Nurul Nadjmi*, Idawarni Asmal, Edward Syarif, Samsuddin Amin, Nurmaida Amri, M. Yahya,
Rahma Hiromi
Departemen Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin
Jl. Poros Malino Km.6, Bontomarannu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan 92171
*E-mail: nurul_nadjmi@yahoo.com
Abstrak
Perumahan nelayan adalah saah satu perumahan yang berlokasi di kawasan pesisir, hal ini
disebabkan karena pengaruh profesi mereka yang berprofesi mencari ikan di laut sehingga
menempatkan permukimannya dekat atau berbatasan dengan laut. Di kawasan pesisir,
kondisi temperature udara panas, tingkat kelembaban yang tinggi, kecepatan angin tinggi,
dan lingkungannya gersang. Kondisi ini akhirnya berpengaruh terhadap sikap dan tindakan
penghuni perumahan terhadap penggunaan ruang. Akibatnya penghuni mencari tempat yang
dianggap lebih sejuk, dimana mereka dapat melakukan berbagai aktifitas. Tujuan penelitian
untuk menemukan perbedaan iklim (suhu, kelembaban, kecepatan angin) rumah tinggal
dengan ruang-ruang semi public dan public dalam lingkungan permukiman. Metode yang
digunakan adalah terapan kuantitatif, dimana pengumpulan data menggunakan peralatan
hygrometer HTC-2 untuk mengukur suhu dan kelembaban sedangkan untuk kecepatan angin
menggunakan aplikasi zephyr Wind Meter dari android. selain menggunakan alat juga
dilakukan perekaman di lapangan untuk melihat real kondisi yang akan di cross cek dengan
hasil data. Hasil penelitian adalah mengetahu tingkat kondisi termal dalam perumahan
nelayan.
LATAR BELAKANG
Permukiman nelayan tradisional yang ada selama ini terbentuk secara sporadic, pola penataan permukiman
semrawut (tidak teratur) dan padat, demikian pula dengan bentuk dan material rumah yang tidak
memperhitungkan aspek kenyamanan thermal. Permukiman nelayan di area pesisir pantai memiliki kondisi
iklim yang cukup ekstrim, namun menyediakan pencahayaan dan penghawaan alami yang melimpah, namun
kondisi ini kurang diperhatikan pemanfaatannya dan berdampak terhadap aktifitas penghuninya. Rumah yang
seharusnya menjadi pusat aktifitas penghuninya menjadi tidak berfungsi sebagaimana mestinya, badan rumah
ditinggal dan aktifitas beralih ke ruang ruang lain yang dianggap lebih mampu mengakomodir aktifita penghuni
terutama pada siang hari. Kondisi real dilapangan memperlihatkan bahwa hampir semua penghuni permukiman
terutama disiang hari tidak menggunakan badan rumah untuk beraktifitas, mereka memindahkan kegiatan ke
bagian bawah rumah, pada ruang yang dinamakan kolong (dalam bahasa Makassar siring) atau pada ruang ruang
terbuka hijau, baik yang sifatnya formal maupun santai. Hal ini diakibatkan suhu udara di atas badan rumah
terasa panas, membuat penghuni rumah merasa gerah. Akibatnya penghuni mencari tempat yang dianggap lebih
sejuk, dimana mereka dapat melakukan berbagai aktifitas. Pemindahan ruang ke tempat-tempat teduh
berpengaruh positif terhadap kehidupan social masyarakat yang menyebabkan lahirnya ruang-ruang tempat
berkumpul dan bersosialisasi (communal space) yang akan semakin menambah keakraban dan persatuan diantara
mereka. Keamanan lingkungan permukiman juga menjadi lebih terjaga. Namun disisi lain, badan rumah menjadi
kosong. Keluarga kurang memiliki waktu bersama di siang hari karena masing-masing mencari tempat yang
nyaman untuk melakukan aktifitasnya.
PERMASALAHAN
Kondisi real dilapangan memperlihatkan bahwa hampir semua penghuni permukiman terutama disiang hari tidak
menggunakan badan rumah untuk beraktifitas, mereka memindahkan kegiatan ke bagian bawah rumah, pada
ruang yang dinamakan kolong (dalam bahasa Makassar siring) dan ruang-ruang terbuka lainnya baik yang
127
PROSIDING SEMINAR ILMIAH NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI KE -4 TAHUN 2018
Volume 4 : November 2018
sifatnya formal maupun santai. Hal ini diakibatkan suhu udara di atas badan rumah panas, membuat gerah
penghuni rumah.
Akibatnya penghuni mencari tempat yang dianggap lebih sejuk, dimana mereka dapat melakukan berbagai
aktifitas.
TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang, maka tujuan yang ingin dicapai adalah untuk karakteristik iklim termal dalam
lingkungan perumahan nelayan ujung kassi selatan. Ruang lingkup penelitian adalah pada bidang arsitektur,
khususnya arsitektur tentang bagaimana pemanfaatan Iklim Alami dalam skala makro dan mikro di permukiman
nelayan. Tujuan penelitian adalah menemukan perbedaan iklim (suhu, kelembaban, kecepatan angin) rumah
tinggal dengan ruang-ruang semi public dan public dalam lingkungan permukiman
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan adalah metode penelitian terapan. Penelitian terapan yaitu suatu penelitian yang
diselenggarakan untuk mengatasi masalah yang nyata dalam kehidupan, berupa usaha menemukan dasar dasar
dan langkah perbaikan bagi suatu aspek kehidupan yang dipandang perlu diperbaiki, sehingga peneliti perlu
menemukan kelemahan-kelemahan atau keburukan-keburukan di dalam aspek kehidupan yang diselidikinya,
yang diikuti dengan merumuskan alternatif-alternatif cara mengatasinya. Penelitian ini dilakukan untuk
menemukan dasar-dasar atau langkah-langkah yang tepat untuk melakukan tindakan perbaikan secara praktis.
Jumlah sampel diwakili oleh 20 rumah atau sekitar 10% karena di lokasi penelitian ada sekitar 200 rumah
panggung. Selanjutnya membuat hasil pengukuran dalam bentuk grafik untuk mengetahui kondisi suhu,
kelembaban dan kecepatan angin rata-rata masing-masing unit. Analisis ini menggunakan perbandingan antara
kondisi iklim luar dan dalam ruangan dan persepsi publik dari ruang-ruang ini. Selain mengacu pada hasil
penelitian sebelumnya untuk mengetahui persamaan dan perbedaan kondisi tersebut. Peralatan yang digunakan
adalah hygrometer HTC-2 untuk mengukur suhu dan kelembaban sedangkan untuk kecepatan angin
menggunakan aplikasi zephyr Wind Meter dari android.
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berada di kelurahan Tamalate kecamataan galesong Utara, Kabupaten Takalar. Lokasi
penelitian merupakan perumahan nelayan yang berada di dusun Ujung Kassi selatan.
Pola perletakan rumah dan penomoran rumah yang menjadi sample penelitian
128
PROSIDING SEMINAR ILMIAH NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI KE -4 TAHUN 2018
Volume 4 : November 2018
Sebelah Utara :
Dinding samping
kiri
Sebelah Selatan :
Dinding samping
RUMAH SEMI
1 kanan
PERMANEN
Bagian depan (entrance) Sebelah Barat :
rumah menghadap ke jalan Dinding belakang
lingkungan dan bagian Sebelah Timur :
belakang rumah terdapat Dinding depan
sungai. rumah
Sebelah Utara :
Dinding samping
kanan
Sebelah Selatan :
Sebelah Utara :
Dinding samping
kanan
Sebelah Selatan :
Dinding samping
RUMAH NON kiri
4
PERMANEN Bagian depan (entrance)
Sebelah Barat :
rumah menghadap ke jalan
Dinding Depan
lingkungan, sungai dan rumah
Sebelah Timur :
serta bagian belakang rumah
Dinding Belakang
terdapat kebun dan rawa-rawa.
Sebelah Utara :
Dinding samping
RUMAH NON kanan
5
PERMANEN 129 Sebelah Selatan :
Dinding samping
kiri
kanan
Sebelah Selatan :
Dinding samping
RUMAH NON kiri
4
PERMANEN Bagian depan (entrance)
Sebelah Barat :
rumah menghadap ke jalan
Dinding Depan
PROSIDING SEMINAR ILMIAH NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI KE -4 Sebelah
lingkungan, sungai dan rumah
TAHUNTimur
2018:
Volume 4 : November 2018
serta bagian belakang rumah
Dinding Belakang
terdapat kebun dan rawa-rawa.
Sebelah Utara :
Dinding samping
RUMAH NON kanan
5
PERMANEN Sebelah Selatan :
Dinding samping
kiri
Sebelah Utara :
Dinding samping
kanan
Sebelah Selatan :
Dinding samping
RUMAH
6 kiri
PERMANEN
Bagian depan (entrance) Sebelah Barat :
rumah menghadap ke jalan Dinding Depan
lingkungan, sungai, dan rumah Sebelah Timur :
serta bagian belakang rumah Dinding Belakang
terdapat kebun dan rawa-rawa.
Sebelah Utara :
Dinding samping
kanan
Sebelah Selatan :
Dinding samping
RUMAH NON
7 kiri
PERMANEN
Bagian depan (entrance)
Sebelah Barat :
rumah menghadap ke jalan
Dinding Depan
lingkungan, sungai, dan rumah
Sebelah Timur :
serta bagian belakang rumah
Dinding Belakang
terdapat kebun dan rawa-rawa.
Sebelah Utara :
Sebelah Utara :
Dinding samping
Dinding samping
kanan
kanan
RUMAH NON Sebelah Selatan :
8 Sebelah Selatan :
PERMANEN
RUMAH NON
Dinding samping
8 Dinding samping
kiri
PERMANEN
Bagian depan (entrance) kiri
Sebelah Barat :
Bagian menghadap
rumah depan (entrance)
ke jalan
Dinding Depan
lingkungan, sungai, dan rumah
Sebelah Timur :
serta bagian belakang rumah
Dinding Belakang
terdapat kebun dan rawa-rawa.
Sebelah Utara :
Dinding samping
kanan
Sebelah Selatan :
130
PROSIDING SEMINAR ILMIAH NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI KE -4 TAHUN 2018
Volume 4 : November 2018
Sebelah Utara :
Dinding samping
kiri
Sebelah Selatan :
Dinding samping
RUMAH
11 kanan
PERMANEN Bagian depan (entrance)
Sebelah Barat :
rumah menghadap ke jalan
Dinding belakang
lingkungan dan bagian
Sebelah Timur :
belakang rumah terdapat
Dinding depan
rumah dan sungai.
rumah
Sebelah Utara :
Dinding depan
Sebelah Selatan :
Dinding belakang
RUMAH Sebelah Barat :
12
PERMANEN Dinding samping
Bagian depan (entrance)kiri
rumah menghadap ke jalan Sebelah Timur :
lorong dan bagian samping kiri Dinding samping
rumah terdapat sungai. kanan
PEMBAHASAN
Umumnya, sekitar 90 % rumah-rumah di ujung kassi selatan menghadap ke arah timur dan berat, hal tersebut
dikarenakan sempitnya lahan yang tersedia untuk dapat dijadikan sebagai hunian, dan bentuk lahan sendiri yang
memanjang sehingga kemungkinan yang paling utama perumahan bentuk perumahan adalah memanjang (linear)
mengikuti garis pantai. Lokasi lahan memanjang dari arah utara ke selatan, mengakibatkan pola memanjang
hanya efektif untuk dibangunni rumah menghadap ke timur dan barat.
Rumah-rumah yang menghadap timur lebih baik dalam menerima cahaya matahari pagi dibanding yang
menghadap ke barat. Mengapa?, tentunya kita dapat merujuk ke Frick dan Tri (2012), bahwa letak gedung
terhadap matahari yang paling menguntungkan bila memilih arah dari timur ke barat dan gambaran letak gedung
131
PROSIDING SEMINAR ILMIAH NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI KE -4 TAHUN 2018
Volume 4 : November 2018
terhadap matahari yang paling menguntungkan bila memilih arah tegak lurus terhadap arah angin. Cahaya
matahari memberi kesan vital dalam ruang, terutama jika cahaya tersebut masuk dari jendela yang orientasinya
ke timur.
Demikian pula dengan yang diutarakan oleh Tuan (1974) dalam Altman dan Chemens (1984) dalam Idawarni
(2011) baha dalam kosmologi masyarakat Indian Poeblo di Amerika, mereka melibatkan arah timur, arah
Matahari terbit sebagai arah yang sangat disakralkan, Matahari dianggap sebagai “ayah“ yang akan menolong
pertumbuhan tanaman-tanaman mereka dan yang mana akan menuntun perjalanana suku tersebut setiap harinya
dalam perburuan menuju ke rumah mereka di arah barat.
Pembangunan rumah dengan orientasi barat akan berakibat suhu yang panas pada bagian depan bangunan. Hal
ini menyebabkan teras depan tidak dapat digunakan saking panasnya. Hal ini bertentangan dengan kebiasaan
masyarakat lokal (bugis Makassar) yang sering menjadikan teras sebagai ruang interaksi non fomal dan juga
sebagai ruang kontrol lingkungan. Kondisi tersebut mengakibatkan para penghuni rumah yang menghadap ke
barat akan menutup terasnya dengan kain terpal untuk mengeliminir panas.
Berikut gambar-gambar yang memperlihatkan denah rumah-rumah kaitannya dengan arah timur dan barat untuk
melihat efektifitas cahaya matahari dan angin ke dalam rumah.
Gambar-gambar memperlihatkan posisi kamar timur pada rumah yang menghadap ke arah barat. cahaya matahari
dilihat dari lintasannya kurang efektif masuk ke dalam ruang tidur, justru ruang keluarga dan service yang sangat
efektif terkena cahaya matahari pagi.
NO DATA ANALISIS
1 Bangunan ini dinyatakan tidak
sesuai dengan teori bangunan
tropis, karena bangunan ini
menghadap ke arah timur-barat
dengan arah memanjang bangunan
tepat pada lintasan matahari.
Gambar-gambar memperlihatkan posisi kamar timur pada rumah yang menghadap ke arah barat. cahaya matahari
pagi dilihat dari lintasannya efektif masuk ke dalam ruang tidur.
133
PROSIDING SEMINAR ILMIAH NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI KE -4 TAHUN 2018
Volume 4 : November 2018
Berdasarkan 12 sample yang telah di survey, maka dapat disimpulkan dominan orientasi dinding depan rumah
adalah menghadap ke arah barat, dinding belakang rumah menghadap ke arah timur, dinding samping kanan
rumah menghadap ke arah utara, dan dinding samping kiri rumah menghadap ke arah selatan.
Hal tersebut menjelaskan bahwa umumnya ruang tamu menghadap ke barat yang menerima cahaya matahari
sore, sedang dinding belakang (ruang service) umumnya menghadap ke timur. Hal tersebut menyebabkan
masyarakat kurang menikmati suasana santai sore hari di teras. Keberadaan ruang tidur pada arah selatan akan
kurang baik menerima cahaya matahari.
Menurut Ching (1996) dalam Tyas dkk (2015) di daerah tropis lembab, dinding-dinding luar bangunan biasanya
dibuka untuk kelancaran penghawaan ke dalam bangunan
KESIMPULAN
Dari hasil analisis, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dominan sample rumah yang telah diambil terkait
dengan orientasi tidak sesuai dengan teori rumah yang beriklim tropis. Sehingga kondisi thermal rumah akan
berada pada suhu tidak nyaman karena melebihi suhu standar kenyamanan.
Orientasi terhadap garis edar matahari yang merupakan suatu bagian yang elemen penerangan alami. Namun pada
daerah beriklim tropis penyinaran dalam jumlah yang berlebihan akan menimbulkan suatu masalah,
sehinggadiusahakan adanya elemen-elemen yang dapat mengurangi efek terik matahari (Soetiadji S, 1986).
Hal ini terjadi dikarenakan orientasi rumah dihukum oleh lokasi tanah terhadap jalan yang menghadap ke
barat/timur, sehingga orientasi bangunan terpaksa mengadap ke barat dan timur.
DAFTAR PUSTAKA
Frick, Heinzdan Tri Hesti Mulyani, 2012. Arsitektur ekologis. Kanisius. Yogyakarta
Herunadi, Bambang dkk, Penyunting (1996), Kumpulan Makalah Seminar maritim Indonesia, Konfrensi
Nasional Pembangunan Benua Maritim Indonesia dalam rangka Mengaktualisasikan Wawasan Nusantara.
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Bekerja sama dengan Dewan Pertahanan Nasional. Makassar
18-19 Desember 1996, Semarang Indonesia.
134
PROSIDING SEMINAR ILMIAH NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI KE -4 TAHUN 2018
Volume 4 : November 2018
Idawarni (2011), Penentuan Arah dan Letak Permukiman dan Rumah Tinggal Kaitannya dengan Kosmologi Studi
Kasus: Kampung Kanarea,Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan Local Wisdom-Jurnal
Ilmiah Online, Volume: III, Nomor: 1, Halaman: 09 - 18, Februari 2011. ISSN: 2086-3764
Kusnadi (2003), Akar Kemiskinan Nelayan Cetakan Pertama, Penerbit LKIS, Yogyakarta.
Mark Gottdiener any Ray Hutchison (2006) The New Urban Sociology. Third Edition. Westview Press.
Prasetya, Irawan (1999), Logika dan Prosedur Penelitian; Pengantar Teori Panduan Praktis Penelitian Sosial bagi
Mahasiswa dan peneliti Pemula, STIA-LAN Press, Jakarta Prasetya, Irawan (1999), Logika dan Prosedur
Penelitian; Pengantar Teori Panduan Praktis Penelitian Sosial bagi Mahasiswa dan peneliti Pemula”,
STIA-LAN Press, Jakarta.
Rapoport, Amos (1977), Human aspect of Urban Form, Pergamon Press, Oxford, New York, Toronto, Sydney,
Paris, Frankfurt.
Doxiadis, C. A. (1968), Ekistic, an Introduction to the Science of Human Settlements. London: Hutchinson of
London.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011, tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, Kementrian Perumahan
rakyat. Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 4. Tahun 1992, Tentang Perumahan dan Permukiman. Departemen
Kesehatan RI.
Widji Indahing Tyas, Fairuz Nabilah, Annisa Puspita, Suci Indah Syafitri (2015). Orientasi Bangunan Terhadap
Kenyamanan Termal pada Rumah Susun Leuwigajah Cimahi. Jakarta. Jurnal Reka Karsa © Jurusan
Teknik Arsitektur Itenas | No.1 | Vol. 3 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Februari 2015.
135