Fakultas Kedokteran Edit
Fakultas Kedokteran Edit
LAPORAN PBL
REPRODUKSI
MODUL 1
“PERSALINAN MACET”
KELOMPOK 4
11020150032 ROSMIATI
11020160004 A. M. SHOFWATUL ISLAM HAFID
11020160014 RAHMADANI ALI UMER
11020160095 FISCARINA
11020160034 ZULFIKAR ANAND PRATAMA
11020160044 NURFIDYA K PATUMA
11020160054 ISMIRALDA FEBRINA ISKANDAR
11020160064 AULIA WAHYU RAMDANI
11020160074 ALYSA AHADYA PRATAMA PUTRI
11020160079 MUHAMMAD SYAWAL RAHIS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga laporan hasil tutorial ini dapat terselesaikan dengan baik.
Dan tak lupa kami kirimkan salam dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW
yang telah membawa kita dari alam yang penuh kebodohan ke alam yang penuh
kepintaran. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
membantu membuat laporan ini serta kepada tutor yang telah membimbing
kami selama proses tutorial berlangsung. Semoga laporan hasil tutorial ini dapat
bermanfaat bagi setiap pihak yang telah membaca laporan ini dan khususnya
bagi tim penyusun sendiri. Semoga setelah membaca laporan ini dapat
memperluas pengetahuan pembaca mengenai bengkak pada muka dan perut.
Kelompok 4
SKENARIO II
Seorang perempuan, berusia 21 tahun, tiba diunit gawat darurat RS jam 19.30, dirujuk oleh bidan desa
dengan keterangan persalinan tidak maju. Dari anamnesis diketahui ini adalah kehamilan anak
pertama dan selama hamil tidak pernah kontrol ke Bidan, sakit perut tembus ke belakang sejak jam
13.00 siang disertai pelepasan lendir dan darah. Pada pukul 19.00 pasien mengeluh rasa ingin
meneran, pembukaan lengkap (10 cm), ketuban sudah pecah dan kepala belum masuk panggul. Pasien
telah diperiksa dan diobservasi oleh bidan dipuskesmas namun persalinan tidak ada kemajuan dan
bidan ragu dengan panggul ibu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tinggi badan 144 cm. Pada
pemeriksaan obstetri tinggi fundus 3 jari bawah prosesus xyphoideus, punggung di kanan ibu, bagian
terendah kepala. Jarak antara simfisis pubis-tinggi fundus uteri 34 cm, lingkar perut ibu 85 cm.
Denyut jantung janin 134 x/menit. His 4x dalam 10 menit dengan durasi 40-45 dtk, pada pemeriksaan
panggul luar didapatkan distansia spinarum 22 cm, distansia cristarum 25 cm dan Konjugata externa
14 cm. Pada pemeriksaan dalam vagina didapatkan pembukaan 10 cm, selaput ketuban tidak teraba,
Kepala H1 terdorong BAP, pemeriksaan panggul dalam arkus pubis < 90 derajat dan interspinarum 10
cm.
A. KATA SULIT
1. Distansia Spinarum :
2. Distansia Cristarum :
3. Konjugata Externa :
4. Meneran :
5. HIS :
B. KATA KUNCI
1. Seorang perempuan, usia 21 th
2. Persalinan tidak maju
3. Kehamilan anak pertama dan selama hamil tidak pernah kontrol ke Bidan.
4. Sakit perut tembus ke belakang siang disertai pelepasan lendir dan darah ( sejak jam
13.00 )
5. Pasien mengeluh rasa ingin meneran, pembukaan lengkap (10 cm), ketuban sudah pecah
dan kepala belum masuk panggul ( jam 19.00 )
6. Pemeriksaan fisik didapatkan tinggi badan 144 cm. Pada pemeriksaan obstetri tinggi
fundus 3 jari bawah prosesus xyphoideus, punggung di kanan ibu, bagian terendah kepala
7. Jarak antara simfisis pubis-tinggi fundus uteri 34 cm, lingkar perut ibu 85 cm
8. Denyut jantung janin 134 x/menit.
9. His 4x dalam 10 menit dengan durasi 40-45 dtk.
10. Pemeriksaan panggul luar didapatkan distansia spinarum 22 cm, distansia cristarum 25
cm dan Konjugata externa 14 cm.
11. Pemeriksaan dalam vagina didapatkan pembukaan 10 cm, selaput ketuban tidak teraba,
Kepala H1 terdorong BAP
12. pemeriksaan panggul dalam arkus pubis < 90 derajat dan interspinarum 10 cm.
C. PERTANYAAN
1. Bagaimana anatomi jalan lahir dan mekanisme persalinan normal ?
2. Menjelaskan definisi persalinan lama dan etiologi persalinan lama ?
3. Bagaimana hubungan pemeriksaan fisik dengan status persalinan ?
4. Bagaimana penatalaksanaan persalinan lama berdasarkan skenario ?
5. Menjelaskan perspektif islam yang sesuai dengan skenario ?
D. JAWABAN
a. Os koksa (disebut juga tulang innominata) 2 buah dekstra dan sinistra. Merupakan
fusi dari os ilium, os ischi, dan os pubis.
b. Os sacrum
Ketika mengadakan penilaian ruang panggul hendaknya diperhatikan bentuk os
sacrum, apakah normal melengkung dengan baik dari atas ke bawah dan cekung ke
belakang. Os sacrum yang kurang melengkung dan kurang cekung akan
mempersempit ruang panggul dan mempersulit putar paksi dalam, sehingga dapat
terjadi malposisi janin.
c. Os koksigis
ARTICULATIO PELVIS
Persendian yang terdapat pada pelvis, antara lain:
a. Simfisis pubis : persatuan antara os pubis dekstra dan sinistra di anterior.
- Terdiri dari jaringan fibrokartilago dan ligamentum pubikum superior di bagian atas
dan ligamentum pubikum inferior di bagian bawah. Kedua ligamentum ini sering
disebut sebagai ligamentum arkuatum.
- Simfisis mempunyai tingkat pergerakan tertentu, yang dalam kehamilan tingkat
pergerakannya semakin dipermudah.
b. Articulatio sakro-iliaka : menghubungkan os sakrum dengan os illium.
c. Articulatio sakro-koksigea : menghubungkan os sakrum dengan os koksigis.
- Pada kehamilan sendi mengalami relaksasi karena perubahan hormonal sehingga pada
waktu persalinan dapat digeser lebih jauh dan lebih longgar.
- Ujung os koksigis dapat bergerak ke belakang sampai sejauh ± 2,5 cm. Hal ini dapat
dilakukan bila ujung os koksigis menonjol ke depan.
- Posisi dorsolitotomi saat persalinan memungkinkan penambahan diameter pintu
bawah panggul sebesar 1,5 – 2 cm. Perubahan diameter ini hanya dimungkinkan
apabila os sakrum bergerak ke belakang yaitu dengan mengurangi tekanan alas tempat
tidur terhadap os sakrum.
Konjugata vera (true conjugate) : jarak dari pinggir atas simfisis dengan
promontorium. Panjangnya ± 11 cm.
Diameter transversa : jarak terjauh garis melintang pada PAP. Panjangnya ±
12,5 – 13 cm.
Diameter oblikua : diameter dimana ditarik garis dari artikulasio sakro-iliaka
ke titik persekutuan antara diameter transversa dan konjugata vera dan
diteruskan ke linea innominata. Panjangnya ± 13 cm.
Konjugata obstetrika : jarak dari tengah simfisis bagian dalam ke
promontorium. Merupakan konjugata yang paling penting, walaupun
perbedaannya dengan konjugata vera sedikit sekali. Normalnya ≥ 10 cm.
Konjugata obstetrik merupakan diameter anteroposterior yang terpendek
dimana kepala janin harus melaluinya.
Konjugata diagonalis : jarak bagian bawah simfisis pubis sampai ke
promontorium dengan batas bawah simfisis. Apabila promontorium dapat
diraba, maka konjugata diagonalis dapat diukur, yaitu sepanjang jarak antara
ujung jari kita sampai ke batas pinggir bawah simfisis pubis. Terlihat pada
gambar di bawah ini.
Secara statistik diketahui:
Konjugata obstetrik = konjugata diagonalis dikurangi 1,5/2
b. Midpelvis dan pelvic cavity
BIDANG HODGE
Bidang Hodge dipelajari untuk menentukan sampai dimanakah bagian terendah janin
turun dalam panggul dalam persalinan
Bidang Hodge I : ialah bidang datar yang melalui bagian atas simfisis dan
promontorium. Bidang ini dibentuk pada lingkaran PAP.
Bidang Hodge II : ialah bidang // H-I terletak setinggi bagian bawah simfisis.
Bidang Hodge III : ialah bidang // H-I terletak setinggi spina ischiadika kanan dan
kiri. Bidang Hodge III ini disebut juga bidang O. Kepala janin yang berada di atas 1
cm disebut ( -1 ) dan sebaliknya.
Bidang Hodge IV : ialah bidang // H-1 setinggi os koksigis.
BENTUK PELVIS
Menurut Caldwell dan Moloy dikenal 4 jenis panggul:
a. Jenis ginekoid
Panggul paling baik untuk perempuan. Ditemukan pada 45% wanita. Bentuk PAP hampir
bulat, diameter anteroposterior kira-kira sama dengan diameter transversa
b. Jenis android
Umumnya merupakan bentuk panggul pria. Ditemukan pada 15% wanita. Bentuk PAP
hampir segitiga, panjang diameter anteroposterior hampir sama dengan diameter
transversa yang hampir mendekati sacrum. Dengan demikian bagian posterior pendek dan
gepeng sedangkan bagian anterior menyempit ke depan.
c. Jenis antropoid
Ditemukan pada 35% wanita. PAP agak lonjong, seperti telur, panjang diameter
anteroposterior lebih besar dibandingkan diameter transversa.
d. Jenis platipelloid
Ditemukan pada 5% wanita. Merupakan jenis ginekoid yang menyempit pada arah muka
belakang. Diameter transversa lebih besar dibandingkan diameter anteroposterior.
Referensi :
Prawiroharjo, S. 2016. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Sarwono Prawirohardjo. Hal
310-314.
Tulang panggul si ibu yang bermasalah bisa menyebabkan persalinan menjadi agak susah,
meskipun sang bayi tiada masalah dan kontraksi juga bagus. Bisa jadi panggul terlalu sempit atau
bentuknya tidak sempurna seperti bengkok atau berbentuk segitiga.
Pada pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan pemeriksaan panggul, menurut Mochtar (1998) yang
terdiri dari :
3. Janin Cara penumpang (passenger) atau janin bergerak di sepanjang jalan lahir merupakan
akibat interaksi beberapa faktor, yakni : ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap dan posisi
janin. Karena plasenta juga harus melalui jalan lahir, ia juga dianggap sebagai penumpang yang
menyertai janin. Namun, plasenta jarang menghambat proses persalinan pada kelahiran normal.
Karena ukuran dan sifatnya yang relative kaku, kepala janin sangat mempengaruhi
proses persalinan. Tengkorak janin terdiri dari dua tulang parietal, dua tulang temporal, satu
tulang frontal dan satu tulang oksipital. Tulang-tulang ini disatukan oleh sutura membranosa :
sagitalis, lambdoidalis, koronalis dan frontalis. Rongga yang berisi membran ini disebut
fontanel, terletak di tempat pertemuan sutura-sutura tersebut. Dalam persalinan, setelah
selaput ketuban pecah, pada periksa dalam fontanel dan sutura dipalpasi untuk menentukan
presentasi, posisi dan sikap janin. Pengkajian ukuran janin memberi informasi usia dan
kesejahteraan bayi baru lahir.
Dua fontanel yang paling penting ialah fontanel anterior dan posterior. Fontanel yang
lebih besar, yakni fontanel anterior, berbentuk seperti intan dan terletak pada pertemuan
sutura sagitalis, koronalis, dan frontalis. Fontanel ini menutup pada usia 18 bulan. Fontanel
posterior terletak di pertemuan sutura dua tulang parietal dan satu tulang oksipital dan
berbentuk segitiga. Fontanel ini menutup pada usia sampai 8 minggu.
Sutura dan fontanel membuat tengkorak fleksibel sehingga dapat menyesuaikan diri
terhadap otak bayi, yang beberapa lama setelah lahir terus bertumbuh. Akan tetapi, karena
belum menyatu menyatu dengan kuat, tulang-tulang ini dapat saling tumpang tindih. Hal ini
disebut molase, struktur kepala yang terbentuk selama persalinan. Molase dapat berlangsung
berlebihan, tetapi pada kebanyakan bayi, kepala akan mendapatkan bentuk normalnya dalam
tiga hari setelah lahir. Kemungkinan tulang untuk saling menggeser memungkinkannya untuk
beradaptasi terhadap berbagai diameter panggul ibu.
Meskipun ukuran bahu janin dapat mempengaruhi proses kelahirannya, namun posisi
bahu relative mudah berubah selama persalinan, sehingga posisi bahu yang satu dapat lebih
rendah daripada bahu yang lain. Hal ini membuat diameter bahu yang kebih kecil dapat
melalui jalan lahir. Lingkar paha janin biasanya sempit, sehingga tidak menimbulkan
masalah.
b. Presentasi Janin
Presentasi adalah bagian janin yang pertama kali memasuki pintu atas panggul dan
terus menerus melalui jalan lahir saat persalinan mencapai aterm. Tiga presentasi janin yang
utama adalah kepala (kepala lebih dahulu), sungsang (bokong lebih dahulu), dan bahu. Bagian
presentasi ialah bagian tubuh janin yang pertama kali teraba oleh jari pemeriksa saat
melakukan periksa dalam. Faktor-faktor yang menentukan bagian presentasi ialah letak janin,
sikap janin, dan ekstensi atau fleksi kepala janin.
c. Letak Janin
Letak adalah hubungan antara sumbu panjang (punggung) janin terhadap sumbu panjang
(punggung) ibu. Ada dua macam letak : memanjang atau vertikal, di mana sumbu panjang janin
parallel dengan sumbu panjang ibu dan melintang atau horisontal, di mana sumbu panjang janin
membentuk sudut terhadap sumbu panjang ibu. Letak memanjang dapat berupa presentasi kepala atau
presentasi sakrum (sungsang). Presentasi ini tergantung pada struktur janin yang pertama memasuki
panggul ibu.
d. Sikap Janin
Sikap adalah hubungan bagian tubuh janin yang satu dengan bagian yang lain. Janin
mempunyai postur yang khas (sikap) saat berada di dalam rahim. Hal ini sebagian merupakan akibat
pola pertumbuhan janin dan sebagian akibat penyesuaian janin terhadap bentuk rongga rahim. Pada
kondisi normal punggung janin sangat fleksi, kepala fleksi ke arah dada, dan paha fleksi kearah sendi
lutut. Sikap janin disebut fleksi umum. Tangan disilangkan di depan thoraks dan tali pusat terletak di
antara lengan dan tungkai.
Penyimpangan sikap normal dapat menimbulkan kesulitan saat anak dilahirkan. Misalnya,
pada presentasi kepala, kepala janin dapat berada dalam sikap ekstensi atau fleksi yang menyebabkan
diameter kepala berada pada posisi yang tidak menguntungkan terhadap batas-batas panggul ibu.
e. Posisi Janin
Presentasi atau bagian presentasi menunjukkan bagian janin yang menempati pintu
atas panggul. Pada presentasi kepala, bagian yang menjadi presentasi biasanya oksiput, pada
presentasi bokong, yang menjadi presentasi sacrum, pada letak lintang yang menjadi bagian
presentasi skapula bahu. Apabila yang menjadi bagian presentasi oksiput, presentasinya
adalah puncak kepala.
Referensi : digilib.unimus.ac.id
Leopold II
Bertujuan untuk menentukan di mana letak punggung ataupun kaki janin pada kedua
sisi perut ibu.
Teknik pemeriksaan
menghadap ke kepala pasien, letakkan kedua tangan pada kedua sisi perut ibu, raba
(palpasi) kedua bagian sisi perut ibu. Menentukan di mana letak punggung ataupun
kaki janin pada kedua sisi perut ibu
bagian punggung akan teraba jelas, rata, cembung, kaku/tidak dapat digerakkan.
bagian-bagian kecil (tangan dan kaki) akan teraba kecil, bentuk/posisi tidak jelas
dan menonjol, kemungkinan teraba gerakan kaki janin secara aktif maupun pasif.
Leopold III
Bertujuan untuk menentukan bagian janin apa (kepala atau bokong) yang terdapat di
bagian bawah perut ibu, serta apakah bagian janin tersebut sudah menyentuh pintu
atas panggul. Teknik pemeriksaan
Pemeriksa hanya menggunakan satu tangan.
Bagian yang teraba, bisa kepala, bisa juga bokong
Cobalah apakah bagian yang teraba itu masih dapat digerakkan atau tidak. Apabila
tidak dapat digoyangkan, maka janin sudah menyentuh pintu atas panggul.
Leopold IV
Bertujuan untuk mengkonfirmasi ulang bagian janin apa yang terdapat di bagian
bawah perut ibu, serta untuk mengetahui seberapa jauh bagian bawah janin telah
memasuki pintu atas panggul. Teknik pemeriksaan
pemeriksa menghadap kaki pasien
dengan kedua tangan ditentukan bagian janin apa (bokongkah atau kepalakah?)
yang terletak di bagian bawah perut ibu. Mengetahui seberapa jauh bagian bawah
janin telah memasuki pintu atas panggul
Apabila konvergen (jari-jari kedua tangan bertemu), berarti baru sedikit janin
memasuki pintu atas panggul. Apabila divergen (jarak antara kedua jari pemeriksa
jauh), janin (kepala janin) telah banyak memasuki pintu atas panggul).
g. Menghitung Berat Janin
Rumus Johnson
Jika kepala belum masuk PAP maka rumusnya: Berat Janin = (tinggi fudus uteri
– 12 ) x 155 gram
Jika kepala sudah masuk PAP maka rumusnya: Berat Janin = (tinggi fudus uteri
– 11 ) x 155 gram.
h. Partograf
Referensi :
1. Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta : PT
Bina Pustaka. Halaman 194
2. Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta : PT
Bina Pustaka. Halaman 195
3. Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta : PT
Bina Pustaka. Halaman 198 dan 222
4. Supriyatiningsih. 2014. Pengetahuan Obstetri dan Ginekologi untuk Pendidikan
Profesi Dokter Fakultas Kedoktern dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta. Yogyakarta. Hal 18, 19, 20, 27, 29, 30.
Dalam menentukan sikap lebih lanjut perlu diketahui apakah ketuban sudah atau
belum pecah. Apabila ketuban sudah pecah, maka keputusan untuk menyelesaikan persalinan
tidak boleh ditunda terlalu lama berhubung dengan bahaya infeksi. Sebaiknya dalam 24 jam
setelah ketuban pecah sudah dapat diambil keputusan apakah perlu dilakukan seksia sesarea
dalam waktu singkat atau persalinan dapat dibiarkan berlangsung terus.
Referensi: