Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PROBLEM BASE LEARNING

DEMAM
MEKANISME DASAR PENYAKIT

Oleh:

Kelompok V

KETUA KELOMPOK : Bunga Dhiaz Anggraiani


: Nurul Aisyah Sudirman (Scriber 1)
: A. Tri Putri Namirah
: Apriani Sahid
: Kurniawan Arham Thaief
ANGGOTA
: Nomarihi Goraahe
KELOMPOK
: Nur Alifka Riska Amalia
: Nur Fadylah Yanti
: Shanun Shari Sakunti
: Sitti Aisyah N. A.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syurkur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat,
rahmat, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan pleno modul
“DEMAM”. Salawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
keluarga, sahabat, dan kita sebagai penerus hingga akhir zaman.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada fasilitator dan teman-teman yang telah
membimbing dan membantu kami dalam mempelajari, memahami, dan menyelesaikan
laporan ini. Kami menyadari masih bahwa laporan ini masih banyak kekurangan. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
kesalahan dikemudian hari.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata kami ucapkan terima kasih dan
semoga laporan ini dapat bermanfaat.

Makassar, 16 April 2019

Kelompok V
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Skenario.......................................................................................................................1
1.2 Kata Sulit dan Kata Kunci...........................................................................................1
1.3 Daftar Pertanyaan........................................................................................................1
1.5 Learning Outcome.......................................................................................................2
1.6 Problem Tree...............................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................4
2.1 Definisi Demam...........................................................................................................4
2.2 Organ yang Berkaitan dengan Demam........................................................................4
2.3 Mekanisme Terjadinya Demam..................................................................................5
2.4 Etiologi dari Demam...................................................................................................5
2.5 Gejala dari Demam......................................................................................................6
2.6 Klasifikasi Demam......................................................................................................7
2.7 Klasifikasi Suhu Tubuh...............................................................................................7
2.8 Letak Pengukuran Suhu Tubuh...................................................................................7
2.9 Pengobatan Demam.....................................................................................................8
2.10 Hubungannya Demam dengan Kejang........................................................................9
2.11 Keuntungan dan Kerugian dari Demam......................................................................9
2.12 Hubungan Demam dengan Jenis Kelamin dan Umur.................................................9
2.13 Definisi dari Kejang Demam.......................................................................................9
2.14 Integrasi Keislaman Terhadap Skenario....................................................................10
BAB III PENUTUP..................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Skenario
Seorang anak laki-laki 3 tahun dibawa oleh ibunya ke puskesmas karena demam.
Ibu mengatakan demam dialami sejak 2 hari yang lalu. Ada riwayat kejang demam 3
bulan yang lalu.

1.2 Kata Sulit dan Kata Kunci


Kata sulit :
1. Demam.
2. Kejang demam.

Kata kunci :

1. Anak laki-laki 3 tahun.


2. Demam sejak 2 hari yang lalu.
3. Mempunyai riwayat kejang demam 3 bulan yang lalu.

1.3 Daftar Pertanyaan


1. Apa definisi dari demam?
2. Organ apa saja yang berkaitan dengan demam?
3. Bagaimana mekanisme terjadinya demam?
4. Apa saja etiologi dari demam?
5. Apa saja gejala dari demam?
6. Apa saja klasifikasi demam?
7. Apa saja klasifikasi suhu tubuh?
8. Dimana letak pengukuran suhu tubuh?
9. Apa saja pengobatan demam?
10. Apa hubungannya demam dengan kejang?
11. Apa keuntungan dan kerugian dari demam?
12. Apa hubungan demam dengan jenis kelamin dan umur?
13. Apa definisi dari kejang demam?
14. Bagaimana integrasi keislaman terhadap skenario?

1.5 Learning Outcome


1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan defisini dari demam.
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan organ yang berkaitan dengan
demam.
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mekanisme terjadinya demam.
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan etiologi dari demam.
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan gejala dari demam.
6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan klasifikasi demam.
7. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan kalsifikasi suhu tubuh.
8. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan letak pengukuran suhu tubuh.
9. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pengobatan demam.
10. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan hubungan demam dengan
kejang.
11. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan keuntungan dan kerugian dari
demam.
12. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan hubungan demam dengan jenis
kelamin dan usia.
13. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan definisi kejang demam.
14. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan integrasi keislaman terhadap
skenario.
1.6 Problem Tree
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Demam1


Demam adalah peninggian suhu tubuh dari variasi suhu normal sehari-hari yang
berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu di hipotalamus. Suhu tubuh
normal berkisar antara 36,5-37,2°C. Derajat suhu yang dapat dikatakan demam adalah
rectal temperature ≥38°C atau oral temperature ≥37,5°C atau axillary temperature
≥37,2°C.
Istilah lain yang berhubungan dengan demam adalah hiperpireksia.
Hiperpireksia adalah suatu keadaan demam dengan suhu >41,5°C yang dapat terjadi
pada pasien dengan infeksi yang parah tetapi paling sering terjadi pada pasien dengan
perdarahan sistem saraf pusat.

2.2 Organ yang Berkaitan dengan Demam2


Hipotalamus menerima informasi suhu tubuh bagian dalam dari suhu darah
yang masuk ke otak dan informasi suhu luar tubuh dari reseptor panas di kulit.
Termostat dalam hipotalamus diatur pada set point sekitar suhu 37°C dengan rentang
sekitar 10°C dan suhu dipertahankan dengan menjaga keseimbangan pembentukan
atau pelepasan panas. Saraf eferen dari hipotalamus terdiri dari saraf somatik dan
saraf autonom, sehingga hipotalamus dapat mengatur aktifitas otot, kelenjar keringat,
peredaran darah, dan ventilasi paru. Hipotalamus posterior merupakan pusat pengatur
yang bertugas meningkatkan produksi panas dan mengurangi pengeluaran panas. Bila
suhu luar lebih rendah, pembentukan panas akan dilakukan dengan meningkatkan
metabolisme, dengan mekanisme kontraksi otot/menggigil, pengeluaran panas akan
dikurangi dengan vasokonstriksi pembuluh darah kulit dan pengurangan produksi
keringat. Hipotalamus anterior merupakan pusat pengatur pengeluaran panas. Bila
suhu di luar tubuh lebih tinggi maka pengeluaran panas ditingkatkan dengan cara
vasodilatasi, evaporasi (berkeringat), radiasi (dipancarkan), kontak (bersinggungan/
kompres), aliran (dari daerah panas ke dingin), dan konveksi. Permukaan tubuh anak
relatif lebih luas dibandingkan dewasa, sehingga proses penguapan dan radiasi sangat
penting, terutama untuk daerah tropis.
2.3 Mekanisme Terjadinya Demam3
Sebagai respon terhadap rangsangan pirogenik, maka monosit dan makrofag
mengeluarkan suatu zat kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen IL-1 (interleukin
1), TNFα (Tumor Necrosis Factor α), IL-6 (interleukin 6), dan INF (interferon).
Pirogen eksogen berasal dari luar tubuh seperti toksin. Kemudian merangsang
hipotamus untuk meningkatkan produksi asam arakhidonat dan prostaglandin
yang kemudian meningkatkan suhu tubuh.
Hipotalamus memepertahankan suhu di titik patokan yang baru dan bukan di
suhu norml. Sebagai contoh, pirogen endogen meningkatkan titik patokan menjadi
38,9°C, hipotalamus merasa bahwa suhu normal prademam sebesar 37°C terlalau
dingin dan organ ini memicu mekanisme respon dingin untuk meningkatkan suhu
tubuh. (GANONG, 2002)

2.4 Etiologi dari Demam


Demam dapat disebabkan oleh faktor infeksi ataupun faktor non infeksi.
Demam akibat infeksi bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur, ataupun
parasit. Infeksi bakteri yang pada umumnya menimbulkan demam pada anak-anak
antara lain pneumonia, bronkitis, osteomyelitis, appendisitis, tuberculosis, bakteremia,
sepsis, bakterial gastroenteritis, meningitis, ensefalitis, selulitis, otitis media, infeksi
saluran kemih, dan lain-lain.4
Infeksi virus yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain viral
pneumonia, influenza, demam berdarah dengue, demam chikungunya, dan virus-virus
umum seperti H1N1. Infeksi jamur yang pada umumnya menimbulkan demam antara
lain coccidioides imitis, criptococcosis, dan lain-lain. Infeksi parasit yang pada
umumnya menimbulkan demam antara lain malaria, toksoplasmosis, dan
helmintiasis.5
Demam akibat faktor non infeksi dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain
faktor lingkungan (suhu lingkungan yang eksternal yang terlalu tinggi, keadaan
tumbuh gigi, dll), penyakit autoimun (arthritis, systemic lupus erythematosus,
vaskulitis, dll), keganasan (Penyakit Hodgkin, Limfoma non- hodgkin, leukemia, dll),
dan pemakaian obat-obatan (antibiotik, difenilhidantoin, dan antihistamin).4
Demam fisiologis, bisa karena kekurangan cairan (dehidrasi), suhu udara terlalu
panas dan kelelahan setelah bermain disiang hari (Febry & Marendra, 2010).

2.5 Gejala dari Demam6

Gejala yang menyertai demam tergantung kepada penyebab demam itu sendiri.
Berikut ini adalah contoh gejala yang bisa menyertai demam:

1. Sakit kepala.
2. Berkeringat dingin.
3. Menggigil.
4. Dehidrasi.
5. Batuk-batuk.
6. Sakit tenggorokan.
7. Sakit pada telinga.
8. Diare dan muntah-muntah.
9. Sakit otot.
10. Kehilangan selera makan.
11. Merasa kelelahan.
12. Kulit kemerahan.
13. Peningkatan frekuensi pernafasan.
2.6 Klasifikasi Demam7
Empat jenis demam menurut Kozier, Erb, Berman, dan Snyder tahun 2010:
1. Demam Intermiten
Suhu tubuh berubah-ubah dalam interval yang teratur, antara periode demam
dan periode normal secara abnormal.
2. Demam Remiten
Terjadi fluktasi suhu dalam rentang yang luas (lebih dari 2°C) dan suhu tubuh
berada diatas normal selama 24 jam.
3. Demam Kambuhan
Masa febril yang pendek selama beberapa hari diselingi dengan periode suhu
normal selama 1-2 hari.
4. Demam Konstan
Suhu tubuh akan sedikit berfluktuasi, tetapi berada diatas suhu normal.

2.7 Klasifikasi Suhu Tubuh8

Klasifikasi Suhu Tubuh dibagi menjadi :


1. Hipotermia, bila suhu tubuh kurang dari 36° C.
2. Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36 – 37,5° C.
3. Febris / Pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5 – 40° C.
4. Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40° C.

2.8 Letak Pengukuran Suhu Tubuh9

Kelebihan dan kekurangan dari empat lokasi pengukuran suhu tubuh:

1. Oral mudah diakses dan nyaman ,Termometer kaca dapat pecah bila tergigit.
Nilai tidak akurat apabila klien baru saja mengkonsumsi cairan atau makanan
yang dingin atau panas atau merokok.
2. Rektal Hasil reliabel Tidak nyaman dan lebih tidak menyenangkan bagi klien,
sulit dilakukan pada klien yang tidak dapat miring kiri kanan, dapat melukai
rektum. Adanya feses dapat mengganggu penempatan termometer. Apabila
feses lunak, termometer dapat masuk kedalam feses bukan ke dinding rektum.
3. Aksila Aman dan noninvasif Termometer harus dipasang dalam waktu yang
lama agar memperoleh hasil yang akurat.
4. Membran timpani ,Mudah diakses, mencerminkan suhu inti, sangat cepat.
Dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dan beresiko terjadi perlukaan apabila
termometer diletakan terlalu dalam ke lubang telinga. Pengukuran berulang
dapat menunjukan hasil yang berbeda. Adanya serumen dapat mempengaruhi
bacaan hasil.

2.9 Pengobatan Demam10


1. Terapi Fisik
Terapi fisik merupakan upaya yang dilakukan untuk menurunkan demam
dengan cara memberi tindakan atau perlakuan tertentu secara mandiri. Tindakan
paling sederhana yang dapat dilakukan adalah mengusahakan agar anak tidur
atau istirahat supaya metabolismenya menurun. Selain itu, kadar cairan dalam
tubuh anak harus tercukupi agar kadar elektrolit tidak meningkat saat evaporasi
terjadi. Memberi aliran udara yang baik, memaksa tubuh berkeringat, dan
mengalirkan hawa panas ke tempat lain juga akan membantu menurunkan suhu
tubuh. Membuka pakaian/selimut yang tebal bermanfaat karena mendukung
terjadinya radiasi dan evaporasi.
Pemberian kompres hangat dengan temperatur air 29,5- 32°C dapat
memberikan sinyal ke hipotalamus dan memacu terjadinya vasodilatasi
pembuluh darah perifer. Hal ini menyebabkan pembuangan panas melalui kulit
meningkat sehingga terjadi penurunan suhu tubuh menjadi normal kembali.
2. Terapi non-fisik
1. Parasetamol (Asetaminofen)
Parasetamol (Asetaminofen) merupakan metabolit fenasetin dengan
efek antipiretik yang sama dan telah digunakan sejak tahun 1893.
Parasetamol merupakan penghambat prostaglandin yang lemah. Efek
analgesik parasetamol serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan atau
mengurangi nyeri ringan sampai sedang.

2. Ibuprofen
Ibuprofen merupakan turunan asam propionat yang berkhasiat
sebagai antiinflamasi, analgetik, dan antipiretik. Efek analgesiknya sama
seperti aspirin, sedangkan daya antiinflamasi yang tidak terlalu kuat. Efek
samping yang timbul berupa mual, perut kembung, dan perdarahan, tetapi
lebih jarang dibandingkan aspirin.

2.10 Hubungannya Demam dengan Kejang11


1. Demam dapat menurunkan nilai ambang kejang pada sel-sel yang belum
matang.
2. Timbul dehidrasi sehingga terjadi gangguan elektrolit yang menyebabkan
gangguan permeabilitas membran sel.
3. Metabolisme basal meningkat, sehingga terjadi timbunan asam laktat dan
karbondioksida yang akan merusak neuron.
4. Demam meningkatkan cairab cerebro spinal serta meningkatkan kebutuhan
oksigen dan glukosa, sehingga menyebabkan gangguan pengaliran ion-ion kelur
masuk sel.

2.11 Keuntungan dan Kerugian dari Demam12

Demam atau panas pada anak itu umumnya justru dibutuhkan sebagai salah
satu bentuk perlawanan tubuh terhadap infeksi. Tetapi apakah ada sisi negatifnya.
Kerugian yang bisa terjadi akibat demam:

1. Dehidrasi - karena pada saat demam, terjadi peningkatan pengeluaran cairan


tubuh sehingga dapat menyebabkan dehidrasi.
2. Kejang demam, tetapi kemungkinannya sangat kecil. Selain itu, kejang demam
hanya mengenai bayi usia 6 bulan sampai anak usia 3 tahun. Terjadi pada hari
pertama demam, serangan pertama jarang sekali terjadi pada usia <6 bulan atau
>3 tahun. Gejala: anak tidak sadar, kejang tampak sebagai gerakan seluruh
tangan dan kaki yang terjadi dalam waktu sangat singkat.

2.12 Hubungan Demam dengan Jenis Kelamin dan Umur13


Berdasarkan hasil penelitian ini ternyata antara umur dan jenis kelamin tidak
berpengaruh, terhadap penurunan suhu tubuh. Pada diagnosa medis dan terapi medis
ada, tetapi tidak termasuk penulis teliti.

2.13 Definisi dari Kejang Demam14


Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rectal diatas 38C) yang di sebabkan oleh proses ekstra kranial. Kejang demam
merupakan kelainan terbanyak diantara penyakit saraf pada anak kurang lebih 3%
anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun pernah menderita serangan kejang demam.

2.14 Integrasi Keislaman Terhadap Skenario15


Pada dasarnya demam merupakan bagian dari panasnya api neraka.
Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya penyakit demam (panas)
adalah berasal dari panas neraka jahannam.” (HR. Imam Bukhari) Tak hanya itu,
hampir semua manusia pasti pernah mengalami penyakit demam. Bahkan demam
tersebut merupakan jatah dari neraka bagi setiap umat Islam. Dari Munad Ibnu Syihab
dan dinukil oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari, Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu pernah
berkata, “Demam adalah bagian jatah seorang mukmin dari neraka.”

Tak hanya orang biasa, Rasulullah SAW sendiri juga pernah mengalami sakit
demam. Bahkan sakit demam yang dialami oleh Rasulullah SAW sangatlah
menyakitkan. Sebab demam tersebut panasnya dua kali lipat dari panas demam yang
dialami oleh manusia.

Abu Sa’id Al-Khudri RA berkata, “Aku pernah mengunjungi


Rasulullah SAW yang saat itu sedang sakit. Kemudian Aku letakkan tanganku di atas
selimut Nabi SAW, aku dapati panasnya (sangat panas karena yang disentuh adalah
selimutnya, bukan badannya). Aku berkata, “wahai Rasulullah, betapa beratnya
demam ini!” Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya kami
para nabi, diberi ujian yang sangat berat, sehingga pahala kami dilipat gandakan.”

Abu Said pun bertanya, ‘wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling berat
ujiannya?’ Rasulullah SAW menjawab, “Para nabi, kemudian orang shaleh. Sungguh
ada diantara mereka yang diuji dengan kemiskinan, sehingga harta yang dimiliki
tinggal baju yang dia gunakan. Sungguh para nabi dan orang shaleh itu, lebih bangga
dengan ujian yang dideritanya, melebihi kegembiraan kalian ketika mendapat rezeki.”
(HR. Al-Baihaqi)

Ternyata demam dapat menjadi perantara untuk menghilangkan dosa-dosa


manusia. Dari Jabir radiyallahu ‘anhu, “Bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam menjenguk Ummu as-Saib (atau Ummu al-Musayyib), kemudian beliau
bertanya, ‘Apa yang terjadi denganmu wahai Ummu al-Sa’ib (atau wahai Ummu al-
Musayyib), kenapa kamu bergetar?’ Dia menjawab, ‘Sakit demam yang tidak ada
keberkahan Allah padanya.’ Maka beliau bersabda, ‘Janganlah kamu mencela demam,
karena ia menghilangkan dosa anak Adam, sebagaimana alat pemanas besi mampu
menghilangkan karat’.” (HR. Muslim)

Sesungguhnya, segala macam penyakit yang dialami oleh manusia hendaknya


dihadapi dengan penuh kesabaran. Begitu pula dengan penyakit demam, rasa panas
yang ditimbulkan akibat demam tentu bisa menggugurkan dosa-dosa seseorang
apabila orang tersebut mampu bersabar. Rasulullah SAW bersabda, “Setiap muslim
yang terkena musibah penyakit atau yang lainnya, pasti akan hapuskan kesalahannya,
sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya.” (HR. Al Bukhari & Muslim)

Meskipun demikian, kita tidak diperbolehkan untuk pasrah begitu saja tanpa
berobat saat mengalami demam. Menurut Rasulullah SAW, hendaknya demam diatasi
dengan mengkompres tubuh dengan air. Sebagaimana Rasulullah SAW
bersabda, “Demam berasal dari kepanasan api neraka yang mendidih, maka
padamkanlah ia dengan air”. (HR. Bukhari & Muslim)
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Demam adalah peninggian suhu tubuh dari variasi suhu normal sehari-hari yang
berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu di hipotalamus. Suhu tubuh
normal berkisar antara 36,5-37,2°C. Derajat suhu yang dapat dikatakan demam adalah
rectal temperature ≥38°C atau oral temperature ≥37,5°C atau axillary temperature
≥37,2°C. Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rectal diatas 38C) yang di sebabkan oleh proses ekstra kranial. Kejang
demam merupakan kelainan terbanyak diantara penyakit saraf pada anak kurang lebih
3% anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun pernah menderita serangan kejang demam.
3.2
DAFTAR PUSTAKA

1. Dinarello, C.A., Gelfand, J.A., 2005, Fever and Hyperthermia.In: Kasper, D.L., et. al.,
ed. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16th ed. The McGraw-Hill Company.
Singapore:, hal. 104-8. Kaneshiro, N.K., Zieve, D., 2010, Fever.University of
Washington.
2. Ismoedijanto. Agustus 2000. Demam pada anak.sari pediatri vol.2, no.2. Hal. 103
3. Price S. Wilson patfisiologi, ed 6. Jakarta: EGC, 2005
4. Graneto, J.W., 2010, Pediatric Fever. Chicago College of Osteopathic Medicine of
Midwestern University
5. Jenson, H.B., and Baltimore, R.S., 2007, Infectious Disease: Fever without a focus. In:
Kliegman, R.M., Marcdante, K.J., Jenson, H.B., and Behrman, R.E., ed. Nelson
Essentials of Pediatrics. 5thed. New York: Elsevier, 459- 461.
6. Mulyati, Sri, dkk. 29 september 2012. Model Sistem Pendukung Keputusan Untuk
Diagnosis Penyakit Anak Dengan Gejala Demam Menggunakan Naive Bayesian
Classification. SNIMed III. Yogyakarta. Hal : 50.
7. Kozier,B.,Glenora Erb, Audrey Berman dan Shirlee J.Snyder. (2010). Buku Ajar
Fundamental ( Alih bahasa : Esty Wahyu ningsih, Devi yulianti, yuyun yuningsih. Dan
Ana lusyana ). Jakarta :EGC
8. Siti asfuah.april 2012. Buku saku keperawatan dan kebidanan. Yogyakarta . Nuha
medika. Hal.5-6
9. Barbara, Glenora, Audrey, & J., 2010.
10. Rini Nindela, Msy Rita Dewi, Iskandar Z Ansori. JURNAL KEDOKTERAN
KESEHATAN: Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya 1 (1), 41-
45, 2014.
11. Arifuddin A. ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN KEJANG DEMAM DI
RUANG PERAWATAN ANAK RSU ANUTAPURA PALU. Jurnal Kesehatan
Tadulako ; Jul 2016 ; 2 (2).
12. Purwanti,sri. 2008. Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada
Pasien Anak Hipertermia Di Ruang Rawat Inap Rsud Dr. Moewardi Surakarta. Berita
Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol. 1. No. 2.,hal : 84-85
13. Purwanti S dan Ambarwati WN. PENGARUH KOMPRES HANGAT TERHADAP
PERUBAHAN SUHU TUBUH PADA PASIEN ANAK HIPERTERMIA DI RUANG
RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA. Jurnal IK ; Jun 2008; 1 (2).
14. Purnasiwi, Dewi, dkk. Mei 2008. Faktor Resiko Kejadian Kejang Demam pada Anak
di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda. JIK. Vol. 03, No. 02. Yogyakarta . hal : 67-68.

Anda mungkin juga menyukai