
Pengikut Imam Maliki berpendapat bawha haid akan muncul dalam usia 9 tahun, tetapi
dalam usia tersebut masih harus di tanyakan dahulu sampai usia 13 tahun. Dan apabila 13
tahun ke atas itu sudah pasti darah haid. Batas usia haid itu 50 tahun. Namun dalam usia 50-70
tahun itu masih perlu ditanya, dan apa bila keluar ketika usia 70 keatas itu pasti bukan darah
haid. Sama halnya dengan anak di bawah umur 9 tahun.
2.Hanafiyah (pengikut Imam Hanafi)
Pengikut Imam Hanafi berpendapat awal haid itu pada usia 9 tahun. Usia putus haid
adalah 55 tahun, namun jika darah yang keluar itu masih berwarna hitam dan kental itu masih
dianggap haid meskipun dalam usia 55 tahun.
3.Hanabilah (pengikut Imam Hanbali)
Pengikut ini berpendapat batasan haid itu pada usia 50 tahun. Dan apa bila keluar darah
di atas usia tersebut maka bukan darah haid.
4.Syafi’iyah (pengikut Imam Syafi’i)
Imam Syafi’i mengungkapkan tidak ada batasan pada wanita untuk mengalami haid.
Tetapi umumnya paada usia 62 tahun haid akan berhenti.
Masa Haid
Kebanyakan ulama’ (jum’ur ulama’) berpendapat bahwa paling sedikit haid itu sehari
semalam, sedang paling lamanya itu sepuluh hari.
Dari Utsman bin Abil Ash r. a. berkata, ”Wanita yang haid itu apabila melampaui sepuluh hari,
maka ia seperti wanita yang sedang istihadhoh, wajib mandi dan salat.” (H. R. Daruquthni)
Namun ada yang berpendapat tidak adak batasan masa haid, karena tidak ada dalil yang sahih
untuk jadi rujukan. Dan semua itu kembali kepada kebiasaan saja.
Sifat Darah
Darah haid mempunyai berbagai macam warna, yaitu hitam, merah, kuning, keruh,
hijau, dan abu-abu. Adapun darah yang berwarna hitam serta merah tersebut merupakan asli
darah haid, hal ini mengambil rujukan dari hadits berikut:
Dari Urwah bahwa Fatimah binti Abi Jahsyin mengalami istihadhoh. Terus Nabi mengatakan,
“Apabila darah haid, maka warnanya hitam dan sudah dikenal, oleh karena itu tinggalkan
shalatmu. Bilamana lain warnannya, maka berwudhu dan shalatlah, karena itu hanya urat yang
terputus.” (H. R. Abu Dawud, Nasa’I, Ibnu Hibban dan Al-Hakim)
Adapun yang kuning warnanya itu hanyalah nanah dan yang keruh itu sepert warna yang
keruh dan yang abu-abu itu seperti warna tanah.
Pendapat empat Imam fiqih tentang hal tersebut adalah haid jika darah yang keluar itu pada
hari haid atau keluarnya itu pada hari kebiasaannya.
Adapun warna hijau itu menurut pendapat yang sahih adalah haid jika wanita itu pernah
melihatnya ketika masih haid, dan bukan haid ketika wanita itu belum pernah melihatnya sama
sekali. Dan warna itu juga disebabkan oleh makanan yang kotor.
Berikut ini akan diberikan penjelasan mengenai macam-macam darah yang keluar dari
farji wanita:
1.DARAH HAID
Darah haid merupakan darah yang keluar dari farji wanita dengan keadaan sehat (tidak
sakit), dan bukan setelah mengalami proses melahirkan.
Syarat-syarat darah bisa dikatakn dar haid adalah sebagi berikut:
Keluar dari farji wanita yang berumur 9 tahun kurang 16 hari atau lebih sedikit.
Haid paling sedikit keluar sehari semalam atau 24 jam.
Haid paling banyak selama 15 hari atau15 malam.
Jarak pemisah suci antara haid ke satu dengan haid ke dua minimal 15 hari atau 25
malam.
Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut mengenai darah haid:
Jika masa pemisahan kurang dari 15 hari, maka perinciannya sebagai berikut:
Biladarah pertama dan kedua masih dalam rangkaian masa 15 hari terhitung dari
permulaan keluarnya darah pertama, maka semuanya di hukumi darah haid termasuk
masa berhenti diantara 2 darah tersebut. Contohnya:
– Keluar darah selama 3 hari: haid
– Berhenti selama 3 hari: haid
– Keluar selama 5 hari: haid
Keseluruhan hari termasuk hari keluarnya darah dihukumi haid, sebab semuanya
masih dalam masa maksimal haid, yaitu 15 hari.
Bila darah kedua sudah di luar rangkaian masa haid 15 hari dari permulaan haid
pertama (jumlah pemisah dengan darah pertama tidak kurang dari 15 hari). Sementara
jumlah masa pemisah di tambah darah kedua tidak lebih dari 15 hari maka darah
kedua dihukumi darah kotor. Contohnya:
a. Kurang 15 hari
> Keluar darah 10 hari: haid
> Berhenti selama 3 hari: haid
> Keluar lagi selama 10 hari: darah kotor
b. Lebih dari 15 hari
> Keluar darah 8 hari: haid
> Berhenti selama 9 hari: suci
> Keluar lagi selama 4 hari: darah kotor
Bila jumlah masa suci pemisah ditambah darah kedua melebihi 15 hari, maka sebagian
darah kedua dihukumi darah fasad atau darah kotor (untuk menyempurnakan masa
minimal suci pemisah), dan sisanya dihukumi haid kedua, jika memenuhi ketentuan
haid. Contohnya:
– Keluar darah 8 hari: haid
– Berhenti 9 hari: suci
– Keluar lagi 7 hari: 6 hari darah kotor dan 1 hari darah haid
2. NIFAS
Nifas adalah darah yang keluar dari farji wanita setelah melahirkan. Nifas biasanya
keluar paling sedikit 2 minggu (14 hari), sedangnya yaitu 40 hari, dan paling banyak 60
hari.Sbagai contohnya, jika ada seorang ibu setelah melahirkan langsung mengeluarkan darah
selama 53 hari, kemudian putus selama 8 hari, keluar lagi selama 3 hari. Maka:
– 53 hari disebut darah nifas
– 8 hari disebut darah suci
– 3 hari disebut darah haid
3. DARAH ISTIKHADAH
Darah istikhadah adalah darah yang keluar dari farjinya wanita selain darah haid dan
nifas. Wanita yang mengalami istikhadah dinamakan Mustahadloh. Misalnya jika seorang
wanita mengeluarkan darah selama 10 jam (tidak memenuhi syarat haid), maka darah tersebut
jeas istikhadah. Atau jika seorang wanita mengeluarkan darah lebih dari 15 hari 15 malam,
maka mungkin saja dia istikhadah. Namun untuk menentukan apakah darah tersebut
istikhadah atau bukan tidak hanya dihitung dari batas maksimal haidnya, melainkan juga dilihat
dari sifat dan warna darahnya serta bagaimana adat-nya wanita tersebut. Orang yang
mengalami istikhadah dianggap sebagaimana orang pada masa suci lainnya, jadi wanita
tersebut tetap berkewajiban menjalankan ibadah seperti sholat dan puasa.
BAB III
APLIKASI IBADAH
Haid adalah darah yang keluar dari kaelamin wanita yang sehat. Seorang wanita akan
mengalami masa pertama haid pada usia 9 tahun, jadi apabila darah keluar sebelum usia
tersebut itu di sebut darah istihadhah atau darah penyakit. Sifat darah haid itu kental hitam
kemerahan dan memiliki bau tak sedap. Masa haid itu paling sedikit sehari semalam, dan
paling lamanya itu sepuluh hari. Macam-macam darah haid sendiri ada enam warna,
diantaranya hitam, merah, kuning, keruh, hijau, dan abu-abu.
Dalam masa haid, ada beberapa ibadah yang diharamkan dan yang dibolehkan
(mubah). Adapaun yang diharamkan adalah sholat, puasa, thawaf, berhubungan intim dengan
suami, membaca dan memegang muzhaf Al-Quran, memasuki masjid, dan tidak boleh dithalak.
Adapun yang diperbolehkan (mubah) adalah berdzikir, sujud tilawah, bercumbu dengan suami,
melakukan kegiatan haji kecuali thawaf, menghadiri sholat hari raya, dan melayani keperluan
suami.
Dalam haid sendiri ada hikmah-hikmah tersembunyi yang patut kita ambil. Adpaun hikmah
tersebut antara lain haid itu berubah menjadi makanan pada janin ketika ibu mengandung,
berubah menjadi ASI ketika ibu sedang menyusui, dapat mengurangi gejolak syahwat pada
wanita, menjadi ukuran iddah dan bukti kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Jamal, Ibrahim Muhammad. Fiqih Muslimah, (Jakarta : Pustaka Amani, 1994), Cet. I
Bin Sayyid Salim, Abu Malik Kamal. Fiqih Sunnah Untuk Wanita, (Jakarta : Al-I’tishom Cahaya
Umat, 2013), Cet. VII