Anda di halaman 1dari 37

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BLOK REPRODUKSI Makassar, 10 Maret 2020

LAPORAN TUTORIAL

MODUL 2

BAYI BERAT LAHIR RENDAH

TUTOR: dr. Riski Nurhayati


DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
1. Adibah Afriastini Wenni (11020170133)
2. Muhammad Ilhamsyah Dandung (11020170008)
3. Tasya Ardiani (11020170015)
4. A. Nur Khalia Marzatillah (11020170032)
5. Fadhilah Norman (11020170034)
6. Muh. Rifky Mapallawa (11020170054)
7. Rizki Handayani (11020170061)
8. A. Ayu Pratiwi NZ (11020170076)
9. Aulia Chaeruni (11020170086)
10. Selfy Eltry Elvira (11020170096)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2020
SKENARIO 2 :

Seorang bayi laki-laki, baru lahir pada tanggal 1 Februari 2020 dengan
berat lahir 1500 gram Panjang 45 cm. Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) ibu
tanggal 8 juni 2019. Pada pemeriksaan suhu melalui axilla di dapatkan suhu bayi
tersebut 36,2 derajat C. Dari anamnesis diketahui pekerjaan ibu dan suami hanya
buruh harian. Riwayat ibu saat hamil dan persalinan dengan kondisi status gizi
kurang dimana tinggi badan ibu 160 dan berat badan 40 kg.

KATA SULIT :
-

KATA KUNCI :

1. Seorang bayi laki-laki lahir 1 Februari 2020


2. Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) ibu tanggal 8 Juni 2019.
3. Suhu axilla pada bayi tersebut 36,2 derajat C
4. Pekerjaan ibu dan suami hanya buruh harian
5. Riwayat ibu saat hamil dan persalinan status gizinya kurang
6. Tinggi badan ibu 160 cm dan berat badan 40 kg
PERTANYAAN :
1. Bagaimana fisiologi janin dalam rahim?
2. Jelaskan ciri-ciri dan pekembangan bayi normal?
3. Jelaskan ciri-ciri dan klasifikasi BBLR?
4. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi BBLR?
5. Bagaimana hubungan BBLR dengan ststus gizi ibu?
6. Bagaimana komplikasi dari BBLR?
7. Bagaimana penanganan dan pencegahan pada BBLR?
8. Perspektif Islam
JAWABAN :

1. Bagaimana fisiologi janin dalam rahim?


Perkembangan Konseptus
Sejak konsepsi perkembangan konseptus terjadi sangat cepat yaitu zigot
mengalami pembelahan menjadi morula (terdiri atas 16 sel blastomer),
kemudian menjadi blastokis (terdapat cairan di tengah) yang mencapai
uterus, dan kemudian sel-sel mengelompok, berkembang menjadi embrio
(sampai minggu ke-7). Setelah minggu ke-10 hasil konsepsi disebut janin.
Konseptus ialah semua jaringan konsepsi yang membagi diri menjadi
berbagai jaringan embrio, korion, amnion, dan plasenta.

Embrio dan Janin

Dalam beberapa jam setelah ovulasi akan terjadi fertilisasi di ampula tuba.
Oleh karenaitu, sperma harus sudah ada di sana sebelumnya. Berkat
kekuasaan Allah SWT, terjadilah fertilisasi ovum oleh sperma. Namun,
konseptus tersebut mungkin sempurna, mungkin tidak sempurna
Kebesaran dan penciptaanNya-lah yang memungkinkan diferensiasi
jaringan yang mengagumkan di mana terbentuk organ. Embrio akan
berkembang sejak usia 3 minggu hasil konsepsi. Secara klinik pada usia
gestasi 4 minggu dengan USG akan tampak sebagai kantong gestasi
berdiameter 1 cm, tetapi embrio belum tampak. Pada minggu ke-6 dari
haid terakhir - usia konsepsi 4 minggu - embrio berukuran 5 mm, kantong
gestasi berukuran 2 - 3 cm. Pada saat itu akan tampak denyut jantung
secara USG. Pada akhir minggu ke-8 usia gestasi 6 minggu usia embrio -
embrio berukuran 22 - 24 mm, di mana akan tampak kepala yang relatif
besar dan tonjolan jari. Gangguan atau teratogen akan mempunyai dampak
berat apabila terjadi pada gestasi kurang dari 12 minggu, terlebih pada
minggu ke-3.
Usia Organ
gestasi

6 Pembentukan hidung, dagu, palatum, dan tonjolan paru. Jari-jari telah

berbentuk, namun masih tergenggam. Jantung telah terbentuk penuh.

7 Mata tampak pada muka. Pembentukan alis dan lidah.

8 Mirip bentuk manusia, mulai pembentukan genitalia eksterna.


Sirkulasi

melalui tali pusat dimulai. Tulang mulai terbentuk.

9 Kepala meliputi separuh besar janin, terbentuk 'muka' janin; kelopak


mata

terbentuk namun tak akan membuka sampai 28 minggu.

13-16 Janin berukuran 15 cm. Ini merupakan awal dari trimester ke-2. Kulit
janin

masih transparan, telah mulai tumbuh lanugo (rambut janin). Janin


bergerak

aktif, yaitu menghisap dan menelan air ketuban. Telah terbentuk


mekonium

(faeses) dalam usus. Jantung berdenyut 120 - 150/menit

17-24 Komponen mata terbentuk penuh, juga sidik jari. Seluruh tubuh
diliputi oleh

verniks kaseosa (lemak). Janin mempunyai refleks.

25-28 Saat ini disebut permulaan trimester ke-3, di mana terdapat


perkembangan

otak yang cepat. Sistem saraf mengendalikan gerakan dan fungsi


tubuh, mata
sudah membuka. Kelangsungan hidup pada periode ini sangat sulit
bila lahir

29 -32 Bila bayi dilahirkan, ada kemungkinan untuk hidup (50 - 70 %).
Tulang

telah terbentuk sempurna, gerakan napas telah reguler, suhu relatif


stabil.

33 – 36 Berat janin 1500 - 2500 gram, Bulu kulit janin (lanugo), mulai
berkurang,

pada saat 35 minggu paru telah matur. Janin akan dapat hidup tanpa
kesu-

litan.

38 - 40 Sejak 38 minggu kehamilan disebut aterm, di mana bayi akan


meliputi se-

luruh uterus. Air ketuban mulai berkurang, tetapi masih dalam batas
normal.

Sistem kardiovaskuler

Mengingat semua kebutuhan janin disalurkan melalui vena umbilikal,


maka sirkulasi menjadi khusus. Tali pusat berisi satu vena dan 2 arteri.
Vena ini menyalurkan oksigen dan makanan dari plasenta ke janin.
Sebaliknya, kedua arteri menjadi pembuluh balik yang menyalurkan darah
ke arah plasenta untuk dibersihkan dari sisa metabolism. Perjalanan darah
dari plasenta melalui vena umbilikal adalah sebagai berikut. Setelah
melewati dinding abdomen, pembuluh vena umbilikal mengarah ke atas
menuju hati, membagi menjadi 2, yaitu sinus porta ke kanan - memasok
darah ke hati dan ductus venosus yang berdiameter lebih besar, akan
bergabung dengan vena kava inferior masuk ke atrium kanan. Darah yang
masuk ke jantung kanan ini mempunyai kadar oksigen seperti arteri meski
bercampur sedikit dengan darah dari vena kava. Darah ini akan langsung
menyemprot melalui foramen ovale pada septum, masuk ke atrium kiri
dan selanjutnya melalui ventrikel kiri akan menuju aorta dan seluruh
tubuh. Darah yang berisi banyak oksigen itu terutama akan memperdarahi
organ vital jantung dan otak. Adanya krista dividens sebagai pembatas
pada vena kava memungkinkan sebagian besar darah bersih dari duktus
venosus langsung akan mengalir ke arah foramen ovale. Sebaliknya,
sebagian kecil akan mengalir ke arah ventrikel kanan. Darah dari ventrikel
kanan akan mengalir ke arah paru. Karena paru belum berkembang,
sebagian besar darah dari jantung kanan melalui arteri pulmonalis akan
dialirkan ke aorta melalui suatu pembuluh duktus arteriosus. Darah itu
akan bergabung di aorta desending, bercampur dengan darah bersih yang
akan dialirkan ke seluruh tubuh. Curah jantung pada trimester akhir,
sebagaimana eksperimen pada domba, ditujukan ke plasenta 40 %, karkas
35 %, otak 5 %, jantung 5 %, gastro intestinal 5 %, paru 4 %, ginjal 2 %,
lain lain 4 %2. Darah balik akan melalui arteri hipogastrika, keluar melalui
dinding abdomen sebagai arteri umbilikal. Setelah bayi lahir, semua
pembuluh umbilikal, duktus venosus, dan duktus arteriosus akan
mengerut. Pada saat lahir akan terjadi perubahan sirkulasi, di mana terjadi
pengembangan paru dan penyempitan tali pusat. Akibat peningkatan kadar
oksigen pada sirkulasi paru dan vena pulmonalis, duktus arteriosus akan
menutup dalam 3 hari dan total pada minggu ke-2. Pada situasi di mana
kadar oksigen kurang yaitu pada gagal napas, duktus akan relatif
membuka (paten).

Darah Janin

Darah janin mengalami proses pembentukan yang unik yaitu bermula


diproduksi di yolksac, kemudian di hati dan akhirnya di sumsum tulang.
Eritrosit janin relatif besar dan berinti. Hemoglobin mengalami
peningkatan dari 12 g/dl pada pertengahan kehamilan menjadi 18 g/dl
pada aterm. Eritrosit janin berbeda dengan eritrosit orang dewasa secara
struktur dan metabolik yaitu lebih lentur karena berada dalam viskositas
tinggi, dan mempunyai banyak enzim. Eritropoesis janin dikendalikan oleh
hormon eritropoetin janin. Terjadi peningkatan pada kondisi perdarahan,
persalinan, dan anemia akibat isoimunisasi. Volume darah diperkirakan 78
ml/kg berat, sedangkan isi darah plasenta segera setelah pemotongan tali
pusat ialah 45 ml/kg. Hemoglobin janin ialah suatu tetramer yang terdiri
atas 2 pasang masing-masing rantai segera setelah pemotongan tali pusat
ialah 45 ml/kg. Hemoglobin janin ialah suatu tetramer yang terdiri atas 2
pasang masing-masing rantai B dan alfa. Gen alfa berasal dari kromosom
16 sedangkan gen B berasal dari kromosom 11. Eritropoesis yang terjadi
di yolke sac menghasilkan hemoglobin awal yaitu Gower 1, 2, dan
Portland; setelah eritropoesis beralih ke hati dihasilkan hemoglobin F; dan
setelah beralih ke tulang akan dihasilkan hemoglobin A sampai janin
matur. Ada perbedaan fungsi hemoglobin A dan F. Pada tekanan oksigen
dan pH tertentu, HbF akan mengikat lebih banyak oksigen dibandingkan
dengan HbA; hal ini disebabkan HbA mengikat 2,:3 difosfogliserat (2,3
DPG) lebih kuat dibandingkan HbF sehingga afinitas HbA dengan oksigen
lebih rendah. Karena kadar 2,3 DPG lebih rendah, afinitas oksigen janin
menjadi lebih tinggi. Pada kehamilan aterm Hb lebih rendah dibandingkan
kehamilan awal, yaitu 3/4 masih berupa HbF. Namun, setelah kelahiran
sampai 6 bulan HbF sangat menurun, sementara HbA mendekati kadar
pada orang dewasa. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh peran
glukokortikoid.

Sistem Respirasi

Gerakan napas janin telah dapat dilihat sejak kehamilan 12 minggu dan
pada 34 minggu secara regular gerak napas ialah 40 - 60/menit dan di
antara jeda adalah periode apnea. Cairan ketuban akan masuk sampai
bronkioli, sementara di dalam alveolus terdapat cairan alveoli. Gerak
napas janin dirangsang oleh kondisi hiperkapnia dan peningkatan kadar
glukosa. Sebaliknya, kondisi hipoksia akan menurunkan frekuensi napas.
Pada aterm normal, gerak napas akan berkurang dan dapat apnea selama 2
jam. Alveoli terdiri atas dua lapis sel epitel yang mengandung sel tipe I
dan II. Sel tipe II membuat sekresi fosfolipid suatu surfaktan yang penting
untuk fungsi pengembangan napas. Surfaktan yang utama ialah
sfingomielin dan lesitin serta fosfatidil gliserol. Produksi sfingomielin dan
fosfatidil gliserol akan memuncak pada 32 minggu, sekalipun sudah
dihasilkan sejak 24 minggu. Pada kondisi tertentu, misalnya diabetes,
produksi surfaktan ini kurang; juga pada preterm ternyata dapat
dirangsang untuk meningkat dengan cara pemberian kortikosteroid pada
ibunya. Steroid dan faktor pertumbuhan terbukti merangsang pematangan
paru melalui suatu penekanan protein yang sama (HoxB5). Pemeriksaan
kadar L/S rasio pada air ketuban merupakan cara untuk mengukur tingkat
kematangan paru, di mana rasio L/S > 2 menandakan paru sudah matang.
Tidak saja fosfolipid yang berperan pada proses pematangan selular.
Ternyata gerakan napas juga merangsang gen untuk aktif mematangkan sel
alveoli.

Sistem Gastrointestinal

Perkembangan dapat dilihat di atas 12 minggu di mana akan nyata pada


pemeriksaan USG. Pada 26 minggu enzim sudah terbentuk meskipun
amilase baru nyata pada periode neonatal. Janin meminum air ketuban dan
akan tampak gerakan peristaltik usus. Protein dan cairan amnion yang
ditelan akan menghasilkan mekonium di dalam usus. Mekonium ini akan
tetap tersimpan sampai partus, kecuali pada kondisi hipoksia dan stres,
akan tampak cairan amnion bercampur meconium

Sistem Ginjal

Pada 22 minggu akan tampak pembentukan korpuskel ginjal di zona


jukstaglomerularis yang berfungsi filtrasi. Ginjal terbentuk sempurna pada
minggu ke-36. Pada janin hanya 2 % dari curah jantung mengalir ke ginjal,
mengingat sebagian besar sisa metabolism dialirkan ke plasenta.
Sementara itu, tubuli juga mampu filtrasi sebelum glomerulus berfungsi
penuh. Urin janin menyumbang cukup banyak pada volume cairan
amnion. Bila terdapat kondisi oligohidramnion itu merupakan petanda
penurunan fungsi ginjal atau kelainan sirkulasi.

Sistem Saraf

Mielinisasi saraf spinal terbentuk pada pertengahan kehamilan dan


berlanjut sampai usia bayi 1 tahun. Fungsi saraf sudah tampak pada usia
10 minggu yaitu janin bergeral, fleksi kaki; sedangkan genggaman tangan
lengkap dapat dilihat pada 4 bulan. Janin sudah dapat menelan pada 10
minggu, sedangkan gerak respirasi pada 14 - 16 minggu, Janin sudah
mampu mendengar sejak 16 minggu atau 120 hari. Ia akan mendengar
suara ibunya karena rambat suara internal lebih baik daripada suara
eksternal. Kemampuan melihat cahaya agaknya baru jelas pada akhir
kehamilan, sementara gerak bola mata sudah lebih awal. Geralkan ini
dikaitkan dengan perilaku janin. Janin mampu membuat hormon sendiri
misalnya tiroid, ACTH. Korteks adrenal dirangsang oleh ACTH. Uniknya
kelenjar adrenal ini mempunyai area yang sangat aktif selama in utero dan
akan menghilang kemudian. Kelenjar adrenal ini menghasillkan steroid
dan katekolamin serta akan aktif menjelang partus. Sebaliknya, pada
anensefalus, di mana adrenal atrofik, persalinan akan tertunda.

Kelenjar Endokrin

Sistem endokrin janin telah bekerja sebelum sistem saraf mencapai


maturitas. Kelenjar hipofisis anterior mempunyai 5 jenis sel yang
mengeluarkan 6 hormon, yaitu (1) laktotrop, yang menghasilkan prolaktin;
(2) somatotrop, yang menghasilkan hormone pertumbuhan (GH); (3)
kortikotrop, yang menghasilkan kortikotropin (ACTH); (4) tirotrop, yang
menghasilkan TSH; dan (5) gonadotrop, yang menghasilam LH, FSH.
Pada kehamilan 7 minggu sudah dapat diketahui produksi ACTH, dan
menjelang 17 minggu semua hormon sudah dihasilkan. Hipofisis juga
menghasilkan B-endorfin. Nerohipofisis juga sudah berkembang pada usia
10 - 12 minggu sehingga oksitosin dan AVP (arginine vasopressin) sudah
dapat dihasilkan. AVP diduga berfungsi mempertahankan air terutama di
dalam paru dan plasenta. Ada lobus intermediet hipofisis janin yang
mengecil saat aterm dan kemudian menghilang pada dewasa; kelenjar
tersebut menghasilkan alpba melanosit stimuating bormone(a-MSH) dan
B-endorfin. Kelenjar tiroid janin telah berfungsi pada usia 10 - 12 minggu.
Plasenta secara aktif memasok iodium pada janin yang terus meningkat
selama kehamilan, bahkan kadar TSH lebih tinggi dari kadar dewasa,
tetapi T3 dan total tiroid lebih rendah. Ini menunjukkan bahwa hipofisis
tidak sensitif terhadap umpan balik. Hormon tiroid sangat penting bagi
pertumbuhan terutama otak. Hipertiroid pada janin dapat terjadi pada
situasi di mana antibodi stimulasi tiroid dari ibu masuk ke janin.
Sebenarnya plasenta mempunyai kemampuan mencegah hormon tiroid ibu
masuk ke janin dengan cara deiodinasi. Kelenjar adrenal relatif lebih besar
jika dibandingkan, dengan proporsi dewasa; ia menghasilkan 100 - 200 mg
steroid per hari. Bahan estrogen berasal dari korteks adrenal janin; steroid
tersebut dibuat dari kolesterol.

Pembentukan Kelamin

Kelamin janin sudah ditentukan sejak konsepsi. Apabila terdapat


kromosom Y, akan terbentuk testis. Sel benih primordial yang berasal dari
yolk sac bermigrasi ke lekukan bakal gonad. Perkembangan testis diatur
oleh gen testis determining factor (TDF) atau disebut sex determining
region (SRY). Sel Sertoli pada testis mengeluarkan zat mullerian-
inhibiting substance yang berfungsi represi duktus Muller. Testosteron
diproduksi oleh testis akibat rangsang hCG dan LH. Sebaliknya, apabila
tidak terdapat testis, akan terbentuk gonad dan fenotip perempuan. Pada
kondisi janin perempuan, akibat terpapar androgen berlebihan, akan timbul
genitalia ambiguitas; misalnya pada hiperplasia adrenal, luteoma,
arenoblastoma atau ibu memakai steroid.1

2. Jelaskan ciri-ciri dan pekembangan bayi normal?


Berikut ciri- ciri dan perkembangan bayi normal :
 Ciri- ciri bayi normal :
Bayi baru lahir normal mempunyai ciri-ciri berat badan lahir 2500-
4000 gram, umur kehamilan 37-40 minggu, bayi segera menangis,
bergerak aktif, kulit kemerahan, menghisap ASI dengan baik, dan tidak
ada cacat bawaan Bayi baru lahir normal memiliki panjang badan 48-52
cm, lingkar dada 30-38 cm, lingkar lengan 11-12 cm, frekuensi denyut
jantung 120-160 x/menit, pernapasan 40-60 x/menit, lanugo tidak terlihat
dan rambut kepala tumbuh sempurna, kuku agak panjang dan lemas, nilai
APGAR >7, refleks-refleks sudah terbentuk dengan baik (rooting, sucking,
morro, grasping), organ genitalia pada bayi laki-laki testis sudah berada
pada skrotum dan penis berlubang, pada bayi perempuan vagina dan uretra
berlubang serta adanya labia minora dan mayora, mekonium sudah keluar
dalam 24 jam pertama berwarna hitam kecoklatan.
Klasifikasi Neonatus
Bayi baru lahir atau neonatus di bagi dalam beberapa klasifikasi, yaitu :
1. Neonatus menurut masa gestasinya :
a) Kurang bulan (preterm infant) : < 259 hari ( 37 minggu)
b) Cukup bulan (term infant) : 259-294 hari (37-42 minggu)
c) Lebih bulan (postterm infant) : > 294 hari (42 minggu atau lebih)
1. Neonatus menurut berat badan lahir :
a) Berat lahir rendah : < 2500 gram
b) Berat lahir cukup : 2500 – 4000 gram
c) Berat lahir lebih : > 4000 gram
2. Neonatus menurut berat lahir terhadap masa gestasi (masa gestasi dan
ukuran berat lahir yang sesuai untuk masa kehamilan) :
a) Nenonatus cukup/kurang/lebih bulan (NCB/NKB/NLB)
b) Sesuai/kecil/besar untuk masa kehamilan (SMK/KMK/BMK)
 Perkembangan bayi normal
Perkembangan Konseptus
Sejak konsepsi perkembangan konseptus terjadi sangat cepat yaitu
zigot mengalami pembelahan menjadi morula (terdiri atas 16 sel
blastomer), kemudian menjadi blastokis (terdapat cairan di tengah) yang
mencapai uterus, dan kemudian sel-sel mengelompok, berkembang
menjadi embrio (sampai minggu ke-7). Setelah minggu ke-10 hasil
konsepsi disebut janin.
Konseptus ialah semua jaringan konsepsi yang membagi diri menjadi
berbagai jaringan embrio, korion, amnion, dan plasenta.
Embrio dan Janin
Dalam beberapa jam setelah ovulasi akan terjadi fertilisasi di ampula
tuba. OIeh karena itu, sperma harus sudah ada di sana sebelumnya. Berkat
kekuasaan A1lah SWT, terjadilah fertilisasi ovum oleh sperma. Namun,
konseptus tersebut mungkin sempurna, mungkin tidak sempurna.
Kebesaran dan penciptaan-Nyalah yang memungkinkan diferensiasi
jaringan yang mengagumkan di mana terbentuk organ.
Embrio akan berkembang sejak usia 3 minggu hasil konsepsi. Secara
klinik pada usia gestasi 4 minggu dengan USG akan tampak sebagai
kantong gestasi berdiameter 1 cm, tetapi embrio belum tampak. Pada
minggu ke-6 dari haid terakhir - usia konsepsi 4 minggu - embrio
berukuran 5 mm, kantong gestasi berukuran 2 - 3 cm. Pada saat itu akan
tampak denyut jantung secara USG. Pada akhir minggu ke-8 usia gestasi -
6 minggu usia embrio - embrio berukuran 22 - 24 mm, di mana akan
tampak kepala yang relatif besar dan tonjolan jari. Gangguan atau
teratogen akan mempunyai dampak berat apabila terjadi pada gestasi
kurang dari 12 minggu, terlebih pada minggu ke-3.
Berikut ini akan diungkapkan secara singkat hal-hal yang utama dalam
perkembangan organ dan fisiologi janin.
Perkembangan fungsi janin sesuai usia gestasi

Usia gestasi Organ

Minggu 6 Pembentukan hidung, palatum, dagu, dan tonjolan paru. Jari-


jari telah terbentuk namun masih tergenggam. Jantung telah
terbentuk sepenuhnya.

Minggu 7 Mata tampak pada wajah. Pembentukan alis dan lidah.

Minggu 8 Mirip bentuk manusia, mulai pembentukan genitalia eksterna.


Sirkulasi mulai tali pusar dimulai. Tulang mulaiu terbentuk.

Minggu 9 Kepala meliputi separuh besar janin, terbentuk ‘muka’ janin;


kelopak mata terbentuk namun tak akan terbuka sampai
minggu ke-28.

Minggu 13-16 Janin berukiran 15 cm. ini merupakan awal dari trimester ke-
2. Kulit janin masih transparan, telah mulai terbentuk rambut
janin (laguno). Janin bergerak aktif yaitu menelan dan
menghisap air ketuban. Telah terbentu mekonium (faeses)
dalam usus. Jantung berdenyut 120 – 150/menit.

Minggu 17-24 Komponen mata terbentuk penuh, juga sidik jari. Seluruh
tubuh diliputi oleh verniks kasosa (lemak). Janin memiliki
reflex.

Minggu 25-28 Saat dimulai awal trimester ke-3, dimana terdapat


perkebangan otak yang cepat. System saraf mengendalikan
gerak dan fungsi tubuh, mata sudah membuka. Kelangsungan
hidup pada masa ini kan sangat sulit bila lahir.

Minggu 29-32 Bila bayi dilahirkan, ada kemungkinan bayi hidup (50-70%).
Tulang telah terbentuk sempurna, gerakan nafas telah regular,
suhu relative stabil.

Minggu 33-36 Berat janin 1500-2500 gram. Bulu kulit janin (laguno) mulaui
berkurang, pada saat 35 minggu paru telah matur. Janin akan
dapat hidup tanpa kesulitan.

Minggu 38-40 Sejak 38 minggu kehamilan disebut aterm, diaman bayi akan
meliputi seluruh uterus. Air ketuban mulai berkurang, tetapi
dalam jumlah dalam batas normal.

Sistem Kardiovaskular
Mengingat semua kebutuhan janin disalurkan meialui vena umbilikal,
maka sirkulasi menjadi khusus. Tali pusat berisi satu vena dan 2 arteri.
Vena ini menyalurkan oksigen dan makanan dari plasenta ke janin.
Sebaliknya, kedukedua arteri menjadi pembuluh baiik yang menyalurkan
darah ke arah plasenta untuk dibersihkan dari sisa metabolism.
Perjalanan darah dari plasenta melalui vena umbilikal adalah sebagai
berikut. Setelah melewati dinding abdomen, pembuluh vena umbilikal
mengarah ke atas menuju hati, membagi menjadi 2, yaitu sinus porta ke
kanan - memasok darah ke hati - dan duktus venosus yang berdiameter

lebih besar, akan bergabung dengan vena kava inferior masuk ke atrium
kanan. Darah yang masuk ke jantung kanan ini mempunyai kadar oksigen
seperti arteri - meski bercampur sedikit dengan darah dari vena kava.
Darah ini akan langsung menyemprot melalui foramen ovale pada
septum, masuk ke atrium kiri dan selanjutnya melaiui ventrikel kiri akan
menuju aorta dan seluruh tubuh. Darah yang berisi banyak oksigen itu
terutama akan memperdarahi organ vital jantung dan otak.
Adanya krista dividens sebagai pembatas pada vena kava
memungkinkan sebagian besar darah bersih dari duktus venosus langsung
akan mengalir ke arah foramen ovale. Sebaliknya, sebagian kecil akan
mengalir ke arah ventrikel kanan.
Darah dari ventrikel kanan akan mengalir ke arah paru. Karena paru
belum berkem- bang, sebagian besar darah dari jantung kanan melalui
arterr pulmonalis akan dialirkan ke aorta melaiui suatu pembuluh duktus
arteriosus. Darah itu akan bergabung di aorta desending, bercampur
dengan darah bersih yang akan dialirkan ke seluruh tubuh. Darah balik
akan melalui arteri hipogastrika, keluar melalui dinding abdomen sebagai
arteri umbilikal.
Setelah bayi lahir, semua pembuluh umbilikal, duktus venosus, dan
duktus arteriosus akan mengerut. Pada saat lahir akan terjadi perubahan
sirkulasi, di mana terjadi pengembangan paru dan penyempitan tali pusat.
Akibat peningkatan kadar oksigen pada sirkulasi paru dan vena
pulmonalis, duktus arteriosus akan menutup dalam 3 hari dan total pada
minggu ke-2. Pada situasi di mana kadar oksigen kurang yaitu pada gagal
napas, duktus akan relatif membuka (paten).
Darah Janin

Darah janin mengalami proses pembentukan yang unik yaitu bermula


diproduksi di yolk sac, kemudian di hati dan akhirnya di sumsum tulang.

Eritrosit janin relatif besar dan berinti. Hemoglobin mengalami


peningkatan dari 12 g/dl pada pertengahan kehamilan menjadi 18 g/dl
pada aterm. Eritrosit janin berbeda dengan eritrosit orang dewasa secara
stmktur dan metabolik yaitu lebih lentur karena berada dalam viskositas
tinggi, dan mempunyai banyak enzim. Eritropoesis janin dikendalikan oleh
hormon eritropoetin janin. Terjadi peningkatan pada kondisi perdarahan,
persalinan, dan anemia akibat isoimunisasi. Volume darah diperkirakan 78
ml/kg berat, sedangkan isi darah plasenta segera setelah pemotongan tali
pusat ialah 45 ml/kg.
Sistem Respirasi
Gerakan napas janin telah dapat dilihat sejak kehamilan 12 minggu dan
pada 34 minggu secara regular gerak napas ialah 40 - 60/menit dan di
antara jeda adalah periode apnea. Cairan ketuban akan masuk sampai
bronkioli, sementara di dalam alveolus terdapat cairan alveoli. Gerak
napas janin dirangsang oleh kondisi hiperkapnia dan peningkatan kadar
glukosa. Sebaliknya, kondisi hipoksia akan menurunkan frekuensi napas.
Pada aterm normal, gerak napas akan berkurang dan dapat apnea selama 2
jam.
Alveoli terdiri atas dua lapis sel epitel yang mengandung sel tipe I dan
II. Sel tipe II membuat sekresi fosfolipid suatu surfaktan yang penting
untuk fungsi pengembangan napas. Surfaktan yang utama ialah
sfingomielin dan lesitin serta fosfatidil gliserol. Pro- duksi sfingomielin
dan fosfatidil gliserol akan memuncak pada 32 minggu, sekalipun sudah
dihasilkan sejak 24 minggu. Pada kondisi tertentu, misalnya diabetes,
produksi surfaktan ini kurang; juga pada preterm rcrnyata dapat
dirangsang untuk meningkat dengan cara pemberian kortikosteroid pada
ibunya. Steroid dan faktor pertumbuhan terbukti merangsang pematangan
paru melalui suatu penekanan protein yang sama (HoxB5). Pemeriksaan
kadar L/S rasio pada air ketuban merupakan cara untuk mengukur tingkat
kematangan paru, di mana rasio L/S > 2 menandakan paru sudah matang.
Tidak saja fosfolipid yang berperan pada proses pematangan selular.
Ternyata gerakan napas juga merangsang gen untuk aktif mematangkan sel
alveoli.
Sistem Gastrointestinal
Perkembangan dapat dilihat di atas 12 minggu di mana akan nyata
pada pemeriksaan USG. Pada 26 minggu enzim sudah terbentuk meskipun
amilase baru nyata pada periode neonatal. Janin meminum air ketuban dan

akan tampak gerakan peristaltik usus. Protein dan cairan amnion yang
ditelan akan menghasilkan mekonium di dalam usus. Me- konium ini akan
tetap tersimpan sampai parrus, kecuali pada kondisi hipoksia dan stres,
akan tampak cairan amnion bercampur mekonium.
Sistem Ginjal
Pada 22 minggu akan tampak pembentukan korpuskel ginjal di zona
jukstaglomerularis yang berfungsi filtrasi. Ginjal terbentuk sempurna pada
minggu ke-36. Pada janin hanya 2 % dari curah jantung mengalir ke ginjal,
mengingat sebagian besar sisa metabolisme dialirkan ke plasenta.
Sementara itu, tubuli juga mampu filtrasi sebelum glomerulus berfungsi
penuh. Urin janin menlumbang cukup banyak pada volume cairan amnion.
Bila terdapat kondisi oligohidramnion itu merupakan petanda penurunan
fungsi ginjal atau kelainan sirkulasi.
Sistem Saraf
Mielinisasi saraf spinal terbentuk pada pertengahan kehamilan dan
berlanjut sampai usia bayi 1 tahun. Fungsi saraf sudah tampak pada usia
10 minggu yaitu janin bergerak, fleksi kaki; sedangkan genggaman tangan
lengkap dapat dilihat pada 4 bulan. Janin sudah dapat menelan pada 10

minggu, sedangkan gerak respirasi pada 14 - 16 minggu.


Janin sudah mampu mendengar sejak 16 minggu atar 120 hari. Ia akan
mendengar suara ibunya karena rambat suara internal lebih baik daripada
suara eksternal. Kemampuan melihat cahaya agaknya baru jelas pada akhir
kehamilan, sementara gerak bola mata sudah lebih awal. Gerakan ini
dikaitkan dengan perilaku janin.
Janin mampu membuat horrnon sendiri misalnya tiroid, ACTH.
Korteks adrenal dirangsang oleh ACTH. Uniknya kelenjar adrenal ini
mempunyai areayang sangat aktif selama in utero dan akan menghilang
kemudian. Kelenjar adrenal ini menghasilkan steroid dan katekolamin
serta akan aktif menjelang partus. Sebaliknya, pada anensefalus, di mana
adrenal atrofik, persalinan akan tertunda.
Kelenjar Endokrin
Sistem endokrin janin telah bekerja sebelum sistem saraf mencapai
maturitas. Kelenjar hipofisis anterior mempunyai 5 jenis sel yang
mengeluarkan 6 hormon, yaitu (1) laktotrop, yang menghasilkan prolaktin;
(2) somatotrop, yang menghasilkan hormon pertumbuhan (GH); (l)
kortikotrop, yang menghasilkan kortikotropin (ACTH); (a) tirotrop, yang
menghasilkan TSH; dan (5) gonadotrop, yang menghasilam LH, FSH.
Pada kehamilan 7 minggu sudah dapat diketahui produksi ACTH, dan
menjelang 17 minggu semua hormon sudah dihasilkan. Hipofisis juga
menghasilkan B-endorfin.

Nerohipofisis juga sudah berkembang pada usia l0 - 12 minggu


sehingga oksitosin dan AVP (arginine vasopressin) sudah dapat
dihasilkan. AVP diduga berfungsi mem- pertahankan air terutama di
dalam paru dan plasenta.
Ada lobus intermediet hipofisis janin yang mengecil saat aterm dan
kemudian meng- hilang pada dewasa; kelenjar tersebut menghasilkan

alpba meknosit stimwlating hormone (o-MSH) dan B-endorfin.


Kelenjar tiroid janin telah berfungsi pada usia 10 - 12 minggu. Plasenta
secara aktif memasok jodium pada janin yang terus meningkat selama
kehamilan, bahkan kadar TSH lebih tinggi dari kadar dewasa, tetapi T3
dan total tiroid lebih rendah. Ini me- nunjukkan bahwa hipofisis tidak
sensitif terhadap umpan balik.
Hormon tiroid sangat penting bagi pertumbuhan terutama otak.
Hipertiroid pada janin dapat terjadi pada situasi di mana antibodi stimulasi
tiroid dari ibu masuk ke janin. Sebenarnya plasenta mempunyai
kemampuan mencegah hormon tiroid ibu ma- suk ke janin dengan cara
deiodinasi.
Kelenjar adrenal relatif lebih besar jika dibandingkarg dengan proporsi
dewasa; ia menghasilkan 100 - 200 mg steroid per hari. Bahan estrogen
berasal dari korteks adrenal janin; steroid tersebut dibuat dari kolesterol.
Pembentukan Kelamin
Kelamin janin sudah ditentukan sejak konsepsi. Apabila terdapat
kromosom Y, akan terbentuk testis. Sel benih primordial yang berasal dari
yolk sac bermigrasi ke lekuk- an bakal gonad18. Perkembangan testis

diatur oleh gen testis determining faaor (TDF) atau disebut sex

determining region (SRY). Sel Sertoli pada testis mengeluarkan zat


mullerian-inbibiting substance yang berfungsi represi duktus Muller.
Testosteron di- produksi oleh testis akibat rangsang hCG dan LH.
Sebaliknya, apabila tidak terdapat testis, akan terbentuk gonad dan
fenotip perem- puan. Pada kondisi janin perempuan, akibat rcrpapar
androgen berlebihan, akan timbul genitalia ambiguitas; misalnya pada
hiperplasia adrenal, luteoma, arenoblastoma atau ibu memakai steroid.

Milestone Perkembangan
Sangat penting sebagai dasar untuk perkembangan selanjutnya
untuk melihat usia bayi terhadap respon motorik,halus,emosi,sosial dan
perilaku bayi2,3,4,5

3. Jelaskan ciri-ciri dan klasifikasi BBLR?


Berikut ciri- ciri dan klasifikasi BBLR :
 Ciri- ciri BBLR :
Ada beberapa ciri BBLR yaitu:
a. Rambut tipis halus.
b. Tulang tengkorak lunak.
c. Kulit tipis dan transparan.
d. Berat badan <2500 gram.
e. Reflek - reflek pada pemeriksaan neurologis lemah, terutama pada
reflek menghisap dan menelan
f. Panjang kurang dari 45 cm
g. Lingkar dada kurang dari 30 cm
h. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
i. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
j. Kepala lebih besar
k. rambut lanugo banyak, lemak kurang
l. Otot hipotonik lemah
m. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea
n. Ekstremitas: paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus
o. Kepala tidak mampu tegak
p. Pernapasan 40 – 50 kali / menit
q. Nadi 100 – 140 kali / menit
 Klasifikasi BBLR :
Dalam mengelompokkan bayi BBLR ada beberapa cara yaitu:
a. Berdasarkan harapan hidupnya:
1) Bayi dengan berat lahir 2500 – 1500 gram adalah bayi berat lahir
rendah (BBLR).
2) Bayi dengan berat lahir 1500 – 1000 gram adalah bayi berat lahir
sangat rendah (BBLSR).
3) Bayi dengan berat lahir < 1000 gram adalah bayi berat lahir
ekstrim rendah (BBLER)
b. Berdasarkan masa gestasinya:
1) Prematuritas Murni
Bayi dengan masa gestasi kurang dari 37 minggu atau biasa disebut
neonatus dengan berat normal ketika lahir. Dapat disebut BBLR
jika berat lahirnya antara 1500 – 2500 gram.
2) Dismaturitas
Bayi dengan berat badan lahir tidak normal atau kecil ketika dalam
masa kehamilan
Berdasarkan skenario, bayi tersebut termasuk dalam kategori Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500 gram. Bayi yang usia
kehamilan ibu 32 minggu hingga 34 minggu (berat badan 1500-1800 gram)
seringkali refleks menelan cukup baik, namun refleks menghisap masih
kurang baik, oleh karena itu, Ibu dapat memerah ASI dan ASI dapat diberikan
dengan menggunakan sendok, cangkir, atau pipet.6,7,8

4. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi BBLR?

Berikut faktor risiko BBLR :

Faktor Risiko BBLR

Kejadian BBLR dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik itu faktor
ibu, plasenta maupun faktor janin itu sendiri. Faktor ibu meliputi : umur <20
tahun, umur >35 tahun), paritas (kurang dari 2 dan lebih dari 4), malnutrisi,
keadaan social (golongan social ekonomi rendah, tingkat pendidikan rendah,
status bekerja dan perkawinan yang tidak sah). Penyakit dari ibu antara lain
toxemia gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisik, hipertensi, penyakit
ginjal, endemisitas malaria dan psikologis, dan nefritis akut. Faktor penyebab
lain antara lain : merokok, tempat tinggal di dataran tinggi, radiasi, peminum
alkohol dan pecandu narkoba. Dari faktor janin meliputi hidroamnion,
kehamilan ganda, kelainan kromosom, infeksi. Sementara dari faktor plasenta
yaitu penyakit vaskuler, kehamilan ganda dan tumor.
Status pelayanan antenatal (frekuensi dan kualitas pelayanan antenatal,
tenaga kesehatan tempat periksa hamil, umur kandungan saat pertama kali
pemeriksaan kehamilan) juga dapat beresiko untuk melahirkan BBLR.
a. Faktor ibu
Faktor dari ibu meliputi berat badan sebelum hamil rendah,
penambahan berat badan yang tidak adekuat selama kehamilan, malnutrisi,
riwayat kehamilan dengan berat badan lahir rendah,remaja, tubuh pendek,
sudah sering hamil,dan anemia. Infeksi pada ibu selama kehamilan, sosial
ekonomi rendah, dan stress maternal, juga dapat menyebabkan terjadinya
kelahiran BBLR.
1) Penyakit
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya
toksemia gravidarum, perdarahan antepartum,pre eklampsia,
eklampsia,hipoksia ibu, trauma fisis dan psikologis.Penyakit lainnya
ialah nefritis akut, gagal ginjal kronik, diabetes mellitus,
hemoglobinopati, penyakit paru kronik,infeksi akut atau tindakan
operatif.
2) Gizi ibu hamil
Keadaan gizi ibu hamil sebelum hamil sangat berpengaruh pada
berat badan bayi yang dilahirkan.Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat
mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan
keguguran, abortus, bayi lahir mati, cacat bawaan, anemia pada bayi,
mati dalam kandungan dan lahir dengan BBLR. Olehkarena itu,
supayadapat melahirkan bayi yang normal, ibu perlu mendapatkan
asupan gizi yang cukup.
3) Anemia
Anemia adalah suatu kondisi dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam
darah kurang dari 12 gram %. Sedangkan anemia dalam kehamilan
adalah kondisi ibu dengan kadarHb dibawah 11 gram % pada trimester I
dan III atau kadar Hb kurang 10,5 gram % pada trimester II. Kejadian
anemia pada ibu hamil harus selalu diwaspadai mengingat anemia dapat
meningkatkan resiko kematian ibu, BBLR dan angka kematian
bayi.Anemia dalam kehamilan disebabkan kekurangan zat besi yang
dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin
baik sel tubuh maupun sel otak.Hal ini dapat meningkatkan resiko
morbiditas dan mortilitas ibu dan bayi.Kemungkinan melahirkan BBLR
juga lebih besar.
4) Keadaan sosial-ekonomi
Keadaan ini sangat berperanterhadap timbulnya
prematuritas.Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial-ekonomi
yang rendah.Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan
pengawasan antenatal yang kurang
5) Psikologis
Pada kehamilan terjadi perubahan kondisi fisik dan emosional yang
kompleks, memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan
proses kehamilan yang terjadi dari trimester pertama hingga trimester
ketiga. Hal ini menjadi pencetus berbagai reaksi emosional hingga ke
tingkat gangguan jiwa yang berat seperti reaksi cemas dan ketakutan yang
berlebihan, panik hingga depresi berat. Kondisi ini akan mempengaruhi
psikologis ibu dan keluarga terkait pola kehidupan dan tahapan
trimesternya, gangguan kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya serta
menjadi hambatan asuhan neonatal pascapersalinan.
b. Faktor Janin
Faktor janin yang dapat menyebabkan BBLR antara lain kehamilan ganda,
hidroamnion, dan cacat bawaan.
1) Hidroamnion
Hidroamnion adalah cairan amnion yang lebih dari 2000 ml. Pada
sebagian besar kasus, yang terjadi adalah hidroamnion kronik yaitu
peningkatan cairan berlebihan secara bertahap.Pada hidroamnion akut,
uterus mengalami peregangan yang jelasdalam beberapa
hari.Hidroamnion dapat menimbulkan persalinan sebelum kehamilan 28
minggu, sehingga dapat menyebabkan kelahiran prematur dan dapat
meningkatkan kejadian BBLR.
2) Kehamilan ganda/kembar
Kehamilan ganda dapat didefinisikan sebagai suatu kehamilan
dimana terdapat dua atau lebih embrio atau janin sekaligus. Kehamilan
ganda dibagi menjadidua yaitu,kehamilan dizigotik dan
monozigotik.Kehamilan ganda terjadi apabila dua atau lebih ovum
dilepaskan dan dibuahi atau apabila satu ovum yang dibuahi membelah
secara dini hingga membentuk dua embrio yang sama. Kehamilan
ganda dapat memberikan resiko yang tinggi terhadap ibu dan janin.Oleh
karena itu, harus dilakukan perawatan antenatal yang intensif untuk
menghadapi kehamilan ganda.
c. Faktor plasenta
1) Penyakit vaskuler
a) Peningkatan curah jantung melalui obstruksi ventrikel kiridengan
adanya penyempitan katup mengakibatkan peningkatan tekanan
atau overloaded pressure dalam ruangjantung yang berada sebelum
katup yang menyempit. Hal ini menerangkan mengapapenyakit
jantung katup obstruktif sangat buruk dalam toleransi kehamilan,
terutamatoleransi terhadap peningkatan 30 - 50 % peningkatan
curah jantung pada awal trimesterkedua. Perburukan hemodinamik
terutama terjadi pada awal trimester kedua. Periodepascapersalinan
masih merupakan periode berisiko untuk komplikasi
hemodinamikkarena curah jantung dan beban loading yang terjadi
setelah 3 sampai 5 hari, dan kompresi vena kava inferior dan
autotransfusi dari perpindahan darah keplasenta (blood shift ke
plasenta) dan kontraksi uterus akan meningkatkan beban awal
jantung.
b) Vasa previa adalah keadaan di mana pembuluh darah janin berada
di dalam selaput ketubandan melewati ostium uteri internum untuk
kemudian sampai ke dalam insersinyadi tali pusat. Perdarahan
terjadi bila selaput ketuban yang melewati pembukaanserviks
robek atau pecah dan vaskular janin itu pun ikut terpurus.
Perdarahan antepartumpada vasa previa menyebabkan angka
kematian janin yang tinggiPembuluh darah janin yang
melewatipembukaan serviks tidak terlindung dari bahaya terputus
ketika ketuban pecah dalampersalinan dan janin mengalami
perdarahan akut yang banyak.Bila diagnosis dapat ditegakkan
sebelum persalinan, maka tindakan terpilih untukmenyelamatkan
janin adaiah melalui bedah sesar. Dikarenakan tindakan ini ada
kemungkinan bayi lahir kurang bulan dan menyebabkan bayi lahir
dengan berat yang rendah.
3) Tumor.
Tumor yang sering terdapat pada plasenta adalah korioangioma
(korangioma). Padapemeriksaan USG, korioangioma terlihat sebagai
massa padat (hiperekoik atau hipoekoik)yang letaknya di daerah
subkorionik dan seringkali menonjol dari permukaanfetal plasenta.
Letak tumor biasanya berdekatan dengan tempat insersi talipusat. Hal
ini bisa mengganggu suplai nutrisi dari ibu ke janin dan
memungkinkan untuk terjadi BBLR.9,10,11

5. Bagaimana hubungan BBLR dengan ststus gizi ibu?


Asupan gizi sangat menentukan kesehatan ibu hamil dan janin yang
dikandungnya. Kebutuhan gizi pada masa kehamilan akan meningkat sebesar
15% dibandingkan dengan kebutuhan wanita normal. Peningkatan gizi ini
dibutuhkan untuk pertumbuhan rahim (uterus), payudara (mammae), volume
darah, plasenta, air ketuban dan pertumbuhan janin. Makanan yang
dikonsumsi oleh ibu hamil akan digunakan untuk pertumbuhan janin sebesar
40% dan sisanya 60% digunakan untuk pertumbuhan ibunya.
Secara normal, ibu hamil akan mengalami kenaikan berat badan sebesar
11-13 kg. Hal ini terjadi karena kebutuhan asupan makanan ibu hamil
meningkat seiring dengan bertambahnya usia kehamilan. Asupan makanan
yang dikonsumsi oleh ibu hamil berguna untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin, mengganti sel-sel tubuh yang rusak atau mati, sumber
tenaga, mengatur suhu tubuh dan cadangan makanan.
Berat badan calon ibu saat mulai kehamilan adalah 45 – 65 kg. Jika kurang
dari 45 kg sebaiknya berat badan dinaikkan lebih dulu hingga mencapai 45 kg
sebelum hamil dan sebaliknya.
Berat badan ideal ibu hamil dapat diketahui berdasarkan penambahan berat
badan ibu hamil tiap minggunya. Rumus berat badan ideal untuk ibu hamil
yaitu sebagai berikut :

BBIH = BBI + (UH x 0.35)


BBIH : berat badan ideal ibu hamil
BBI : berat badan ibu (BBI= TB-110 jika TB> 160 cm dan BBI= TB-
105 jika TB< 160 cm).
UH: usia kehamilan dalam minggu
0,35 : tambahan berat badan kg per minggunya
Pertambahan berat badan pada seorang wanita dipengaruhi oleh status gizi
atau IMT seorang wanita termasuk periode sebelum hamil, untuk mengetahui
nilai IMT, dapat dihitung dengan rumus berikut :
BB
IMT=
TB2
Standar pertambahan berat badan tiap trimester sesuai dengan kategori
IMT sebelum hamil adalah sebagai berikut.
Pertambahan BB pada
Total pertambahan BB
IMT sebelum hamil trimester ke II dan III
pada trimester I
per minggu

Kurang (<18,5 kg/m2) 1 – 3 kg 0,44 – 0,58 kg

Normal (18,5 – 24,9 kg/m2) 1 – 3 kg 0,35 – 0,5 kg

Overwight (25 – 29,9


1 – 3 kg 0,23 – 0,33 kg
kg/m2)

Obesitas (> 30 kg/m2) 0,2 – 2 kg 0,17 – 0,27 kg


Pertambahan berat badan ibu hamil menggambarkan status gizi selama
hamil, oleh karena itu perlu dipantau setiap bulan. Jika terdapat kelambatan
dalam penambahan berat badan ibu, ini dapat mengindikasikan adanya
malnutrisi sehingga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan janin
intrauterin (Intra-Uterin Growth Retardation- IUGR).
Ibu yang kurang gizi akan menyebabkan janin mengalami gangguan
pertumbuhan dan fungsi plasenta yang direfleksikan oleh berat dan ukuran
plasenta yang relatif lebih kecil. Kurang gizi pada ibu akan mengurangi
ekspansi volume darah yang mengakibatkan pemompaan darah dari jantung
(cardiac output) yang tidak mencukupi. Hal tersebut mengurangi aliran darah
ke plasenta dan berdampak pada ukuran plasenta yang tidak optimal dan
mengurangi pengangkutan zat gizi ke janin, sehingga berakibat pertumbuhan
bayi yang terhambat (fetal growth retardation).
Salah satu cara mengetahui kualitas bayi adalah dengan mngukur berat
bayi pada saat lahir. Seorang ibu hamil akan melahirkan bayi yang sehat bila
tingkat kesehatan dan gizinya berada pada kondisi yang baik. Namun sampai
saat ini masih banyak ibu hamil yang mengalami masalah gizi khususnya gizi
kurang sehingga akan mempunyai kecenderungan melahirkan bayi dengan
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR).
Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan
masalah baik pada ibu maupun janin antara lain sebagai berikut :
a. Terhadap Ibu. Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan
komplikasi pada ibu antara lain: anemia, perdarahan dan berat badan ibu
tidak bertambah secara normal serta terkena penyakit infeksi.
b. Terhadap Persalinan. Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan
dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum
waktunya (premature), perdarahan setelah persalinan serta persalinan
dengan operasi cenderung meningkat.
c. Terhadap Janin. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi
pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran , abortus, bayi lahir
mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra
partum (mati dalam kandungan) dan lahir dengan Berat Bayi Lahir Rendah
(BBLR).12,13

6. Bagaimana komplikasi dari BBLR?


1. Hipotermi
Hipotermia adalah penurunan suhu tubuh di bawah 36oC. Suhu normal
bayi baru lahir berkisar 36,5oC – 37,5oC (suhu Axilla).
Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir:
a. Radiasi: dari objek ke panas bayi
Contoh: timbangan bayi dingin tanpa alas
b. Evaporasi: karena penguapan cairan yang melekat pada kulit.
Contoh: air ketuban pada tubuh bayi, baru lahir, tidak cepat
dikeringkan.
c. Konduksi: panas tubuh diambil oleh suatu permukaan yang
melekat ditubuh.
Contoh: pakaian bayi yang basah tidak cepat diganti.
d. Konveksi: penguapan dari tubuh ke udara.
Contoh: angin dari tubuh bayi baru lahir.
2. Hipoglikemia
Kadar gula darah bayi secara bermakna dibawah rata-rata bayi seusia dan
berat badan yang sama. Sebagai batasannya pada bayi aterm (cukup
bulan) dengan berat badan 2500gram atau lebih, kadar glukosa plasma
darah lebih rendah dari 30 mg/dl dalam 72 jam pertama dan 40 mg/dl
pada hari berikutnya, sedangkan pada berat badan lahir rendah dibawah
25 mg/dl.
Glukosa merupakan sumber energi utama selama kehidupan janin,
walaupun asam amino dan laktat ikut berperan pada kehamilan lanjut.
Kecepatan glukosa yang diambil janin tergantung dari kadar gula darah
ibu, kadar gula darah janin sekitar dua pertiga dari kadar gula darah ibu.
Karena terputusnya hubungan plasenta dan janin, maka terhenti pula
pemberian glukosa. Bayi aterm dapat mempertahankan kadar gula darah
sekitar 50-60 mg/dl selama 72 jam pertama, sedangkan bayi berat lahir
rendah (BBLR) dalam kadar 40 mg/dl.
Dikatakan juga hipoglikemi apabila kadar gula darah kurang dari 30
mg/dl pada semua neonatus tanpa menilai masa gestasi atau ada tidaknya
gejala hipoglikemi. Biasanya terdapat pada bayi makrosomia. Umumnya
hipoglikemi terjadi pada neonatus berumur 1-2 jam. Hal ini disebabkan
oleh karena bayi tidak lagi mendapatkan glukosa dari ibu, sedangkan
insulin plasma masih tinggi dengan kadar glukosa darah yang menurun.
Hipoglikemi jarang terjadi pada ibu yang dipantau glukosa darahnya
dengan baik.
3. Gangguan cairan dan elektrolit
Gangguan cairan dan elektrolit pada BBLR mengakibatkan dehidrasi.
4. Hiperbilirubinemia
Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam
darah mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan
kern ikterus jika tidak ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai
hubungan dengan keadaan yang patologis
5. Sindroma gawat napas
Sindroma gawat napas juga disebut penyakit membran hialin yaitu terjadi
akibat pematangan paru yang kurang sempurna akibat kekurangan
surfaktan terjadi pada bayi kurang bulan.
6. Patent duktus arteriosus
Patent Duktus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus
(arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu
pertama kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari aorta tang
bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah.
7. Infeksi
Karena antibodi pada BBLR belum berkembang memungkinkan bakteri,
virus atau jamur mudah menginfeksi bayi tersebut
8. Perdarahan Intraventrikuler
Yaitu terdapatnya darah hanya dalam sistem ventrikuler, tanpa adanya
ruptur ataulaserasi dinding ventrikel. Disebutkan pula bahwa PIVH
merupakan perdarahan intraserebral nontraumatik yang terbatas pada
sistem ventrikel
9. Apnea of prematurity
Penghentian bernapas dengan seorang prematur bayi yang berlangsung
selama lebih dari 15 detik dan/atau ini disertai dengan hipoksia atau
bradycardia.
10. Anemia
Anemia sering terjadi pada bayi prematur, ditandai oleh penurunan nilai
hematokrit, retikulosit dan kadar eritropoetin endogen rendah.

Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi dengan berat lahir
rendah (BBLR) antara lain:

1. Gangguan perkembangan
Kadang bayi prematur rentan mengalami kelainan pada otak yang
mengakibatkan kesulitan belajar, gangguan pendengaran, dan
penglihatan
2. Gangguan pertumbuhan
Gangguan pertumbuhan dapat ditangani dengan anak dapat
distimulasi, antara lain dengan mengajak bicara serta melatih berdiri,
juga memberikan perhatian yang lebih besar. Lakukan latihan ini
secara intensif. Selain itu, dapat diberikan makanan yang banyak
mengandung zat besi, seperti bayam, kangkung, juga multivitamin
dan mineral, terutama yang mengandung zat besi, mengingat
cadangan zat besi untuk anak yang lahir dengan berat 1 kg hanya
sedikit. Zat besi penting bagi perkembangan anak.
3. Gangguan penglihatan (Retinopati)
Penyebab kebutaan bayi lahir prematur adalah retinopathy of
prematurity (RoP), yaitu kelainan pada mata yang disebabkan oleh
adanya gangguan perkembangan selaput saraf yang melapisi dinding
dalam bola mata atau retina.
Perkembangan aktif bola mata itu sendiri dimulai sejak janin
memasuki usia 4 minggu hingga minggu ke 40. Pada saat akhir masa
kehamilan (fullterm) perkembangan mata bayi ukurannya mencapai
setengah mata orang dewasa dan terus berkembang sampai 2 tahun.
Tidak semua bayi prematur lahir lahir dengan RoP. Kalaupun ada
gejalanya kebanyakan RoP tersebut membaik tanpa pengobatan pada
stadium yang awal. Akan tetapi, pada bayi prematur dengan RoP yang
berkembang ke stadium yang lanjut diperlukan penanganan
secepatnya.
Kelainan itu umumnya terjadi pada kedua mata, tetapi perkembangan
stadiumnya tidak sama. Bisa jadi salah satu matanya jadi lebih buruk.
Faktor resiko RoP terjadi bila berat lahir bayi kurang dari 1.500 gram
dengan umur kelahiran kurang dari 32 minggu (8 bulan) atau dikenal
dengan nama bayi lahir prematur.
Bayi prematur dengan pertumbuhan bola mata yang tidak sempurna
dapat mengakibatkan RoP sampai stadium 5 dapat dipastikan bayi
menjadi buta, karena itu pada bayi kelahiran prematur, penanganan
medis harus dilakukan secara tepat.
4. Gangguan pendengaran
Karena saat pembentukan organ dalam kandungan belum sempurna.
5. Penyakit paru kronis
Karena saat pembentukan organ dalam kandungan belum sempurna.
6. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit
Karena pembentukan organ yang belum sempurna bayi prematur
rentan terkena penyakit.
7. Kenaikan frekuensi kelamin bawaan
Kelainan kelamin misalnya pada bayi laki-laki testis belum turun pada
skrotum sedang pada bayi perempuan labia mayora belum menutupi
labia minora atau bahkan pada bayi belum terbentuk organ genital.14
7.Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada BBLR antara lain:

a. Medikamentosa
Pemberian vitamin K1 dengan cara injeksi IM 1 mg atau peroral 2
mg sekali pemberian, atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir 3-10 hari dan
umur 4-6 minggu).
b. Pemberian, Pengaturan dan Pengawasan Intake Nutrisi
Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi dalam hal ini adalah
menentukan pilihan asupan nutrisi, cara pemberian dan jadwal pemberian
yang sesuai dengan kebutuhan bayi BBLR. Asupan nutrisi misalnya air
susu ibu (ASI) merupakan pilihan pertama jika bayi mampu menghisap.
ASI merupakan makanan paling utama sehingga ASI didahulukan untuk
diberikan. ASI juga dapat dikeluarkan dan diberikan pada bayi yang tidak
bisa untuk menghisap. Bila faktor menghisapnya kurang, ASI dapat
diperas dan diminumkan dengan sendok dengan perlahan atau dengan
memasang sonde ke lambung.
Pemberian makanan bayi BBLR harus diikuti tindakan pencegahan
khususnya untuk mencegah terjadinya regurgitasi dan masuknya udara
dalam usus. Pada bayi BBLR yang lebih kecil, kurang giat untuk
menghisap dan sianosis ketika minum dapat melalui botol atau menete
pada ibunya dengan melalui nasogastrik tube (NGT). Jadwal pemberian
makanan disesuaikan dengan kebutuhan dan berat badan bayi BBLR.
Pemberian makanan interval tiap jam dilakukan pada bayi dengan berat
badan yang lebih rendah. Alat pencernaan bayi belum sempurna, lambung
kecil, enzim pencernaan belum matang.
c. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Pada bayi BBLR akan cepat mengalami kehilangan panas dan
menjadi hipotermia, karena pengaturan pusat panas badan belum berfungsi
dengan baik, metabolismenya rendah, dan permukaan badan relatif luas.
Oleh akrena itu, bayi prematur harus dirawat di dalam inkubator, sehingga
panas badannya mendekati dalam rahim.
BBLR dirawat dalam inkubator yang modern dilengkapi dengan
alat pengatur suhu dan kelembabannya agar bayi dapat mempertahankan
suhu tubuhnya yang normal, alat oksigen yang dapat diatur.
Pemberian oksigen untuk mengurangi bahaya hipoksia dan
sirkulasi yang tidak memuaskan harus berhati-hati agar tidak terjadi
hiperoksia yang dapat menyebabkan hiperoplasia retrorental dan
fibroplasis paru. bila mungkin pemberian oksigen dilakukan melalui
tudung kepala dengan alat CPAP (continues positif airway preasurre) atau
dengan endotrakeal untuk pemberian konsentrasi oksigen yang aman dan
stabil.
d. Penimbangan berat badan
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi nutrisi bayi dan
eratnya kaitannya dengan daya tahan tubuh oleh karena itu penimbangan
berat badan harus dilakukan dengan ketat.
e. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi
BBLR akibatnya tidak adanya alveoli dan surfaktan. konsentrasi O2 yang
diberikan sekitar 30 – 35%. konsentrasi O2 yang tinggi dalam masa
panjang akan menyebabkan kerussakan pada jaringan retina bayi dan dapat
menimbulkan kebutaan.
f. Pengawasan jalan nafas
Jalan nafas merupakan jalan udara melalui hidung, faring, trakhea,
alveoli, bronkhiolus, bronkheolus respiratorius dan duktus alveolus ke
alveoli. terhambatnya jalan nafas dapat menimbulkan asfiksia, hipoksia,
dan kematian.
g. Pencegahan infeksi
Bayi BBLR tidak boleh kontak dengan penderita infeksi dalam
bentuk apapun. digunakan masker dan baju khusus dalam penanganan
bayi, perawatan luka tali pusst, perawatan mata, hidung, kulit, tindakan
aseptik dan aseptik alat-alat yang digunakan, isolasi pasien, jumlah pasien,
mengatur kunjungan menghindari perawatan yang terlalu lama dan
pemberian antibiotik yang tepat. bayi prematur mudah sekali terinfeksi,
karena daya tahan tubuhnya masih lemah, kemampuan leokosit masih
kurang, dan pembentukan antibody belum sempurna. oleh karena itu
upaya preventif dapat dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga
tidak terjadi BBLR. 15

8. Perspektif Islam
QS. Ar-Ra’d ayat 8.

“Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, dan


kandungan rahim yang kurang sempurna dan yang bertambah. Dan segala
sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya”

DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo, Sarwono. 2016. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo Prawirohardjo Ed. 4 Hal 157-163
2. Proverawati, A. 2010. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Nuha Medika,
Yogyakarta.
3. Prawirohardjo, Sarwono. 2016. Ilmu Kebidanan. Edisi 5. Jakarta: PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Halaman 157 – 163.
4. Suherlina, Y. (2011). Manfaat deteksi dini tumbuh kembang anak.
5. Narendra, M. B., Sularyo, T. S., Soetjiningsih, S. S., Ranuh, I. G. N. G., &
Wiradisuria, S. (2017). Tumbuh kembang anak dan remaja. Jakarta: Sagung
Seto.
6. Primadi, Aris (2013). Buku Indonesia Menyusui. Ikatan Dokter Anak
Indonesia
7. Tripathy, P. (2014). Clinical characteristics & morbidity pattern among Low
Birth Weight Babies. International Journal of Scientific and Research
Publications, Volume 4 Issue 4. 1-4
8. Cutland, C.L., Lackritz, E.M., Mallett-Moore, T., Bardají, A.,
Chandrasekaran, R., Lahariya, C., Nisar, M.I., Tapia, M.D., Pathirana, J.,
Kochhar, S., & Muñoz, F.M. (2017). Low birth weight: Case definition &
guidelines for data collection, analysis, and presentation of maternal
immunization safety data. Vaccine 35, 6492-6500.
9. Septa, Wira. Darmawan. 2011. Faktor Risiko Bayi Berat Badan Lahir
Rendah di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2010. Fakultas
Kedokteran Universitas Islam Indonesia. Departemen Ilmu Kesehatan Anak
10. Saifuddin, Abdul Bari. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Edisi 1. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
11. Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo.
Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
12. Arisman. 2010. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC.
13. Maghfiroh, Lailatul. 2015. Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil dan Kejadian
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Islam Negeri.
14. Marcdante, Keren J, dkk. 2013. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial Edisi
Keenam. Jakarta: Elsevier
15. Pantiawati I. Berat Badan Lahir Rendah. In: Bayi dengan Berat Lahir Rendah.
2010.

Anda mungkin juga menyukai