PBL Kelompok 2 Repro
PBL Kelompok 2 Repro
LAPORAN TUTORIAL
MODUL 2
Seorang bayi laki-laki, baru lahir pada tanggal 1 Februari 2020 dengan
berat lahir 1500 gram Panjang 45 cm. Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) ibu
tanggal 8 juni 2019. Pada pemeriksaan suhu melalui axilla di dapatkan suhu bayi
tersebut 36,2 derajat C. Dari anamnesis diketahui pekerjaan ibu dan suami hanya
buruh harian. Riwayat ibu saat hamil dan persalinan dengan kondisi status gizi
kurang dimana tinggi badan ibu 160 dan berat badan 40 kg.
KATA SULIT :
-
KATA KUNCI :
Dalam beberapa jam setelah ovulasi akan terjadi fertilisasi di ampula tuba.
Oleh karenaitu, sperma harus sudah ada di sana sebelumnya. Berkat
kekuasaan Allah SWT, terjadilah fertilisasi ovum oleh sperma. Namun,
konseptus tersebut mungkin sempurna, mungkin tidak sempurna
Kebesaran dan penciptaanNya-lah yang memungkinkan diferensiasi
jaringan yang mengagumkan di mana terbentuk organ. Embrio akan
berkembang sejak usia 3 minggu hasil konsepsi. Secara klinik pada usia
gestasi 4 minggu dengan USG akan tampak sebagai kantong gestasi
berdiameter 1 cm, tetapi embrio belum tampak. Pada minggu ke-6 dari
haid terakhir - usia konsepsi 4 minggu - embrio berukuran 5 mm, kantong
gestasi berukuran 2 - 3 cm. Pada saat itu akan tampak denyut jantung
secara USG. Pada akhir minggu ke-8 usia gestasi 6 minggu usia embrio -
embrio berukuran 22 - 24 mm, di mana akan tampak kepala yang relatif
besar dan tonjolan jari. Gangguan atau teratogen akan mempunyai dampak
berat apabila terjadi pada gestasi kurang dari 12 minggu, terlebih pada
minggu ke-3.
Usia Organ
gestasi
13-16 Janin berukuran 15 cm. Ini merupakan awal dari trimester ke-2. Kulit
janin
17-24 Komponen mata terbentuk penuh, juga sidik jari. Seluruh tubuh
diliputi oleh
29 -32 Bila bayi dilahirkan, ada kemungkinan untuk hidup (50 - 70 %).
Tulang
33 – 36 Berat janin 1500 - 2500 gram, Bulu kulit janin (lanugo), mulai
berkurang,
pada saat 35 minggu paru telah matur. Janin akan dapat hidup tanpa
kesu-
litan.
luruh uterus. Air ketuban mulai berkurang, tetapi masih dalam batas
normal.
Sistem kardiovaskuler
Darah Janin
Sistem Respirasi
Gerakan napas janin telah dapat dilihat sejak kehamilan 12 minggu dan
pada 34 minggu secara regular gerak napas ialah 40 - 60/menit dan di
antara jeda adalah periode apnea. Cairan ketuban akan masuk sampai
bronkioli, sementara di dalam alveolus terdapat cairan alveoli. Gerak
napas janin dirangsang oleh kondisi hiperkapnia dan peningkatan kadar
glukosa. Sebaliknya, kondisi hipoksia akan menurunkan frekuensi napas.
Pada aterm normal, gerak napas akan berkurang dan dapat apnea selama 2
jam. Alveoli terdiri atas dua lapis sel epitel yang mengandung sel tipe I
dan II. Sel tipe II membuat sekresi fosfolipid suatu surfaktan yang penting
untuk fungsi pengembangan napas. Surfaktan yang utama ialah
sfingomielin dan lesitin serta fosfatidil gliserol. Produksi sfingomielin dan
fosfatidil gliserol akan memuncak pada 32 minggu, sekalipun sudah
dihasilkan sejak 24 minggu. Pada kondisi tertentu, misalnya diabetes,
produksi surfaktan ini kurang; juga pada preterm ternyata dapat
dirangsang untuk meningkat dengan cara pemberian kortikosteroid pada
ibunya. Steroid dan faktor pertumbuhan terbukti merangsang pematangan
paru melalui suatu penekanan protein yang sama (HoxB5). Pemeriksaan
kadar L/S rasio pada air ketuban merupakan cara untuk mengukur tingkat
kematangan paru, di mana rasio L/S > 2 menandakan paru sudah matang.
Tidak saja fosfolipid yang berperan pada proses pematangan selular.
Ternyata gerakan napas juga merangsang gen untuk aktif mematangkan sel
alveoli.
Sistem Gastrointestinal
Sistem Ginjal
Sistem Saraf
Kelenjar Endokrin
Pembentukan Kelamin
Minggu 13-16 Janin berukiran 15 cm. ini merupakan awal dari trimester ke-
2. Kulit janin masih transparan, telah mulai terbentuk rambut
janin (laguno). Janin bergerak aktif yaitu menelan dan
menghisap air ketuban. Telah terbentu mekonium (faeses)
dalam usus. Jantung berdenyut 120 – 150/menit.
Minggu 17-24 Komponen mata terbentuk penuh, juga sidik jari. Seluruh
tubuh diliputi oleh verniks kasosa (lemak). Janin memiliki
reflex.
Minggu 29-32 Bila bayi dilahirkan, ada kemungkinan bayi hidup (50-70%).
Tulang telah terbentuk sempurna, gerakan nafas telah regular,
suhu relative stabil.
Minggu 33-36 Berat janin 1500-2500 gram. Bulu kulit janin (laguno) mulaui
berkurang, pada saat 35 minggu paru telah matur. Janin akan
dapat hidup tanpa kesulitan.
Minggu 38-40 Sejak 38 minggu kehamilan disebut aterm, diaman bayi akan
meliputi seluruh uterus. Air ketuban mulai berkurang, tetapi
dalam jumlah dalam batas normal.
Sistem Kardiovaskular
Mengingat semua kebutuhan janin disalurkan meialui vena umbilikal,
maka sirkulasi menjadi khusus. Tali pusat berisi satu vena dan 2 arteri.
Vena ini menyalurkan oksigen dan makanan dari plasenta ke janin.
Sebaliknya, kedukedua arteri menjadi pembuluh baiik yang menyalurkan
darah ke arah plasenta untuk dibersihkan dari sisa metabolism.
Perjalanan darah dari plasenta melalui vena umbilikal adalah sebagai
berikut. Setelah melewati dinding abdomen, pembuluh vena umbilikal
mengarah ke atas menuju hati, membagi menjadi 2, yaitu sinus porta ke
kanan - memasok darah ke hati - dan duktus venosus yang berdiameter
lebih besar, akan bergabung dengan vena kava inferior masuk ke atrium
kanan. Darah yang masuk ke jantung kanan ini mempunyai kadar oksigen
seperti arteri - meski bercampur sedikit dengan darah dari vena kava.
Darah ini akan langsung menyemprot melalui foramen ovale pada
septum, masuk ke atrium kiri dan selanjutnya melaiui ventrikel kiri akan
menuju aorta dan seluruh tubuh. Darah yang berisi banyak oksigen itu
terutama akan memperdarahi organ vital jantung dan otak.
Adanya krista dividens sebagai pembatas pada vena kava
memungkinkan sebagian besar darah bersih dari duktus venosus langsung
akan mengalir ke arah foramen ovale. Sebaliknya, sebagian kecil akan
mengalir ke arah ventrikel kanan.
Darah dari ventrikel kanan akan mengalir ke arah paru. Karena paru
belum berkem- bang, sebagian besar darah dari jantung kanan melalui
arterr pulmonalis akan dialirkan ke aorta melaiui suatu pembuluh duktus
arteriosus. Darah itu akan bergabung di aorta desending, bercampur
dengan darah bersih yang akan dialirkan ke seluruh tubuh. Darah balik
akan melalui arteri hipogastrika, keluar melalui dinding abdomen sebagai
arteri umbilikal.
Setelah bayi lahir, semua pembuluh umbilikal, duktus venosus, dan
duktus arteriosus akan mengerut. Pada saat lahir akan terjadi perubahan
sirkulasi, di mana terjadi pengembangan paru dan penyempitan tali pusat.
Akibat peningkatan kadar oksigen pada sirkulasi paru dan vena
pulmonalis, duktus arteriosus akan menutup dalam 3 hari dan total pada
minggu ke-2. Pada situasi di mana kadar oksigen kurang yaitu pada gagal
napas, duktus akan relatif membuka (paten).
Darah Janin
akan tampak gerakan peristaltik usus. Protein dan cairan amnion yang
ditelan akan menghasilkan mekonium di dalam usus. Me- konium ini akan
tetap tersimpan sampai parrus, kecuali pada kondisi hipoksia dan stres,
akan tampak cairan amnion bercampur mekonium.
Sistem Ginjal
Pada 22 minggu akan tampak pembentukan korpuskel ginjal di zona
jukstaglomerularis yang berfungsi filtrasi. Ginjal terbentuk sempurna pada
minggu ke-36. Pada janin hanya 2 % dari curah jantung mengalir ke ginjal,
mengingat sebagian besar sisa metabolisme dialirkan ke plasenta.
Sementara itu, tubuli juga mampu filtrasi sebelum glomerulus berfungsi
penuh. Urin janin menlumbang cukup banyak pada volume cairan amnion.
Bila terdapat kondisi oligohidramnion itu merupakan petanda penurunan
fungsi ginjal atau kelainan sirkulasi.
Sistem Saraf
Mielinisasi saraf spinal terbentuk pada pertengahan kehamilan dan
berlanjut sampai usia bayi 1 tahun. Fungsi saraf sudah tampak pada usia
10 minggu yaitu janin bergerak, fleksi kaki; sedangkan genggaman tangan
lengkap dapat dilihat pada 4 bulan. Janin sudah dapat menelan pada 10
diatur oleh gen testis determining faaor (TDF) atau disebut sex
Milestone Perkembangan
Sangat penting sebagai dasar untuk perkembangan selanjutnya
untuk melihat usia bayi terhadap respon motorik,halus,emosi,sosial dan
perilaku bayi2,3,4,5
‘
Kejadian BBLR dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik itu faktor
ibu, plasenta maupun faktor janin itu sendiri. Faktor ibu meliputi : umur <20
tahun, umur >35 tahun), paritas (kurang dari 2 dan lebih dari 4), malnutrisi,
keadaan social (golongan social ekonomi rendah, tingkat pendidikan rendah,
status bekerja dan perkawinan yang tidak sah). Penyakit dari ibu antara lain
toxemia gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisik, hipertensi, penyakit
ginjal, endemisitas malaria dan psikologis, dan nefritis akut. Faktor penyebab
lain antara lain : merokok, tempat tinggal di dataran tinggi, radiasi, peminum
alkohol dan pecandu narkoba. Dari faktor janin meliputi hidroamnion,
kehamilan ganda, kelainan kromosom, infeksi. Sementara dari faktor plasenta
yaitu penyakit vaskuler, kehamilan ganda dan tumor.
Status pelayanan antenatal (frekuensi dan kualitas pelayanan antenatal,
tenaga kesehatan tempat periksa hamil, umur kandungan saat pertama kali
pemeriksaan kehamilan) juga dapat beresiko untuk melahirkan BBLR.
a. Faktor ibu
Faktor dari ibu meliputi berat badan sebelum hamil rendah,
penambahan berat badan yang tidak adekuat selama kehamilan, malnutrisi,
riwayat kehamilan dengan berat badan lahir rendah,remaja, tubuh pendek,
sudah sering hamil,dan anemia. Infeksi pada ibu selama kehamilan, sosial
ekonomi rendah, dan stress maternal, juga dapat menyebabkan terjadinya
kelahiran BBLR.
1) Penyakit
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya
toksemia gravidarum, perdarahan antepartum,pre eklampsia,
eklampsia,hipoksia ibu, trauma fisis dan psikologis.Penyakit lainnya
ialah nefritis akut, gagal ginjal kronik, diabetes mellitus,
hemoglobinopati, penyakit paru kronik,infeksi akut atau tindakan
operatif.
2) Gizi ibu hamil
Keadaan gizi ibu hamil sebelum hamil sangat berpengaruh pada
berat badan bayi yang dilahirkan.Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat
mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan
keguguran, abortus, bayi lahir mati, cacat bawaan, anemia pada bayi,
mati dalam kandungan dan lahir dengan BBLR. Olehkarena itu,
supayadapat melahirkan bayi yang normal, ibu perlu mendapatkan
asupan gizi yang cukup.
3) Anemia
Anemia adalah suatu kondisi dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam
darah kurang dari 12 gram %. Sedangkan anemia dalam kehamilan
adalah kondisi ibu dengan kadarHb dibawah 11 gram % pada trimester I
dan III atau kadar Hb kurang 10,5 gram % pada trimester II. Kejadian
anemia pada ibu hamil harus selalu diwaspadai mengingat anemia dapat
meningkatkan resiko kematian ibu, BBLR dan angka kematian
bayi.Anemia dalam kehamilan disebabkan kekurangan zat besi yang
dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin
baik sel tubuh maupun sel otak.Hal ini dapat meningkatkan resiko
morbiditas dan mortilitas ibu dan bayi.Kemungkinan melahirkan BBLR
juga lebih besar.
4) Keadaan sosial-ekonomi
Keadaan ini sangat berperanterhadap timbulnya
prematuritas.Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial-ekonomi
yang rendah.Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan
pengawasan antenatal yang kurang
5) Psikologis
Pada kehamilan terjadi perubahan kondisi fisik dan emosional yang
kompleks, memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan
proses kehamilan yang terjadi dari trimester pertama hingga trimester
ketiga. Hal ini menjadi pencetus berbagai reaksi emosional hingga ke
tingkat gangguan jiwa yang berat seperti reaksi cemas dan ketakutan yang
berlebihan, panik hingga depresi berat. Kondisi ini akan mempengaruhi
psikologis ibu dan keluarga terkait pola kehidupan dan tahapan
trimesternya, gangguan kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya serta
menjadi hambatan asuhan neonatal pascapersalinan.
b. Faktor Janin
Faktor janin yang dapat menyebabkan BBLR antara lain kehamilan ganda,
hidroamnion, dan cacat bawaan.
1) Hidroamnion
Hidroamnion adalah cairan amnion yang lebih dari 2000 ml. Pada
sebagian besar kasus, yang terjadi adalah hidroamnion kronik yaitu
peningkatan cairan berlebihan secara bertahap.Pada hidroamnion akut,
uterus mengalami peregangan yang jelasdalam beberapa
hari.Hidroamnion dapat menimbulkan persalinan sebelum kehamilan 28
minggu, sehingga dapat menyebabkan kelahiran prematur dan dapat
meningkatkan kejadian BBLR.
2) Kehamilan ganda/kembar
Kehamilan ganda dapat didefinisikan sebagai suatu kehamilan
dimana terdapat dua atau lebih embrio atau janin sekaligus. Kehamilan
ganda dibagi menjadidua yaitu,kehamilan dizigotik dan
monozigotik.Kehamilan ganda terjadi apabila dua atau lebih ovum
dilepaskan dan dibuahi atau apabila satu ovum yang dibuahi membelah
secara dini hingga membentuk dua embrio yang sama. Kehamilan
ganda dapat memberikan resiko yang tinggi terhadap ibu dan janin.Oleh
karena itu, harus dilakukan perawatan antenatal yang intensif untuk
menghadapi kehamilan ganda.
c. Faktor plasenta
1) Penyakit vaskuler
a) Peningkatan curah jantung melalui obstruksi ventrikel kiridengan
adanya penyempitan katup mengakibatkan peningkatan tekanan
atau overloaded pressure dalam ruangjantung yang berada sebelum
katup yang menyempit. Hal ini menerangkan mengapapenyakit
jantung katup obstruktif sangat buruk dalam toleransi kehamilan,
terutamatoleransi terhadap peningkatan 30 - 50 % peningkatan
curah jantung pada awal trimesterkedua. Perburukan hemodinamik
terutama terjadi pada awal trimester kedua. Periodepascapersalinan
masih merupakan periode berisiko untuk komplikasi
hemodinamikkarena curah jantung dan beban loading yang terjadi
setelah 3 sampai 5 hari, dan kompresi vena kava inferior dan
autotransfusi dari perpindahan darah keplasenta (blood shift ke
plasenta) dan kontraksi uterus akan meningkatkan beban awal
jantung.
b) Vasa previa adalah keadaan di mana pembuluh darah janin berada
di dalam selaput ketubandan melewati ostium uteri internum untuk
kemudian sampai ke dalam insersinyadi tali pusat. Perdarahan
terjadi bila selaput ketuban yang melewati pembukaanserviks
robek atau pecah dan vaskular janin itu pun ikut terpurus.
Perdarahan antepartumpada vasa previa menyebabkan angka
kematian janin yang tinggiPembuluh darah janin yang
melewatipembukaan serviks tidak terlindung dari bahaya terputus
ketika ketuban pecah dalampersalinan dan janin mengalami
perdarahan akut yang banyak.Bila diagnosis dapat ditegakkan
sebelum persalinan, maka tindakan terpilih untukmenyelamatkan
janin adaiah melalui bedah sesar. Dikarenakan tindakan ini ada
kemungkinan bayi lahir kurang bulan dan menyebabkan bayi lahir
dengan berat yang rendah.
3) Tumor.
Tumor yang sering terdapat pada plasenta adalah korioangioma
(korangioma). Padapemeriksaan USG, korioangioma terlihat sebagai
massa padat (hiperekoik atau hipoekoik)yang letaknya di daerah
subkorionik dan seringkali menonjol dari permukaanfetal plasenta.
Letak tumor biasanya berdekatan dengan tempat insersi talipusat. Hal
ini bisa mengganggu suplai nutrisi dari ibu ke janin dan
memungkinkan untuk terjadi BBLR.9,10,11
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi dengan berat lahir
rendah (BBLR) antara lain:
1. Gangguan perkembangan
Kadang bayi prematur rentan mengalami kelainan pada otak yang
mengakibatkan kesulitan belajar, gangguan pendengaran, dan
penglihatan
2. Gangguan pertumbuhan
Gangguan pertumbuhan dapat ditangani dengan anak dapat
distimulasi, antara lain dengan mengajak bicara serta melatih berdiri,
juga memberikan perhatian yang lebih besar. Lakukan latihan ini
secara intensif. Selain itu, dapat diberikan makanan yang banyak
mengandung zat besi, seperti bayam, kangkung, juga multivitamin
dan mineral, terutama yang mengandung zat besi, mengingat
cadangan zat besi untuk anak yang lahir dengan berat 1 kg hanya
sedikit. Zat besi penting bagi perkembangan anak.
3. Gangguan penglihatan (Retinopati)
Penyebab kebutaan bayi lahir prematur adalah retinopathy of
prematurity (RoP), yaitu kelainan pada mata yang disebabkan oleh
adanya gangguan perkembangan selaput saraf yang melapisi dinding
dalam bola mata atau retina.
Perkembangan aktif bola mata itu sendiri dimulai sejak janin
memasuki usia 4 minggu hingga minggu ke 40. Pada saat akhir masa
kehamilan (fullterm) perkembangan mata bayi ukurannya mencapai
setengah mata orang dewasa dan terus berkembang sampai 2 tahun.
Tidak semua bayi prematur lahir lahir dengan RoP. Kalaupun ada
gejalanya kebanyakan RoP tersebut membaik tanpa pengobatan pada
stadium yang awal. Akan tetapi, pada bayi prematur dengan RoP yang
berkembang ke stadium yang lanjut diperlukan penanganan
secepatnya.
Kelainan itu umumnya terjadi pada kedua mata, tetapi perkembangan
stadiumnya tidak sama. Bisa jadi salah satu matanya jadi lebih buruk.
Faktor resiko RoP terjadi bila berat lahir bayi kurang dari 1.500 gram
dengan umur kelahiran kurang dari 32 minggu (8 bulan) atau dikenal
dengan nama bayi lahir prematur.
Bayi prematur dengan pertumbuhan bola mata yang tidak sempurna
dapat mengakibatkan RoP sampai stadium 5 dapat dipastikan bayi
menjadi buta, karena itu pada bayi kelahiran prematur, penanganan
medis harus dilakukan secara tepat.
4. Gangguan pendengaran
Karena saat pembentukan organ dalam kandungan belum sempurna.
5. Penyakit paru kronis
Karena saat pembentukan organ dalam kandungan belum sempurna.
6. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit
Karena pembentukan organ yang belum sempurna bayi prematur
rentan terkena penyakit.
7. Kenaikan frekuensi kelamin bawaan
Kelainan kelamin misalnya pada bayi laki-laki testis belum turun pada
skrotum sedang pada bayi perempuan labia mayora belum menutupi
labia minora atau bahkan pada bayi belum terbentuk organ genital.14
7.Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada BBLR antara lain:
a. Medikamentosa
Pemberian vitamin K1 dengan cara injeksi IM 1 mg atau peroral 2
mg sekali pemberian, atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir 3-10 hari dan
umur 4-6 minggu).
b. Pemberian, Pengaturan dan Pengawasan Intake Nutrisi
Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi dalam hal ini adalah
menentukan pilihan asupan nutrisi, cara pemberian dan jadwal pemberian
yang sesuai dengan kebutuhan bayi BBLR. Asupan nutrisi misalnya air
susu ibu (ASI) merupakan pilihan pertama jika bayi mampu menghisap.
ASI merupakan makanan paling utama sehingga ASI didahulukan untuk
diberikan. ASI juga dapat dikeluarkan dan diberikan pada bayi yang tidak
bisa untuk menghisap. Bila faktor menghisapnya kurang, ASI dapat
diperas dan diminumkan dengan sendok dengan perlahan atau dengan
memasang sonde ke lambung.
Pemberian makanan bayi BBLR harus diikuti tindakan pencegahan
khususnya untuk mencegah terjadinya regurgitasi dan masuknya udara
dalam usus. Pada bayi BBLR yang lebih kecil, kurang giat untuk
menghisap dan sianosis ketika minum dapat melalui botol atau menete
pada ibunya dengan melalui nasogastrik tube (NGT). Jadwal pemberian
makanan disesuaikan dengan kebutuhan dan berat badan bayi BBLR.
Pemberian makanan interval tiap jam dilakukan pada bayi dengan berat
badan yang lebih rendah. Alat pencernaan bayi belum sempurna, lambung
kecil, enzim pencernaan belum matang.
c. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Pada bayi BBLR akan cepat mengalami kehilangan panas dan
menjadi hipotermia, karena pengaturan pusat panas badan belum berfungsi
dengan baik, metabolismenya rendah, dan permukaan badan relatif luas.
Oleh akrena itu, bayi prematur harus dirawat di dalam inkubator, sehingga
panas badannya mendekati dalam rahim.
BBLR dirawat dalam inkubator yang modern dilengkapi dengan
alat pengatur suhu dan kelembabannya agar bayi dapat mempertahankan
suhu tubuhnya yang normal, alat oksigen yang dapat diatur.
Pemberian oksigen untuk mengurangi bahaya hipoksia dan
sirkulasi yang tidak memuaskan harus berhati-hati agar tidak terjadi
hiperoksia yang dapat menyebabkan hiperoplasia retrorental dan
fibroplasis paru. bila mungkin pemberian oksigen dilakukan melalui
tudung kepala dengan alat CPAP (continues positif airway preasurre) atau
dengan endotrakeal untuk pemberian konsentrasi oksigen yang aman dan
stabil.
d. Penimbangan berat badan
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi nutrisi bayi dan
eratnya kaitannya dengan daya tahan tubuh oleh karena itu penimbangan
berat badan harus dilakukan dengan ketat.
e. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi
BBLR akibatnya tidak adanya alveoli dan surfaktan. konsentrasi O2 yang
diberikan sekitar 30 – 35%. konsentrasi O2 yang tinggi dalam masa
panjang akan menyebabkan kerussakan pada jaringan retina bayi dan dapat
menimbulkan kebutaan.
f. Pengawasan jalan nafas
Jalan nafas merupakan jalan udara melalui hidung, faring, trakhea,
alveoli, bronkhiolus, bronkheolus respiratorius dan duktus alveolus ke
alveoli. terhambatnya jalan nafas dapat menimbulkan asfiksia, hipoksia,
dan kematian.
g. Pencegahan infeksi
Bayi BBLR tidak boleh kontak dengan penderita infeksi dalam
bentuk apapun. digunakan masker dan baju khusus dalam penanganan
bayi, perawatan luka tali pusst, perawatan mata, hidung, kulit, tindakan
aseptik dan aseptik alat-alat yang digunakan, isolasi pasien, jumlah pasien,
mengatur kunjungan menghindari perawatan yang terlalu lama dan
pemberian antibiotik yang tepat. bayi prematur mudah sekali terinfeksi,
karena daya tahan tubuhnya masih lemah, kemampuan leokosit masih
kurang, dan pembentukan antibody belum sempurna. oleh karena itu
upaya preventif dapat dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga
tidak terjadi BBLR. 15
8. Perspektif Islam
QS. Ar-Ra’d ayat 8.
DAFTAR PUSTAKA