Anda di halaman 1dari 1

Menggali Potensi Industri Dalam Negeri

Saat ini pemerintah Indonesia sedang menyusun peraturan presiden tentang tingkat kandungan
dalam negeri (TKDN) yang mesti dilaksanakan beragam bidang usaha di Tanah Air.

Hal itu bertujuan mendorong pemanfaatan potensi dalam negeri untuk mengurangi kebergantungan
terhadap impor. Dalam rapat terbatas terkait dengan TKDN pada 23 Februari 2016 lalu, Presiden
Jokowi sudah menekankan kebijakan ini bertujuan memperkuat industri nasional serta membuka
lapangan kerja yang lebih luas di dalam negeri.

Menurut Presiden, TKDN bukan hanya penting untuk mengurangi ketergantungan pada produk-
produk impor, melainkan juga bisa mendorong masuknya investasi di sektor industri substitusi
impor. Selain itu, memperkuat terjadinya transfer teknologi serta menghidupkan industri pendukung
dan energi baru. “Muara akhirnya adalah pergerakan roda perekonomian nasional kita,” tegasnya
kala itu.

Jokowi meyakini, jika produk yang dihasilkan dalam industri nasional terus diperkuat, didampingi,
dan difasilitasi, itu akan mampu bersaing dengan produk impor, baik dari sisi harga maupun sisi
kualitas.

Untuk itu, Jokowi meminta TKDN harus ditempatkan sebagai kebijakan strategis yang harus
dijalankan secara konsisten, bukan sekadar kebijakan teknis administratif yang diperlukan dalam
perlengkapan syarat proses pengadaan barang dan jasa.

Langkah ini dinilai positif, tetapi implementasinya di lapangan harus tepat. “Aturan TKDN yang ada
selama ini sudah cukup. Masalahnya di implementasinya. Misalnya, ada perusahaan domestik yang
mengimpor produk tertentu yang dibutuhkan proyek. Kemudian proyek ini beli produk tadi seolah-
olah itu buatan lokal, padahal produknya impor,” ujar Direktur Pemasaran PT Krakatau Steel
(persero) Tbk seusai acara seminar nasional bertajuk Mendorong Peran Industri Hulu pada
Perekonomian Indonesia, di Jakarta, awal Agustus lalu.

Aturan yang dimaksud Purwono ialah Undang-Undang nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian,
pasal 85, dan Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2009 tentang Penggunaan Produk Dalam Negeri
dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Purwono berharap perpres TKDN yang akan diterbitkan bisa lebih tegas. “Kue ekonomi kita sangat
banyak. Kalau TKDN dijalankan saja, misalnya untuk baja yang tingkat kandungan dalam negerinya
40%, wah itu sudah besar sekali. Sudah bisa hiduplah industri. Sayang itu, kue kita dimakan orang
lain,” jelasnya.

Dalam skala ekonomi, industri baja yang disebut mother of industries memiliki peranan penting
lantaran menjadi material dasar dalam berbagai sektor. Saat ini, kata Purwono, produksi baja
nasional berkisar 5,79 juta ton. Sayangnya, kondisi tersebut dibayangi infiltrasi impor sebesar 25%
dari total kebutuhan nasional.

Anda mungkin juga menyukai