Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH AFEKTIF

SELF REGULATED LEARNING

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

Kajian Pendidikan Matematika

Dosen: Dr. H. Beni Yusepa G.P, S.Pd., M.Pd

Oleh

UMMI QULSUM

NPM 165050026

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PASUNDAN

BANDUNG

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt, karena dengan rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Self Regulated Learning untuk
memenuhi tugas mata kuliah Kajian Pendidikan Matematika. Makalah ini dapat
diselesaikan dengan bantuan dari berbagai pihak yang telah memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih
kepada Bapak Dr. H. Beni Yusepa G.P, S.Pd., M.Pd selaku dosen mata kuliah
Kajian Pendidikan Matematika dan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Terlepas dari semua itu penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan baik dari segi susunan maupun tata bahasa yang digunakan dalam
makalah ini. Oleh karena itu, dengan rendah hati penulis menerima segala saran dan
kritik dari pembaca. Akhir kata penulis berharap semoga makalah Self Regulated
Learning ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Bandung, Desember 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
A. Pengertian Self Regulated Learning ................................................................ 3
B. Aspek Self Regulated Learning ........................................................................ 4
C. Karakteristik Peserta Didik dengan Self Regulated Learning...................... 5
D. Strategi Self Regulated Learning ..................................................................... 6
E. Indikator Self Regulated Learning .................................................................. 7
BAB III PENUTUP ............................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Laju perkembangan teknologi dan arus globalisasi yang sulit dibendung


menyebabkan tata nilai yang sudah mapan tergerus oleh nilai-nilai baru yang belum
tentu positif bagi kehidupan bangsa Indonesia. Untuk membentengi generasi muda
agar tidak terlindas oleh arus globalisasi diperlukan pembangunan karakter yang
kuat karena eksistensi suatu bangsa sangat ditentukan oleh karakteristik yang
dimilikinya. Salah satu upaya untuk memperkokoh karakter bangsa adalah dengan
meningkatkan kualitas pendidikan. Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran
yang tidak hanya menekankan pada aspek kognitif saja, namun lebih dari itu
pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang mampu menanamkan nilai-nilai
luhur sehingga pembelajaran yang dilaksanakan benar-benar dapat membentuk
karakter peserta didik (Nahdi, 2017, hlm. 21).

Salah satu karakter dalam pembelajaran yaitu self regulated learning


(kemandirian belajar). Self regulated learning menunjuk kepada belajar yang
sebagian besar terjadi dari pikiran, perasaan, strategi, dan perilaku yang dihasilkan
peserta didik yang ditujukan pada pencapain tujuan (Schunk dan Zimmerman
dalam Mukhid, 2008). Self regulated learning menekankan pada aktivitas dalam
belajar yang penuh tanggung jawab sehingga mampu mencapai hasil belajar yang
baik. Setiap peserta didik harus memiliki self regulated learning agar dapat
menyelesaikan tugas agar mampu mengatasi suatu masalah dalam hal belajar. Akan
tetapi tingkat kemandirian setiap peserta didik berbeda. Peserta didik yang terbiasa
mandiri tidak akan mengalami kesulitan dalam belajar, karena mereka sudah
mengatur dan mengarahkan dirinya tanpa ketergantungan dengan orang lain,
menunjukkan kesiapannya dalam belajar, serta percaya diri dalam mengutarakan
pendapatnya. Sedangkan peserta didik yang belum terbiasa mandiri dalam belajar
mereka akan cenderung pasif dan tidak percaya diri dalam belajar sehingga mereka
akan menunjukkan sikap ketidaksiapan dalam belajar (Zuraida dan Suyanto, 2016).

1
2

Self regulated learning sangat penting, karena sikap ini bertujuan agar dapat
mengarahkan diri ke arah perilaku positif yang dapat menunjang keberhasilan
dalam pembelajaran. Dengan self regulated learning peserta didik terlatih dan
mempunyai kebiasaan melakukan tindakan yang baik serta dapat mengatur setiap
tindakannya sehingga peserta didik mempunyai kedisiplinan dalam prmelakukan
tindakan yang baik serta dapat mengatur setiap tindakannya sehingga peserta didik
mempunyai kedisiplinan dalam proses belajar. Dalam pembelajaran, kemandirian
sangat dibutuhkan agar peserta didik mempunyai tanggung jawab dalam mengatur
dan mendisiplinkan dirinya, selain itu dalam mengembangkan kemampuan belajar
atas kemauan pribadi (Astuti, 2018, hlm 1).
BAB II

PEMBAHASAN

Self Regulated Learning merupakan suatu konsep yang dapat diterapkan dan
diajarkan. Self regulated learning perlu dikembangkan pada peserta didik yang
belajar matematika. Perlunya pengembangan self regulated learning pada peserta
didik yang belajar matematika didukung oleh beberapa hasil studi temuan antara
lain: peserta didik yang memiliki self regulated learning yang tinggi cenderung
belajar lebih baik, mampu memantau, mengevaluasi, dan mengatur belajarnya
secara efektif, menghemat waktu dalam menyelesaikan tugasnya, dan memperoleh
nilai yang tinggi dalam pelajaran (Monariska, 2014). Menurut Zambrunn,
Taddlock, dan Roberts (2011) menyatakan bahwa self regulated learning adalah
suatu proses ketika siswa mengendalikan pikiran, perilaku, dan emosinya untuk
mencapai kesuksesan di dalam proses belajar.

A. Pengertian Self Regulated Learning


Istilah self regulated learning berkembang dari teori kognisi sosial (Bandura
dalam Latipah, 2010, hlm. 110). Zimmerman dan Martianz-Pons dalam Farichah
(2012, hlm. 12) mendefinisikan bahwa self regulated learning merupakan tingkatan
dimana peserta didik secara aktif melibatkan metakognisi, motivasi, dan perilaku
dalam proses belajar. Self regulated learning merupakan kombinasi keterampilan
belajar akademik dan pengendalian diri yang membuat pembelajaran terasa lebih
mudah, sehingga peserta didik lebih termotivasi (Glynn, Aultman, and Owens,
2005).

Self regulated learning adalah suatu proses aktif dan konstruktif peserta didik
dalam menetapkan tujuan untuk proses belajar mereka dan berusaha untuk
memonitor, mengatur, dan mengontrol kognisi, motivasi, dan perilaku mereka yang
kemudian semuanya diarahkan dan didorong oleh tujuan dan mengutamakan
konteks lingkungan (Wolters et al., 2003). Peserta didik yang belajar dengan
3
4

regulasi diri mentransformasikan kemampuan mentalnya menjadi keterampilan dan


strategi akademik (Zimmerman, 2002).

Sedangkan menurut Montalvo dan Torres (2004) self regulated learning adalah
perpaduan dari kemampuan dan keinginan. Strategi peserta didik dalam
merencanakan, mengontrol, dan mengevaluasi kognitifnya, motivasi, perilaku, dan
proses kontekstualnya. Peserta didik mengetahui bagaimana memotivasi dir,
mengetahui kemungkinan dan keterbatasannya, dan sebagaimana fungsi
pengetahuan ini mengontrol dan proses meregulasi belajar untuk menyatukan atau
menggabungkan tugas untuk meningkatkan keahlian melalui latihan.

B. Aspek Self Regulated Learning


Menurut Zimmerman dalam Hidayati (2016) self regulated learning terdiri dari
empat aspek, yaitu:

1. Metacognitive Self-regulation
Aspek kognisi meliputi proses pemahaman akan kesadaran dan kewaspadaan
diri serta pengetahuan dalam menentukan pendekatan pembelajaran sebagai salah
satu cara di dalam proses berpikir. Kognisi dalam self regulated learning adalah
kemampuan individu dalam merencanakan, mengorganisasikan atau mengatur,
menginstruksikan diri, memonitor, dan melakukan evaluasi dalam aktivitas belajar.
2. Physical and Social Environment Management
Aspek ini mencakup cara mengatur kondisi fisik dan sosial yakni dengan
mempelajari lingkungan sekitar dan mencari bantuan. Selain itu, aspek ini
mencakup bagaimana seseorang mempelajari lokasi yang sesuai dengan tipe
belajarnya sehingga mampu berkonsentrasi dalam belajar. Peserta didik yang
memiliki achievement tinggi memiliki kecenderungan untuk mengatur lingkungan
belajar.
3. Time Management
Pengaturan waktu dengan baik dan bijak sangat dibutuhkan oleh peserta didik
untuk mengatur jadwal belajarnya. Peserta didik yang mampu mengatur waktu
dengan baik dan bijak untuk belajarnya akan mempengaruhi prestasi belajar yang
baik bagi peserta didik tersebut.
5

4. Effort Regulation
Aspek ini mengarah pada kemampuan seseorang untuk menerima suatu
kegagalan dan membangun kepercayaan diri untuk bangkit kembali dari kegagalan
tersebut.

C. Karakteristik Peserta Didik dengan Self Regulated Learning


Beberapa peneliti mengungkapkan karakteristik peserta didik yang memiliki
kemampuan self regulated learning (Montalvo dan Torres, 2004, hlm. 3-4) antara
lain sebagai berikut:

1. Peserta didik terbiasa dan mengetahui bagaimana menggunakan berbagai


strategi kognitif (pengulangan, elaborasi, dan organisasi) yang membantu
mereka untuk memperhatikan, mentransformasi, mengorganisasi,
mengelaborasi, dan menguasai informasi.
2. Peserta didik mengetahui bagaimana merencanakan, mengendalikan, dan
mengarahkan proses mental mereka untuk pencapaian tujuan personal
(metakognisi).
3. Peserta didik menunjukkan keyakinan motivasi dan emosi yang adaptif, seperti
tingginya efikasi diri secara akademik, memiliki tujuan belajar,
mengembangkan emosi positif (senang, puas, dan antusias) terhadap tugas,
memiliki kemampuan untuk mengontrol dan memodifikasi emosi terhadap
tugas, serta mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan tugas dan situasi belajar
khusus.
4. Peserta didik mampu merencanakan, mengendalikan waktu, berusaha
menyelesaikan tugas, dan mereka mengetahui bagaimana menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan, seperti menemukan tempat yang sesuai untuk
belajar atau meminta bantuan guru atau teman ketika mengalami kesulitan
dalam belajar.
5. Peserta didik menunjukkan usaha yang besar untuk berpartisipasi dalam
mengontrol dan mengatur tugas akademik, keadaan, dan struktur kelas.
6. Peserta didik mampu melakukan strategi disiplin yang bertujuan untuk
menghindari gangguan diri secara internal maupun eksternal, menjaga
konsentrasi, upaya, dan motivasi selama menyelesaikan tugas.
6

D. Strategi Self Regulated Learning


Dalam self regulated learning terdapat sepuluh strategi yang digunakan oleh
siswa seperti yang diungkapkan oleh Zimmerman dan Martinez-Pons dalam
Monariska (2014) antara lain:

1. Evaluasi diri terhadap tugas (self evaluating), yaitu inisiatif peserta didik dalam
melakukan evaluasi terhadap kualitas tugas dan perkembangan usaha dalam
kaitannya dengan tuntutan tugas.
2. Mengatur dan mengubah materi pelajaran (organizing and transforming), yaitu
strategi peserta didik dalam mengatur materi yang dipelajari dengan tujuan
untuk meningkatkan efektivitas proses belajar dan mengubah materi pelajaran
menjadi lebih sederhana dan mudah dipelajari.
3. Membuat rencana dan tujuan belajar (goal setting and planning), yaitu strategi
peserta didik dalam mengatur tujuan umum dan khusus dari belajar,
merencanakan urutan pengerjaan tugas, memanfaatkan waktu, dan
menyelesaikan kegiatan yang berhubungan dengan tujuan tersebut.
4. Mencari informasi (seeking information), yaitu peserta didik memiliki inisiatif
dan usaha untuk mencari informasi yang berkaitan dengan tugas dari sumber-
sumber lain saat mengerjakan tugas.
5. Mencatat hal penting (keeping record and monitoring), yaitu strategi peserta
didik dalam mencatat dan menyimpan hal-hal penting yang berhubungan
dengan topik yang dipelajari.
6. Mengatur lingkungan belajar (environmental structuring), yaitu strategi
peserta didik untuk mengatur lingkungan belajarnya baik lingkungan fisik
maupun psikologis agar belajar menjadi nyaman dan lebih baik.
7. Konsekuensi setelah mengerjakan tugas (self consequences), yaitu strategi
peserta didik dalam mempersiapkan dan melaksanakan ganjaran atau hukuman
yang didapatnya atas keberhasilan atau kegagalan dalam mengerjakan tugas.
8. Mengulang dan mengingat (rehearsing and memorizing), yaitu strategi peserta
didik mengulang-ulang materi pelajaran untuk mengingat kembali materi yang
telah dipelajari.
9. Mencari bantuan sosial (seek social assistance), yaitu peserta didik dapat
meminta bantuan teman sebaya (seek peer assistance), meminta bantuan guru
7

(seek teacher assistance), atau meminta bantuan orang dewasa (seek adult
assistance) dengan bertanya bila menghadapi kesulitan dengan tugas yang
sedang dikerjakan agar dapat menyelesaikan tugas dengan baik.
10. Meninjau kembali catatan, tugas atau tes sebelumnya, dan buku pelajaran
(review record), yaitu peserta didik meninjau kembali tugas atau tes
sebelumnya yang meliputi soal-soal ujian terdahulu atau tugas-tugas yang telah
dikerjakan dan membaca ulang buku pelajaran tentang topik-topik tertentu
sebagai sumber informasi sebagai penunjang catatan.

E. Indikator Self Regulated Learning


Menurut Djamarah (2008, hlm. 14) indikator self regulated learning sebagai
berikut:
1. Kesadaran akan Tujuan Belajar
Dalam belajar diperlukan tujuan. Belajar tanpa tujuan berarti tidak ada yang
dicari. Sedangkan belajar berarti mencari sesuatu dari bahan bacaan yang dibaca.
Maka menetapkan tujuan belajar sebelum belajar sangat penting. Dengan begitu,
belajar menjadi terarah dan konsentrasi dapat dipertahankan dalam waktu yang
relatif lama saat belajar.
2. Kesadaran akan Tanggung Jawab Belajar
Belajar adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh berbagai ilmu
pengetahuan. Dalam belajar, peserta didik tidak dapat melepaskan diri dari
beberapa hal yang dapat mengantarkannya berhasil dalam belajar. Banyak peserta
didik yang belajar dengan susah payah tetapi tidak mendapatkan hasil yang baik.
Penyebabnya tidak lain karena belajar tidak teratur, tidak disiplin, kurang
bersemangat, tidak tahu tujuan, dan mengabaikan masalah pengaturan waktu. Oleh
karena itu, peserta didik harus mempunyai kesadaran akan tanggung jawab belajar.
3. Kontinuitas Belajar
Kontinu dalam belajar dapat diartikan dengan belajar secara
berkesinambungan. Mengulangi bahan pelajaran, menghafal bahan pelajaran,
selalu mengerjakan tugas yang diberikan guru, dan membuat ringkasan merupakan
hal-hal yang berkesinambungan setelah peserta didik selesai belajar di kelas.
Sehingga diharapkan dalam diri peserta didik tumbuh kemandirian apabila hal-hal
8

tersebut sudah menjadi sebuah kebiasaan. Kontinu dalam belajar dapat pula
diartikan dengan belajar secara teratur yang merupakan pedoman mutlak yang tidak
dapat diabaikan oleh seseorang yang menuntut ilmu.
4. Keaktifan Belajar
Siswa yang terbiasa aktif dalam belajar akan tumbuh dalam dirinya
kemandirian belajar. Hal tersebut terwujud dengan gemar membaca buku,
menambah wawasan dari berbagai sumber, dapat menghubungkan pelajaran yang
sedang diterima dengan bahan yang sudah dikuasai, aktif dan kreatif dalam kerja
kelompok, serta mau bertanya apabila terdapat hal-hal yang belum jelas atau belum
dipahami.
5. Efisiensi Belajar
Efisiensi dalam belajar dapat diartikan dengan belajar secara teratur dan efektif.
Hal ini merupakan pedoman mutlak yang tidak dapat diabaikan oleh peserta didik.
Banyaknya pelajaran yang dikuasai menuntut pembagian waktu yang sesuai dengan
kedalaman dan keluasan bahan pelajaran. Penguasaan atas semua bahan pelajaran
dituntut secara dini, tidak harus menunggu sampai menjelang ujian
BAB III

PENUTUP

Salah satu karakter dalam pembelajaran yaitu self regulated learning


(kemandirian belajar). Self regulated learning menunjuk kepada belajar yang
sebagian besar terjadi dari pikiran, perasaan, strategi, dan perilaku yang dihasilkan
peserta didik yang ditujukan pada pencapain tujuan (Schunk dan Zimmerman
dalam Mukhid, 2008). Self regulated learning sangat penting, karena sikap ini
bertujuan agar dapat mengarahkan diri ke arah perilaku positif yang dapat
menunjang keberhasilan dalam pembelajaran. Dengan self regulated learning
peserta didik terlatih dan mempunyai kebiasaan melakukan tindakan yang baik
serta dapat mengatur setiap tindakannya sehingga peserta didik mempunyai
kedisiplinan dalam prmelakukan tindakan yang baik serta dapat mengatur setiap
tindakannya sehingga peserta didik mempunyai kedisiplinan dalam proses belajar.
Dalam pembelajaran, kemandirian sangat dibutuhkan agar peserta didik
mempunyai tanggung jawab dalam mengatur dan mendisiplinkan dirinya, selain itu
dalam mengembangkan kemampuan belajar atas kemauan pribadi (Astuti, 2018,
hlm 1).

Self regulated learning adalah suatu proses aktif dan konstruktif peserta didik
dalam menetapkan tujuan untuk proses belajar mereka dan berusaha untuk
memonitor, mengatur, dan mengontrol kognisi, motivasi, dan perilaku mereka yang
kemudian semuanya diarahkan dan didorong oleh tujuan dan mengutamakan
konteks lingkungan (Wolters et al., 2003). Peserta didik yang belajar dengan
regulasi diri mentransformasikan kemampuan mentalnya menjadi keterampilan dan
strategi akademik (Zimmerman, 2002).

9
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Sri. (2018). Dukungan Kepemimpinan Guru, Kondisi Lingkungan dan


Minat Belajar terhadap Kemandirian Siswa dalam Pembelajaran Akuntansi
Kelas XII Jurusan IPS SMA Batik 2 Surakarta. Thesis. Universitas
Muhammadiyah Surakarta: Diterbitkan http://eprints.ums.ac.id/62191/
(Diakses tanggal 2 Desember 2019)

Djamarah, S.B. (2008). Rahasia Sukses Belajar edisi revisi 2008. Jakarta: Rineka
Cipta

Farichah, Lailatul. (2012). Hubungan Antara Tingkat Self-regulated Learning


dengan Tingkat Prestasi Belajar Mata Pelajar Mata Pelajaran Khusus Siswa
Kelas XI Unggulan MTs Mambaus Sholihin Gresik. Skripsi.UIN Maulana
Malik Ibrahim: Diterbitkan http://etheses.uin-malang.ac.id/2278/
(Diakses 3 Desember 2019)

Glynn, S.M., Aultman, L.P., & Owens, A.M. (2005). Motivation to Learn in
General Education Programs. The Journals of General of Education,ucation,
54(2), 150-170. DOI: 10.1353/jge.2005.0021
(Diakses tanggal 3 Desember 2019)

Hidayati, Nurul. (2016). Hubungan Pola Asuh Permisif Orangtua Dengan Self
Regulated Learning Siswa Menengah Atas (SMA). Skripsi. UII: Diterbitkan.
https://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/2529
(Diakses tanggal 12 Oktober 2019)

Latipah, Eva. (2010). Strategi Self Regulated Learning dan Prestasi Belajar: Kajian
Meta Analisis. Jurnal Psikologi, 37(1), 110-129. DOI: 10.22146/jpsi.7696
(Diakses tanggal 3 Desember 2019)

Monariska, Erma. (2014). Penggunaan Self Regulated Learning Sebagai Upaya


Meningkatkan Kemampuan Belajar Mandiri dan Berfikir Tingkat Tinggi
10
11

Matematika Siswa. Thesis, UNPAS: Diterbitkan


http://repository.unpas.ac.id/8101/
(Diakses tanggal 2 Desember 2019)

Montalvo, F.T., & Torres., M.C.G. (2004). Self Regulated Learning: Current and
Future Directions. Electronic Journal of Research in Educational Psychology,
2(1), 1-34. ISSN: 1696-2095
(Diakses tanggal 4 Desember 2019)

Mukhid, Abd. (2008). Strategi Self-Regulated Learning (Perspektif Teoritik).


Tadris: Jurnal Pendidikan Islam, 3(2). http://dx.doi.org/10.19105/jpi.v3i2.239
(Diakses tanggal 2 Desember 2019)

Nahdi, D.S. (2017). Self Regulated Learning sebagai Karakter dalam Pembelajaran
Matematika. Jurnal Theorems (The Original Research of Mathematics, 2(1),
20-27. P-ISSN: 2528-102X
(Diakses tanggal 2 Desember 2019)

Wolters, C.A., Pintrich, P.R., & Karabenick, S.A. (2003). Assesing Academic Self-
Regulated Learning. Conference on Indicators of Positive Development: Child
Trends. https://link.springer.com/chapter/10.1007%2F0-387-23823-9_16
(Diakses 5 Desember 2019)

Zambrunn, Sharon., Joseph, Tadlock., & Roberts, Elizabeth D. (2011). Encourage


Self Regulated Learning in the Classroom. MERC (Metropolitan Educational
Research Consortium). http://scholarscompass.vcu.edu/merc_pubs/18
(Diakses tanggal 12 Oktober 2019)

Zimmerman, B.J. (2002). Becoming a self regulated learning: An Overview. Theory


into Practice, 41, 64-70. https://doi.org/10.1207/s15430421tip4102_2
(Diakses tanggal 4 Desember 2019)

Zuraida, J. Rahmi., & Suyanto, Totok. (2016). Hubungan Kemandirian Belajar


Siswa Kelas X Program Sistem Kredit Semester (SKS) dengan Prestasi Belajar
12

PPKn di MAN Bangkalan Tahun Pelajaran 2015/2016. Kajian Moral dan


Kewarganegaraan, 2(4),561-574.
https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-
kewarganegaraan/article/view/15160
(Diakses tanggal 2 Desember 2019)

Anda mungkin juga menyukai