Anda di halaman 1dari 2

Potensi Mikroalga Indonesia untuk Sumber Produksi Biodiesel

Ketahanan energi menjadi salah satu isu nasional di Indonesia, sehingga perlu mendapat
perhatian dari semua komponen bangsa. Sebab, krisis di bidang energi ini dapat berdampak
pada banyak sektor. Tidak hanya sebatas pada sektor ekonomi, tetapi juga sektor politik,
keamanan, kesehatan, lingkungan, dan kemanusiaan.

Universitas Airlangga sebagai bagian dari komponen bangsa memiliki tanggung jawab dalam
menjaga ketahanan energi nasional, dengan menjadikan riset penyediaan energi terbarukan
dari sumber hayati yang melimpah di Indonesia sebagai salah satu unggulan dalam
pengembangan roadmap penelitiannya. Lingkungan perairan Indonesia memiliki
keanekaragaman hayati mikroalga yang sangat tinggi, tetapi potensinya belum dimanfaatkan
secara maksimal. Di banyak negara, mikroalga telah dimanfaatkan untuk agen produksi biofuel.
Sebab, mikroalga mampu menghasilkan asam lemak dan karbohidrat yang tinggi. Melalui
proses esterifikasi, asam lemak mikroalga dapat dikonversi menjadi biodiesel.

Mikroalga merupakan mikroorganisme fotosintetik yang memanfaatkan karbondioksida dan


sinar matahari untuk membentuk biomassa dan menghasilkan sekitar 50 persen oksigen di
atmosfer. Jenis mikroalga ada empat macam, yaitu Bacillariophyceae(diatom), Chlorophyceae
(ganggang hijau), Chrysophyceae, (ganggang emas) dan Cyanophyceae(ganggang biru).
Meskipun Indonesia memiliki keanekaragaman mikroalga yang tinggi, tetapi potensinya masih
belum dimanfaatkan secara maksimal. Di banyak negera, mikroalga telah dimanfaatkan untuk
agen produksi biofuel, sebab mikroalga mampu menghasilkan asam lemak dan karbohidrat
yang tinggi. Melalui proses esterifikasi, asam lemak mikroalga dapat dikonversi menjadi
biodiesel.

Potensi mikroalga sangat menjajikan untuk digunakan sebagai agen dalam produksi biofuel di
masa depan, karena memiliki kelebihan dalam pertumbuhannya, yaitu cepat, produktivitasnya
tinggi, tidak memerlukan lahan yang luas dalam pembiakannya, dan dapat menggunakan air
untuk nutrisi tumbuh. Di samping itu, penggunaan mikroalga sebagi sumber biodiesel juga tidak
mangganggu pasokan pangan. Sebab, mikroalga tidak berkompetisi dengan bahan pangan.

Potensi lainnya dari penggunaan mikroalga adalah kemampuannya dalam menggunakan


karbondiokasida dan mengubahnya menjadi oksigen. Kemampuan ini dapat menciptakan
lingkungan menjadi bersih dari pencemar gas CO2 sehingga dapat menekan efek pemanasan
global.

Chlorella vulgaris adalah jenis mikroalga yang banyak ditemukan di perairan Indonesia, namun
potensinya dalam memproduksi biodiesel masih belum dikembangkan. Telah dilakukan
Pengembangan Chlorella vulgaris strain lokal untuk produksi biodiesel. Mikroalga Chlorella
vulgaris ditumbuhkan dalam media DG11 dengan suplai CO2. Optimasi media dan kondisi
fermentasi dilakukan, sehingga fermentasinya dapat menghasilkan biomassa dengan
kandungan asam lemak yang tinggi. Kadar Biomassa mikroalga yang dihasilkan dalam proses
fermentasi ditentukan dengan mengukur optical densitynya,, sedangkan kandungan dan
komposisi asam lemak pada biomassa akan ditentukan dengan metode titrasi dan GC-MS.

Mikroalga Chlorella vulgaris dapat ditumbuhkan secara baik pada media BG-11 yang
mengandung beberapa campuran mineral. Pertumbuhan mikroalga ini berlangsung lebih
optimal ketika digunakan starter sel dengan kadar sebesar 16% (v/v). Biomassa Chlorella
vulgaris strain lokal dapat menghasilkan lipid dengan kadar cukup tinggi, yaitu sebesar
31%(v/v), ketika diekstrak dengan pelarut campuran n-heksan-etanol (1:1). Analisis dengan
GC-MS dapat diketahui bahwa kandungan lipid pada Chlorella vulgaris tersusun atas asam
lemak dominan, yaitu asam pentadekanoat, asam heksadekanoat, asam heptadekanoat, asam
stearat dan asam nonadekanoat.

Produksi biodiesel dari mikroalga Chlorella vulgaris telah dilakukan baik secara ex-situmaupun
in-situ. Proses in-situ dalam transesterifikasi lipid pada biomassa mikroalga Chlorella vulgaris
dapat menghasilkan biodiesel yield yang lebih tinggi dari pada ex-situ. Produksi biodiesel in-situ
ini dapat berlangsung optimum ketika dikenai ultrasonikasi pada daya 25kHz/270W,
menggunakan co-solvent n-heksana, dan dengan perbandingan berat biomassa dengan
metanol sebesar 3:50. perbandingan 3:50 menghasilkan presentase konversi biodiesel dan
biodiesel yield yang lebih tinggi adalah 20,31 % b/b dan 3,87 % b/b menggunakan metode
sonikasi. Proses insitu ini dapat menghasilkan biodiesel sebesar 20,31 % b/b.

Hasil ini dapat membuktikan bahwa mikroalga yang banyak terdapat di perairan Indonesia
dapat dikembangkan untuk sumber produksi biodiesel sehingga dapat membantu pasokan
energi alternatif terhadap bahan bakar fosil. Skala produksi biodiesel secara pilot plant dan
industri perlu didukung oleh pemerintah baik kebijakan atau penyediaan sarana- prasarana
yang memadai, mengingat potensinya yang sangat besar. (*)

Penulis: Purkan

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan berikut
https://www.degruyter.com/view/j/chem.2019.17.issue-1/chem-2019-0102/chem-2019-0102.xml
?format=INT

http://fst.unair.ac.id/potensi-mikroalga-indonesia-untuk-sumber-produksi-biodiesel/

Anda mungkin juga menyukai