Anda di halaman 1dari 23

DAMPAK MENUA SECARA FISIK, SOSIAL, MENTAL, SERTA MITOS

LANSIA SERTA PERAN DAN FUNGSI PERAWAT GERONTIK

DISUSUN OLEH : KELAS 3.1

KELOMPOK 2

NI KOMANG DIANA PRATIWI (P07120016003)

NI MADE JULIA SETIAWATI (P07120016017)

NI LUH EVA NANDYA WIDIHIANTARI (P07120016022)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

“Om Swastyastu”
Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan
makalahini dengan judul “ Dampak menua secara fisik, sosial, mental, serta mitos
lansia serta peran dan fungsi perawat gerontik“.

Penulis mengucapkan rasa terimakasih sebesar-besarnya kepada semua pihak


yang telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun, demikian penulis telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat
selesai dengan baik dan oleh karenanya penulis dengan rendah hati dan dengan
terbuka menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca.
“Om Shanti Shanti Shanti Om”

Denpasar , September 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................................iii

BAB I.............................................................................................................................1

PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2

1.3 Tujuan.............................................................................................................2

1.4 Manfaat...........................................................................................................2

BAB II...........................................................................................................................4

PEMBAHASAN............................................................................................................4

2.1 Proses Menua..............................................................................................4

2.2 Mitos-Mitos Lanjut Usia.............................................................................5

2.3 Perubahan Akibat Proses Menua................................................................6

2.4 Peran, Fungsi dan Tanggung Jawab Perawat Gerontik............................16

BAB III........................................................................................................................19

PENUTUP...................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional
telah mewujudkan berbagai hasil yang positif diberbagai bidang yaitu adanya
kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi (IPTEK) terutama dibidang medis dan keperawatan sehingga dapat
meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan
hidup manusia. Akibatnya jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat dan
cenderung bertambah lebih cepat. Sebagaimana dilaporkan oleh Expert
Commitae on Health of the Erderly, WHO yang telah mengadakan pertemuan
tahun 1997 bahwa menjelang tahun 2000 kurang lebih dua diantara tiga orang
dari 600 juta orang lanjut usia berada di negara berkembang. Di Indonesia akan
diperkirakan beranjak dari peringkat kesepuluh pada tahun 1980 ke peringkat
enam pada tahun 2020, di atas Brasil yang menduduki peringkat kesebelas tahun
1980. Banyak kelainan atau penyakit yang prevalensinya meningkat dengan
bertambahnya usia, bahkan organ sistem yang mengalami proses penuaan, akan
rentan terhadap penyakit. Makin panjangnya umur harapan hidup tersebut,
disamping sebagai suatu kebanggan tapi dipihak lain juga merupakan tantangan
yang sangat berat, mengingat tidak sedikit masalah akibat dampak penuaan yang
lebih ironis adalah keadaan ini belum didukung oleh adanya peningkatan kualitas
pelayanan kesehatan bagi lansia. Pengetahuan perawat lansia baik oleh keluarga,
maupun lembaga sosial lainnya masih sangat kurang.
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti
seseorang telah melalui 3 tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan
masa tua. Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis.
Memasuki masa tua berarti mengalami kemunduran secara fisik maupun psikis.
Kemunduran fisik ditandai dengan kuliat yang mengendor, rambut memutih,
penurunan pendengaran, pengheliatan memburuk, gerakan lambat, kelainan

1
berbagai fungsi organ vital, sensitivitas emosional meningkat dan kurang
bergairah.
Peran perawat sangat diperlukan untuk mempertahankan derajat
kesehatan para lanjut usia pada taraf yang setinggi – tingginya sehingga terhindar
dari penyakit atau gangguan, sehingga lansia tersebut masih dapat memenuhi
kebutuhan dengan mandiri.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan proses menua ?
2. Apa saja mitos-mitos lanjut usia ?
3. Apa perubahan akibat proses menua
4. Bagaimana peran, fungsi dan tanggung jawab perawat gerontik?

1.3 Tujuan

1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan
dan wawasan mengenai dampak menua secara fisik, sosial, mental, serta mitos
lansia serta peran dan fungsi perawat gerontik.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui proses menua
b. Untuk mengetahui mitos-mitos lanjut usia
c. Untuk mengetahui akibat proses menua
d. Untuk mengetahui peran, fungsi dan tanggung jawab perawat gerontik

1.4 Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Dapat memberikan informasi bagi mahasiswa lainnya mengenai proses
menua, mitos-mitos lanjut usia, akibat proses menua dan peran, fungsi dan
tanggung jawab perawat gerontik

2
2. Bagi Penulis
Dapat menambah pengetahuan penulis mengenai proses menua, mitos-mitos
lanjut usia, akibat proses menua dan peran, fungsi dan tanggung jawab
perawat gerontik

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Proses Menua


Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak
hanya dimulau dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini
berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti
mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit
mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas,
penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan figure tubuh yang tidak
proposional (Nugroho, 2008).
WHO dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan
lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah
usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses
yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan
proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalan
dan luartubuh yang berakhir dengan kematian.
Proses menua merupakan proses yang terus-menerus/berkelanjutan secara
alamiah dan umumnya dialami oleh semua mahluk hidup. Misalnya, dengan
terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan lainnya,
hingga tubuh “mati” sedikit demi sedikit. Kecepatan proses menua setiap indvidu
pada organ tubuh tidak akan sama. Adakalanya seseorang belum tergolong lanjut
usia/masih muda, tetapi telah menunjukkan kekurangan yang mencolok
(deskripsi). Ada pula orang telah tergolong lanjut usia, penampilannya masih
sehat, segar bugar, dan badan tegap. Walaupun demikian , harus diakui bahwa ada
berbagai penyakit yang sering dialami lanjut usia. Manusia secara lambat dan
progresif akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan akan menempuh

4
semakin banyak distrosi meteoritic dan structural yang disebut sebagai penyakit
degenerative (mis., hipertensi, arteriosclerosis, diabetes mellitus, dan kanker )
yang akan menyebabkan berakhirnya hidup dengan episode terminal yang
dramatis, misalya stroke, infark miokard, koma asidotik, kanker metastasis, dan
sebagainya.
Proses menua merupakan kombinasi bermacam-macam faktor yang saling
berkaitan. Sampai saat ini, banyak definisi dan teori yang menjelakan tentang
proses menua yang idak seragam. Secara umum, proses menua didefinisikan
sebagai perubahan yang terkait wakru, bersifat universal, intrisik, progresif, dan
detrimental. Keadaan tersebut dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan
beradaptasi terhadap lingkungan untuk dapat bertahan hidup.

2.2 Mitos-Mitos Lanjut Usia


Menurut Maryam (2008) dalam Dewi (2014) mitos-mitos seputar lansia
antara lain:
1) Mitos kedamaian dan ketenangan
Adanya anggapan bahwa lansia dapat santai menikmati hidup, hasil kerja dan
jerih payahnya di masa muda. Berbagai gincangan kehidupan seakan-akan sudah
berhasil dilewati.
Kenyataan yang sering ditemui lansia yang mengalami stress karena kemiskinan
dan berbagai keluhan serta penderitaan karena penyakit.
2) Mitos konservatif dan kemunduran
Konservatif berarti kolot, bersikap mempertahankan kebiasaan, tradisi dan
keadaan yang berlaku.
Adanya anggapan bahwa lansia tidak kreati, menolak inovasi, berorientasu
kemasa silam, kemblai ke masa anak-anak, sulit berubah, keras kepala dan
cerewet. Kenyataannya tidak semua lansia bersikap dan memiliki pemikiran
demikian.

5
3) Mitos berpenyakitan
Adanya tanggapan bahwa masa tua dipandangs sebagai masa degenerasi biologis
yang disertai berbagai penyakit dan sakit-sakitan.
Kenyataannya tidak semua lansia berpenyakitan. Saat ini sudah banyak jenis
pengobatan serta lansia rajin melakukan pemeriksaan berkala sehingga lansia
tetap sehat dan bugar.
4) Mitos sensilitas
Adanya tanggapan bahwa sebgaian lansia mengalami pikun. Kenyataannya
banyak yang masih tetap cerdas dan bermanfaat bagi masyarakat, karena banyak
cara untuk menyesuaikan diri terhadap penurunan daya ingat.
5) Mitos tidak jatuh cinta
Adanya anggapan bahwa para lansia tidak lagi jatuh cinta dan bergairah kepada
lawan jenis. Kenyataannya, perasaan dan emosi setiap orang berubah sepanjang
masa serta perasaan cinta tidak berhenti hanya karena menjadi tua.
6) Mitos aseksualitas
Adanya anggapan bahwa pada lansia terjadi penurunan hubungan seks, minat,
dorongan, gairah, kebutuhan dan daya seks berkurang.
Kenyataanya kehidupan seks para lansia normal-normal saja dan tetap bergairah.
Hal ini dibuktikan dengan banyaknnya lansia yang meskipun telah ditinggal mati
oleh pasangannya msih memiliki keinginan untuk menikah lagi.
7) Mitos ketidakproduktifan
Adanya anggapan bahwa para lansia tidak produktif lagi . kenyataanya banyak
para lansia yang mencapai kematangan, kamantapan dan produktivitas mental
maupun material

2.3 Perubahan Akibat Proses Menua


Berikut ini perubahan yang terjadi akibat proses menua menurut Nugroho
(2008)
1) Perubahan Fisik dan Fungsi

6
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ tubuh,
diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, pengelihatan, kardiovasuler, sistem
pengaturan tubuh, muskuluskeletal, gastro intestinal, genito urinaria, endokrin
dan integument. Dan masalah-masalah fisik sehari-hari yang sering ditemukan
pada lansia adalah sebagai berikut :
1. Mudah jatuh
2. Mudah lelah
3. Kekacauan mental akut
4. Nyeri pada dada, berdebar-debar
5. Sesak nafas pada saat melakukan aktivitas kerja fisik
6. Pembengkakan pada kaki bawah
7. Nyeri pinggang atau punggung dan pada sendi pinggul
8. Sulit tidur dan sering pusing-pusing
9. Berat badan menurun
10. Gangguan pada fungsi pengheliatan, pendengaran dan sukar menahan air
kencing
Meskipun demikian secara umum dijumpai penurunan fungsi secara menyeluruh,
hal ini dilihat dari penjelasan dibawah ini :
a. Sel
 Jumlah sel menurun/lebih sedikit.
 Ukuran sel lebih besar.
 Jumlah cairan tubuh dan cairan intraselular berkurang.
 Proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati menurun.
 Jumlah sel otak menurun.
 Mekanisme perbaikan sel terganggu.
 Otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-10%.
 Lekukan otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar.
b. Sistem persarafan
 Menurun hubungan persarafan

7
 Berat otak menurun 10-20% (sel saraf otak setiap orang berkurang setiap
harinya).
 Respons dan waktu untuk bereaksi lambat, khususnya terhadap stres.
 Saraf panca-indra mengecil.
 Penglihatan berkurang, pendengaran menghilang, saraf penciuman dan perasa
mengecil, lebih sensitif terhadap perubahan suhu, dan rendahnya ketahan
terhadap dingin.
 Kurang sensitif terhadap sentuhan.
 Defisit memori.
c. Sistem pendengaran
 Gangguan pendengaran. Hilangnya daya pendengaran pada telinga dalam,
terutama terhadap bunyi suara atau nada yang tinggi, suara yang tidak jelas,
sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia di atas umur 65 tahun.
 Membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.
 Terjadi pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya keratin.
 Fungsi pendengaran semakin menurun pada lanjut usia yang mengalami
ketegangan/stres.
 Tinitus (bising yang bersifat mendengung, bisa bernada tinggi atau rendah,
bisa terus-menerus atau intermiten).
 Vertigo (perasaan tidak stabil yang terasa seperti bergoyang atau berputar).
d. Sistem penglihatan
 Sfingter pupil timbul sklerosis dan respons terhadap sinar menghilang..
 Kornea lebih berbentuk sferis (bola)
 Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa), menjadi katarak, jelas
menyebabkan gangguan penglihatan.
 Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan
lebih lambat, susah melihat dalam gelap.
 Penurunan/hilangnya daya akomodasi, dengan manifestasi presbiopia,
seseorang sulit melihat dekat yang dipengaruhi berkurangnya elastisitas lensa.

8
 Lapang pandang menurun: luas pandangan berkurang.
 Daya membedakan warna menurun, terutama warna biru atau hijau pada
skala.
e. Sistem kardiovaskuler
 Katup jantung menebal dan mejadi kaku.
 Elastisitas dinding aorta menurun
 Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan kontraksi dan volume menurun
(frekuensi denyut jantung maksimal = 200 - umur).
 Curah jantung menurun (isi semenit jantung menurun).
 Kehilangan elastisitas pembuluh darah, efektivitas pembuluh darah perifer
untuk oksigenasi berkurang, perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke
berdiri) bisa menyebakan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg
(mengakibatkan pusing meendadak).
 Kinerja jantung lebih rentan terhadap kondisi dehidrasi dan perdarahan.
 Tekanan darah meninggi akibat resistensi pembukuh darah perifer meningkat.
Sistole normal + 170 mmHg, diastole + 95 mmHg.
f. Sistem pengaturan suhu tubuh
Pada pengaturan suhu tubuh, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu
termostat, yaitu menetapkan suatu suhu tertentu. Kemunduran terjadi berbagai
faktor yang mempengaruhi. Yang sering ditemui antara lain:
 Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisologis + 35oC ini akibat
metabolisme yang menurun.
 Pada kondisi ini, lanjut usia akan merasa kedinginan dan dapat pula
menggigil, pucat, dan gelisah.
 Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang
banyak sehingga terjadi penurunan aktivitas otot.

9
g. Sistem pernapasan
 Otot pernafasan mengalami kelemahan akibat atrofi, kehilangan kekuatan,
dan menjadi kaku.
 Aktivitas silia menurun.
 Paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih
berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dengan kedalaman bernapas
menurun.
 Ukuran alveoli melebar (membesar secara progresif) dan jumlah berkurang.
 Berkurangnya elastisitas bronkus.
 Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg.
 Karbon dioksida pada arteri tidak berganti. Pertukaran gas terganggu.
 Refleks dan kemampuan untuk batuk berkurang.
 Sensitivitas terhadap hipoksia dan hiperkarbia menurun.
 Sering terjadi emfisema senilis.
 Kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot pernafasan menurun
seiring pertambahan usia.
h. Sistem pencernaan
 Kehilangan gigi, penyebab utama periodontal disease yang biasa tejadi
setelah umur 30 tahun. Penyebab lain meliputi kesehatan gigi dan gizi yang
buruk.
 Indra pengecap menurun, adanya iritasi selaput lendir yang kronis, atrofi indra
pengecap di lidah, terutama rasa manis dan asin, asam, dan pahit.
 Esofagus melebar.
 Rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun), asam lambung menurun,
motilitas dan waktu pengosongan lambung menurun..
 Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
 Fungsi absorpsi melemah (daya absorpsi terganggu, terutama karbohidrat).
 Hati semakin mengecil dan tempat penyimpanan menurun, aliran darah
berkurang.

10
i. Sistem reproduksi
Wanita
 Vagina mengalami kontraktur dan mengecil
 Ovari menciut, uterus mengalami atrofi.
 Atrofi payudara
 Atrofi vulva
 Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi berkurang,
sifatnya menjadi alkali dan terjadi perubahan warna.

Pria

 Testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun ada penurunan


secara berangsur-angsur.
 Dorongan seksual menetap sampai usia di atas 70 tahun, asal kondisi
kesehatannya baik, yaitu:
1. Kehidupan sosial dapat diupayakan sampai masa lanjut usia.
2. Hubungan seksual seacra teratur membatu mempertahankan kemampuan
seksual.
3. Tidak perlu cemas karena prosesnya alamiah.
4. Sebanyak + 75% pria usia di atas 65 tahun mengalami pembesaran prostat.
j. Sistem genitourinaria
Ginjal. Ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh,
melalui urine darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh satuan (unit) terkecil dari
ginjal yang disebut nefron (tepatnya di glomerulus). Mengecilnya nefron akibat
atrofi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50% sehingga fungsi tubulus
berkurang. Akibatnya, kemampuan mengonsentrasi urine menurun, berat jenis
urine menurun, proteinuria (biasanya +1), BUN (blood urea nitrogen) meningkat
sampai 21 mg&, nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.
Keseimbangan eletrolit dan asam lebih mudah terganggu bila dibandingkan
dengan usia muda. Renal plasma flow (RPF) dan glomerular filtration rate (GFR)
atau klirens kreatinin menurun secara linier sejak 30 tahun (Cox Jr. dkk., 1985).

11
Jumlah darah yang difiltrasi oleh ginjal berkurang.Vesika urinaria. Otot
menjadi lemah, kapasitas menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi
buang air seni meningkat. Pada pria lanjut usia, vesika urinaria sulit dikosongkan
sehingga mengakibatkan retensi urine meningkat. Pembesaran prostat. Kurang
lebih 75% dialami oleh pria usia di atas 65 tahun. Atrofi vulva Vagina.
Seseorang semakin menua, kebutuhan hubungan seksualnya masih ada. Tidak
ada batasan umur tertentu kapan fungsi seksual seseorang berhenti. Frekuensi
hubungan seksual cenderung menurun secara bertahap setiap tahun, tetapi
kapasitas untuk melakukan dan menikmatnya berjalan terus sampai tua.
k. Sistem endokrin
Kelenjar endokrin adalah kelenjar buntu dalam tubuh manusia yang
memproduksi hormon. Hormon pertumbuhan berperan sangat pentng dalam
pertumbuhan, pematangan, pemeliharaan, dan metabolisme organ tubuh. Yang
termasuk hormon kelamn adalah:
 Estrogen, progesteron, dan testosteron yang memelhara alat reproduksi dan
gairah seks. Hormon ini mengalami penurunan.
 Kelenjar pankreas (yang memproduksi insulin dan sangat pentng dalam
pengaturan gula darah).
 Kelenjar adrenal/anak ginjal yang memproduksi adrenalin. Kelenjar yang
berkaitan dengan hormon pria/wanita. Salah satu kelenjar endokrin dalam
tubuh yang mengatur agar arus darah ke organ tertentu berjalan dengan baik,
dengan jalan mengatur vasokonstriksi pembuluh darah. Kegatan kelenjar
anak ginjal n berkurang pada lanjut usia.
 Produksi hampir semua hormon menurun.
 Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.
 Hipofisis: pertumbuhan hormon ada, tetapi lebih rendah dan hanya di dalam
pembuluh darah; berkurangnya produksi ACTH, TSH, FSH, dan LH.
 Aktivitas tiroid, BMR (basal metabolic rate), dan daya pertukaran zat
menurun.

12
 Produksi aldosteron menurun.
 Sekresi hormon kelamin, misalnya progeteron, estrogen, dan testoteron,
menurun.
l. Sistem integumen
 Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
 Permukaan kulit cenderung kusam, kasar, dan berisik (karena kehilangan
proses keratinasi serta perubahan ukuran dan bentuk sel epidermis).
 Timbul bercak pigmentasi akibat proses melanogenesis yang tidak merata
pada permukaan kult sehingga tampak bintik-bintikatau noda cokelat.
 Terjadi perubahan pada daerah sekitar mata, tumbuhnya kerut-kerut halus di
ujung mata akibat lapisan kulit menipis.
 Respons terhadap trauma menurun.
 Mekanisme proteksi kulit menurun:
1. Produksi serum menurun
2. Produksi vitamin D menurun
3. Pigementasi kulit terganggu
 Kulit kepala dan rambut menipis dan berwarna kelabu.
 Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
 Berkurangnya elastisitas akibat menurunnya cairan dan vaskularisasi.
 Pertumbuhan kuku lebih lambat.
 Kuku jari menjadi keras dan rapuh.
 Kuku menjadi pudar, kurang bercahaya.
 Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk.
 Jumlah dan fungsi kelenjar keringat berkurang.
m. Sistem muskuloskeletal
 Tulang kehilangan densitas (cairan) dan semakin rapuh.
 Gangguan tulang, yakni mudah mengalami demineralisasi.
 Kekuatan dan stabilitas tulang menurun, terutama vertebra, pergelangan, dan
paha. Insiden osteoporosis dan fraktur meningkat pada area tulang tersebut.

13
 Kartilago yang meliputi permukaan sendi tulang penyangga rusak dan aus.
 Kifosis
 Gerakan pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas.
 Gangguan gaya berjalan.
 Kekakuan jaringan penghubung.
 Diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya berkurang).
 Persendian membesar dan menjadi kaku.
 Tendon mengerut dan mengalami sklerosis.
 Atrofi serabut otot, serabut otot mengecil sehingga gerakan menjadi lamban,
otot kram, dan menjadi tremor (perubahan pada otot cukup rumit dan sulit
dipahami).
 Komposisi otpt berubah sepanjang waktu (miofibril digantikan oleh lemak,
kalogen, dan jaringan parut).
 Aliran darah ke otot berkurang sejalan dengan proses menua.
 Otot polos tidak begitu berpengaruh.
2) Perubahan Mental
Dari segi mental emosional sering muncul perasaan pesimis, timbulnya
perasaan tidak aman dan cemas, adanya kekacauan mental akut, merasa
terancam akan timbulnya suatu penyakit atau takut ditelantarkan karena tidak
berguna lagi. Munculnya perasaan kurang mampu untuk mandiri serta cenderung
bersipat entrovert. Faktor-faktor yang mempengaruhu perubahan kondisi mental:
1. Pertama-tama perubaha fisik terutama organ perasa
2. Kesehatan umum
3. Tingkat pendidikan
4. Keturunan (hereditas)
5. Lingkungan
6. Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian
7. Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan
8. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan family

14
9. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambar diri,
perubahan konsep diri
a. Di bidang mental atau psikis pada lanjut usia, perubahan dapat berupa
sikap yang semakin egosentrik, mudah curiga, bertambah pelit atau tamak
bila memiliki sesuatu.
b. Yang perlu dimengerti adalah sikap umum yang ditemukan pada hampir
setiap lanjut usia, yakni keinginan berumur panjang, tenaganya sedapat
mungkin dihemat.
c. Mengharapkan tetap diberi peranan dalam masyarakat.
d. Ingin mempertahankan hak dan hartanya, serta ingin tetap berwibawa.
e. Jika meninggal pun, mereka ingin meninggal secara terhormat dan masuk
surga..
Kenangan (memori)
Kenangan jangka panjang, beberapa jam sampai beberapa hari yang lalu
dan mencakup beberapa perubahan. Kenangan jangka pendek atau seketika
(0-10 menit), kenangan buruk (bisa ke arah demensia).
Intelegentia quotion (IQ)
IQ tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal.
Penampila, persepsi, dan keterampilan psikomotor berkurang. Terjadi
perubahan pada daya membayangkan karena tekanan faktor waktu.
3) Perubahan Psikososial
Nilai seseorang sering diukur melalui produktivitasnya dan identitasnya
dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila mengalami pensiun
(purnatugas), seseorang akan mengalami kehilangan, antara lain:
a. Kehilangan finasial (pendapatan berkurang)
b. Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan/posisi yang cukup tinggi, lengkap
dengan semua fasilitas)
c. Kehilangan teman/kenalan atau relasi
d. Kehilangan pekerjaan/kegiatan dan

15
 Merasakan atau sadar terhadap ke atian, perubahan cara hidup (memasuki
rumah perawatan, bergerak lebih sempit).
 Kemapuan ekonomi akibat pemberhentian dari jabtan. Biaya hidup
meningkat pada penghasilan yang sulit, biaya pengobatan bertambah.
 Adanya penyakit kronis dan ketidakmampuan.
 Timbul kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial.
 Adanya gangguan saraf panca-indra, timbul kebutaan dan ketulian.
 Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.
 Rangkaian kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan famili.
 Hilangnya keuatan dan ketegapan fisik (perubahan terhadap gambaran diri,
perubahan konsep diri).
4) Perkembangan Spiritual
a. Agama/kepercayaan semakin terintegrasi dalam ehidupan (Maslow, 1970).
b. Lanjut usia semakin matur dalam kehidupan keagamaannya. Hal ini terlihat
dalam berpikir dan bertindak sehari-hari
c. Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun, universalizing, perkembangan yang
dicapai pada tingkat ini adalah berpikir dan bertindak dengan cara memberi
contoh cara mencintai dan keadilan.

2.4 Peran, Fungsi dan Tanggung Jawab Perawat Gerontik


Menurut kozier (1995) dalam Sunaryo (2016), peran adalah seperangkat
tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai
kedudukannya dalam suatu sistem. Peran ini dipengaruhi oleh keadaan sosial,
baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk
perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi social tertentu. Dalam
praktiknya, menurut Miller (1995) dalam Sunaryo (2016), perawat gerontik
memiliki berbagai peran dan fungsi sebagai berikut.:
1) Care provider, artinya memberikan asuhan keperawatan kepada lansia yang
meliputi intervensi/ tindakan keperawatan, observasi, pendidikan kesehatan, dan
menjalankan tindakan medis sesuai dengan pendelegasian yang diberikan.

16
2) Advocat, artinya perawat yang berfungsi sebagai penghubung antara klien
dengan tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela
kepentingan klien, dan membantu klien memahami semua informasi dan upaya
kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan tradisional
maupun professional. Perawat juga berperan mempertahankan dan melindungi
hak-hak klien yang meliputi hak atas pelayanan yang sebaik-baiknya, hak
informasi atas penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya
sendiri, dan hak untuk mendapat ganti rugi akibat kelalaian.
3) Educator, artinya perawat membantu lansia meningkatkan kesehatannya melalui
pemberian pengetahuan yang terkait dengan keperawatan dan tindakan medic
yang diterima sehingga klien/keluarga dapat menerima tanggung jawab terhadap
hal-hal yang diketahuinya. Sebagai pendidik, perawat juga dapat memberikan
pendidikan kesehatan kepada kelompok keluarga yang berisiko tinggi, kader
kesehatan, dan lain sebagainya.
4) Counselor, artinya perawat sebagai pemberi bimbingan/konseling. Perawat
memberikan konseling/bimbingan kepada klien, keluarga, dan masyarakat
tentang masalah kesehatan sesuai prioritas. Tugas utama perawat adalah
mengidentifikai perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat-sakitnya.
Adanya pola interaksi ini merupakan dasar dalam merencanakan metode untuk
meningkatkan kemampuan adaptasinya
5) Motivator, artinya perawat member motivasi kepada lansia.
6) Case manager, artinya perawat mengkoordinasi aktivitas anggota tim kesehatan
lainnya, misalnya ahli gizi dan ahli terapi fisik, ketika mengatur kelompok yang
memberikan perawatan pada klien.
7) Consultant, artinya perawat sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau
tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas
permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang
diberikan
8) Reasearcher, artinya perawat sebagi peneliti di bidang keperawatan gerontik di
mana perawat diharapkan mampu mengidentifikasi masalah penelitian,

17
menerapkan prinsip dan metode penelitian, serta memanfaatkan hasil penelitian
untuk meningkatkan mutu asuhan atau pelayanan dan pendidikan keperawatan.
9) Collaborator, artinya perawat bekerja sama dengan tim kesehatan lain dan
keluarga dalam menentukan rencana maupun pelaksanaan asuhan keperawatan
guna memenuhi kebutuhan kesehatan klien.
Sedangkan tanggung jawab perawat gerontik adalah:
1) Membantu lansia yang sehat memelihara kesehatan
2) Membantu lansia yang sakit memperoleh kembali kesehatan
3) Membantu lansia yang tidak bisa disembuhkan menyadari potensi
4) Membantu lansia yang menghadapi ajal untuk diperlakukan secara manusiawi.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini
berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Menua atau menjadi tua adalah
suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua
merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulau dari suatu waktu
tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Secara umum, proses menua
didefinisikan sebagai perubahan yang terkait wakru, bersifat universal, intrisik,
progresif, dan detrimental. Keadaan tersebut dapat menyebabkan berkurangnya
kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan untuk dapat bertahan hidup.
Perubahan yang terjadi akibat proses menua diantaranya perubahan dari
tingkat sel sampai kesemua sistem organ tubuh, diantaranya sistem pernafasan,
pendengaran, pengelihatan, kardiovasuler, sistem pengaturan tubuh,
muskuluskeletal, gastro intestinal, genito urinaria, endokrin dan integument. Dan
masalah-masalah fisik sehari-hari yang sering ditemukan pada lansia
seperti:mudah jatuh, mudah lelah, kekacauan mental akut, nyeri pada dada,
berdebar-debar, sesak nafas pada saat melakukan aktivitas kerja fisik,
pembengkakan pada kaki bawah, nyeri pinggang atau punggung dan pada sendi
pinggul

3.2 Saran
Dengan ditulisnya makalah ini nantinya dapat dimanfaatkan secara
optimal terkait dengan pengembangan mata kuliah Keperawatan Gerontik. Dan
penulis menyarankan materi-materi yang ada dalam tulisan ini dikembangkan
lebih lanjut agar dapat nantinya menghasilkan tulisan-tulisan yang bermutu.
Demikianlah makalah ini penulis persembahkan, semoga dapat bermanfaat.

19
DAFTAR PUSTAKA

Abraham H. Maslow.1970. Motivation and Personality.New York: Harper & Row


Publisher

Dewi, Sofia Rhosma.2014.Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Yogyakarta:Deepublish.

Kozier, E. Olivieri. 1995.Fundamentals of Nursing:Concepts, Process and


Practice.California: Addison-Wesley Publishing Campany Inc

Maryam, Siti. 2008. Menengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika

Nugroho, H. Wahjudi.2008.Keperawatan Gerontik & Geriatrik.Jakarta: EGC

Sunaryo, dkk.2016.Asuhan Keperawatan Gerontik.Yogyakarta:ANDI.

20

Anda mungkin juga menyukai