Anda di halaman 1dari 8

RMK CORPORATE GOVERNANCE

PERLINDUNGAN TERHADAP HAK PEMEGANG SAHAM


Dosen Pengampu: Dr. I Gusti Ayu Made Asri Dwija Putri, S.E., M.Si

Diusulkan oleh :

I Gusti Ayu Ngurah Pradnyadevi Utami

1707532111

32

PROGRAM STUDI AKUNTANSI REGULER DENPASAR

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

TAHUN 2019

BALI
PERLINDUNGAN TERHADAP HAK PEMEGANG SAHAM

A. Prinsip Pemegang Saham


Pemegang saham sebagai pemilik modal, memiliko hak dan tanggungjawab atas
perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar perusahaan.
Dalam melaksanakan hak dan tanggungjawabnya, perlu diperhatikan prinsip-prinsip dasar
sebagai berikut:
1. Pemegang saham harus menyadari bahwa dalam melaksanakan hak dan
tanggungjawab harus memperhatikan juga kelangsungan hidup perusahaan.
2. Perusahaan harus menjamin dapat terpenuhinya hak dan tanggungjawab pemegang
saham atas dasar asas kewajaran dan kesetaraan (fairness) sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dan anggaran dasar perusahaan.

B. Kategori Pemegang Saham


Berdasarkan ciri-ciri khusus mereka pemegang saham perseroan terbatas dapat
digolongkan menjadi beberapa kategori.
1. Penggolongan pertama pemegang saham dilakukan berdasarkan jumlah saham yang
mereka miliki. Berdasarkan jumlah saham yang mereka miliki pemegang saham
dapat dibedakan menjadi pemegang saham minoritas dan pemegang saham
mayoritas.
2. Pemegang saham juga dapat dibedakan menjadi pemegang saham orang perorangan
dan pemegang saham institusional. Kategori pemegang saham institusional antara
lain adalah dana pensiun, perusahaan asuransi, bank dan perusahaan reksa dana.
3. Berdasarkan kebangsaannya pemegang saham dibedakan menjadi pemegang saham
nasional dan pemegang saham asing.
Tujuan investasi pemegang saham yang satu dan yang lain mungkin tidak sama.
Dengan demikian apabila harus mempertimbangkan tujuan investasi semua pemegang saham,
proses pengambilan keputusan pengelolaan kegiatan bisnis perusahaan sehari-hari menjadi
sangat komplek.

C. Hak Pemegang Saham


Pemegang saham mempunyai hak-hak dasar. Untuk perusahaan publik di kebanyakan
negara (termasuk negara anggota OECD) hak dasar tersebut dimuat dalam undang-undang
tentang perseroan dan ketentuan yang dikeluarkan badan pengawas pasar modal setempat

1
sehingga wajib dipatuhi perusahaan dan semua pemegang sahamnya. Dalam rapat-rapat
pemegang saham, pemegang saham mayoritas dapat mendominasi keputusan rapat, tanpa
mengindahkan kepentingan pemegang saham minoritas. Di samping itu pemegang saham
mayoritas juga dapat mendominasi fungsi pengawasan terhadap Dewan Pengurus dan
manajemen perusahaan. Hak-hak dasar pemegang saham dapat dikelompokkan menjadi dua
golongan, yaitu :
1. Hak yang Berkaitan dengan Kepemilikan Perusahaan.
Karena memiliki saham, secara prorata pemegang saham ikut memiliki perusahaan.
Hak-hak pemegang saham yang berkaitan dengan kepemilikan perusahaan terdiri dari :
a. Pemindah tanganan saham. Saham perusahaan publik yang dimiliki orang perorangan
atau investor institusional dapat dipindah tangankan kepada orang atau instisusi lain.
Pemindah tanganan tersebut dapat dilakukan baik dengan jalan transaksi jual beli
maupun melalui warisan atau hibah.
b. Para pemegang saham wajib diberitahu bahwa insider share trading tidak
diperbolehkan.Yang dimaksud dengan insider trading adalah transaksi jual beli saham
oleh mereka yang sebelum transaksi dilakukan memperoleh informasi penting tentang
perubahan kondisi perusahaan yang dapat mempengaruhi harga saham perusahaan
tersebut di bursa efek. Insider trading biasanya merugikan para pemegang saham,
termasuk investor institusional.
c. Laporan tentang kondisi dan perkembangan perusahaan. Setiap orang pemegang
saham mempunyai hak menerima laporan tentang kondisi dan perkembangan usaha
dan keuangan perusahaannya secara reguler, diungkapkan secara transparan, akurat
dan tepat waktu.
d. Menghadiri rapat umum pemegang saham. Setiap orang pemegang saham berhak
menghadiri rapat umum pemegang saham dan rapat pemegang saham luar biasa.
Rapat umum pemegang saham diadakan minimal sekali setiap tahun.
e. Hak mengajukan suara. Di Jepang setiap orang pemegang saham biasa berhak
mengajukan suara (voting) terhadap keputusan yang diambil dalam rapat umum
pemegang saham dan luar biasa. Para pemegang saham biasa berhak melakukan
voting, baik secara langsung maupun dengan jalan mewakilkannya (proxy) kepada
orang lain.
f. Pembagian dividen. Secara prorata setiap pemegang saham biasa berhak menerima
pembagian dividen (yang telah diputuskan dalam rapat umum pemegang saham)
sesuai dengan jumlah saham yang mereka miliki.

2
g. Memilih Komisaris dan Direksi. Memilih Komisaris dan Direksi merupakan salah
satu hak para pemegang saham yang berkaitan dengan kepemilikan perusahaan. Oleh
karena itu setiap pemegang saham mempunyai hak untuk mengajukan calon atau
mengusulkan penggantian Komisaris.
h. Pemegang saham juga berhak mengajukan pendapat yang bersangkutan dengan jenis
dan jumlah balas jasa yang diberikan kepada para anggota Dewan Komisaris dan
Direksi.
2. Hak Ikut Memutuskan Hal-hal Penting
Untuk pengambilan keputusan penting yang menyangkut kelangsungan hidup
perusahaan, para pemegang saham mempunyai hak mengajukan pendapat dan ikut
memutuskannya. Termasuk dalam keputusan penting tersebut adalah :
a. Perubahan isi dokumen penting seperti akta pendirian, anggaran dasar dan anggaran
rumah tangga perusahaan,
b. Perubahan hak para pemegang saham, Merjer dan akuisisi, dan
c. Penjualan atau pembelian harta tetap perusahaan yang tinggi nilainya.
Sebagai contoh rencana merjer dan akuisisi membutuhkan persetujuan mayoritas
pemegang saham.Persetujuan tersebut diberikan dalam rapat umum pemegang saham.Untuk
mendapatkan persetujuan itu manajemen perusahaan wajib mengajukan rencana merjer atau
akuisisi. Dalam rencana tersebut dicantumkan antara lain:
a. Nama perusahaan yang akan bergabung atau diambil alih,
b. Alasan direncanakannya penggabungan atau pengambil alihan perusahaan,
c. Manfaat (secara kuantitatif dan kualitatif) yang diharapkan dari merjer atau akuisisi,
d. Jenis dan nilai biaya dan pengorbanan merjer atau akuisisi,
e. Konversi saham masing-masing perusahaan dalam kasus merjer,
f. Konsekwensi penggabungan harta dan utang perusahaan setelah terjadinya merjer
atau pengambil alihan perusahaan,
g. Perubahan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga perusahaan setelah merjer atau
akuisisi.

D. Perlakuan Adil Terhadap Semua Pemegang Saham


Perlakuan adil terhadap semua golongan pemegang saham, termasuk pemegang
saham minoritas dan pemegang saham asing, menjadi salah satu daya tarik bagi para investor
menanamkan dananya di perusahaan-perusahaan yang bersangkutan.

3
Agar investor tertarik membeli saham, mereka harus yakin dana yang mereka tanam
di perusahaan manapun terlindungi dari penyalahgunaan manajemen perusahaan. Dalam
setiap perusahaan selalu ada resiko Dewan Pengurus atau pemegang saham mayoritas
menggunakan dana yang ditanam pemegang saham minoritas atau asing, untuk mendanai
kepentingan mereka sendiri. Resiko penyalah gunaan dana pemegang saham di atas dapat
diperkecil dengan jalan memperlakukan para pemegang saham secara adil. Di banyak negara
anggota dan non-anggota OECD perlakuan adil kepada seluruh pemegang saham dilakukan
dengan jalan yang berikut:
1) Hak yang sama. Banyak perusahaan menerbitkan saham yang berbeda jenis dan
tingkatnya, misalnya saham biasa dan saham preferen. Saham preferen adalah saham
dengan hak-hak tertentu, misalnya hak menduduki jabatan Komisaris atau Direksi,
atau menerima dividen dengan jumlah tetap. Sebelum memutuskan membeli saham
hendaknya investor diberi penjelasan tentang hak-hak mereka. Selanjutnya kecuali
pemegang saham yang bersangkutan menyetujuinya, hak mereka tidak dapat dirubah,
bahkan oleh rapat umum pemegang saham sekalipun.
2) Perlindungan pemegang saham minoritas. Contoh penyalahgunaan kedudukan
tersebut adalah menentukan gaji, bonus dan jaminan sosial yang terlalu tinggi bagi
anggota Komisaris, Direksi atau karyawan yang menjadi anggota keluarga atau
asosiasi bisnisnya. Resiko penyalahgunaan kedudukan oleh pemegang saham
mayoritas tersebut di atas dapat dikurangi, antara lain dengan jalan penerapan prinsip
pengungkapan informasi tentang perusahaan secara transparan (disclosures and
tranparency).
3) Larangan Insider Treding. Perlakuan adil kepada seluruh pemegang saham yang satu
ini telah dijelaskan secara rinci dimuaka.

E. Perlindungan Terhadap Hak Pemegang Saham dalam Perusahaan


Prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) sebenarnya bukan sesuatu yang
terlalu asing. Secara umum perusahaan harus dijalankan secara amanah, akuntabel,
transparan, dan fair untuk mencapai tujuan terciptanya nilai perusahaan jangka panjang serta
terlayaninya semua kepentingan pihak-pihak yang berperan penting dalam suatu perusahaan
(stakeholders) sehingga benturan kepentingan dalam perusahaan dapat dihindari.
Salah satu bentuk investasi yang popular saat ini adalah dengan investasi melalui
portofolio saham atau dengan kata lain indirect investment. Yaitu investasi dengan
menanamkan sejumlah modal kedalam bursa saham di lantai bursa, yang kemudian

4
pengelolaan investasi tersebut dikelola oleh perusahaan yang bersangkutan. Yang nantinya
akan membentuk dua komunitas pemegang saham, yaitu pemegang saham mayoritas dan
pemegang saham minoritas. Perlindungan hukum terhadap pemegang saham mayoritas pada
prinsipnya cukup terjamin terutama melalui mekanisme Rapat Umum Pemegang Saham,
dimana jika tidak dapat diambil keputusan secara musyawarah, maka akan diambil dengan
keputusan yang diterima oleh mayoritas. Dari sinilah awal masalah terjadi, yakni jika
keputusan diambil secara mayoritas, bagaimana kedudukan suara minoritasnya. Padahal
suara minoritas juga mesti mendapat perlindungan, meskipun tidak harus sampai menjadi
pihak yang mengatur perusahaan. Konsep dan pengaturan hukum tentang prinsip
perlindungan pemegang saham minoritas merupakan hal yang baru dan kurang mendapatkan
porsi yang cukup dalam peraturan perundang-undangan hukum korporat di Indonesia selama
ini.
Berdasarkan Pedoman Umum CGC tahun 2006, diatur tentang tanggungjawab
perusahaan terhadap hak dan kewajiban pemegang saham, yaitu:
1. Perusahaan harus melindungi hak pemegang saham sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dan anggaran dasar perusahaan.
2. Perusahaan harus menyelenggarakan daftar pemegang saham secara tertib sesuai
dengan peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar.
3. Perusahaan harus menyediakan informasi mengenai perusahaan secara tepat waktu,
benar, dan teratur bagi pemegang saham, kecuali hal-hal yang bersifat rahasia.
4. Perusahaan tidak beleh memihak pada pemegang saham tertentu dengan memberikan
informasi yang tidak diungkapkan kepada pemegang saham lainnya. Informasi harus
diberikan kepada semua pemegang saham tanpa menghiraukan jenis dan klasifikasi
saham yang dimilikinya.
5. Perusahaan harus dapat memberikan penjelasan lengkap dan informasi yang akurat
mengenai penyelenggarakan RUPS.
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) telah
mengatur hak-hak pemegang saham minoritas. Bentuk-bentuk hak pemegang saham
minoritas tersebut adalah sebagai berikut :
1) Personal Right (Hak Perseorangan)
            Secara umum, semua orang adalah sama kedudukannya dalam hukum, berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Hak perseorangan dilindungi oleh
hukum, Hak perseorangan adalah relatif. Pemegang saham minoritas sebagai subjek hukum
mempunyai hak untuk menggugat Direksi atau Komisaris, apabila Direksi atau Komisaris

5
melakukan kesalahan atau kelalaian yang merugikan pemegang saham minoritas melalui
pengadilan negeri.
2) Appraisal Right
                Appraisal Right adalah hak pemegang saham minoritas untuk membela
kepentingannya dalam rangka menilai harga saham. Hak ini dipergunakan oleh pemegang
saham pada saat meminta kepada perseroan agar sahamnya dinilai dan dibeli dengan harga
yang wajar, karena pemegang saham tersebut tidak menyetujui tindakan perseroan yang dapat
merugikannya atau merugikan perseroan itu sendiri
Setiap pemegang saham berhak meminta kepada Perseroan agar sahamnya dibeli dengan
harga yang wajar apabila yang bersangkutan tidak menyetujui tindakan Perseroan yang
merugikan pemegang saham atau Perseroan, berupa perubahan anggaran dasar; pengalihan
atau penjaminan kekayaan Perseroan yang mempunyai nilai lebih dari 50% (lima puluh
persen) kekayaan bersih Perseroan; atau penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau
pemisahan.
3) Pre-Emptive Right
                Pre-Emptive Right adalah hak untuk meminta didahulukan atau hak untuk memiliki
lebih dahulu atas saham yang ditawarkan. Dalam anggaran dasar perseroan dapat diatur
pembatasan mengenai keharusan menawarkan saham, baik ditawarkan kepada pemegang
saham intern maupun ekstern, atau pelaksanaanya harus mendapat persetujuan dahulu dari
organ perseroan. Jadi, dalam anggaran dasar perseroan dapat ditentukan bahwa kepada
pemegang saham minoritas diberikan hak untuk membeli saham terlebih dahulu daripada
pemegang saham lainnya. Harga yang ditawarkan kepada pemegang saham minoritas harus
sama dengan harga yang ditawarkan kepada pemegang saham lainnya.
4) Derivative Right
                Kewenangan pemegang saham minoritas untuk menggugat Direksi dan Komisaris
yang mengatasnamakan perseroan. Pemegang saham minoritas memiliki hak untuk membela
kepentingan perseroan melalui otoritas lembaga peradilan, gugatan melalui lembaga
peradilan harus membuktikan adanya kesalahan atau kelalaian Direksi atau Komisaris.
5) Enquete Recht (Hak Enquete)
                Enquete Recht atau hak angket adalah hak untuk melakukan pemeriksaan. Hak
angket diberikan kepada pemegang saham minoritas untuk mengajukan permohonan
pemeriksaan terhadap perseroan melalui pengadilan, mengadakan pemeriksaan berhubung
terdapat dugaan adanya kecurangan-kecurangan atau hal-hal yang disembunyikan oleh
Direksi, Komisaris atau pemegang saham mayoritas. Pada dasarnya, pengawasan terhadap

6
Direksi dalam pengelolaan perseroan dilaksanakan oleh komisaris. Tetapi dalam praktik,
sering terjadi Direksi maupun Komisaris karena kesalahan atau kelalaiannya mengakibatkan
kerugian pada perseroan, pemegang saham atau pihak ketiga. Oleh karena itu, pemegang
saham minoritas berhak melakukan pemeriksaan terhadap kegiatan operasional perseroan.

Referensi:
KNKG. 2006. Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia.
Sutojo, Siswanto.E John Aldridge. 2008. Good Corporate Governance. Jakarta: PT Damar
Mulia Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai

  • Wa0011
    Wa0011
    Dokumen12 halaman
    Wa0011
    Umul fatdillah
    Belum ada peringkat
  • KLP 4
    KLP 4
    Dokumen45 halaman
    KLP 4
    Pradnyadevi Utami
    Belum ada peringkat
  • AKL - Perusahaan Dalam Kesulitan Keuangan
    AKL - Perusahaan Dalam Kesulitan Keuangan
    Dokumen63 halaman
    AKL - Perusahaan Dalam Kesulitan Keuangan
    Pradnyadevi Utami
    Belum ada peringkat
  • CG Sap 13
    CG Sap 13
    Dokumen7 halaman
    CG Sap 13
    Pradnyadevi Utami
    Belum ada peringkat
  • Bab 19
    Bab 19
    Dokumen8 halaman
    Bab 19
    Pradnyadevi Utami
    Belum ada peringkat
  • Bab 17
    Bab 17
    Dokumen15 halaman
    Bab 17
    Pradnyadevi Utami
    Belum ada peringkat
  • Sia
    Sia
    Dokumen25 halaman
    Sia
    Pradnyadevi Utami
    Belum ada peringkat
  • KWU
    KWU
    Dokumen18 halaman
    KWU
    Pradnyadevi Utami
    Belum ada peringkat
  • SIA
    SIA
    Dokumen29 halaman
    SIA
    Pradnyadevi Utami
    Belum ada peringkat