Anda di halaman 1dari 12

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

KATA PENGANTAR                                                                                   i

DAFTAR ISI                                                                                                  ii

BAB I. PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang                                                                                1         

B.   Rumusan Masalah                                                                            1

C.  Tujuan                                                                                              2

BAB II. PEMBAHASAN

A.  Pengertian Epitemologi Islam                                                          4

B.   Sumber Pengetahuan (Wahyu, Akal, Rasa)                                     5

C.   Kriteria Kebenaran Dalam Epistemologi Islam                               6

D.   Peranan Dan Fungsi Pengetahuan Islam                                         7         

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan                                                                                      12

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.     Latar Belakang

Sejak kedatangan Islam pada abad ke-13 M. hingga saat ini, fenomena pemahaman ke-Islaman umat
Islam Indonesia masih ditandai oleh keadaan amat variatif. Kondisi pemahaman ke-Islaman serupa
ini barangkali terjadi pula diberbagai negara lainnya. Kita tidak tahu persis apakah kondisi demikian
itu merupakan sesuatu yang alami yang harus diterima sebagai suatu kenyataan untuk diambil
hikmahnya, ataukah diperlukan adanya standar umum yang perlu diterapkan dan diberlakukan
kepada berbagai paham keagamaan yang variatif itu, sehingga walaupun keadaannya amat
bervariasi tetapi tidak keluar dari ajaran yang terkandung dalam al-Qur’an dan al-Sunnah serta
sejalan dengan data-data historis yang dapat dipertanggungjawabkan keabsahaannya

2.     Rumusan masalah

Berkaitan dengan uraian di atas, maka permasalahan yang perlu untuk dilakukan pengkajian adalah:

1)     Apa pengertian epistemologi dan Islam?

2)     Bagaimana sumber pengetahuan (wahyu, akal, dan rasa)?

3)     Bagaimana kriteria kebenaran dalam epistemologi Islam?

4)      Bagaimana peranan dan fungsi pengetahuan Islam?


BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Epistemologi dan Islam

1)      Pengertian Epistemologi

 Epistemologi secara etimologi berasal dari kata Yunani epistemeberarti pengetahuan,


danlogos berarti teori, uraian atau alasan. Jadi epistemologi dapat diartikan sebagai sebuah teori
tentang pengetahuan. Dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah “Theori Of Knowledge.”

Menurut Harun Nasution, pengertian epistemologi adalah ilmu yang membahas tentang apa
pengetahuan dan bagaimana memperoleh pengetahuan. 

Menurut Furdyartanto pengertian epistemologi adalah ilmu filsafat tentang pengetahuan atau
dengan kata lain  filsafat pengetahuan.[1]

Menurut Musa Asy’arie, epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan mengenai hakikat
ilmu, dan ilmu sebagai proses adalah usaha yang sistematik dan metodik untuk menemukan prinsip
kebenaran yang terdapat pada suatu obyek kajian ilmu.[2]

Dari pengertian diatas bisa kita lihat bahwa epistemologi bersangkutan dengan masalah-masalah
yang meliputi:

§  Filsafat yaitu sebagai ilmu berusaha mencari hakekat dan kebenaran pengetahuan.

§  Metode yaitu sebagai metode bertujuan mengantarkan manusia untuk memperoleh pengetahuan.

§  Sistem yaitu sebagai suatu sistem bertujuan memperoleh realitas kebenaran pengetahuan.

2)      Pengertian Islam
pengertian Islam secara harfiyah artinya bersih, damai, selamat, dan tunduk. Kata Islam
sendiri terbentuk dari tiga huruf, yakni S (sin), L (lam), dan M (mim) yang memiliki
arti dasar “selamat” (salama)

Jika ditinjau dari segi bahasa yang dikaitkan dengan asal katanya, Islam mempunyai
beberapa pengertian. Antara lain sebagai berikut :

a)      Berasal dari ‘salm’ (‫ْلم‬ ‫)الس‬


َّ yang berarti damai
Islam bersal dari kata ‘salm‘ yang memiliki arti damai. Arti ini bersumber dari beberapa
ayat dalam Al-Quran. Antara lain sebagai berikut.

kata ‘salm’ dalam ayat di atas mempunyai arti damai atau perdamaian. Dan hal ini
adalah salah satu ciri-ciri dan makna dari Islam, yakni bahwa Islam adalah agama yang
selalu membawa umat manusia pada perdamaian.

ْ َ‫ )أ‬yang berarti menyerah


b)      Berasal dari kata ‘aslama’ (‫سلَ َم‬

Hal ini memperlihatkan bahwa seorang yang beragama Islam adalah seseorang yang secara ikhlas
menyerahkan jiwa serta raganya hanya kepada penciptaNya. Penyerahan diri ini ditandai dengan
melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya.

Seperti dijelaskan  Allah SWT dalam firmannya “Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku,


ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”

c)      Berasal dari kata istaslama–mustaslimun (Penyerahan total kepada allah)

Makna ini sebenarnya sebagai penguat makna di atas (poin kedua). Oleh karena itu, kita sebagai
seorang muslim harus menyerahkan diri secara total jiwa dan raga serta  apapun yang dimiliki hanya
kepada Allah SWT.

Bentuk-bentuk penyerahan diri secara total kepada Allah dilakukan dalam setiap gerak
gerik, perasaan, pemikiran, tingkah laku, pekerjaan kebahagiaan, kesusahan,
kesenangan, kesedihan dan lain sebagainya. Termasuk juga dalam berbagai sisi
kehidupan yang berhubungan dengan orang lain, seperti sisi ekomomi. politik, sosial,
budaya, pendidikan, dan lain sebagainya.

d)     Berasal dari Kata ‘saliim’ (‫سلِ ْي ٌم‬


َ ) yang berarti bersih dan suci

mengenai makna ini, Allah berfirman dalam Al-Quran yang berbunyi “Kecuali orang-orang yang
menghadap Allah dengan hati yang bersih.” 
Dalam ayat lain Allah menjelaskan “(Ingatlah) ketika ia datang kepada Tuhannya dengan hati yang
suci.” 

Hal ini memperlihatkan bahwa Islam adalah agama yang suci dan bersih. Agama ini
mampu menjadikan para pemeluknya untuk mempunyai kebersihan serta kesucian jiwa yang
bisa membawanya pada kebahagiaan yang hakiki, baik di dunia ataupun di akhirat.

e)      Berasal dari ‘salam’ (‫الَ ٌم‬


‫)س‬
َ yang berarti selamat dan sejahtera
Dalam Al-Quran Allah SWT berfirman. “Berkata Ibrahim: Semoga keselamatan dilimpahkan
kepadamu, aku akan meminta ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik
kepadaku.”

Ayat tersebut mempunyai makna bahwa Islam adalah agama yang selalu membawa umat manusia
pada keselamatan dan kesejahteraan. Oleh karena itu, Islam akan selalu memberikan kesejahteraan
dan keselamatan pada seluruh makhluk yang ada di dunia ini.[3]

Sementara itu, Muhammad bin Ibrahim bin Abdulah at Tawairjiri mendefinisikan islam sebagai
penyerahan diri sepenuhnya kepada allah dengan mengesankan-Nya dan mlaksanakan syariat-Nya
dengan penuh ketaatan atau melepaskan diri dari kesyirikan.[4]

Sesuai dengan Firman Allah yang terdapat pada ayat 208 surat Al-Baqarah yang artinya: Hai orang-
orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu
turuti langkah-langkah syaitan, sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.[5]

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kata Islam dari segi kebahasaan mengandung arti
damai, taat dan berserah diri kepada Tuhan dalam upaya mencari keselamatan dan kebahagiaan
hidup baik didunia maupun diakhirat. Hal demikian dilakukan atas kesadaran dan kemauan diri
sendiri, bukan paksaan atau berpura-pura, melainkan sebagai panggilan dari fitrah dirinya sebagai
makhluk yang sejak dalam kandungan sudah menyatakan patuh dan tunduk kepada Tuhan.

B.     Sumber Pengetahuan (Wahyu, Akal dan Rasa)

1)      Wahyu

Wahyu berasal dari bahsasa arab al-wahy, artinya suara, api, dan kecepatan. Disamping itu wahyu
mengandung makna bisikan, isyarat, tulisan, dan kitab.[6] Dikalangan ulama terdapat kesepakatan
bahwa sumber ajaran islam adalah Al Quran dan As sunnah. Sedangkan penalaran atau akal pikiran
adalah alat untuk memahami Al Quran dan As sunnah, ketentuan ini sesuai agama islam itu sendiri
sebagai wahyu yang berasal dari Allah SWT. Semua yang terkandung dalam wahyu adalah benar dan
kebenarannnya tidak dapat dibantah manusia. Di kalangan kaum muslimin ada dua tipe pemikiran
dalam memahami wahyu itu sebagai sumber. Pertama, sebagai sumber ilmu pengetahuan ilmiyah
dan kedua, sebagai sumber petunjuk. Jalaluddin al-Suyuthi, Muhammad Shadiq al-Rafi’i, Abd al-
Razzaq al-Naufal dan Maurice Bucaille, mereka tergolong kedalam kelompok yang pertama
sedangkan Ibn Ishak al-Syathibi dan Quraish Shihab termasuk kelompok yang kedua. Mahdi
Ghulsyani memilih berada diantara kedua kelompok tersebut, ia menekankan wahyu itu sebagai
petunjuk bagi manusia yang mengandung ilmu pengetahuan dan manusia itu diperintahkan untuk
senantiasa menggunakan indra, akal dan hatinya untuk menggali pengetahuan dari alam ini atas
bimbingan wahyu itu sendiri.

Ø  Al Quran

Dikalangan ulama terdapat kesepakatan bahwa sumber ajaran islam yang utama adalah Al-quran
(wahyu), akal pikiran dan rasa adalah alat untuk memahami Al-quran dan As-sunnah. Ketentuan ini
sesuai dengan agama islam itu sendiri sebagai wahyu yang berasal dari Allah SWT.

Sebagai sumber utama pengetahuan Al-quran mutiara pengetahuan yang tidak terhingga jumlahnya
yang pada garis besarnya Al-quran mengandung beberapa pokok-pokok pikiran:

a). Aqidah,

b). Syariah, ibadah dan muamalah,

c). Akhlak,

d). Kisah-kisah lampau,

e). Berita-berita yang akan datang,

f). Pengtahuan-pengetahuan Ilahi lainnya.[7]

Al Quran adalah kitab Allah yang terakhir yang berisi petunjuk ilahi yang abadi untuk manusia, untuk
kebahagiaan mereka didunia dan akhirat. Sebagai sumber ajaran utama islam. Al Quran diyakini
berasal dari Allah SWT dan mutlak benar yang keberadaannya sangat dibutuhkan manusia.

“Dan saesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa
turun oleh Ar-ruh al amin (Jibril) kedalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang
diantara orang-orang yang memberi peringatan dengan bahasa Arab yang jelas. (Q.S As-syu’ara
192-195)

Ø  As sunnah
Kedudukan As sunnah sebagai sumber ajaran islam selain berdasarkan pada keterangan ayat-ayat Al
Quran dan hadis juga didasarkan pada pendapat kesepakatan para sahabat. Sebagai sumber ajaran
agama islam kedua setelah Al Quran, As sunnah memiliki fungsi yang pada intinya sejalan dengan
AlQuran. Keberadaan As sunnah tidak dapat dilepaskan dari adanya ayat Al Quran:

§  Yang bersifat global (garis besar) yang memerlukan perincian.

§  Yang bersifat umum (menyeluruh) yang menghendaki pengecualian.

§  Yang bersifat mutlak (tanpa batas) yang menghendaki pembatasan.

Dalam kaitan ini, maka hadis berfungsi untuk memerinci petunjuk dan isyarat al Quran yang bersifat
global sebagai pengecualian teradap isyarat Al Quran yang bersifat umum, sebagai pembatas
terhadap ayat Al Quran yang bersifat mutlak, dan sebagai pemberi informasi terhadap sesuatu yang
tidak dapat dijumpai dalam Al Quran. Dengan posisinya yang demikian itu maka pemahaman Al
Quran dan juga pemahaman ajaran islam yang seutuhnya tidak dapat dilakukan tanpa
pengikutsertaan Nabi Muhammad SAW.

2)    Pengetahuan melalui akal

Dalam pandangan islam, akal manusia mendapat kedudukan yang lebih tinggi, al ini dapat dilihat
dari beberapa ayat Al Quran. Pengetauan lewat akal disebut pengetahuan “aqli”. Dalam pandangan
islam , akal mempunyai pengertia tersendiri dan berbeda dengan pandangan secara umum. Dalam
pandangan islam, akal berbeda dengan otak, akal dalam pandangan islam bukan otak, melainkan
daya berpikir yang terdapat dalam jiwa manusia. Akal dalam islam merupakan tiga unsur, yakni;
pikiran, perasaan dan kemauan. Dalam pengertian biasa pikiran terdapat pada otak, sedangkan
perasaan pada indra dan kemauan terdapat pada jiwa

Ketiga unsur tersebut satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Filosof islam membagi akal
menjadi dua jenis, yaitu:

Ø  Akal praktis, yang menerima arti-arti yang berasal dari materi melalui indra pengingat

Ø  Akal teori, yang menangkap arti-arti murni yaitu arti-arti yang tidak penah ada dalam materi Tuhan,
Roh dan malaikat.

3)    Pengertian lewat indra (rasa)

Pengertian lewat indra adalah segala pengertian yang dapat diperoleh manusia lewat indranya alam
panca indra, dan biasa disebut pengetahuan empiris.

Pengetahuan indra terwujud sentuhan indrawi manusia dengan dunia luar (alam) dari sentuhan itu
manusia memperoleh pengetahuan. Proses-proses aktifitas pengindraan tersebut (indra dalam dan
indra luar) mulai dari menerima (input), kemudian proses dan dikeluarkan (output) maka jadilah
pengetahuan pengindraan manusia. Indra adalah sumber awal mengenal alam sekeliling kita.
Bahkan satu riwayat menyatakan : “apabila seorang manusia kehilangan salah satu indranya, maka ia
telah kehilangan setengah ilmu”.

C.     Kriteria Kebenaran dalam Epistemologi Islam

Pandangan Islam akan kebenaran merujuk kepada landasan keimanan dan keyakinan terhadap
keadilan yang bersumber pada Al-Qur’an. Sebagaimana yang diutarakan oleh fazrur rahman bahwa
semangat dasar dari Al-qur’an adalah semangat moral, ide-ide keadilan social dan ekonomi. Hokum
moral adalah abadi, ia adalah “perintah Allah”. Manusia tak dapat membuat dan memusnahkan
hukum moral: ia harus menyerahkan diri kepadanya. Pernyataan ini dinamakan Islam dan
Implementasinya dalam kehidupan di sebut Ibadah atau pengabdian kepada Allah. Tetapi hokum
moral dan nilai-nilai spiritual, untuk bisa dilaksanakan haruslah diketahui.

Dalam kajian epistemologi Islam dijumpai beberapa teori tentang kebenaran:

a.       Teori Korespondensi

Menurut teori ini suatu posisi atau pengertian itu benar adalah apabila terdapat suatu fakta
bersesuaian, yang beralasan dengan realitas, yang serasi dengan situasi actual, maka kebenaran
adalah sesuai fakta dan sesuatu yang selaras dengan situasi akal yang diberinya interpretasi.

b.      Teori Konsistensi

Menurut teori ini kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan ( judgement) dengan
suatu yang lain yaitu fakta atau realitas, tetapi atas hubungan antara putusan-putusan itu sendiri.
Dengan kata lain, kebenaran ditegakkan atas hubungan antara putusan-putusan yang baik dengan
putusan lainnya yang telah kita ketahui dan diakui benar terlebih dahulu, jadi sesuatu itu benar,
hubungan itu saling berhubungan dengan kebenaran sebelumnya.

c.       Teori Prakmatis

Teori ini mengemukakan benar tidaknya suatu ucapan, dalil atau semata-mata tergantung kepada
berfaedah tidaknya ucapan, dalil atau teori tersebut bagi manusia untuk berfaedah dalam
kehidupannya.[8]

D.    Peranan dan Fungsi Pengetahuan Islam


Ilmu atau pengetahuan dalam Islam mempunyai peran dan fungsi yang cukup penting. Tak dapat
dipungkiri keberadaan ilmu menempati posisi sangat tinggi karena mempunyai peran dan pengaruh
cukup besar pada perkembangan, perubahan dan kemajuan umat manusia

Jalaluddin Rakhmat mengungkap peran penting ilmu menurut Islam antara lain : 

§  Ilmu pengertahuan harus berusaha menemukan keteraturan (sistem), hubungan sebab akibat dan
tujuan dialam semesta. Dalam banyak ayat Alquran dijelaskan bahwa alam ini diurus oleh pengurus
dan pencipta yang tunggal, karena itu tidak pernah ada kerancuan (tahafut) di dalamnya. Alam
bergerak menuju tujuan tertentu, karena Allah tidak menciptakannya untuk main-main dan bukan
perbuatan sia-sia. Keteraturan dalam ilmu biasanya disebut hukum-hukum yang terdapat dalam afaq
disebut alquran sebagai qadar atau takdir sedangkan aturan dalam anfus dan tarikh disebut sebagai
sunnatullah.

§  Ilmu harus dikembangkan untuk mengambil manfaat dalam rangka mengabdi kepada Allah sebab Allah
telah menundukkan matahari, bulan, bintang dan segala yang langit dan dibumi untuk manusia.

§  Ilmu harus dikembangkan dengan tidak menimbulkan kerusakan baik afaq atau anfus.

Adapun fungsi ilmu menurut RBS. Fubyartana sebagaimana dikutip Endang Saifuddin Anshari antara
lain:

1)      fungsi Deskriptis : menggambarkan, melukiskan dan memaparkan suatu obyek atau masalah
sehingga mudah dipelajari oleh peneliti

2)      Fungsi pengembangan : Melanjutkan hasil penemuan yang lalu yang menemukan hasil ilmu
pengetahuan yang baru

3)      Fungsi prediksi : meramalkan kejadian yang besar kemungkinan terjadi sehingga manusia dapat
mengambil tindakan-tindakan yang perlu dalam usaha menghadapinya

4)      Fungsi kontrol : berusaha mengendalikan peristiwa-peristiwa yang tidak dikehendaki.

Dalam Ensiklopedi, Dawam Raharjo menyatakan satu fungsi ilmu yakni, perbaikan atau
pembaharuan, dalam istilah Alquran “ishlah” .Mahdi Ghulsyani menerangkan manfaat ilmu antara
lain :

1)      Ilmu dapat meningkatkan pengetahuan seseorang akan Allah.

2)       Ilmu dengan efektif dapat membantu mengembangkan masyarakat Islam dan merealisasikan
tujuan-tujuannya.

3)       Dapat membimbing orang lain.

4)      Dapat memecahkan berbagai problem masyarakat.


Terakhir, seraya mengutip pandangan Murtadha Muthahhari, Quraisy Shihab menyingkap hubungan
penting antara ilmu pengetahuan dan agama sebagai berikut :

1)      Ilmu mempercepat anda sampai ke tujuan, agama menentukan arah yang dituju.

2)      Ilmu menyesuaikan manusia dengan lingkungannya dan agama menyesuaikan dengan jati dirinya.

3)      Ilmu hiasan lahir dan agama hiasan batin

4)      Ilmu memberikan kekuatan dan menerangi jalan dan agama memberi harapan dan dorongan bagi
jiwa

5)      Ilmu menjawab pertanyaan yang dimulai dengan “bagaimana” dan agama menjawab yang dimulai
dengan “mengapa”

6)       Ilmu tidak jarang mengeruhkan pikiran pemeluknya, sedangkan agama selalu menenangkan jiwa
pemeluknya yang tulus.

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Epistemologi sebagai cabang ilmu filsafat yang eksistensinya adalah mengajak manusia untuk
berfikir, mentadaburi alam yang dikemas dalam ilmu pengetahuan yang sistematis, memberi
konstribusi bagi perkembangan manusia dalam ranah keilmuan. Dan dengan beberapa prinsip dasar
epistemologi islam kita bisa mengatehaui peranan islam dalam ilmu pengetahuan, yang mana Al-
Quran (wahyu) sebagai salah satu sumber ilmu pengetahuan yang kemudian ditalar melaui akal
sebagai keistimewaan bagi manusia dan serta panca indra (rasa) atau sentuhan indrawi yang
membantu memperoleh pengetahuan.

DAFTAR PUSTAKA

https://aszufri92.wordpress.com/-3/beberapa-prinsip-dasar-epistemologi-islam/

http://islamidia.com/pengertian-islam-menurut-bahasa-dan-istilah-dalam-al-quran/

http://www.pengertianmu.com/2015/01/pengertian-islam-menurut-para-ahli.html

http://atieqfauziati.blogspot.co.id/2015/10/pengertian-epistimologi-islam.html/

http://viaakyu.blogspot.co.id/2012/03/beberapa-prinsip-dasar-epistemologi.html

Dr. H. Abuddin Nata, M.A,  metodologi studi islam (Jakarta:Rajawali Pers, 2000),hlm.95.

Nata, Abuddin.2000. metodologi studi islam.Jakarta:Rajawali Pers

Anda mungkin juga menyukai