Anda di halaman 1dari 5

HAKIKAT TAQWA

Oleh : Dicky Kaharudin,S.Pd


Pengasuh Ponpes Tahfidz Mutiara Ummat Bekasi

‫ون‬ ْ ‫ق تُقَاتِ ِه َو َل تَ ُموتُنَّ إِ َّل َوأَ ْنتُ ْم ُم‬


َ ‫سلِ ُم‬ َّ ‫ّللاَ َح‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الَّ ِذ‬
َّ ‫ين آ َمنُوا اتَّقُوا‬
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya;
dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”
(Qs Ali Imran:102)

Segala puji bagi Allah Swt atas segala nikmat yang kita rasakan, teriring Sholawat dan salam
selalu kita curahkan sepenuh hati kepada Uswah dan Qudwah kita Sayyidina Musthofa
Muhammad Saw.
Seorang Petugas kebersihan disebuah kampus terkemuka, sebut saja pak Abid, beliau hanya
berpendidikan Smp dan juga berlatar belakang dari keluarga menengah, ketika adzan zuhur
berkumandang, pak Abid bergegas untuk melaksanakan Ibadah Sholat, karena pak Abid lebih
dulu berada dimasjid, otomatis pak Abid berbaris dibarisan paling depan saat sholat berjamaah,
sementara di belakang pak Abid ada Profesor, guru besar, para dosen juga mahasiswa yang
juga turut menjadi bagian dari jamaah shalat berjamaah tersebut. Begitulah gambaran Taqwa,
tak memandang apa siapa dan bagaimana seseorang dari latar belakangnya, tapi sejauh mana
ia mampu bergegas ketika melaksanakan panggilan Allah Swt. Itulah sebabnya dalam ayat lain
Allah menyatakan yang paling mulia di antara kalian adalah yang paling bertaqwa kepada
Allah Swt.
Jika kita bicara taqwa tentu tak asing lagi di telinga kita, yang menjadi pelajaran umum di
kurikulum pendidikan baik tingkat dasar, menengah, maupun atas, di perguruan tinggi
sekalipun, bahkan bagi kaum muslim khususnya, perintah taqwa selalu menjadi nasehat di
setiap ibadah solat jumat saat khotib jumat naik mimbar, pasalnya dewasa ini seiring
perkembangan zaman yang banyak sekali pengaruh budaya luar, jika taqwa hanya sebagai
definisi tanpa memahmi makna dan mengamalkan perkara, tentu lambat laun mulai pudar.
Maka penting bagi kita mengkaji lebih dalam mengenai taqwa, baik di majelis majelis ta’lim,
kajian medsos, diskusi umum, dan salah satunya pada artikel sederhana ini.
Sebagai pengantar, ayat di atas merupakan salah satu ayat pokok yang menjadi landasan
tentang apa siapa dan bagaimana taqwa itu. Imam Ibnu Katsir di dalam menafsirkan ayat di
atas (QS Ali Imran : 102) yaitu :
(Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah sebenar-benar takwa) yaitu
dengan menaati dan bukan mendurhakai, mensyukuri dan bukan mengingkari karunia-Nya dan
dengan mengingat serta tidak melupakan-Nya. (dan janganlah sekali-kali kamu mati
melainkan dalam keadaan beragama Islam.) merupakan penegasan yang selayaknya kita
semua berpegang teguh didalamnya.
Secara harfiah makna Taqwa yang tak asing bagi kita adalah menjalankan segala apa yang di
perintahkan oleh Allah Swt, serta meninggalkan dengan Ridho atas apapun yang Allah Swt
larang. Terlihat sederhana namun penuh makna, terasa ringan namun dapat
dipertanggungjawabkan juga terasa mudah namun penuh ujian nafsu gegabah. Setidaknya ada
beberapa aspek taqwa yang bisa kita ambil pelajaran sebagai perbendaharaan ibadah kita. Di
antaranya :
1. Taqwa sebagai bekal di Akherat

َّ ‫يَا أَيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا‬


َّ ‫ّللاَ َو ْلتَ ْنظُ ْر نَ ْفس َما قَ َّد َمتْ لِ َغد َواتَّقُوا‬
َ‫ّللا‬
َّ َّ‫إِن‬
َ‫ّللاَ َخبِير بِ َما تَ ْع َملُون‬
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”
Dalam tersebut Allah Swt memerintahkan kita untuk dua kali bertaqwa, taqwa yang
pertama adalah hendaknya kita mempersiapkan bekal untuk hari esok yakni, kehidupan
akherat. Taqwa yang kedua adalah hendaknya kita melakukan aktivitas yang senantiasa dalam
koridhoan Allah swt, karena sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kita kerjakan.
Imam Ibnu Katsir di dalam menafsirkan ayat ini, mengkonsentrasikan kepada segala
perbuatan kita selama hidup di dunia yang fana ini, yang mana kehidupan dunia lah yang kelak
menjadi bekal di akherat kelak, yakni dengan cara bertaqwa, baik secara terang-terangan
maupun sembunyi-sembunyi.
Taqwa merupakan bekal utama menuju akherat, karena taqwa merupakan sebuah
proses yang mewakili beberapa aspek akherat, baik ibadah, muamalah, bahkan kehidupan
dunia ini juga berlandaskan kepada Taqwa. Sebagaimana pada kalimat terakhir ayat di atas,
Allah Swt menerangkan kepada kita atas taqwa kita karena Allah maha mengetahui apa apa
yang kita kerjakan. Kaitannya dengan ayat ini, Allah Swt memberi informasi kepada kita dalam
surah Yaasiin ayat 65

ِ ‫ش َه ُد أَ ْر ُجلُ ُه ْم بِ َما َكانُوا يَ ْك‬


َ‫سبُون‬ ْ َ‫ا ْليَ ْو َم نَ ْختِ ُم َعلَى أَ ْف َوا ِه ِه ْم َوتُ َكلِّ ُمنَا أَ ْي ِدي ِه ْم َوت‬
“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan
memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan”(Qs Yasin:65)
2. Taqwa menjadi sebab menuju Surga
Taqwa sebagai visi akherat merupakan kaitannya dengan ibadah, sejauh mana orang mukmin
menjadikannya ibadah sebagai kebutuhannya dalam keseharian, semata mata karena Allah
Swt, meninggalkan sesuatu yang syubhat semata mata karena Allah swt, serta menjadikan
dirinya, keluarganya, kerabatnya bahkan keturunannya untuk melakukan segala aktivitas yang
mana kesemua itu tidak keluar dari apa yang Allah Swt Ridhoi. Dalam hal ini firman Allah
dlam Qs Azzariyat 15-23 :

)15( ‫إِنَّ ا ْل ُمتَّقِينَ فِي َجنَّات َو ُعيُون‬


Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di dalam taman-taman (surga) dan di mata air

ِ ‫آخ ِذينَ َما آتَا ُه ْم َربُّ ُه ْم إِنَّ ُه ْم َكانُوا قَ ْب َل َذلِكَ ُم ْح‬


)16( َ‫سنِين‬ ِ
sambil mengambil apa yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan mereka. Sesungguhnya mereka
sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat baik.
)17( َ‫َكانُوا قَلِيال ِمنَ اللَّ ْي ِل َما يَ ْه َج ُعون‬
Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam.

)18( َ‫ستَ ْغفِ ُرون‬


ْ َ‫س َحا ِر ُه ْم ي‬
ْ ‫َوبِاأل‬
Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah)

َّ ‫َوفِي أَ ْم َوالِ ِه ْم َحق لِل‬


ِ ‫سائِ ِل َوا ْل َم ْح ُر‬
)19( ‫وم‬
Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak
mendapat bagian.

)20( َ‫ض آيَات لِ ْل ُموقِنِين‬


ِ ‫األر‬
ْ ‫َوفِي‬
Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin

ِ ‫س ُك ْم أَفَال تُ ْب‬
)21( َ‫ص ُرون‬ ِ ُ‫َوفِي أَ ْنف‬
dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan?

)22( َ‫س َما ِء ِر ْزقُ ُك ْم َو َما تُو َعدُون‬


َّ ‫َوفِي ال‬
Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu.

23( َ‫ض إِنَّهُ لَ َحق ِم ْث َل َما أَنَّ ُك ْم تَ ْن ِطقُون‬


ِ ‫األر‬
ْ ‫س َما ِء َو‬ ِّ ‫)فَ َو َر‬
َّ ‫ب ال‬
Maka demi Tuhan langit dan bumi, sesungguhnya yang dijanjikan itu adalah benar-benar (akan
terjadi) seperti perkataan yang kamu ucapkan.

Imam Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat di atas secara umum merupakan gambaran dari
Allah Swt sebagai balasan atas perbuatannya di dunia atas segala taqwanya, sebagaimana
pengantar orang bertaqwa dalam menggapai kebahagiaan di dunia dan di akherat, mereka
sedikit sekali tidur diwaktu malam, karena malam-malamnya mereka hiasi dengan beribadah
dan berdoa kepada Allah Swt di saat yang lain terlelap tidur, kemudian mereka (muttaqiin)
menyadari setiap harta hartanya ada hak untuk orang miskin dan mereka menjaga itu. Di saat
yang sama mereka para muttaqin juga yakin di bumi terdapat tanda tanda kekuasaanNya.
Allahummaj’alnaa minhum
3. Taqwa Menghantarkan kebaikan
Orang yang bertaqwa akan menjaga dirinya dari segala perbuatan perbuatan yang tercela yang
tidak membawa manfaat bagi dirinya, dengan demikian lisannya akan terjaga dari perbuatan
buruk, matanya akan terjaga dari pandangan maksiat, telinganya terjaga dari pendengaran dosa,
kaki nya terjaga dari langkah syaithan juga hatinya akan menjaga dari segala penyakit hati,
sehingga yang mereka lakukan adalah senantiasa menyibukkan dirinya kepada Allah Swt.
Dalam hadits Arba’in Rasulullah Saw bersabda :
‫ث الثَّا ِمنُ َعش ََر‬ُ ‫الح ِد ْي‬
َ
‫صلَّى‬َ ِ‫ول ّللا‬
ِ ‫س‬ ُ ‫ض َي ّللاُ َع ْن ُه َما عَنْ َر‬ ِ ‫بن ُجنَا َدةَ َوأَبِي َع ْب ِد ال َّر ْح َم ِن ُم َعا ِذ ْب ِن َجبَل َر‬ِ ‫ب‬ ِ ‫عَنْ أَبِ ْي َذر ُج ْن ُد‬
)‫سن‬ َ ‫اس بِ ُخلُق َح‬َ َّ‫ق الن‬ِ ِ‫ َو َخال‬،‫سنَةَ تَ ْم ُح َها‬ َ َ‫سيِّئَة‬
َ ‫الح‬ َّ ‫ َوأَ ْتبِ ِع ال‬، َ‫ق ّللاَ َح ْيثُ َما ُك ْنت‬
ِ َّ‫ (ات‬:‫سلَّ َم قَا َل‬
َ ‫ّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬
‫ص ِح ْيح‬
َ ‫سن‬
َ ‫ َح‬:‫خ‬ َ ُّ‫ض الن‬
ِ ‫س‬ َ ‫ َح ِد ْيث َح‬:‫ َر َواهُ التِّ ْر ِم ِذي َوقَا َل‬.
ِ ‫ َوفِي بَ ْع‬.‫سن‬

Dari Abu Dzarr Jundub bin Junadah dan Abu ‘Abdirrahman Mu’adz bin Jabal radhiyallahu
‘anhuma, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Bertakwalah kepada
Allah di mana pun engkau berada; iringilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik, maka
kebaikan akan menghapuskan keburukan itu; dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang
baik.” (HR. Tirmidzi, ia mengatakan haditsnya itu hasan dalam sebagian naskah disebutkan
bahwa hadits ini hasan shahih) [HR. Tirmidzi, no. 1987 dan Ahmad, 5:153]

Dalam Hadits lain, dari Abu Hurairah, Rasullah Saw bersabda :

ُ‫ّللاِ َو ُحسْن‬ َ َّ‫ عَنْ أَ ْكثَ ِر َما يُد ِْخ ُل الن‬-‫صلى ّللا عليه وسلم‬- ِ‫ّللا‬
َّ ‫اس ا ْل َجنَّةَ فَقَا َل « تَ ْق َوى‬ َّ ‫سو ُل‬
ُ ‫سئِ َل َر‬
ُ
‫ار فَقَا َل « ا ْلفَ ُم َوا ْلفَ ْر ُج‬ َ َّ‫سئِ َل عَنْ أَ ْكثَ ِر َما يُد ِْخ ُل الن‬
َ َّ‫اس الن‬ ِ ُ‫»ا ْل ُخل‬
ُ ‫ َو‬.» ‫ق‬

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya mengenai perkara yang banyak


memasukkan seseorang ke dalam surga, beliau menjawab, “Takwa kepada Allah dan
berakhlak yang baik.” Beliau ditanya pula mengenai perkara yang banyak memasukkan orang
dalam neraka, jawab beliau, “Perkara yang disebabkan karena mulut dan kemaluan.” (HR.
Tirmidzi no. 2004 dan Ibnu Majah no. 4246)

Dari keterangan dua hadts di atas bahwa esensi Takwa selain dengan puasa di siang hari atau
mendirikan shalat malam, atau melakukan kedua-duanya. Namun takwa juga meninggalkan
yang Allah haramkan dan menunaikan yang Allah wajibkan. Siapa yang setelah itu
dianugerahkan kebaikan, maka itu adalah kebaikan pada kebaikan. Sebagaimana di tegaskan
kembali dalam ayat lain Allah Ta’ala berfirman:

‫ت‬ َّ ‫ت يُ ْذ ِهبْنَ ال‬


ِ ‫سيِّئَا‬ َ ‫إِنَّ ا ْل َح‬
ِ ‫سنَا‬
Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan
yang buruk” (QS. Huud: 114)

Adapun kebaikan lain adalah dengan taqwa kita Allah swt menyatakan dalam firmanNya

َّ ‫ق‬
‫ّللاَ يَ ْج َع ْل لَهُ َم ْخ َر ًجا‬ ِ َّ ‫ َو َمنْ يَت‬...
َّ ‫ّللاَ بَالِ ُغ أَ ْم ِر ِه قَ ْد َج َع َل‬
ْ ‫ّللاُ لِ ُك ِّل ش‬
‫َيء‬ ْ ‫ّللاِ فَ ُه َو َح‬
َّ َّ‫سبُهُ إِن‬ َّ ‫ب َو َمنْ يَت ََو َّك ْل َعلَى‬ ُ ‫َويَ ْر ُز ْقهُ ِمنْ َح ْي‬
ُ ‫ث َل يَ ْحت َِس‬
‫قَ ْد ًرا‬
Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan
memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang
bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya
Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan
ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (Qs At Talaq : 2-3)

Kemudian yang tak kalah penting, Al Imam Ali bin Abi Thalib Karamallahu wajhah RA, di
dalam memaknai Taqwa ada empat hal, yaitu :
a. ‫الخوف من الجليل‬ (Takut kepada Allah Azza wajalla)
Seseorang yang takut kepadda Allah Swt, akan senantiasa menjaga dirinya dari segala
perbuatan-perbuatan yang dilarang Allah Swt, sebagaimana anak kecil yang enggan
bermain hujan sebab takut dimarahi orang tuanya.
b. ‫والعمل بالتنزيل‬ (Beramal dengan landasan)
Orang yang bertaqwa, tentu selalu beramal berlandaskan dengan pedoman yang telah di
wajibkan atasnya mengikuti, yakni Al Qur’an dan Hadits Nabi Saw

c. ‫والقناعة بالقليل‬ (Qanaah dengan sedikit)


orang yang bertaqwa akan selalu merasa cukup dengan rizki yang sedikit, sesungguhnya
orang yang memiliki rizqi yang sedikit dan merasa cukup dengan rizqi tesebut adalah
bukti sekaligus tanda bahwa orang itu dicintai oleh Allah swt. Karena Allah Swt
memberikan kekayaan dan kecukupan.

d. ‫اإلستعداد ليوم الرحيل‬ (Menyiapkan bekal di hari perpindahan)


bersiap-siap menghadapi hari perpindahan. Perpindahan dari alam dunia ke alam kubur
lalu ke akhirat. Artinya segala amal orang yang bertaqwa senantiasa dalam rangka
menyiapkan diri akan hadirnya hari kematian. yaitu hari keberangkatan dari alam dunia
menuju alam akhirat.

Dari ke empat poin di atas semakin mengantarkan diri kita akan perbuatan baik dalam
kehidupan fana ini, ketika kita sudah merasa takut kepada Allah Swt, kemudian kita beramal
berdasarkan tuntunan Al Qur’an, sehinggaa dapat menjadikan diri kita qanaah atas apa apa
yang Allah Swt berikan walaupin sedikit, dengan begitu dapat mempersiapkan diri kita
sebagai bekal di akherat kelak, sebagaimana ayat sebelumnya.

4. Ciri ciri orang yang bertaqwa


Sangat banyak sekali ciri atau tanda orang yang bertaqwa, para ulama yang kaya akan
khasanah keilmuannya memberikan beberapa poin poin penitng tentang ciri-ciri tersebut,
dalam hal ini, kami mengutip dari kitab Nashaihul Ibad yang di karang oleh ulama terkemuka
asal Indonesia, yakni Syekh Nawawi Al Bantani, di dalam menjelaskan ciri-ciri orang yang
bertaqwa :
1. ‫ل يجلس إل من يصلح الدين معه ويغلب فرج واللسان‬
Tidak duduk kecuali dengan orang yang baik agamanya
2. ‫وإذا أصابه شيئ عظيم يراه وبال‬
Apabila ditimpa perkara besar tentang dunia, dia melihat bahayanya
3. ‫ويرى الناس كلهم قد نجو ويرى نفسه قد هلكت‬
Memandang bahwa Orang lain selamat, dan memandang bahwa dirinya sendiri celaka

Saudara Rahimakumullah, sebagai penutup, kita sebagai pengemban dakwah yang senantiasa
mensiarkan Agama Islam yang mulia ini, mari kita selalu memperbaiki diri kita dengan
taqwa, selalu merasa di awasi oleh Allah Swt, selalu menanamkan kesadaran tentang
beribadah serta menggapai RidhoNya bersama Taqwa, mudah mudahan Allah Swt meridhoi
segala aktifitas kita, dan menyelamatkan kita di akherat kelak. Aamiin yaa rabbal Alamiin.

Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam. Ibnu Rajab Al-Hambali. Penerbit Muassasah Ar-Risalah.


Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyah. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin.
An Nashoihul Ibad. Syekh Nawawi Al Bantani
https://www.percikaniman.org/2018/06/13/arti-dan-makna-taqwa/

Anda mungkin juga menyukai