Anda di halaman 1dari 34

TUGAS ILMU BAHAN

PROSES PRODUKSI PEMBUATAN HELM

Disusun Oleh :
Arif Wahyudin 1502617072
Bilal Miftahul Jannah 1502618004
Dhimas Khafid Hidayatullah 1502618016
Jihad Akbar Yuditama 1502617078
Yuga Fitri Nur Syamsy 1502618001

Hari/Jam :
Jumat / 08:00 - 09:40
Dosen Pengampu :
Dr. Imam Basori, S.T, M.T

PROGRAM STUDI S1
PENDIDIKAN VOKASIONAL TEKNIK MESIN - FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2019

i
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur saya haturkan kepada tuhan yang maha esa atas nikmat
yang diberikan kepada kita, salah satunya adalah nikmat kehidupan yang sampai
saat ini dapat kita rasakan bersama-sama. Sebelumnya saya mengucapkan kepada
banyak pihak yang telah terlibat dalam mata kuliah ilmu bahan yang sudah saya
laksanakan kurang lebih 6 bulan di semester 3 ini. Terimakasih kepada Pak Ibas
selaku dosen pengampu yang telah membimbing saya dalam memberikan ilmunya
kepada kami. Walapun hasil nya jauh dari kata sempurna, setidaknya saya
mempunyai pengalaman dan bekal yang menurut saya cukup untuk menjadikan
referensi bagi mahasiswa lain.
Selanjutnya saya akan membuat makalah yang dengan tema komposit yaitu
produksi helm dan saya sadar bahwa makalah ini, entah dari sistematika penulisan
atau tata letak bahasa masih belum sempurna. Maka dari itu saya meminta maaf
jika masih ada yang kurang dalam penulisan makalah ini. Untuk
menyempurnakan makalah ini, kritik dan saran sangat berperan dalam upaya
menyempurnakan penulisan laporan praktikum ini. Atas perhatiannya
Terimakasih.

Penulis

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

COVER …………………………………………………………………………. i
KATA PENGANTAR …………………………………………………………. ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………... iii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………... iv
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………… v
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………….... 1
1.2 Permasalahan ……………………………………...………………………... 1
1.3 Tujuan ………………………………………………………………………. 1
1.4 Manfaat ……………………………………………………………………... 2
1.5 Sistematika Penulisan ………………………………………………………. 2
BAB II KAJIAN PUSTAKA …………………………………………………... 3
2.1 Landasan Teori ………………………………………………………………. 3
2.2 Komposit …………………………………………………………………….. 8
2.3 Kerangka Berfikir …………………………………………………………... 12
BAB III METODE PEMBUATAN DAN PENGECEKKAN ……………… 13
3.1 Proses Injection …………………………………………………………….. 14
3.2 Proses Grinding …………………………………………………………….. 17
3.3 Proses Spray ………………………………………………………………... 18
3.4 Proses Decal ………………………………………………………………... 19
3.5 Proses Assy ………………………………………………………………… 19
3.6 Proses Check Quality ………………………………………………………. 20
3.7 Metode Pengujian Helm ……………………………………………………. 22
BAB IV Penutup ………………………………………………………………. 28
4.1 Kesimpulan ………………………………………………………………… 28
4.2 Saran ………………………………………………………………………... 28
REFERENSI …………………………………………………………………... 29

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1.3 Konstruksi Helm …………………………………………………. 8
Gambar 2.2.1 A Ilustrasi Matriks Pada Komposit ………………………………. 9
Gambar 2.2.1 B Ilustrasi Reinforcement Pada Komposit ……………………….. 9
Gambar 3 Struktur Pembuatan Helm …………………………………………... 13
Gambar 3.1.1 A Injection Molding Machin ……………………………………. 14
Gambar 3.1.1 B Cetakan Helm ………………………………………………… 15
Gambar 3.1.1 C Langkah – langkah proses injection ………………………….. 15
Gambar 3.2 Langkah – Langkah Proses Grinding ……………………………... 17
Gambar 3.3 Langkah – Langkah Proses Spray ………………………………… 18
Gambar 3.4 Langkah – Langkah Proses Decal ………………………………… 19
Gambar 3.5 Langkah – Langkah Proses Assy …………………………………. 20
Gambar 3.6 Langkah – Langkah Proses Check Quality ……………………….. 21

IV
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1.3 keliling lingkaran bagian dalm helm ………………………………... 7

V
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kendaraan adalah salah satu faktor penunjang bagi masyarakat di dunia,
khususnya di jakarta, Indonesia. Jakarta merupakan kota metropolitan dimana
di jakarta banyak sekali penduduknya yang mencari penghasilan lebih. Untuk
mencari penghasilan pastinya harus mempunyai faktor penunjang yaitu
sepeda motor dalam pergi atau pulang kerja suatu karyawan atau
wirausahawan.
Melihat dari banyaknya pengguna sepeda motor, kita tau peluang
kecelakaan juga semakin besar. Maka harus dicegah sebelum itu semua
terjadi. Keselamatan berkendara motor meliputi, celana panjang, helm, sepatu,
dan jaket tebal. Namun setelah kita lihat banyak sekali pengguna sepeda
motor yang tidak memiliki itu semua. Bahkan helm, yang adalah bagian vital
dalam berkendara bagi kepala pengendara masih minim.
Helm adalah suatu alat keselamatan berkendara yang ringan dan kuat
untuk melindungi bagian kepala. Helm dirancang sedemikian rupa agar
pengguna sepeda motor nyaman saat digunakan. Helm juga di buat dengan
material yang kuat sehingga tahan banting dan tahan guncangan saat terjadi
kecelakaan. Memiliki kaca pelindung dibagian depan wajah sebagai pelinfung
mata ketika adanya serangan serangga ataupun benda kecil yang keras
berterbangan mencegah masuk ke mata.
Maka dari itu, pengendara harus pandai dalam mencari helm berstandar
nasional atau SNI. Dimana helm ini sudah diakui sangat kuat dan memenuhi
standar untuk pengamanan berkendara.
1.2 Permasalahan
1.2.1 Masih banyak pengendara yang mengabaikan helm
1.2.2 Pengendara belum memahami standar helm yang aman
1.2.3 Masih belum tau cara pembuatan helm yang benar seperti apa
1.3 Tujuan
1.3.1 Sebagai syarat umum mata kuliah Ilmu Bahan

1
1.3.2 Untuk mempresentasikan ilmu yang sudah diberikan
1.3.3 Mengimplementasikan dalam penulisan makalah
1.4 Manfaat
1.4.1 Sebagai referensi bagi mahasiswa,
1.4.2 Meng upgrade ilmu pengetahuan tentang material,
1.4.3 Menambah wawasan dalam pembuatan helm,
1.4.4 Melihat lebih jauh tentang kandungan material yang ada pada helm,
1.5 Sistematika Penulisan
1.5.1 Font : Times New Roman,
1.5.2 Font Size : 12 pt,
1.5.3 Menggunakan bab dan sub bab numerik,
1.5.4 Margin : Kiri 4, Atas 4, Kanan 3, Bawah 3,
1.5.5 Menggunakan bab dan sub bab dalam menamakan gambar,
1.5.6 Tulisan diratakan kanan kiri.
1.5.7 Setiap kata atau kalimat yang berbahasa inggris diberikan tanda Italic
1.5.8 Bab dan Sub Bab diberikan Bold
1.5.9 Penulisan BAB ditulis huruf kapital

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Helm
Helm adalah topi pelindung kepala yang dibuat dari bahan tahan benturan,
yang dipakai oleh tentara, anggota barisan pemadam kebakaran, pekerja
tambang, penyelam, atau pengendara sepeda motor. (Stefie W. Antou
James F. Siwu, Johannis F. Mallo,2013).
Terdapat beberapa jenis helm pengendara sepeda motor dengan kelebihan
dan kekurangan masing-masing.
a. Helm cetok
Kelebihan helm jenis ini ialah mampu melindungi bagian atas kepala
meski dengan tingkat perlindungan yang sangat minim, sedangkan
kekurangannya ialah tidak adanya bagian yang menutupi telinga
sehingga helm ini bisa membahayakan pendengaran penguna akibat
suara bising yang ditimbulkan ketika berkendara.
b. Helm half-face/open-face
Kelebihan helm jenis ini ialah melindungi bagian atas, samping
(telinga), dan belakang kepala (leher). Helm jenis ini memberikan
perlindungan yang sedikit lebih baik dibanding helm cetok, serta
mudah dipakai dan dilepas. Kekurangannya ialah suara bising dari
luar masih bisa masuk ke telinga. Helm ini tidak bisa memberikan
perlindungan yang memadai bagi kepala, khususnya bagian muka,
dagu, gigi, hidung, leher dan mata. Selain itu, helm ini tidak bisa
melindungi pengguna dari hujan, debu, angin, serangga, bahkan
kerikil kecil yang beterbangan di jalan karena tidak dilengkapi dengan
kaca pelindung pada bagian depannya.
c. Helm ¾
Kelebihan helm jenis ini ialah mampu melindungi bagian kepala,
muka, leher, telinga, dan mata, serta berada pada posisi ketiga helm

3
yang cukup aman. Dengan adanya kaca pelindung yang mudah
dibuka-tutup, pengguna bisa dengan mudah makan, minum, memotret.
Kekurangannya ialah oleh karena didesain semi terbuka maka akan
menimbulkan efek dengung di telinga pengguna, dan kurang
memberikan perlindungan terhadap muka, dagu, gigi, dan hidung.
d. Helm full face
Merupakan helm paling aman untuk digunakan pengendara motor.
Kelebihannya ialah mampu melindungi muka, kepala, leher, telinga,
dan dagu dengan sempurna; juga aman dipakai di saat hujan serta
melindungi pengguna dari debu, kerikil atau serangga di jalan. Helm
ini mampu melindungi pengguna dari cedera yang tidak diinginkan
saat terjadi kecelakaan. Kekurangannya ialah karena tertutup rapat,
pengguna sulit untuk mendengar suara di sekelilingnya, dan tidak
praktis bila pengguna ingin makan atau minum di tengah jalan.
e. Helm flip-up
Jenis ini hampir sama dengan helm full face. Kelebihannya ialah
memiliki bagian depan yang bisa diputar ke atas (flip-up) sehingga
memudahkan pengguna untuk makan, minum atau merokok tanpa
harus melepas helm. Helm jenis ini mampu memberikan perlindungan
yang cukup baik, sama halnya dengan jenis full-face. Kekurangannya
ialah karena bagian depannya bisa dibuka-tutup, dapat terbuka pada
saat terjadi kecelakaan sehingga bisa melukai bagian muka dan dagu
pengguna. Selain itu, harga helm jenis ini bisanya lebih mahal
dibanding helm jenis full-face dan lainnya.
2.1.2 Produk Helm
Helm motor full face bersertifikasi SNI dari perusahaan Tarakusuma Indah
memproduksi helm bagi penguna sepeda motor dengan merek-merek helm
berkualitas seperti INK, KYT, AVA dan MDS untuk kelas menengah atas,
serta BMC danHIU yang lebih berkonsentrasi di kelas menengah bawah.

4
Karakteristik Produksi
a. Volume produksi tahunan 2,5 juta unit/tahun
b. Umur penjualan 2 tahun
c. Harga jual Rp 220.000,00– Rp 1.000.000,00
d. Jumlah komponen khas produk 15 bagian
e. Waktu pengembangan 1,5 tahun
f. Tim pengembangan internal (jumlah maks) 10 orang
g. Tim pengembangan eksternal (jumlah maks) 20 orang
h. Biaya pengembanganUS$ 1 juta ≈ Rp 10 Milyar
i. Investasi produksiUS$ 5 juta ≈ Rp 50 Milyar

2.1.3 Ciri – Ciri Produk


Ciri-ciri dari Helm yang bertanda SNI (Standar Nasional Indonesia)
adalah sebagai berikut :
a. Material
Bahan helm harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1. Dibuat dari bahan yang kuat dan bukan logam, tidak berubah jika
ditempatkan diruang terbuka pada suhu 0 derajat Celsius sampai 55
derajat Celsius selama palingsedikit 4 jam dan tidak terpengaruh
oleh radiasi ultra violet, serta harus tahan dariakibat pengaruh
bensin, minyak, sabun, air, deterjen dan pembersih lainnya.
2. Bahan pelengkap helm harus tahan lapuk, tahan air dan tidak dapat
terpengaruh oleh perubahan suhu.
3. Bahan-bahan yang bersentuhan dengan tubuh tidak boleh terbuat
dari bahan yangdapat menyebabkan iritasi atau penyakit pada kulit,
dan tidak mengurangi kekuatanterhadap benturan maupun
perubahan fisik sebagai akibat dari bersentuhan langsung dengan
keringat, minyak dan lemak si pemakai.

5
b. Konstruksi
Konstruksi helm harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a) Helm harus terdiri dari tempurung keras dengan permukaan
halus, lapisan peredam benturan dan tali pengikat ke dagu,
b) Tinggi helm sekurang-kurangnya 114 milimeter diukur dari
puncak helm ke bidangutama yaitu bidang horizontal yang
melalui lubang telinga dan bagian bawah daridudukan bola
mata.
c) Keliling lingkaran bagian dalam helm adalah sebagai berikut:
Ukuran Lingkaran Bagian dalam (mm)S 500-540M 540-580L
580-620XL > 620
d) Tempurung terbuat dari bahan yang keras, sama tebal dan
Homogen kemampuannya,tidak menyatu dengan pelindung
Wajah dan mata serta tidak boleh mempunyai penguatan
setempat.
e) Tali pengikat dagu lebarnya minimum 20 milimeter dan harus
benar-benar berfungsi sebagai pengikat helm ketika dikenakan
di kepala dan dilengkapi dengan penutup telinga dan tengkuk.
f) Tempurung tidak boleh ada tonjolan keluar yang tingginya
melebihi 5 milimeter dari permukaan luar tempurung dan setiap
tonjolan harus ditutupi dengan bahan lunak dantidak boleh ada
bagian tepi yang tajam,
g) Lebar sudut pandang sekeliling sekurang-kurangnya 105 derajat
pada tiap sisi dansudut pandang vertikal sekurang-kurangnya 30
derajat di atas dan 45 derajat di bawah bidang utama.
h) Helm harus dilengkapi dengan pelindung telinga, penutup leher,
pet yang bisadipindahkan, tameng atau tutup dagu dan memiliki
daerah pelindung helm.
i) Helm tidak boleh mempengaruhi fungsi aura dari pengguna
terhadap suatu bahaya.Lubang ventilasi dipasang pada

6
tempurung sedemikian rupa sehingga dapat mempertahankan
temperatur pada ruang antara kepala dan tempurung.
j) Setiap penonjolan ujung dari paku/keling harus berupa
lengkungan dan tidak bolehmenonjol lebih dari 2 mm dari
permukaan luar tempurung.
k) Helm harus dapat dipertahankan di atas kepala pengguna dengan
kuat melalui atau menggunakan tali dengan cara mengaitkan di
bawah dagu atau melewati tali pemegang di bawah dagu yang
dihubungkan dengan tempurung.

Tabel 2.1.3 keliling lingkaran bagian dalm helm

7
Gambar 2.1.3 Konstruksi Helm
2.2 Komposit
komposit merupakan rangkaian dua atau lebih bahan yang digabung
menjadi satu bahan secara mikroskopis dimana bahan pembentuknya
masih terlihat seperti aslinya dan memiliki hubungan kerja diantaranya
sehingga mampu menampilkan sifat-sifat yang diinginkan (Mikell, 1996).
Dengan adanya perbedaan dari material penyusunnya maka komposit antar
material harus berikatan dengan kuat, sehingga perlu adanya penambahan
wetting agent.
2.2.1 Penyusun Komposit
Komposit pada umumnya terdiri dari 2 fasa :
a. Matriks
Matriks adalah fasa dalam komposit yang mempunyai bagian atau
fraksi volume terbesar (dominan).
Matriks mempunyai fungsi sebagai berikut :
a) Mentransfer tegangan ke serat.

8
b) Membentuk ikatan koheren, permukaan matrik/serat.
c) Melindungi serat.
d) Memisahkan serat.
e) Melepas ikatan.
f) Tetap stabil setelah proses manufaktur.

Gambar 2.2.1 A Ilustrasi Matriks Pada Komposit

b. Reinforcement atau Filler atau Fiber


Salah satu bagian utama dari komposit adalah reinforcement
(penguat) yang berfungsi sebagai penanggung beban utama pada
komposit.

Gambar 2.2.1 B Ilustrasi Reinforcement Pada Komposit

9
2.2.2 Klasifikasi Komposit
Menurut Gibson (1994) matrik dalam struktur komposit dapat
dibedakan menjadi :
a. Komposit Matrik Polimer (Polymer Matrix Composites – PMC)
Bahan ini menggunakan suatu polimer berbahan resin sebagai
matriknya, dan suatu jenis serat seperti kaca, karbon dan aramid
(Kevlar) sebagai penguatannya. Salah satu proses pembuatannya
dengan Injection molding yaitu, pembentukan material termoplastik
dimana material yang meleleh karena pemanasan diinjeksikan oleh
plunger ke dalam cetakan yang didinginkan oleh air sehingga
mengeras. Contohnya panel pintu kendaraan, peralatan elektronika.
b. Komposit Matrik Logam (Metal Matrix Composites – MMC) Metal
Matrix composites adalah salah satu jenis komposit yang memiliki
matrik logam. Salah satu proses pembuatannya dengan Powder
metallurgy yaitu, proses pembentukan benda kerja komersial dari
logam dimana logam dihancurkan dahulu berupa tepung, kemudian
tepung tersebut ditekan di dalam cetakan (mold) dan dipanaskan di
bawah temperatur leleh serbuk sehingga terbentuk benda kerja.
Contohnya komponen automotive (blok silinder mesin, pully,
gardan).
c. Komposit Matrik Keramik (Ceramic Matrix Composites – CMC)
CMC merupakan material 2 fasa dengan 1 fasa berfungsi sebagai
reinforcement dan 1 fasa sebagai matriks, dimana matriksnya terbuat
dari keramik. Reinforcement yang umum digunakan pada CMC
adalah oksida, carbide, dan nitrid. Salah satu proses pembuatan dari
CMC yaitu dengan proses DIMOX, yaitu proses pembentukan
komposit dengan reaksi oksidasi leburan logam untuk pertumbuhan
matriks keramik disekeliling daerah filler (penguat).

10
2.2.3 Kelebihan dan Kekurangan Menggunakan Komposit
a. Kelebihan Menggunakan Komposit (Advantages Using Composite)
Komposit tidak sekedar memiliki sifat yang berbeda dari material
penyusiunnya, namun komposit dapat menjadi material yang jauh
lebih baik dari material penyusutnya.
a) Komposit dapat dirancang menjadi sangat kuat dan kaku dengan
berat cukup ringan, bahkan sangat ringan.
b) Rasio perbandingan kekuatan dengan berat serta kekakuan
dengan berat beberapa kali lebih baik dibandingkan dengan baja
dan aluminium. Oleh karena itu komposit cocok bila digunakan
pada bidang pesawat terbang dan olahraga.
c) Sifat fatigue dan keuletan dari komposit secara umum lebih baik
dibandingkan dengan logam teknik.
d) Komposit dapat dirancang supaya tidak mudah berkarat.
e) Material komposit memungkinkan kita memperoleh sifat yang
tidak dapat dicapai oleh logam, keramik, dan polimer.
f) Komposit memungkinkan kita merancang material dengan
penampilan luar yang menarik.
b. Kelemahan Menggunakan Komposit (Disadvantages Using
Composite)
Kelemahan dalam menggunakan komposit antara lain:
a) Banyak komposit yang bersifat anisotropic, di mana terjadi
perbedaan sifat yang tergantung pada arah komposit diukur.
b) Banyak komposit berbasis polimer yang menjadi subjek serangan
bahan kimia atau bahan pelarut. Polimer rentan terkena serangan.
c) Secara umum material komposit itu mahal.
d) Proses pembuatan dan pembentukan material komposit lambat
dan mahal.

11
2.3 Kerangka Berfikir

Meningkatnya Banyak Kecelakaan


pengendara sepeda pada pengendara sepeda
motor motor

Dibuatnya Helm Diperlukannya Helm


berbahan Polymer untuk melindungi
Matrix Composites kepala

12
BAB III
METODE PEMBUATAN DAN PENGECEKKAN
Metode Pembuatan

Gambar 3 Struktur Pembuatan Helm

13
3.1 Proses Injection

3.1.1 Mesin yang Digunakan

Injection moulding merupakan proses pembentukan benda kerja


dari material compound (biji plastik) berbentuk butiran yang
ditempatkan ke dalam suatu hopper dan masuk kedalam silinder
injeksi yang kemudian didorong melalui nozel dan sprue bushing
kedalam rongga (cavity) dari mold yang sudah tertutup. Setelah
beberapa saat didinginkan, mold akan dibuka dan benda jadi akan
dikeluarkan dengan ejector. Material yang sangat sesuai adalah
material thermoplastik dan karena pemanasanmaterial ini akan
melunak dan sebaliknya akan mengeras lagi bila didinginkan.
Perubahan–perubahan ini hanya bersifat fisik, jadi bukan perubahan
kimiawi sehingga memungkinkan untuk mendaur ulang material
sesuai dengan kebutuhan. Faktor yang mempengaruhi dalam Injection
Molding adalah material plastik yang dipergunakan, mesin injection
dan proses Injection Molding. Secara kuantitatif proses injection
moulding sangat dipengaruhi : Suhu Material, tekanan,kecepatan
aliran material dalam silinder dan moulding, temperatur moulding,
kekentalan resin, laju pendinginan. Namun tidak semua faktor ini
dapat terukur dalam ruangan Injection Muolding yang terisolasi.

Gambar 3.1.1 A Injection Molding Machin

14
Gambar 3.1.1 B Cetakan Helm

Gambar 3.1.1 C Langkah – langkah proses injection

3.1.2 Bahan yang digunakan


Akrilonitril butadiena stirena (ABS) (bahasa Inggris: acrylonitrile
butadiene styrene) dengan formula kimia (C8H8)x· (C4H6)y·(C3H3N)z
adalah sejenis kopolimer termoplastik yang tersusun
dari polimer-polimer lainnya. Suhu transisi kaca dari ABS adalah
sekitar 105 °C (221 °F) dan merupakan zat padat amorf yang tidak
mempunyai titik leleh yang tetap.

15
ABS adalah kopolimer yang terdiri dari tiga jenis
monomer berbeda yaitu akrilonitril dan stirena dengan polibutadiena.
Komposisi ketiga jenis monomer ini dapat bervariasi dari 15% - 35%
akrilonitril, 5% - 30% butadiena dan 40% - 60% stirena. Hasil dari
polimerisasi ini adalah persilangan antara rantai polibutadiena yang
lebih panjang dengan kopolimer akrilonitil-stirena yang relatif lebih
pendek. Kelompok-kelompok nitril yang berdekatan terpolarisasi dan
terikat satu sama lain menyebabkan ABS lebih kuat
daripada polistirena murni. Dari ini, stirena yang memberikan kesan
mengkilap pada permukaan ABS sedangkan polibutadiena yang
merupakan bahan sejenis karet meberikan nilai ketangguhan yang
tinggi bahkan pada suhu rendah. Secara umum, ABS biasanya
digunakan pada aplikasi di antara suhu -20 °C sampai dengan 80 °C
(-4 °F sampai 176 °F) tergantung pada struktur dan komposisi
monomer yang membuatnya. Beberapa jenis ABS tahan panas
bahkan dapat digunakan untuk aplikasi sampai dengan suhu 100 °C.

Sifat material dari ABS adalah ketahanan pada benturan


dan ketangguhan. Modifikasi dalam komposisi monomer yang
membentuk ABS dapat menyebakan variasi dalam ketahanannya
pada benturan, suhu dan ketangguhan. Ini menyebabkan ABS dapat
diproduksi dengan banyak jenis kategori tingkatan dan varian. Dua
kategori besar dari ABS adalah yang dipergunakan
untuk injeksidan ekstrusi. Lalu juga ada jenis ABS untuk tingkat
ketahanan benturan tinggi, sedang atau tahan panas.

ABS banyak digunakan dalam bidang teknik, seperti misalnya


untuk kebutuhan elektronik, otomotif, dll. Hal ini dikarenakan ABS
mempunyai kekuatan kejut dan kekenyalan yang tinggi
dibanding polistiren, sehingga sangat cocok untuk aplikasi pada
komponen-komponen yang bergerak.

16
Selain aplikasi yang luas untuk keperluan mekanikal dan
teknik, ABS juga mulai digunakan untuk aplikasi elektronik karena
beberapa jenis ABS mempunyai ciri-khas tahan api (flame retardant),
namun juga dikarenakan karakteristik elektriknya yang baik, yang
tidak berubah pada bentang frekuensi yang luas.

3.2 Proses Grinding

Proses grinding / Proses penggerindaan adalah proses penghalusan atau proses


perataan pada sebuah benda kerja (batokhelm) . Namun dalam hal ini gerinda
yang dipergunakan adalah jenis mesin gerinda tangan. Mesin Gerinda didesain
untuk dapat menghasilkan kecepatan sekitar 11000 -15000rpm. Proses grinding
adalah proses selanjutnya setelah proses injection untuk proses grinding ini
langkah – langkah adalah sebagai berikut :

3.2.1 Penerimaan batok helm dari injection ke grinding.

3.2.2 Proses grinding menggunakan mesin grinding.

3.2.3. Mesin grinding menggunakan amplas 260 -500.

3.2.4. Bufing proses.

3.2.5 Proses penghalusan produk.

Gambar 3.2 Langkah – Langkah Proses Grinding

17
3.3 Proses Spray

Proses spray adalah Proses pengecetan pada batok helm. Pengecatan


menggunakan spray gun supaya didapat warna yang merata pada setiap bagian
helm dan hasil pengecatan yang berkualitas. Pengerjaan dilakukan dengan
menggunakan tenaga kerja, lama pengerjaan sekitar 5menit.Langkah - langkah
proses spray sebagai berikut:

3.3.1. Proses checking batok.

3.3.2. Proses penempatan batok di JIG.

3.3.3. Spray proses.

3.3.4. Proses pengeringan menggunakan mesin oven.

Gambar 3.3 Langkah – Langkah Proses Spray

18
3.4 Proses Decal

Decal proses adalah proses penempelan label atau merk setelah dilakukan
spray. Langkah –langkah proses decal adalah dimana proses penempelan stiker
bermerk AVA pada batok helm dan stiker – stikernyapun sudah disiapkan terlebih
dahulu.

3.4.1. Proses decal 1.

3.4.2. Proses decal 2.

3.4.3. Proses perataan decal pada batok helm.

3.4.4. Pengopenan decal

Gambar 3.4 Langkah – Langkah Proses Decal

3.5 Proses Assy


Proses Assy adalah proses pemasangan assesoris pada helm atau proses
terakhir produksi helm. Pada proses akhir, pengerjaan perakitan dilakukan dengan
tenaga kerja manusia yang memperhatikan kualitas perakitan dan tidak merusak
hasil pengecatan. Pengerjaan ini memerlukan waktu sekitar 5 menit. Proses

19
produksi pembuatan helm ini tergolong sedikit. Dan komponen yang dibuat di
pabrik hanyalah batok helm saja. Sedangkan komponen yang lainnya dipesan dari
supplier.
3.5.1. Pemasangan lem pada batok helm.

3.5.2. Pemasangan list (karet helm) pada batok helm.

3.5.3. Pemasangan jaring / assesoris pada batok helm.

3.5.4. Pemasangan racket helm.

3.5.5. Pemasangan streofom dalam helm.

3.5.6. Pemasangan PP dan side cover dalam helm.

3.5.7. Pemasangan revet dan gesper (sabukdagu).

3.5.8. Pemasangan kuping (kiri,kanan,kaca).

Gambar 3.5 Langkah – Langkah Proses Assy

3.6 Proses Check Quality

Proses produksi check quality adalah proses terakhir dalam proses pembuatan
helm yaitu untuk menjamin barang OK. Berikut ini langkah – langkah proses
check qualiy sebagai berikut :

20
3.6.1. Pengecekan kuping helm.

3.6.2. Pengecekan dalaman helm.

3.6.3. Pengecekan screw dan mur helm.

3.6.4. Pengecekan visual kaca helm.

3.6.5. Pengecekan polybag pada saat packing helm.

3.6. 6. Proses packing di box.

3.6.7. Penempatan par t sebelum di kirim ke ware house.

3.6.8. Proses penyimpanan helm di ware house.

Gambar 3.6 Langkah – Langkah Proses Chech Quality

21
3.7 Metode Pengujian Helm

Tahap 1 : Uji Benturan

Keterangan : Penentuan titik impact / benturan dengan sinar infra merah. Dari titik
infra merah ini nantinya akan didapat titik benturan yang akan digunakan untuk
pengujian benturan.

22
Keterangan : Pengujian impact / benturan helm sample siap diluncurkan ke arah
logam pembentur. Kekuatan yang dihasilkan bisa mencapai 300 G. Kecepatan
maksimal saat benturan bisa mencapai 234 km/jam

23
Keterangan : Helm tengah meluncur menuju ke logam penguji.

24
Tahap 2 : Uji Penetrasi

Keterangan : Helm yang telah diuji kekuatan benturannya, kembali diuji kekuatan
menahan penetrasi. Sebuah paku, pemukul dengan berat3 kg, dari jarak 1.6 meter
akan dijatuhkan ke bagian atas helm. Jika tembus, maka paku akan menyentuh
logam penahan di dalam helm, dan alarm akan berbunyi. Jika ini terjadi, helm tidk
lulus uji.

25
Tahap 3 : Uji Pelindung Dagu

Keterangan : Helm sample akan diuji kemampuan panahan dagunya dengan


memberikan tarikan mendadak, beban tertentu ke arah bawah. Ada nilai maksimal
dan minimum.

26
Keterangan : Helm sample diuji untuk dilihat kekuatannya ketika menghadapi
beban kejut bersinggungan dari arah depan. Pengujian dilakukan untuk melihat
sejauh mana helm dapat bertahan di kepala pengguna, tanpa lepas dari kepala saat
berhenti mendadak.

27
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Mungkin bagi sebagian besar pengendara motor sudah mengetahui fungsi
dan kegunaan helm. Selain untuk menahan terpaan angin, helm juga memiliki
fungsi yang jauh lebih mulia, yaitu menyelamatkan jiwa pemakainya jika terjadi
kecelakaan. Salah satu syarat yang harus dipenuhi dari helm standard di Indonesia
adalah adanya logo SNI yang tertempel atau tercetak di helm tersebut.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa helm tidak saja berfungsi untuk
menyelamatkan jiwa si pengendara, tetapi juga mampu mengurangi cedera yang
dialami ketika terjadi kecelakaan. Bagian yang paling rentan mengalami luka
adalah muka, kepala bagian atas dan leher. Oleh karena itu, sebuah helm yang
baik adalah helm yang bisa melindungi ketiga bagian kepala tersebut.
4.2 Saran
Dalam berkendaraan, helm merupakan alat keselamatan yang penting bila
terjadi suatu kejadian yang tidak kita inginkan. Di negara Indonesia sendiri,
kesadaran dalam menggunakan helm saat berkendara masih minim serta standar
helm yang di gunakan belum memenuhi SNI (Standar Nasional Indonesia).
Oleh sebab itu, pemerintah perlu turun tangan dalam mensosialisasikan
pentingnya helm selama berkendara serta memberi saksi yang tegas bagi produsen
helm yang tidak memenuhi standar helm yang ada sekarang ini, agar keamaanan
berkendara lebih terjamin.

28
REFERENSI
1. http://agustinosando.blogspot.com/2017/01/kesimpulan-dari-makalah-pem
buatan-helm.html?m=1
2. https://bodats.wordpress.com/2009/10/22/dokumentasi-pengujian-helm-sni
-1811-2007/

3. https://id.wikipedia.org/wiki/Akrilonitril_butadiena_stiren
4. http://publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/18830/1/15.%20P
PT%20PI.pdf

5. http://www.tarakusuma.com/about
6. http://teknikmesinmanufaktur.blogspot.com/2015/04/apa-itu-material-kom
posit.html

7. Oroh, J., Sappu, F. P., & Lumintang, R. (2013). ANALISIS SIFAT


MEKANIK MATERIAL KOMPOSIT DARI SERAT SABUT KELAPA.
2-2.
8. Stefie W. Antou, J. F. (2013). MANFAAT HELM DALAM MENCEGAH
KEMATIAN AKIBAT CEDERA KEPALA PADA KECELAKAAN
LALU LINTAS . 2.3.

29

Anda mungkin juga menyukai