Oleh
UMMI QULSUM
NPM 165050026
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt, karena dengan rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Self Regulated Learning untuk
memenuhi tugas mata kuliah Kajian Pendidikan Matematika. Makalah ini dapat
diselesaikan dengan bantuan dari berbagai pihak yang telah memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih
kepada Bapak Dr. H. Beni Yusepa G.P, S.Pd., M.Pd selaku dosen mata kuliah
Kajian Pendidikan Matematika dan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Terlepas dari semua itu penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan baik dari segi susunan maupun tata bahasa yang digunakan dalam
makalah ini. Oleh karena itu, dengan rendah hati penulis menerima segala saran dan
kritik dari pembaca. Akhir kata penulis berharap semoga makalah Self Regulated
Learning ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Self regulated learning sangat penting, karena sikap ini bertujuan agar dapat
mengarahkan diri ke arah perilaku positif yang dapat menunjang keberhasilan
dalam pembelajaran. Dengan self regulated learning peserta didik terlatih dan
mempunyai kebiasaan melakukan tindakan yang baik serta dapat mengatur setiap
tindakannya sehingga peserta didik mempunyai kedisiplinan dalam prmelakukan
tindakan yang baik serta dapat mengatur setiap tindakannya sehingga peserta didik
mempunyai kedisiplinan dalam proses belajar. Dalam pembelajaran, kemandirian
sangat dibutuhkan agar peserta didik mempunyai tanggung jawab dalam mengatur
dan mendisiplinkan dirinya, selain itu dalam mengembangkan kemampuan belajar
atas kemauan pribadi (Astuti, 2018, hlm 1).
BAB II
PEMBAHASAN
Self Regulated Learning merupakan suatu konsep yang dapat diterapkan dan
diajarkan. Self regulated learning perlu dikembangkan pada peserta didik yang
belajar matematika. Perlunya pengembangan self regulated learning pada peserta
didik yang belajar matematika didukung oleh beberapa hasil studi temuan antara
lain: peserta didik yang memiliki self regulated learning yang tinggi cenderung
belajar lebih baik, mampu memantau, mengevaluasi, dan mengatur belajarnya
secara efektif, menghemat waktu dalam menyelesaikan tugasnya, dan memperoleh
nilai yang tinggi dalam pelajaran (Monariska, 2014). Menurut Zambrunn,
Taddlock, dan Roberts (2011) menyatakan bahwa self regulated learning adalah
suatu proses ketika siswa mengendalikan pikiran, perilaku, dan emosinya untuk
mencapai kesuksesan di dalam proses belajar.
Self regulated learning adalah suatu proses aktif dan konstruktif peserta didik
dalam menetapkan tujuan untuk proses belajar mereka dan berusaha untuk
memonitor, mengatur, dan mengontrol kognisi, motivasi, dan perilaku mereka yang
kemudian semuanya diarahkan dan didorong oleh tujuan dan mengutamakan
konteks lingkungan (Wolters et al., 2003). Peserta didik yang belajar dengan
3
4
Sedangkan menurut Montalvo dan Torres (2004) self regulated learning adalah
perpaduan dari kemampuan dan keinginan. Strategi peserta didik dalam
merencanakan, mengontrol, dan mengevaluasi kognitifnya, motivasi, perilaku, dan
proses kontekstualnya. Peserta didik mengetahui bagaimana memotivasi dir,
mengetahui kemungkinan dan keterbatasannya, dan sebagaimana fungsi
pengetahuan ini mengontrol dan proses meregulasi belajar untuk menyatukan atau
menggabungkan tugas untuk meningkatkan keahlian melalui latihan.
1. Metacognitive Self-regulation
Aspek kognisi meliputi proses pemahaman akan kesadaran dan kewaspadaan
diri serta pengetahuan dalam menentukan pendekatan pembelajaran sebagai salah
satu cara di dalam proses berpikir. Kognisi dalam self regulated learning adalah
kemampuan individu dalam merencanakan, mengorganisasikan atau mengatur,
menginstruksikan diri, memonitor, dan melakukan evaluasi dalam aktivitas belajar.
2. Physical and Social Environment Management
Aspek ini mencakup cara mengatur kondisi fisik dan sosial yakni dengan
mempelajari lingkungan sekitar dan mencari bantuan. Selain itu, aspek ini
mencakup bagaimana seseorang mempelajari lokasi yang sesuai dengan tipe
belajarnya sehingga mampu berkonsentrasi dalam belajar. Peserta didik yang
memiliki achievement tinggi memiliki kecenderungan untuk mengatur lingkungan
belajar.
3. Time Management
Pengaturan waktu dengan baik dan bijak sangat dibutuhkan oleh peserta didik
untuk mengatur jadwal belajarnya. Peserta didik yang mampu mengatur waktu
dengan baik dan bijak untuk belajarnya akan mempengaruhi prestasi belajar yang
baik bagi peserta didik tersebut.
5
4. Effort Regulation
Aspek ini mengarah pada kemampuan seseorang untuk menerima suatu
kegagalan dan membangun kepercayaan diri untuk bangkit kembali dari kegagalan
tersebut.
1. Evaluasi diri terhadap tugas (self evaluating), yaitu inisiatif peserta didik dalam
melakukan evaluasi terhadap kualitas tugas dan perkembangan usaha dalam
kaitannya dengan tuntutan tugas.
2. Mengatur dan mengubah materi pelajaran (organizing and transforming), yaitu
strategi peserta didik dalam mengatur materi yang dipelajari dengan tujuan
untuk meningkatkan efektivitas proses belajar dan mengubah materi pelajaran
menjadi lebih sederhana dan mudah dipelajari.
3. Membuat rencana dan tujuan belajar (goal setting and planning), yaitu strategi
peserta didik dalam mengatur tujuan umum dan khusus dari belajar,
merencanakan urutan pengerjaan tugas, memanfaatkan waktu, dan
menyelesaikan kegiatan yang berhubungan dengan tujuan tersebut.
4. Mencari informasi (seeking information), yaitu peserta didik memiliki inisiatif
dan usaha untuk mencari informasi yang berkaitan dengan tugas dari sumber-
sumber lain saat mengerjakan tugas.
5. Mencatat hal penting (keeping record and monitoring), yaitu strategi peserta
didik dalam mencatat dan menyimpan hal-hal penting yang berhubungan
dengan topik yang dipelajari.
6. Mengatur lingkungan belajar (environmental structuring), yaitu strategi
peserta didik untuk mengatur lingkungan belajarnya baik lingkungan fisik
maupun psikologis agar belajar menjadi nyaman dan lebih baik.
7. Konsekuensi setelah mengerjakan tugas (self consequences), yaitu strategi
peserta didik dalam mempersiapkan dan melaksanakan ganjaran atau hukuman
yang didapatnya atas keberhasilan atau kegagalan dalam mengerjakan tugas.
8. Mengulang dan mengingat (rehearsing and memorizing), yaitu strategi peserta
didik mengulang-ulang materi pelajaran untuk mengingat kembali materi yang
telah dipelajari.
9. Mencari bantuan sosial (seek social assistance), yaitu peserta didik dapat
meminta bantuan teman sebaya (seek peer assistance), meminta bantuan guru
7
(seek teacher assistance), atau meminta bantuan orang dewasa (seek adult
assistance) dengan bertanya bila menghadapi kesulitan dengan tugas yang
sedang dikerjakan agar dapat menyelesaikan tugas dengan baik.
10. Meninjau kembali catatan, tugas atau tes sebelumnya, dan buku pelajaran
(review record), yaitu peserta didik meninjau kembali tugas atau tes
sebelumnya yang meliputi soal-soal ujian terdahulu atau tugas-tugas yang telah
dikerjakan dan membaca ulang buku pelajaran tentang topik-topik tertentu
sebagai sumber informasi sebagai penunjang catatan.
tersebut sudah menjadi sebuah kebiasaan. Kontinu dalam belajar dapat pula
diartikan dengan belajar secara teratur yang merupakan pedoman mutlak yang tidak
dapat diabaikan oleh seseorang yang menuntut ilmu.
4. Keaktifan Belajar
Siswa yang terbiasa aktif dalam belajar akan tumbuh dalam dirinya
kemandirian belajar. Hal tersebut terwujud dengan gemar membaca buku,
menambah wawasan dari berbagai sumber, dapat menghubungkan pelajaran yang
sedang diterima dengan bahan yang sudah dikuasai, aktif dan kreatif dalam kerja
kelompok, serta mau bertanya apabila terdapat hal-hal yang belum jelas atau belum
dipahami.
5. Efisiensi Belajar
Efisiensi dalam belajar dapat diartikan dengan belajar secara teratur dan efektif.
Hal ini merupakan pedoman mutlak yang tidak dapat diabaikan oleh peserta didik.
Banyaknya pelajaran yang dikuasai menuntut pembagian waktu yang sesuai dengan
kedalaman dan keluasan bahan pelajaran. Penguasaan atas semua bahan pelajaran
dituntut secara dini, tidak harus menunggu sampai menjelang ujian
BAB III
PENUTUP
Self regulated learning adalah suatu proses aktif dan konstruktif peserta didik
dalam menetapkan tujuan untuk proses belajar mereka dan berusaha untuk
memonitor, mengatur, dan mengontrol kognisi, motivasi, dan perilaku mereka yang
kemudian semuanya diarahkan dan didorong oleh tujuan dan mengutamakan
konteks lingkungan (Wolters et al., 2003). Peserta didik yang belajar dengan
regulasi diri mentransformasikan kemampuan mentalnya menjadi keterampilan dan
strategi akademik (Zimmerman, 2002).
9
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, S.B. (2008). Rahasia Sukses Belajar edisi revisi 2008. Jakarta: Rineka
Cipta
Glynn, S.M., Aultman, L.P., & Owens, A.M. (2005). Motivation to Learn in
General Education Programs. The Journals of General of Education,ucation,
54(2), 150-170. DOI: 10.1353/jge.2005.0021
(Diakses tanggal 3 Desember 2019)
Hidayati, Nurul. (2016). Hubungan Pola Asuh Permisif Orangtua Dengan Self
Regulated Learning Siswa Menengah Atas (SMA). Skripsi. UII: Diterbitkan.
https://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/2529
(Diakses tanggal 12 Oktober 2019)
Latipah, Eva. (2010). Strategi Self Regulated Learning dan Prestasi Belajar: Kajian
Meta Analisis. Jurnal Psikologi, 37(1), 110-129. DOI: 10.22146/jpsi.7696
(Diakses tanggal 3 Desember 2019)
Montalvo, F.T., & Torres., M.C.G. (2004). Self Regulated Learning: Current and
Future Directions. Electronic Journal of Research in Educational Psychology,
2(1), 1-34. ISSN: 1696-2095
(Diakses tanggal 4 Desember 2019)
Nahdi, D.S. (2017). Self Regulated Learning sebagai Karakter dalam Pembelajaran
Matematika. Jurnal Theorems (The Original Research of Mathematics, 2(1),
20-27. P-ISSN: 2528-102X
(Diakses tanggal 2 Desember 2019)
Wolters, C.A., Pintrich, P.R., & Karabenick, S.A. (2003). Assesing Academic Self-
Regulated Learning. Conference on Indicators of Positive Development: Child
Trends. https://link.springer.com/chapter/10.1007%2F0-387-23823-9_16
(Diakses 5 Desember 2019)