Anda di halaman 1dari 36

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Manajemen Umum
1. Pengertian
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Didalam manajemen tersebut mencakup
kegiatan POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling) terhadap staf, sarana, dan
prasarana dalam mencapai tujuan organisasi.
Manajemen merupakan suatu proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui upaya
orang lain. Menurut Liang Lie, manajemen adalah suatu ilmu dan seni perencanaan,
pengarahan, pengorganisasian, dan pengontrol dari benda dan manusia untuk mencapai
tujuan yang ditentukan sebelumnya (Liang Lie, 2018).
Manajemen didefinisikan sebagai suatu proses dalam menyelesaikan pekaryaan
melalui orang lain, sedangkan manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja
melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara
profesional. Manajer keperawatan dituntut untuk merencanakan, mengorganisasikan,
memimpin, dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk dapat
memberikan asuhan keperawatan yang seefektif dan seefisien mungkin bagi individu,
keluarga dan masyarakat .
Manajemen merupakan usaha dari orang-orang untuk mencapai suatu tujuan yang
telah ditetapkan (Visi dan Misi) dengan cara menganalisis, menetapkan tujuan, sasaran,
perencanaan tindakan secara tepat, efektif dan efisien .

2. Fungsi Manajemen
Manajemen berasal dari Manage, yaitu mengatur.. Manajemen merupakan usaha
dari orang-orang untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan (Visi dan Misi)
sehingga akan ada hubungan antara administrasi, manajemen, dan organisasi.
Manajemen dibutuhkan oleh semua organisasi, karena tanpa manajemen, semua usaha
akan sia-sia dan pencapaian tujuan akan lebih sulit.
Ada tiga alasan utama diperlukannya manajemen;
a. Manajemen dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi dan pribadi
b. Manajemen dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara tujuan-tujuan, sasaran-
sasaran dan kegiatan yang saling bertentangan dari pihak-pihak berkepentingan dalam
organisasi, seperti pemilik dan karyawan, maupun kreditur, pelanggan, konsumen,
supplier, serikat kerja, asosiasi perdagangan, masyarakat dan pemerintah.
c. Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas suatu kerja organisasi dapat diukur dengan
banyak cara yang berbeda. Salah satu cara yang umum adalah efisiensi dan
efektivitas.
Fungsi-fungsi manajemen adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan (Planning), perencanaan merupakan :
1) Gambaran apa yang akan dicapai
2) Persiapan pencapaian tujuan
3) Rumusan suatu persoalan untuk dicapai
4) Persiapan tindakan-tindakan
5) Rumusan tujuan tidak harus tertulis
6) Tiap-tiap organisasi perlu perencanaan
b. Pengorganisasian (Organizing), merupakan pengaturan setelah rencana, mengatur dan
menentukan apa tugas pekerjaannya, macam, jenis, unit kerja, alat-alat keuangan dan
fasilitas.
c. Penggerak (Actuating)
Menggerakkan orang-orang agar mau/suka bekerja. Ciptakan suasana bekerja bukan
hanya karena perintah tetapi harus dengan kesadaran sendiri dan termotivasi.
d. Pengendalian/pengawasan (Controlling) merupakan fungsi pengawasan agar tujuan
dapat tercapai sesuai dengan rencana. Pengendalian juga berfungsi agar kesalahan
dapat segera diperbaiki.
e. Penilaian (Evaluasi)
Merupakan proses pengukuran dan perbandingan hasil-hasil pekerjaan yang
seharusnya dicapai.

3. Langkah-Langkah Dalam Pengembangan Kerja


Pengawasan pekerjaan yang terkendali melalui penelaahan waktu dan gerak untuk
menentukan tujuan penyelenggaraan tugas yang paling efisien dan terbaik adalah sebagai
berikut:
a. Seleksi ilmiah untuk mencari tenaga yang terbaik (sesuai yang dibutuhkan oleh
organisasi) dan dapat melaksanakan tugas secara efektif dan efisien.
b. Melatih tenaga yang terpilih untuk melakukan pekerjaan dengan cara yang lazim dan
efisien.
c. Memberikan imbalan (gaji) sesuai kepada pegawai berdasarkan kemampuan dan
tanggung jawabnya, sebagai rangsangan untuk bekerja lebih giat.
d. Mengangkat pegawai yang memiliki keahlian pada posisi manajerial dan memberikan
tanggung jawab untuk merencanakan program kerja sesuai dengan metode yang
dipilih.
e. Menciptakan lingkungan kerja yang bertanggung jawab, yaitu dengan pembuatan
laporan secara teratur tentang kemajuan tugas yang diembannya.

B. Manajemen Keperawatan
Manajemen Keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui
upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman
kepada pasien, keluarga dan masyarakat (Gillies, 1989 dalam Handajani, 2018). Manajemen
keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh pengelola keperawatan
untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sumber yang ada,
baik sumber daya maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang
efektif baik kepada pasien, keluarga dan masyarakat (Suyanto, 2018). Sebagaimana yang
terjadi di dalam proses keperawatan, di dalam Manajamenen Keperawatan pun terdiri dari
Pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil karena
Manajemen Keperawatan mempunyai spesialisasi terhadap mayoritas tenaga daripada
seorang pegawai, maka setiap tahapan di dalam proses manajemen lebih rumit jika
dibandingkan dengan proses keperawatan (Sriyanti, 2013).
1. Pengertian
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional (Nursalam,
2018)
2. Filosofi Manajemen Keperawatan
Filosofi adalah keyakinan yang dimiliki individu atau kelompok yang
mengarahkan setiap pelaksanaan kegiatan individu atau kelompok kepada pencapaian
tujuan bersama.
Filosofi keperawatan adalah pernyataan keyakinan tentang perawatan dan
manifestasi dari nilai-nilai dalam keperawatan yang digunakan untuk berfikir dan
bertindak . Adapun filosofi manajemen keperawatan yaitu tim keperawatan meyakini
bahwa:
a. Manajerial keperawatan merupakan fungsi utama bidang keperawatan
b. Peningkatan mutu kinerja dengan pendidikan berkelanjutan bagi perawat.
c. Tim keperawatan bertanggung jawab dan bertanggung gugat untuk setiap tindakan
keperawatan yang diberikan
d. Menghargai pasien dan setiap haknya untuk mendapatkan asuhan keperawatan yang
bermutu
e. Perawat berkewajiban untuk memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan
keluarga.
3. Visi dan Misi
Sebagai langkah awal di dalam Manajemen Keperawatan yang harus dilakukan
adalah mengumpulkan segala informasi yang dibutuhkan di dalam Manajemen
Keperawatan baik tentang pasien, tenaga perawat dan sebagainya. Pengumpulan data ini
bisa dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT : bagaimana kekuatan, kelemahan,
kesempatan dan ancaman bagi organisasi Keperawatan
Data-data yang sudah dikumpulkan akan dijadikan dasar untuk melakukan
identifikasi terhadap masalah-masalah yang mungkin ada di Rumah sakit yang memiliki
hubungan erat dengan Praktek keperawatan di Rumah sakit.
Untuk itu sebelumnya kita akan menentukan dulu apa visi dan misi dari
Keperawatan :  Visi Keperawatan dapat diartikan sebagai Pernyataan keyakinan tentang
keperawatan dan manifestasi dari nilai-nilai dalam keperawatan yang digunakan untuk
berfikir dan bertindak. Visi ini dimaksudkan agar perawat harus dapat mempunyai sudut
pandang dan pengetahuan yang luas tentang manajemen dan proses perubahaan yang
terjadi saat ini dan akan datang.
Sedangkan Misi dapat diartikan sebagai suatu langkah-langkah nyata dari profesi
keperawatan dalam melaksanakan visi yang telah ditetapkan, yaitu menjaga dan
mengawasi  sustu proses profesionalisme keperawatan Indonesia agar berjalan  dan
berkesinambungan.
4. Prinsip Dasar Manajemen Keperawatan
a. Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan
Tahap perencanaan terdiri atas pembuatan tujuan, pengalokasian anggaran,
identifikasi kebutuhan pegawai, dan penetapan struktur organisasi. Selama proses
perencanaan, yang dapat dilakukan oleh pimpinan keperawatan adalah menganalisis
dan mengkaji system, mengatur strategi organisasi dan menentukan tujuan jangka
panjang dan pendek, mengkaji sumber daya organisasi, mengidentifikasi kemampuan
yang ada dan aktivitas yang spesifik serta prioritasnya.
b. Manajemen keperawatan dilandaskan melalui penggunaan waktu yang efektif
c. Manajemen komunikasi yang dilakukan secara efektif mampu mengurangi
kesalahpahaman, dan akan memberikan persamaan pandangan arah dan pengertian
diantara pegawai dalam suatu tatanan organisasi.
d. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan

5. Kerangka Konsep dan Sistem Didalam Manajemen Keperawatan.


a. Kerangka konsep
Kerangka konsep dasar manajemen dalam keperawatan adalah manajemen
partisipatif yang berlandaskan kepada paradigma keperawatan yaitu manusia,
keperawatan, kesehatan, dan lingkungan. Kerangka konsep dasar manajemen dalam
keperawatan yang menunjang praktek perawatan dan merupakan keyakinan dasar dari
tim perawat yaitu:
1) Manusia akan tertarik dan terikat pada pekerjaannya dan memberikan upaya yang
selayaknya diberikan
2) Jika diberikan informasi yang bermanfaat dan layak, individual akan membuat
keputusan terbaik untuk dirinya sendiri
3) Tujuan kelompok akan lebih mudah dicapai
4) Setiap individu memiliki karakteristik, latar belakang, motivasi, dan minat, cara
untuk mencapai tujuan kelompok.
5) Fungsi koordinasi dan pengendalian amat penting dalam mencapai tujuan.
6) Persamaan kualifikasi harus dipertimbangkan dalam pembagian kewenangan dan
tanggung jawab.
7) Individu memiliki hak dan tanggung jawab untuk membagi dan mendelegasikan
kewenangannya pada mereka yang terbaik dalam organisasi.
8) Pengetahuan dan keterampilan amat diperlukan dalam pengambilan keputusan
yang profesional.
9) Semua sistem berfungsi untuk mencapai tujuan kelompok dan merupakan
tanggung jawab bersama untuk secara terus-menerus menetapkan tujuan bersama.
Pernyataan kerangka kerja ini didasarkan pada keyakinan yang membentuk
karakter hubungan diantara staf keperawatan yang profesional dengan organisasi
dimana mereka bekerja.
b. Sistim di Dalam Manajemen Keperawatan :
1) Pengumpulan data : Personalia, Pasien, Peralatan dan persediaan
2) Perencanaan : Tujuan, Sistim, Standar, Kebijaksanaan, Prosedur, Anggaran
3) Pengaturan : Tabel organisasi, Evaluasi Tugas, Deskripsi kerja, Pembentukan
kerjasama tim
4) Kepegawaian : Klasifikasi pasien, penentuan kebutuhan staff, rekrutmen,
pemilihan orientasi, penjadualan, penugasan, minimalisasi ketidakhadiran,
penurunan pergantian, pengembangan staff.
5) Kepemimpinan : Penggunaan kekuatan, pemecahan masalah, pengambilan
keputusan, mempengaruhi perubahan, menangani konflik, komunikasi dan analisa
transaksional.
6) Pengawasan : penelitian, Jaminan Keselamatan, Audit pasien, penilaian
prestasi, disiplin, hubungan pekerja tenaga kerja, sistim informasi komputer.

c. Tujuan Pelayanan Keperawatan


Tujuan pelayanan keperawatan merupakan pernyataan konkrit dan spesifik
tentang pelayanan keperawatan, yang diguanakan untuk menetapkan prioritas
kegiatan sehingga dapat mencapai dan mempertahankan misi serta filosofi yang
diyakini. Semua tujuan yang telah ditetapkan akan dapat dicapai dengan cara
menetapkan metoda kerja para staf keperawatan.
Dengan demikian setiap kegiatan keperawatan diarahkan kepada pencapaian
tujuan dan merupakan upaya manajer keperawatan untuk selalu mengkoordinasikan,
mengarahkan, dan mengendalikan proses pencapaian tujuan melalui interaksi,
komunikasi dan integrasi pekerjaan diantara staf keperawatan yang terlibat.

d. Lingkup Manajemen Keperawatan


Keperawatan merupakan disiplin praktek klinis.Manajer keperawatan yang
efektif seyogyanya mamahami hal ini dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana.
Kegiatan para perawat pelaksana meliputi:
1) Menetapkan penggunaan proses keperawatan
2) Melaksanakan intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa
3) Menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat
4) Menerima akuntabilitas untuk hasil-hasil keperawatan
5) Mengendalikan lingkungan praktek keperawatan.
Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa di isi oleh para manajer
keperawatan melalui partisipasi dalam proses manajemen keperawatan dengan
melibatkan para perawat pelaksana.
Lingkup manajemen keperawatan terdiri dari:
1) Manajemen operasional
Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh departeman bidang
keperawatan
Tidak setiap orang yang memiliki kedudukan dalam manajemen berhasil dalam
kegiatannya. Ada beberapa faktor yang perlu dimiliki oleh orang-orang tersebut
agar penatalaksanaan berhasil.
Faktor-faktor tersebut adalah:
a) Kemampuan menerapkan pengetahuan
b) Keterampilan kepemimpinan
c) Kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin
d) Kemampuan melaksanakan fungsi manajemen
Dalam hal ini pemimpin harus mampu mengintegrasikan tujuan setiap individu
kedalam tujuan organisasi.
2) Manajemen asuhan keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan merupakan suatu proses keperawatan yang
menggunakan konsep-konsep manajemen didalamnya seperti perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atau evaluasi. Proses
keperawatan merupakan proses pemecahan masalah yang menekankan pada
pengambilan keputusan tentang keterlibatan perawat yang dibutuhkan oleh
pasien.

e. Komponen Manajemen Keperawatan


1) Input
Dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa informasi, personel,
peralatan dan fasilitas .
2) Proses
Pada umumnya merupakan kelompok manajer dari tingkat pengelola
keperawatan tertinggi sampai keperawatan pelaksana yang mempunyai tugas dan
wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian pengarahan dan
pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Proses merupakan
kegiatan yang cukup penting dalam suatu system sehingga mempengaruhi hasil
yang diharapkan suatu tatanan organisasi.

Gambar 2.1. Komponen Manajemen Keperawatan


Pengkajian Diagnosa Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi

Pengumpulan
Perencanaan Pengelolaan Kepegawaian kepemimpinan Pengawasan
data

3) Output
Umumnya dilihat dari hasil atau kualitas pemberian askep dan pengembangan
staf , serta kegiatan penelitian untuk menindaklanjuti hasil atau keluaran.
4) Kontrol
Diperlukan dalam proses manajemen keperawatan sebagai upaya meningkatkan
kualitas hasil. Control dalam manajemen keperawatan dapat dilakukan melalui
penyusunan anggaran yang proporsional, evaluasi penampilan kerja perawat,
pembuat prosedur yang sesuai standard akreditasi.
5) Mekanisme umpan balik
Mekanisme umpan balik diperlukan untuk menyelaraskan hasil dan perbaikan
kegiatan yang akan dating. Mekanisme umpan balik dapat dilakukan melalui
laporan keuangan, audit keperawatan, dan survey kendali mutu, serta penampilan
kerja perawat.

Gambar 2.2.(Sistem manajemen keperawatan (Gillies,1989 dalam Handajani, 2018)


Masukan / Input Proses Hasil / Output

Perawatan pasien

Data
Pen
ge
Personalia Pengumpulan Perencanaan Pengatura Pengelolaan Kepemimpina Pengawasa mb
data n pegawai n n ang
an
staf
Peralatan
Riset
C. Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)
Persediaan
1. Pengertian
a. Praktik keperawatan adalah pemberian asuhan keperawatan yang bertujuan mengatasi
fenomena keperawatan.
b. Fenomena keperawatan adalah penyimpangan atau tidak terpenuhinya kebutuhan
dasar manusia (bio-psiko-sosial-spiritual), mulai dari tingkat individu utuh (mencakup
seluruh siklus kehidupan) sampai pada tingkat masyarakat (Sitorus, 2016)
c. Model Praktik Keperawatan adalah suatu system (struktur, proses dan nilai-nilai
professional yang memfasilitasi perawat professional, mengatur pemberian asuhan
keperawatan termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut di berikan
d. Model praktek keperawatan profesional merupakan suatu system (struktur, proses dan
nilai-nilai professional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur
pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menompang pemberian
asuhan tersebut menurut (Hoffart & Woods, 1916).

2. Standar Praktik Keperawatan


Standar praktik keperawatan menurut ANA (Sitorus, 2016) meliputi :
Standar I : Perawat mengumpulkan data tentang kesehatan klien.
Standar II : Perawat menetapkan diagnosis keperawatan.
Standar III : Perawat mengidentifikasi hasil yang diharapkan untuk setiap klien.
Standar IV : Perawat mengembangkan rencana askep yang berisi rencana tindakan
untuk mencapai hasil yang diharapkan.
Standar V : Perawat mengimplementasikan tindakan yang sudah ditetapkan dalam
rencana askep.
Standar VI : Perawat mengevaluasi perkembangan klien dalam mencapai hasil akhir
yang sudah ditetapkan

3. Metode Penugasan dalam MPKP


Model Penugasan (Gillies, 1989, Burges, 1988, dalam Handajani, 2018).
a. Metode Fungsional
Metode ini merupakan modalitas keperawatan paling tua. Setiap perawat
mempunyai tanggung jawab yang berbeda berdasarkan pembagian tugas yang telah
ditetapkan. Contoh tugas pemberian obat-obatan, perawatan diri, penerimaan pasien
baru dan pemulangan, perawatan luka dan sebagainya masing-masing perawat
bertangung jawab pada manajer. keperawatan yang bertugas saat ini.
1) Kelebihan metode fungsional
a) Perawat terampil untuk tugas dan pekerjaan tertentu
b) Perawat dapat memberikan pelayanan pada klien dalam jumlah lebih
banyak
c) Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah tugas
d) Kekurangan tenaga yang ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang
e) Pengalaman untuk tugas sederhana
f) Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf dalam pelaksanaan tugas
g) Tugas lebih cepat diselesaikan
2) Kerugian metode fungsional
a) Pelayanan keperawatan tak memungkinkan untuk diterapkan secara holistic
b) Keperawatan dilakukan secara terpilah-pilah
c) Kepuasan kerja secara keseluruhan sulit dicapai
d) Apabila pekerjaan selesai cenderung perawat meninggalkan klien
e) Pelayanan keperawatan terfokus pada keterampilan saja
f) Perlu banyak supervisor untuk memantau pelaksanaan asuhan keperawatan
b. Metode Tim
Metode ini terbentuk karena adanya perbedaan kualifikasi kategori perawat
pelaksana. Berdasarkan perbedaan ini perlu adanya seseorang pelaksana untuk
memenuhi fungsi perawat. Ketua Tim harus seorang profesional untuk
mengkoordinasi perawatan total dari sekelompok perawatan klien. Tujuan utamanya
memberikan perawatan yang berpusat pada klien dengan pendekatan pada proses
keperawatan.
Pelaksanaan metode ini memerlukan kesamaan dari koordinator dan anggota tim.
Untuk itu seseorang koordinator harus mempunyai kemampuan manajerial yang
efektif.
1) Kelebihan metode tim
a) Pertemuan staff memungkinkan memberikan penambahan pengetahuan dan
kemampuan staff
b) Dapat merawat klien pada mulai masuk sakit hingga pulang
c) Dengan adanya ketua tim dapat meningkatkan kualitas hubungan perawat
dengan klien sehingga diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan klien
pada perawat
d) Dengan adanya case conference dapat mengarahkan ketua tim dan
mengevaluasi pelaksanaan pelayanan keperawatan.
2) Keterbatasan metode tim
a) Dibutuhkan jumlah staff yang relatif banyak, ada kecenderungan membuat
kesalahan dan memerlukan banyak waktu untuk mengkoordinasi anggota
tim.
b) Harus membutuhkan sarjana keperawatan.
Selain itu ada metode :
a. Metode Primer
b. Metode Moduler
c. Metode Keperawatan Total
d. Metode Manajemen Kasus
Penggunaan metode penugasan tersebut berkaitan langsung dengan penentuan
jumlah tenaga yang dibutuhkan oleh tiap unit. Penentuan beban kerja perawat dan
penentuan kebutuhan kualifikasi tenaga perawat
Disamping itu sehubungan dengan adanya pola pengembangan pendidikan tinggi
keperawatan antara lain rencana pembukaan pendidikan spesialis keperawatan, maka
perlu dipikirkan pemanfaatan tenaga ini nantinya. Oleh karena itu direncanakan terdapat
beberapa jenis MPKP, yaitu :

a. Model Praktek Keperawatan Profesional III.


Melalui pengembangan MPKP III dapat diberikan asuhan keperawatan
professional tingkat III. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan
dokter dalam keperawatan klinik yang berfungsi untuk melakukan riset dan
membimbing para perawat melakukan riset serta memanfaat hasil-hasil riset dalam
memberikan asuhan keperawatan.
b. Model Praktek Keperawatan Profesional II
Pada model ini, akan mampu memberikan asuhan keperawatan profesional
tingkat II. Pada ketenagan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan spesialis
keperawatan yang spesifik untuk cabang ilmu tertentu. Perawat spesialis berfungsi
untuk memberikan konsultasi tentang asuhan keperawatan kepada perawat primer
pada area spesialisasinya. Disamping itu melakukan riset dan memanfaatkan hasil-
hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan. Jumlah perawatan spesialis
direncanakan 1 orang untuk 10 perawat primer (1:10).
c. Model Praktek Keperawatan Profesional I
Model praktek keperawatan professional pemula (MPKP), merupakan tahap
awal untuk menuju MPKP. Pada model ini mampu diberikan asuhan keperawatan
professional tingkat pemula. Pada model ini perawat mampu memberikan asuhan
keperawatan profesional I dan untuk ini diperlukan penataan 3 komponen utama,
yaitu: ketenagaan keperawatan, metode pemberian asuhan keperawatan dan
dokumentasi keperawatan.
1) Ketenagaan keperawatan
Jumlah tenaga keperawatan pada suatu ruangan atau rumah sakit, ditetapkan
berdasarkan derajat ketergantunagan klien yang ditetapkan dengan
mengidentifikasi jumlah klien berdasarkan derajat ketergantungan klien dalam
satu bulan. Berdasarkan hasil ini dapat diketahui rata-rata jumlah klien
berdasarkan derajat ketergantungan (minimal, intermediet dan total). Kemudian
jumlah perawat ditentukan dengan rumus (Douglas (1985) atau Loveridge &
Cummings (1996) dalam Hamdajani 2018)
Metode perhitungan tenaga
Beberapa metode untuk menentukan kebutuhan kualifikasi tenaga perawat
a) Metode Rasio (Peraturan Menkes RI . No. 262 / Menkes Per / VII / 1979)
dalam Ilyas (2016)
Menggunakan jumlah tempat tidur dengan tenaga yang diperlukan. Metode
ini hanya dapat diketahui jumlah tenaga secara total, tidak dapat mengetahui
jumlah kebutuhan dan kualifikasi dan setiap bagian yang dibutuhkan.
Tabel 2.1
Metode rasio tempat tidur dan personel rumah sakit
Tipe RS TM : TPP : TNP : T.non :
TT TT TT TT
A dan B 1 : (4-7) (3-4) : 2 1 :3 1:1
C 1:9 1:1 1:5 3:4
D 1 : 15 1:2 1:6 2:3
Khusus Disesuaikan

TM = Tenaga Medis
TPP = Tenaga Paramedis Perawatan
TNPP = Tenaga Non Paramedis Perawatan
T NON P = Tenaga Non Perawatan
TT = Tempat Tidur
b) Metode Douglas (1975)
Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan pada pagi, sore dan malam adalah
tergantung pada tingkat ketergantungan pasien seperti dalam tabel beriku

Tabel 2.2
Sistem klasifikasi pasien menurut Metode Douglas
Klasifikasi Shift
Pagi Sore Malam
Self care 0,17 0,14 0,10
Intermediate care 0,27 0,15 0,07
Total care 0,36 0,30 0,20

c) Standar ketenagaan keperawatan (perawat dan bidan) menurut Direktorat


pelayanan keperawatan Dirjen Yan-Med Depkes RI (2011) dengan
memperhatikan unit kerja yang ada pada masing-masing Rumah Sakit.
Model pendekatan yang digunakan untuk rawat inap adalah :
 Berdasarkan klasifikasi klien, cara penghitungan :
o Tingkat ketergantungan klien berdasarkan jenis kasus.
o Rata-rata jumlah klien / hari.
o Jam perawatan yang diperlukan / hari / klien.
o Jam perawatan yang diperlukan / ruangan / hari.
o Jam kerja efektif setiap perawat / 7 jam / hari.
Rumus :
Jumlah jam perawatan = Tenaga yang dibutuhkan
Jam kerja efektif / shift
P erhitungan jumlah tenaga yang dibutuhkan perlu ditambah (faktor
koreksi) dengan :
o Hari libur / cuti / hari besar (loss day)
Loss day : jumlah hari minggu / tahun + cuti + hari besar X jumlah perawat
jumlah hari kerja efektif
o Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas non profesi
keperawatan (Non Nursing Jobs) diperkirakan 25 % dari jam
pelayanan keperawatan.
Rumus :
(jumlah tenaga keperawatan + loss day) X 25 = Non Nursing Jobs
100
Jumlah tenaga = tenaga yang tersedia + faktor koreksi (loss day + Non
nursing jobs)

 Berdasarkan derajat ketergantungan klien.


Klien dikategorikan dalam beberapa kategori yang didasarkan pada
kebutuhan terhadap asuhan keperawatan meliputi :
o Asuhan keperawatan minimal.
o Asuhan keperawatan sedang.
o Asuhan keperawatan agak berat.
o Asuhan keperawatan maksimal.

Tabel 2.3
Sistem klasifikasi pasien menurut standar ketenagaan keperawatan Depkes RI
Kategori Rata-rata jumlah jam
perawatan
Askep minimal 2
Askep sedang 3,08
Askep agak berat 4,15
Askep maksimal 6, 16
Rumus :
Jumlah jam perawatan ruangan / hari = jumlah tenaga dibutuhkan
Jam efektif perawat
Untuk penghitungan jumlah tenaga harus ditambah (faktor koreksi)
o Loss day.
o Non nursing jobs.
Rumus sama seperti pada perhitungan klasifikasi klien.

d) Cara Demand
Adalah perhitungan jumlah tenaga menurut kegiatan yang memang nyata
dilakukan oleh perawat.
Menurut Tutuko (1992) dalam Ilyas (2000) setiap klien yang masuk gawat
darurat dibutuhkan waktu sebagai berikut :
 Kasus gawat darurat : 86,31 menit
 Kasus mendesak : 71,28 menit
 Kasus tidak mendesak : 33,09 menit

e) Metode Gillies
 Perawatan langsung
Perawatan langsung adalah bentuk pelayanan yang diberikan oleh perawat
yang ada hubungannya dengan kebutuhan fisik, psikologis dan spiritual.
Berdasarkan derajat ketergantungan pasien pada perawat maka dapat
diklasifikasikan dalam empat kelompok yaitu:
o Self care dibutuhkan ½ X 4 jam = 2 jam
o Partial care dibutuhkan ¾ X 4 jam = 3 jam
o Total care dibutuhkan 1-1 ½ X 4 jam= 4jam
o Intensive care dibutuhkan 2 X 4 jam = 8 jam
 Perawatan tak langsung
Meliputi kegiatan-kegiatan membuat rencana keperawatan, menyiapkan
dan memasang alat, konsultasi dengan tim, menulis dan membaca catatan
kesehatan klien, melaporkan kondisi pasien. Dari hasil penelitian di rumah
sakit Detroit dibutuhkan waktu 38 menit / pasien (Gillies, 1989),
sedangkan di rumah sakit Jhon Hopkin dibutuhkan 60 menit / pasien
(Gillies, 1994), menurut Young (Gillies, 1989) dibutuhkan 60 menit /
pasien.

 Pendidikan kesehatan
Meliputi aktivitas pengobatan serta tindak lanjut pengobatan. Menurut
Meyer dalam Gillies (1994) waktu yang dibutuhkan adalah 15
menit/hari/pasien. Dengan menggunakan system klasifikasi pasien.
Rumusnya adalah sebagai berikut
A X B X 365 hari
Jumlah tenaga perawat =
(365 – hari libur) X jam kerja / hari
A = jumlah jam perawatan yang diperlukan setiap pasien/hari.
B = rata-rata sensus harian pasien.
128 = hari libur.
365 = jumlah hari kerja selama setahun.
Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan di satu unit harus
ditambah faktor koreksi 20 % (untuk antisipasi kekurangan/cadangan)
f) Metode hasil lokakarya keperawatan PPNI dalam Ilyas (2011)
Sebenarnya formula ini berasal dari formula yang dikembangkan oleh Gillies,
hanya saja satuan hari diubah menjadi minggu. Jumlah hari kerja efektif juga
dihitung dalam minggu sebanyak 41 minggu, dan jumlah jam kerja per hari
selama 40 jam per minggu.
A x 52 (Mg) x 7 Hr (TT x BOR) + 25 %
TP =
41 (Mg) x 40 jam / mg
Keterangan
TP = Tempat Tidur.
A = Jumlah Perawatan / 24 jam.
BOR = Bed Occupancy Rate.

g) Metode Nina
Untuk menerapkan metode Nina diperlukan lima tahap berikut
 Tahap I – hitung A, yaitu jumlah rata-rata jam perawatan pasien selama
24 jam.
 Tahap II – hitung B, yaitu jumlah rata-rata jam perawatan pasien seluruh
bangsal di rumah sakit
B = A X TT
 Tahap III – hitung C, yaitu jumlah rata-rata jam perawatan pasien seluruh
rumah sakit dalam setahun.
C = B X 365 hari
 Tahap IV – hitung D, yaitu perkiraan rata-rata jam perawatan seluruh
pasien rumah sakit selama setahun dihubungkan dengan BOR.
D = C X BOR / 80
 Tahap V – hasilny adalah E, yaitu jumlah perawat yang dibutuhkan.
D
E=
Jam kerja/tahun
Jam kerja pertahun diperoleh dari hasil kerja efektif per tahun, (365 – 52 – 12
– 12) = 289 hari, dikalikan jam kerja efektif perhari (8 – 2 jam) = 6 jam per-
hari. Jadi, jam kerja pertahun adalah 1.734 jam
Angka 80 adalah konstanta yang menyatakan bahwa jumlah tenaga perawat
mencukupi apabila mancapai 80 % dari kebutuhan rumah sakit.

2) Metode Pemberian Asuhan Keperawatan


Pada model ini digunakan metode modifikasi tim, yaitu kombinasi
metode keperawatan primer dan metode tim yang disebut tim primer primary
team (Marram, 2019). Suatu tim akan merawat sejumlah klien mulai masuk
kesuatu ruangan sampai pulang, terutama untuk ketua tim sehingga dapat
meningkatkan kualitas hubungan perawat klien dan akan meningkatkan
kepercayaan klien kepada perawat. Dimana penetapan metode ini didasarkan
pada beberapa alasan sebagai berikut :
a) Metode keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena sebagai
perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan pada tingkat S1
Keperawatan atau setara. Bila menggunakan metode ini berarti dibutuhkan
jumlah S1 keperawatan atau setara dalam jumlah yang lebih banyak. Case
manager atau perawat primer berperan sebagai pembimbing ketua tim dan
menvalidasi rencana tersebut.
b) Metode tim tidak digunakan secara murni karena pada metode ini tanggung
jawab tentang asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim.
Melalui kombinasi kedua metode ini diharapkan terdapat kontinuitas asuhan
keperawatan dan akontabilitas asuhan keperawatan terdapat pada perawatan
primer. Sebagai ketua tim kemampuannya adalah DIII keperawatan dengan
pengalaman minimal 3 tahun di lapangan. Sebagai anggota tim berdasarkan
dari DIII atau SPK. Disamping itu karena saat ini jenis pendidikan perawatan
yang ada di RS mayorirtas SPK (Sekolah Perawatan Kesehatan), mereka akan
mendapat bimbingan dari perawat primer atau ketua tim tentang asuhan
keperawatan.

Gambar 2.3. Organogram Lini (Gillise 1989 dalam Handajani 2018)

Kepala ruangan

Ka.Tim Ka.Tim
4. Ruang Lingkup MPKP (Model Praktik Keperawatan Profesional)
a. Struktur organisasi
1) Pengertian
Organisasi merupakan kerja sama antara dua orang atau lebih yang
bersepakat untuk secara bersama-sama mencapai tujuan yang di miliki dengan
cara tertentu.
Pengorganisasian adalah proses kegiatan penyusunan struktur organisasi
sesuai dengan sumber, tujuan dan lingkungannya.
Struktur organisasi adalah kerangka antara hubungan satuan-satuan
organisasi yang di dalamnya terdapat pejabat, tugas serta wewenang yang
masing-masing mempunyai peranan tertentu dalam kesatuan yang utuh.
2) Tujuan
a) Mempermudah pelaksanaan tugas dengan cara membagikan tugas- tugas ke
pada perawat dan bukan perawat.
b) Memudah pengawasan
3) Prinsip organisasi
Beberapa prinsip yang perlu di perhatiakan dalam organisasi :
a) Adanya pembagian kerja
Prinsip dasarnya untuk mencapai efisiensi, yaitu pekerjaan di bagi-bagi
sehingga orang mengerjakan kegiatan tertentu. Pembagian kerja merupakan
rincian dan pengelompokan aktivitas yang semacam atau erat hubungannya
satu sama lain untuk dilakukan oleh suatu bagian atau pejabat tertentu. Untuk
kepala bidang keperawatan perlu:
 Pendidikan dan pengalaman setiap karyawan
 Peran dan fungsi perawat yang diterapkan di rumah sakit tersebut
 Mengetahui ruang lingkup tugas kepala bidang keperawatan
dankedudukan dalam organisasi.
 Mengetahui batas wewenang dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya
 Mengetahui hal-hal yang dapat di delegasikan ke pada staf dan tenaga
bukan perawat.
Agar pembagian kerja tepat maka dalam pelaksanaannya perlu adanya:
 Job descripsi (uraian jabatan), yaitu kerangka kerja dari karyawan sesuai
dengan posisi dalam mengerjakan tugas
 Pengembangan prosedur, yaitu pengarahan untuk melakukan pekerjaan.
 Deskripsi hasil kerja berupa standar untuk menentukan apakah hasil kerja
sesuai dengan tujuan.
Yang perlu di perhatikan pada pengelompokan dan pembagian kerja:
 Jumlah tugas yang di bebankan kepada seseorang terbatas dan sesuai
dengan kemampuan
 Tiap bangsal atau bagian memiliki perincian aktifitas yang jelas dan
tertulis
 Tiap tenaga memiliki perincian tugas yang jelas
 Vasiasi tugas bagi seseorang diusahakan sejenis atau erat hubungannya
 Mencegah terjadinya pengkotakan antar tenaga atau kegiatan
 Penggolongan tugas berdasarkan kepentingan mendesak, kesulitan dan
waktu
b) Pendelegasian tugas
Pendelegasian adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab staf untuk
bertindak dalam batas-batas tertentu. Dengan mendelegasikan seseorang
pimpinan dapat mencapai tujuan dan sasaran kelompok melalui usaha orang
lain. Selain itu dengan mendelegasikan, seseorang pimpinan mempunyai
waktu lebih banyak untuk melakukan hal-hal lain yang lebih penting seperti
perencanaan dan evaluasi.
Langkah yang harus ditempuh dalam pendelegasian yang efektif :
 Tetapkan tugas yang akan didelegasikan
 Pilihlah orangnya
 Berikan uraian tugas yang akan didelegasikan dengan jelas
 Uraian hasil spesifik yang anda harapkan dan kapan anda harapkan hasil
tersebut
 Jelaskan batas wewenang dan taanggung jawab yang dimiliki staf tersebut
 Minta staf tersebut menyimpulkan pokok tugasnya dan cek penerimaan
staf tersebut atas tugas yang dilegasikan
 Tetapkan waktu untuk mengontrol perkembangannya
 Berikan dukungan
 Evaluasi hasilnya
Hal-hal yang dapat didelegasikan ;
 Wewenang atau autoritas
o Wewenang resmi, yaitu hal untuk memberi perintah dan menuntut
untuk dipatuhi. wewenang ini melekat pada jabatan bukan pada orang
yang memegang jabatan. Wewenang ini dapat dilimpahkan pada orang
lain
o Wewenang pribadi, yaitu kemampuan seseorang untuk memberi
perintah dan dipatuhi. Kemampuan ini melekat pada orang dan tidak
bisa dilimpahkan.
 Tanggung jawab
o Kewajiban yaitu untuk mempertanggung jawabkan hasil yang harus
dilakukan oleh orang yang ditunjuk
o Tugas, yaitu dapat dilakukan oleh orang lain yang bukan orang yang
ditunjuk. Jadi dapat dilimpahkan dengan menyuruh bawahannya untuk
melaksanakannya.
 Hubungan lateral atau horizontal
Merupakan hubungan karyawan atau kepala tingkat organisasi yang sama.
 Koordinasi
Koordinasi adalah Merupakan hubungan karyawan atau kepala tingkat
organisasi yang sama. Koordinasi keselarasan tindakan, usaha, sikap
menyesuaikan antar tenaga yang ada di bangsal. Keselarasan ini dapat
terjalin antar perawat dengan anggota tim kesehatan lain maupun dengan
tenaga dari bagian lain.
Manfaat dari koordinasi :
o Menghindari perasaan lepas antar tugas yang ada dibangsal dan
perasaan lebih penting dari yang lain
o Menumbuhkan rasa saling membantu
o Meninbulkan kesatuan tindakan dan sikap antar staf
4) Manajemen waktu
Dalam mengorganisir sumberdaya, sering kepala bidang keperawatan mengalami
kesulitan dalam mengatur dan mengendalikan waktu.
Untuk mengendalikan waktu agar lebih efektif perlu :
a) Analisa waktu yang dipakai : membuat agenda harian untuk menentukan
katagori kegiatan yang ada, setelah katagori diketahui, tentukan waktu yang
digunakan
b) Memeriksa kembali masing-masing porsi dari katagori aktivitas
c) Menentukan prioritas pekerjaan untuk kegawatan, kemendesakan, dan
perkembangannya serta tujuannya yang hendak dicapai.
d) Mendelegasikan
5) Adanya unsur lini dan staf
b. Tugas dan Tanggung jawab
1) Kepala ruang rawat
Ada ruang rawat dengan MPKP pemula, kepala ruang rawat adalah perawat
dengan kemampuan D3 keperawatan yang berpengalaman dan pada MPKP
tingkat satu adalah perawat dengan kemampuan SKP atau Ners yang
berpengalaman. Kepala ruang rawat bertugas sesuai jam kerja yaitu dinas pagi.
Tugas dan tanggung jawab kepala ruang
a) Mengatur pembagian tugas jaga perawat (jadwal dinas)
b) Mengatur dan mengendalikan kebersihan dan ketrampilan ruangan
c) Mengadakan diskusi dengan staf untuk memecahkan masalah diruangan
d) Bimbingan membimbing siswa atau mahasiswa (bekerja sama dengan
pembimbing klinik). Dalam pemberian askep diruangan, dengan mengikuti
sistim MPKP yang sudah ada
e) Melakukan kegiatan administrasi dan surat menyurat
f) Mengorientasikan pegawai baru residen, mahasiswa kedokteran atau
keperawatan yang akan melakukan praktik diruangan
g) Menciptakan dan memelihara hubungan kerja yang harmonis dengan
klien/keluarga dan tim kesehatan lain, antara lain kepala ruang rawat
mengingatkan kembali klien dan keluarga tentang perawat tim yang
bertanggung jawab terhadap mereka di ruangan yang bersangkutan
h) Memeriksa kelengkapan persediaan status keperawatan minimal lima set
setiap hari
i) Melaksanakan pembinaan terhadap PP dan PA dalam hal implementasi MPKP
termasuk sikap dan tingkah laku profesional
j) Bila PP cuti, tugas dan tanggung jawab PP dapat didelegasikan kepasa PA
senior (wakil PP pemula yang ditunjuk) tetapi tetap dibawah pengawasan
kepala ruang rawat dan CCM
k) Merencanakan dan memfasilitasi ketersediaan fasilitas yang dibutuhkan
diruangan
l) Memantau dan mengevaluasi penampilan kerja semua tenaga yang ada
diruangan, membuat DP3 dan usulan kenaikan pangkat
m)Merencanakan dan melaksanakan evaluasi mutu asuhan keperawatan (bersama
dengan CCM)
n) Membuat peta resiko diruangan
2) Perawat Primer/Ketua Tim
Perawat rimer (PP) pemula adalah perawat lulusan DIII kepewatan dengan
pengalaman minimal 4 tahun dan pada MPKP minimal 1 tahun.PP dapat bertugas
pada pagi, sore atau malam hari.Namun sebaiknya PP hanya bertugas pada pagi
atau sore saja karena bila bertugas pada malam hari, PP akan libur beberapa hari
sehingga sulit untuk menilai perkembangan klien.
Tugas dan tanggung jawan perawat primer :
a) Melakukan konrak dengan klien/keluarga pada awal masuk ruangan sehingga
tercipta hubungan terapeutik. Hubungan ini dibina secara terus menerus.pada
saat melakukan pengkajian/tindakan pada klien /keluarga.
b) Melakukan pengkajian terhadap klien baru atau melengkapi pengkajian yang
sudah dilakukan oleh PP pada sore, malam atau hari libur.
c) Menetapkan rencana asuhan keperawatan berdasarkan analisis standar renpra
sesuai dengan hasil pengkajian
d) Menjelaskan renpra yang sudah ditetapkan kepada PA dibawah tanggung
jawabnya sesuai klien yang dirawat
e) Menetapkan PA yang bertangung jawab ada setiap klien, setia kali giliran jaga.
Pembaggian klien berdasarkan jumlah klien, tingkat ketergantungan klien dan
temat tidur yang berdekatan:
f) Melakukan bimbingan dan evaluasi (mengecek) PA dalam melakkan tindakan
keperawatan, apakah sesuai dengan SOP.
g) Memonitor dokumentasi yang dilakukan oleh PA
h) Membantu tindakan keperawatan yang bersikap terapi keperawatan dan
tindakan keperawatan yang tidak dapat dilakukan oleh PA
i) Mengatur pelaksanaan konsul dan pemeriksaan laboratorium
j) Melakukan kegiatan serah terima klien dibawah tanggung jawabnya besama
PA
k) Mendampingi dr visite klien dibawah tanggung jawabnya.Bila PP tidak ada,
visite didampingi oleh PA sesuai dengan timnya.
l) Melakukan evaluasi asuha keperawatan dan membuat catatan perkembangan
klien setiap hari
m)Melakukan pertemuan dengan klien /keluarga minimal setiap dua hari untuk
membahas kondisi keperawatan klien (bergantung pada kondisi klien)
n) Bila PP cuti /libur, tugas-tugas PP didelegasikan kepada PA yang telah
ditunjuk (wakil PP) dengan bimbingan kepala ruang rawat atau CCM.
o) Memberikan pendidikan kesehatan pada klien/keluarga
p) Membuat perencanaan pulang klien
q) Bekerja sama denganCCM dalam mengidentifikasi isu yang memerlukan
pembuktian sehingga tercipta evidence based practice (EBP).
3) Perawat acocciate/ perawat pelaksana
PA pada MPK pemula atau MPKP tingkat satu, sebaiknya adalah perawat dengan
kemampuan DIII Keperawatan. Namun, pada beberapa kondisi bila belum semua
tenaga mendapat pendidikan tambahan, beberapa MPKP, PA adalah perawat
dengan pendidikan dengan SPK tetapi memiliki pengalaman yang cukup lama
dirumah sakit.
Tugas dan tanggung jawab perawat acocciate :
a) Membaca ranpra yang telah ditetakan PP
b) Membina hubungan tarapeutik dengan klien/ keluarga, sebagai lanjutan
kontrak yang sudah dilakukan PP
c) Menerima klien baru (kontrak dan memberikan informasi berdasarkan format
orientasi klien/keluarga jika PP tidak ada di tempat
d) Memeriksa kerapian dan kelengkapan status keperawatan
e) Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan
mendokumentasikannya pada format yang tersedia
f) Mengikuti visite dokter jika PP tidak ada di tempat
g) Melakukan tinadakan keperawatan pada kliennya berdasarkan renpra
h) Membuat laporan pergantian dinas setelah selesai dinas diparaf
i) Mengkomunikasikan kepada PP /PJ dinas bila menemukan masalah yang perlu
diselesaikan
j) Berperan serta dalam memberikan pendidikan kesehatan pada klien/keluarga
yang dilakukan oleh PP
k) Melakukan inventarisasi fasilitas yang terkaitan dengan timny
l) Membantu tim lainnya yang membutuhkan
m)Memberikan resep dan menerima obat dari keluarga klien yang menjadi
tanggung jawabnya dan berkoordinasi dengan PP
c. Dokumentasi Keperawatan
Pada model ini, standar rencana keperawatan ditetapkan oleh D III Keperawatan,
tetapi hanya meliputi masalah aktual, serta evaluasi pelaksanaan rencana tersebut
dilakukan dengan bimbingan seorang case manager.

4. Timbang Terima / Operan


a. Pengertian
Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu
(laporan ) yang berkaitan dengan keadaan pasien.
b. Tujuan
1) Menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum klien.
2) Menyampaikan hal – hal penting yang perlu ditindak lanjuti oleh dinas
berikutnya.
3) Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya
c. Langkah – langkah
1) Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap
2) Shift yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu mempersiapkan hal – hal
apa yang akan disampaikan.
3) Perawat primer menyampaikan kepada penanggung jawab shift yang
selanjutnya meliputi:
a) Kondisi atau keadaan klien secara umum
b) Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan
c) Rencana kerja untuk dinas yang menerima operan
4) Penyampaian operan diatas harus dilakukan secara jelas dan tidak terburu – buru
5) Perawat primer dan anggota kedua shift dinas bersama – sama langsung melihat
keadaan klien
d. Prosedur timbang terima
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur ini meliputi :
1) Persiapan .
a) Kedua kelompok sudah dalam keadaan siap
b) Kelompok yang akan bertugas menyiapakan buku catatan
2) Pelaksanaan
Dalam penerapan sistem MPKP : primer, timbang terima dilaksanakan oleh
perawat primer kepada perawat primer yang mengganti jaga pada shift berikutnya
a) Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift atau operan
b) Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima
dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah
keperawatan pasien, rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan
serta hal – hal penting lainnya perlu dilimpahkan
c) Hal – hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap
sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserah terimakan kepada
perawat jaga berikutnya.
d) Hal – hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah:
 Identitas pasien dan diagnosa medis
 Masalah keperawatan yang kemingkinan masih muncul
 Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan
 Intervensi kaloboratif dan dependesi
 Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan
selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan
penunjang lainya persiapan untuk konsultasi atau prosedur lainnya yang
tidak dilaksanakan secara rutin.
e) Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi, tanya
jawab dan melakukan validasi terhadap hal – hal yang ditimbang terima dan
berhak menanyakan mengenai hal – hal yang kurang jelas
f) Penyampaian pada saat timbang terima secara singkat dan jelas
g) Lama timbang terima untuk setiap pasien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada
kondisi khusus dan memerlukan penjelasan lengkap dan rinci
h) Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada buku laporan
ruangan oleh perawat primer

5. Ronde Keperawatan
a. Pengertian
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien
yang dilaksanakan oleh perawat, disamping klien dilibatkan untuk membahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus tertentu harus dilakukan
oleh perawat primer dan atau konsuler, kepala ruangan, perawat associate, yang perlu
juga melibatkan seluruh anggota tim.(www.google.metode.pembelajaran.MPKP)
Karakteristik :
1) Klien dilibatkan secara langsung
2) Klien merupakan fokus kegiatan
3) Perawat associate, perawat primer, dan konsuler melakukan
diskusi bersama.
4) Konsuler memfasilitasi kreativitas
5) Konsuler membantu mengembangkan kemampan perawat
associate, perawat primer untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi
masalah.
b. Tujuan
1) Menumbuhkan cara berpikir secara kritis
2) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari
masalah klien
3) Meningkatkan validitas data klien
4) Menilai kemampuan justifikasi
5) Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja
6) Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana keperawatan
c. Peran
1) Perawat primer dan perawat assosciate
Dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah peran yang bisa untuk
memaksimalkan keberhasilan, yang bisa disebutkan antara lain :
a) Menjelaskan keadaan dan data demografi klien
b) Menjelaskan masalah keperawatan utama
c) Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan
d) Menjelaskan tindakan selanjutnya
e) Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil.
2) Peran perawat
a) Memberikan justifikasi
b) Memberikan reinforcement
c) Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta tindakan
yang rasional
d) Mengarahkan dan koreksi
e) Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari
d. Langkah-langkah ronde keperawatan
1) Persiapan
a) Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan ronde
b) Pemberian informed consent kepada klien atau keluarga
2) Pelaksanaan ronde
a) Penjelasan tentang klien oleh perawat primer dalam hal ini penjelasan di
fokuskan pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan atau
telah dilaksanakan dan memilih prioritas yang perlu didiskusikan
b) Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut
c) Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau perawat konselor atau kepala
ruangan tentang masalah klien serta rencana tindakan yang akan dilakukan
d) Tindakan keperawatan pada masalah yang telah dan yang akan ditetapkan

3) Pasca ronde
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta menetapkan
tindakan yang perlu dilakukan
6. Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
a. Definisi
Dokumentasi secara umum merupakan suatu catatan otentik yang dapat
dijadikan bukti dalam persoalan hukum (Nursalam, 2017).
Dokumentasi didefinisikan sebagai segala sesuatu yang tertulis dan tercetak
yang dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang
(Potter dan Perry, 2015)
b. Tujuan Pendokumentasian
Catatan merupakan sumber data yang bermanfaat yang digunakan oleh semua anggota
tim perawatan kesehatan. Tujuannya mencakup komunikasi, tagihan finansial,
edukasi, pengkajian, riset, audit, dan dokumentasi legal.
1) Komunikasi
Pencatatan adalah cara anggota tim kesehatan mengkomunikasikan
konstribusinya terhadap perawatan klien, termasuk terapi individual, edukasi
klien dan penggunaan rujukan untuk perencanaan pemulangan. Rencana asuhan
harus jelas bagi setiap orang yang membaca bagan. Bila anggota staf merawat
klien, catatan harus menjelaskan tindakan yang di butuhkan untuk
mempertahankan kontinuitas dan konsistensi perawatan.
2) Tagihan Finansial
Catatan perawatan klien adalah suatu dokumen yang memperlihatkan sampai
sejauh mana lembaga perawatan kesehatan harus di-reimburse untuk pelayanan
yang diberikan; hal tersebut adalah tagihan klien. Dokumentasi keperawatan
dapat mengakibatkan hal yang berbeda untuk memastikan standar tertinggi
kualitas perawatan dan reimbursement maksimal dari lembaga perawatan
kesehatan. Konstribusi perawat terhadap dokumentasi dapat membantu
menginterpretasikan tipe tindakan yang di terima klien.
3) Edukasi
Catatan klien mengandung berbagai informasi, termasuk diagnosa medis dan
keperawatan, tanda dan gejala penyakit, terapi yang berhasil dan yang tidak
berhasil, temuan diagnostik, dan perilaku klien. Suatu cara efektif untuk
mempelajari tentang sifat dari suatu penyakit dan responya terhadap penyakit
tersebut adalah dengan membaca catatan perawatan klien.
4) Pengkajian
Catatan memberikan data yang digunakan perawat untuk mengidentifikasi dan
mendukung diagnosa keperawatan dan merencanakan intervensi yang sesuai
untuk asuhan. Informasi untuk catatan memberikan hasil tambahan pada hasil
pengamatan dan pengkajian perawat.
5) Riset
Data statistik menunjukkan frekuensi gangguan klinik, komplikasi penggunaan
terapi keperawatan atau medis tertentu, kematian dan pemulihan dari penyakit
dapat dikumpulkan dari catatan klien. Catatan merupakan sumber berharga untuk
menjabarkan karakteristik populasi klien dalam lembaga perawatan kesehatan.
6) Audit dan pemantauan
Tinjauan teratur tentang informasi pada catatan klien memberikan dasar tentang
kualitas dan ketetapan perawatan yang di berikan dalam suatu institusi. Catatan
medis juga diaudit untuk meninjau biaya perawatan klien. Melalui dokumentasi
tentang logistik dan peralatan yang telah di gunakan memastikan biaya tertutupi
dan klien menerima perawatan yang mereka butuhkan.
7) Dokumentasi legal
Catatan medis harus akurat karena catatan tersebut merupakan dokumen legal.
Pendokumentasian adalah salah satu perhatian diri terbaik terhadap tuntutan yang
berkaitan dengan asuhan keperawatan. Catatan berfungsi sebagai deskripsi
tentang apa yang sebenarnya terjadi pada klien. Asuhan keperawatan bisa saja
baik; namun ”asuhan yang tidak didokumentasikan adalah asuhan yang tidak
dilakukan” dalam peradilan hukum. Selain itu, bahkan konsultasi dengan pemberi
perawatan lainnya sangat baik bila didokumentasikan. Untuk melindungi diri
sendiri akibat klien mengabaikan instruksi keperawatan, perawat harus
menunjukkan setiap instruksi atau rujukan dalam catatan medis (Mandell, 2015).
Klien sering kali meminta salinan dari catatan medis mereka, dan mereka
mempunyai hak untuk membaca catatan tersebut. Setiap institusi mempunyai hak
untuk membaca catatan tersebut. Setiap institusi mempunyai kebijakan untuk
mengontrol cara bagaimana catatan disebarluaskan.
Pencatatan tidak semata-mata menjadi rutin atau superfisial, tidak juga berarti
perawat menunggu sampai akhir giliran jaga untuk mencatat asuhan klien.
Dokumentasi yang baik harus dilakukan tepat waktu pemikiran yang cermat.
Empat area masalah komunikasi yang umum dalam malpraktik disebabkan oleh
tidak adekuatnya dokumentasi, yakni :
a) Tidak mencatatkan waktu yang tepat ketika peristiwa terjadi
b) Lalai untuk mencatat pesanan lisan atau lalai untuk mendapat tanda tangan
dari instruksi lisan tersebut
c) Mencatatkan tindakan sebelum dilakukan untuk menghemat waktu
d) Mendokumentasikan data yang tidak tepat
c. Kegunaan Dokumentasi
Dokumentasi keperawatan mempunyai beberapa kegunaan bagi perawat dan klien
antara lain :
1) Sebagai alat komunikasi
Dokumentasi dalam mmberikan asuhan keperawatan yang terkoordinasi dengan
baik akan menghindari atau mencegh informasi yang berulang. Kesalahan juga
akan berkurang sehingga dapat meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.
Disamping itu, komunikasi juga dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
2) Sebagai mekanisme pertanggung-gugatan
Standar dokumentasi memuat aturan atau ketentuan tentang pelaksanaan
pendokumentasian. Oleh karena itu, kualitas kebenaran standar
pendokumentasian akan mudah dipertanggung jawabkan dan dapat digunakan
sebagai perlindungan atas gugatan karena sudah memiliki standar hukum.
3) Metode pengumpulan data
Dokumentasi dapat digunakan untuk melihat data-data pasien tentang kemajuan
atau perkembangan dari pasien secara objektif dan mendeteksi kecenderungan
yang mungkin terjadi. Dapat digunakan juga sebagai bahan penelitian, karena
data-datanya otentik dan dapat dibuktikan kebenaranya. Selain itu, dokumentasi
dapat digunkan sebagai data statistik.
4) Sarana pelayanan keperawatan secara individual
Tujuan ini merupakan integrasi dari berbagai aspek klien tentang kebutuhan
terhadap pelayanan keperawatan yang meliputi kebutuhan bio, psiko, sosial, dan
spiritual sehingga individu dapat merasakan manfaat dari pelayanan keperawatan.
5) Sarana evaluasi
Hasil akhir dari asuhan keperawatan yang telah didokumentasikan adalah
evaluasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan tindakan keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan.
6) Sarana meningkatkan kerja sama antar tim kesehatan
Melalui dokumentasi, tenaga dokter, ahli gizi, fisioterapi, dan tenaga kesehatan,
akan saling kerjasama dalam memberi tindakan yang berhubungan dengan klien.
Karena hanya lewat bukti-bukti otentik dari tindakan yang telah dilaksanakan,
kegiatan tersebut akan berjalan secara profesional.
7) Sarana pendidikan lanjutan
Bukti yang telah ada menuntut adanya sistem pendidikan yang lebih baik dan
terarah sesuai dengan program yang diinginkan klien. Khusus bagi tenaga
perawat bkti tersebut dapat digunakan sebagai alat untuk meningkatkan
pendidikan lanjutan tentang layanan keperawatan.
8) Digunakan sebagai audit pelayanan keperawatan
Dokumentasi berguna untuk memantau kualitas layanan keperawatan yang telah
diberikan sehubungan dengan kompetensi dalam melaksanakan asuhan
keperawatan.
d. Implikasi Legal dan Etis Dalam Dokumentasi
Dokumentasi proses kperawatan bila dilihat dari kegiatannya banyak
membuang waktu untuk pencatatan dan penulisan. Tetapi dalam pelaksanaan tidak
demikian bila dokumentasi memenuhi syarat standar dokumentasi yang benar.
Pelaksanaan penerapan dokumentasi keperawatan saat ini masih belum dapat
diterima dikalangan tim medis atau tim kesehatan lainnya.. Dalam kesehariannya,
seorang dokter mencari informasi data pasien dari perawat melalui oral atau lisan. Hal
ini sangat perlu bila sewaktu-waktu ada masalah lain yang berkaitan dengan aspek
legal. Dan untuk menghindari masalah ini dibuat sistem dokumentasi yang efektif
serta adanya penerapan secara langsung di klinik.
Dokumentasi keperawatan dikatakan mempunyai implikasi hukum apabila
dokumen catatan perawatan kesehatan pasien diakui secara hukum dan dapat
dijadikan bukti dalam persidangan. Informasi di dalam dokumen tersebut dapat
memberikan catatan secara singkat tentang perawatan kesehatan pasien. Agar catatan
benar-benar sesuai dengan standar hukum maka sangat diperlukan aturan pencatatan
sebagai berikut :
1) Hendaknya dapat memahami dasar hukum dari tuntutan malpraktek yang
kemungkinan melibatkan para perawat.
2) Dapat memberikan informasi kondisi pasien secara tepat.
3) Buat catatan singkat tentang komunikasi perawat dengan dokter dan intervensi
perawatan yang telah dilakukan.
4) Memperhatikan fakta-fakta secara tepat dan akurat mengenai penerapan proses
keperawatan.
5) Memperhatikan situasi perawatan pasien dengan jalan mencatat secara rinci
masalah kesehatan pasien yang kompleks.
Selain aturan yang ada dalam hukum khususnya yang berkaitan dengan aspek
pendokumentasian maka diperlukan pengetahuan tentang arti hukum terhadap status
atau kondisi klien.
Pembuatan catatan harus berdasarkan standar perawatan yang ditetapkan hukum
sebagai bentuk perlindungan diri yang sah dari gugatan hukum. Maka harus
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) Legal (sah)
2) Kesalahan
3) Kelalaian
4) Malpraktik
5) Standar perawatan
6) Kewajiban
7) Pelanggaran
8) Kelalaian kasual
9) Ganti rugi
10) Liabilitas
Ada beberapa situasi yang bisa memberi kecenderungan pada tuntutan hukum
dalam dokumentasi keperawatan, yaitu :
1) Kesalahan administrasi pengobatan
2) Kelemahan dalam supervisi diagnosa secara adekuat dan penggunaan alat
3) Kelalaian dalam mengangkat/ mencek benda asing setelah operasi
4) Mengakibatkan klien mengancam luka
5) Pemberhentian obat oleh perawat
6) Tidak memperhatikan teknik anti septik yang diharuskan
7) Tidak mengikuti peraturan dan prosedur yang diharuskan
Terdapat empat elemen kecerobohan yang harus dibuktikan penuntut sebelum
tuduhan dikenakan :
1) Melalaikan suatu tugas
2) Tidak memenuhi standar praktik keperawatan
3) Adanya hubungan sebab akibat terjadinya cidera
4) Kerugian yang aktual (hasil lalai)
Pelaksanaan etik dalam dokumentasi keperawatan ada tiga hal yang perlu
diperhatikan yaitu :
1) Pandangan etik dokumentasi keperawatan
2) Menjaga kerahasiaan (privasi pasien)
3) Moral perjanjian
e. Proses Dokumentasi Sebagai Kerangka Kerja Dokumentasi
Proses keperawatan merupakan suatu modalitas pemecahan masalah yang
didasari oleh metode ilmiah yang memerlukan pemeriksaan secara sistematis serta
identifikasi masalah dengan pengembangan strategi untuk memberikan hasil yang
diinginkan.
Proses keperawatan adalah salah satu alat bagi perawat untuk memecahkan
masalah yang terjadi pada pasien. Proses keperawatan mengandung unsur-unsur yang
bermanfaat bagi perawat dan klien. Perawat dan klien membutuhkan proses asuhan
keperawatan, merencanakan, melaksanakan dan menilai hasil dari asuhan
keperawatan. Semua itu memerlukan pendokumentasian sehingga perawat
mendapatkan data klien dengan sistematis.
Proses dokumentasi terdiri dari :
1) Dokumentasi Pengkajian
Dokumentasi pengkajian merupakan catatan tentang hasil pengkajian yang
dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data dasar
tentang klien dan membuat catatan tentang respons kesehatan klien.
Pengkajian adalah langkah awal dari tahapan proses keperawatan. Tujuan
dokumentasi pengkajian adalah :
a) Untuk mengidentifikasi berbagai kebutuhan dan respons pasien terhadap
masalah yang dapat mempengaruhi perawatan
b) Untuk konsolidasi dan organisasi informasi yang di dapat dari berbagai
sumber tentang masalah kesehatan pasien sehingga dapat dianalisis dan
diidentifikasi
c) Untuk dapat dijadikan sebagi ukuran dalam mencapai / mendapatkan
informasi. Dengan kata lain, dapat dijadikan sebagai rujukan untuk ukuran dan
perubahan kondisi pasien
d) Untuk mengidentifikasi berbagai macam karakteristik serta kondisi pasien dan
respons yang akan mempengaruhi perencanaan perawatan
e) Untuk menyediakan data yang cukup pada kebenaran hasil observasi terhadap
respons pasien
f) Untuk menyediakan dasar pemikiran pada rencana keperawatan
2) Dokumentasi Diagnosa Keperawatan
Diagnose keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang,
keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang akurat atau potensial (NANDA, 2018). Diagnose keperawatan
memberikan dasar pemilihan intervensi yang menjadi tanggung gugat perawat.
Metode dokumentasi diagnose keperawatan :
a) Gunakan format PES untuk semua masalah actual dan PE untuk masalah risiko
b) Catat diagnose keperawatan risiko dan risiko tinggi ke dalam masalah atau
format diagnose keperawatan
c) Gunakan istilah diagnose keperawatan yang dibuat dari daftar NANDA atau
lainnya
d) Mulai pertanyaan diagnose keperawatan dengan mengidentifikasi informasi
tentang data untuk diagnose keperawatan
e) Masukan pertanyaan diagnose keperawatan ke dalam daftar masalah
f) Hubungkan setiap diagnose keperawatan ketika menemukan masalah
perawatan
g) Gunakan diagnose keperawatan sebagai pedoman untuk pengkajian,
perencanaan, intervensi dan evaluasi
Untuk memudahkan dalam mendokumentasikan proses keperawatan, harus
diketahui beberapa tipe diagnose keperawatan. Tipe diagnose keperawatan
meliputi tipe :
a) Diagnosa Keperawatan Aktual
Diagnosa keperawatan actual menurut NANDA adalah menyajikan keadaan
klinis yang telah divalidasikan melalui batasan karakteristik mayor yang
diidentifikasi. Diagnose ini memiliki empat komponen diantaranya : label,
definisi, batasan karakteristik dan factor yang berhubungan.
b) Diagnosa Keperawatan Risiko atau Risiko Tinggi
Menurut NANDA, diagnose keperawatan risiko adalah keputusan klinis
tentang individu, keluarga atau komunitas yang sangat rentan untuk
mengalami masalah disbanding individu atau kelompok lain pada situasi yang
sama atau hamper sama.
c) Diagnosa Keperawatan Kemungkinan
Menurut NANDA, diagnose keperawatan kemungkinan adalah pernyataan
tentang masalah yang diduga masih memerlukan data tambahan dengan
harapan masih diperlukan untuk memastikan adanya tanda dan gejala utama
adanya factor risiko.
d) Diagnosa Keperawatan Sejahtera
Menurut NANDA, diagnose sejahtera merupakan ketentuan klinis mengenai
individu, kelompok atau masyarakat dalam transisi dari tingkat kesehatan
khusus ke tingkat kesehatan yang lebih baik. Cara pembuatan diagnose ini
menggabungkan pernyataan fungsi positif dalam masing-masing pola
kesehatan fungsional sebagai alat pengkajian yang disahkan.
e) Diagnosa Keperawatan Sindrom
Menurut NANDA, diagnose keperawatan sindrom adalah diagnose
keperawatan yang terdiri dari sekelompok diagnose keperawatan actual atau
risiko tinggi yang diduga akan muncul karena suatu kejadian atau situasi
tertentu.
3) Dokumentasi Rencana Keperawatan
Dokumentasi rencana keperawatan merupakan catatan tentang penyusunan
“Rencana tindakan keperawatan” yang akan dilakukan. Hal ini dilakukan untuk
menanggulangi masalah dengan cara mencegah, mengurangi dan menghilangkan
masalah.
Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses
keperawatan yang meliputi tujuan perawatan, penetapkan pemecahan masalah
dan menentukan tujuan perencanaan untuk mengatasi masalah pasien.
Rencana keperawatan memuat tujuan sebagai berikut :
a) Konsolidasi dan organisasi informasi pasien sebagai sumber dokumentasi
b) Sebagai alat komunikasi antara perawat dank lien
c) Sebagai alat komunikasi antaranggota tim kesehatan
d) Langkah dari proses keperawatan (pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi ) yang merupakan rangkaian yang tidak dapat dipisahkan
4) Dokumentasi Intervensi Keperawatan
Dokumentasi intervensi merupakan catatan tentang tindakan yang
diberikan oleh perawat. Dokumentasi intervensi mencatat pelaksanaan rencana
perawatan, pemenuhan criteria hasil dari tindakan keperawatan mandiri dan
kolaboratif.
Tujuan intervensi keperawatan adalah mengatasi masalah yang terjadi pada
manusia.intervensi keperawatan dicatat untuk mengomunikasikan rencana
perawatan, mencapai tujuan, dilakukan intervensi yang tepat sesuai dengan
masalah serta tetap melakukan pengkajian untuk evaluasi efektif terhadap
perawatan.
5) Dokumentasi Evaluasi
Dokumentasi evaluasi merupakan catatan tentang indikasi kemajuan pasien
terhadap tujuan yang dicapai. Evaluasi bertujuan untuk menilai keefetifan
perawatan dan untuk mengomunikasikan status pasien dari hasil tindakan
keperawatan. Evaluasi memberikan informasi, sehingga memungkinkan revisi
perawatan.
Evaluasi adalah tahapan akhir dari proses keperawatan. Evaluasi
menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah
direncanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan
criteria hasil yang telah di buat pada tahap perencanaan.
Terdapat dua tipe dokumentasi evaluasi yaitu evaluasi formatif yang
menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan intervensi dengan
respons segera dan evaluasi sumatif yang merupakan rekapitulasi dari hasil
observasi dan analisis status pasien pada waktu tertentu.

Anda mungkin juga menyukai