Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH INDIVIDU KDKK

TEKNIK RESUSITASI JANTUNG PARU PADA BAYI DAN ANAK

Disusun Oleh :

Nama : Nesya Tirtarisanti

NIM : P07124018028

Tingkat/Kelas: I A

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES MATARAM

PRODI DIII KEBIDANAN

T.A 2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kami
panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya
kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah “Teknik Resusitasi Jantung Paru
pada Bayi dan Anak”.

Penulis sadar sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya penulis dengan lapang dada menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah Resusitasi Jantung Paru pada Anak ini bisa
memberikan manfaat maupun inspirasi untuk pembaca.

Mataram, 25 Februari 2019

Penulis
DAFTAR ISI

COVER…………………………………………………………………….

KATA PENGANTAR……………………………………………………..

DAFTAR ISI……………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….

A. Latar Belakang…………………………………………………….

B. Rumusan Masalah………………………………………………..

C. Tujuan………………………………………………………………

BAB II LANDASAN TEORI………………………………………………..

BAB III PEMBAHASAN…………………………………………………….

A. Definisi Resusitasi Jantung Paru pada Bayi dan Anak...............

B. Penatalaksanaan RJP pada Bayi dan Anak……………………..

1. RJP pada Bayi Baru Lahir………………………………….

2. RJP pada Bayi atau Anak dibawah Satu Tahun…………

3. RJP dengan Seorang Penyelamat : Bayi………………...

BAB IV PENUTUP…………………………………………………………..

A. Kesimpulan…………………………………………………………..
B. Saran…………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..

LAMPIRAN………………………………………………………………….

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan kasus kegawatdaruratan dan pelayanan intensif merupakan pelayanan


profesional yang didasarkan pada ilmu dan metodologi yang berbentuk bio-psiko-
sosiospiritual yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang
mempunyai masalah aktual dan potensial, mengancam kehidupan, pengetahuan dan
perlu meningkatkan keterampilan yang spesifik yang berhubungan dengan kasus-kasus
kegawatdaruratan utamanya kasus kegawatan pernafasan dan kegawatan jantung
(Maryuani,2009).

Istilah Resusitasi atau Reanimasi diartikan sebagai menghidupkan kembali


atau memberi hidup baru. Dalam arti luas resusitasi merupakan segala bentuk usaha
medis yang dilakukan terhadap mereka yang berada dalam keadaan gawat atau
kritis untuk mencegah kematian. Kematian di dalam klinik diartikan sebagai
hilangnya kesadaran dan semua refleks, disertai berhentinya pernafasan dan peredaran
darah yang ireversibel. Oleh karena itu resusitasi merupakan segala usaha untuk
mengembalikan fungsi sistem pernafasan, peredaran darah dan saraf yang terhenti
atau terganggu sedemikian rupa sehingga fungsinya dapat berhenti sewaktu-waktu,
agar kembali menjadi normal seperti semula (Sudarwanto, 2002).
Berhasil atau tidaknya resusitasi jantung paru tergantung pada cepat dan
tepatnya tindakan dan teknik pelaksanaan. Pada beberapa keadaan, tindakan
resusitasi tidak dianjurkan (tidak efektif) antara lain bila henti jantung (cardiac arrest)
telah berlangsung lebih dari 5 menit karena biasanya kerusakan otak permanen telah
terjadi. Permasalahan yang sering dihadapi oleh perawat adalah cara menangani
kegawatan pulmonal serta kegawatan kardiovaskuler lewat resusitasi jantung paru
dengan tindakan danteknik pelaksanaan yang tepat (Soerianata, 1998).

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dapat diambil berdasarkan latar belakang di atas
sebagai berikut :

1. Apa itu Resusitasi Jantung Paru (RJP) pada bayi daan anak?

2. Bagaimana penatalaksanaan RJP pada bayi dan anak?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu Resusitasi Jantung Paru pada bayi dan anak.

2. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan RJP pada bayi dan anak.


BAB II

LANDASAN TEORI

Masalah kesehatan ibu dan bayi terutama pada masa perinatal merupakan
masalah nasional yang perlu mendapat prioritas utama karena sangat menentukan kualitas
sumber daya manusia pada generasi mendatang. Angka kematian bayi di indonesia masih
tinggi di perkirakan masih berkisar 35 per 1000 kelahiran hidup atau 175.000 bayi
meninggal setiap tahunnya sebelum mencapai usia 1 tahun (Maryunani dan
Nuhayati,2009).

Kegawatan perinatal ini bisa terjadi pada bayi aterm maupun preterm, bayi dengan
berat lahir cukup maupun dengan berat lahir rendah (BBLR). Bayi dengan BBLR yang
preterm berpotensi mengalami kegawatan lebih besar. Berbagai jenis kegawatan yang
sering dijumpai di lapangan dan mempunyai angka morbiditas dan mortalitas cukup tinggi
serta penanganan segera yaitu trauma kelahiran, asfiksia neonatorum, sindroma gawat nafas
neonatus, hiperbilirubinemia, infeksi, kejang dan renjatan atau syok (Yunanto, dkk, 2003).

Kegawatan pernafasan juga dapat terjadi pada bayi dengan penyakit pernafasan
dapat menimbulkan dampak yang cukup berat berupa terjadinya henti nafas atau bahkan
kematian. Akibat dari gangguan pada sistem pernafasan adalah terjadinya kekurangan
oksigen (hipoksia) pada tubuh. Depresi nafas yang dimanifestasikan dengan apneu yang
memanjang hanya dapat diatasi dengan pemberian oksigen dengan tekanan positif, massase
jantung eksternal dan koreksi keadaan asidosis. Hanya setelah oksigenasi dan perfusi
jaringan diperbaiki maka aktivitas respirasi dimulai (Yu dan Monintja, 1997).

Pendapat tersebut menekankan pentingnya tindakan resusitasi dengan segera. Makin


lambat dimulainya tindakan resusitasi yang efektif maka akan makin lambat pula timbulnya
usaha nafas dan makin tinggi pula resiko kematian dan kecacatan. Hal ini diperkuat
dengan pendapat Nelson (1999) yang menyatakan bahwa peluang keberhasilan tata laksana
penderita dengan henti nafas menitikberatkan pada pentingnya kemampuan tata laksana
karena peningkatan hasil akhir pasca henti pernafasan dihubungkan dengan kecepatan
dilakukannya resusitasi jantung paru.

Resusitasi merupakan sebuah upaya menyediakan oksigen ke otak, jantung dan


organ-organ vital lainnya melalui sebuah tindakan yang meliputi pemijatan jantung dan
menjamin ventilasi yang adekuat (Rilantono, 1999). Tindakan ini merupakan tindakan kritis
yang dilakukan pada saat terjadi kegawatdaruratan terutama pada sistem pernafasan dan
sistem kardiovaskuler. kegawatdaruratan pada kedua sistem tubuh ini dapat menimbulkan
kematian dalam waktu yang singkat (sekitar 4 – 6 menit).

Tindakan resusitasi merupakan tindakan yang harus dilakukan dengan segera


sebagai upaya untuk menyelamatkan hidup (Hudak dan Gallo, 1997). Resusitasi pada
anak yang mengalami gawat nafas merupakan tindakan kritis yang harus dilakukan oleh
perawat yang kompeten. Perawat harus dapat membuat keputusan yang tepat pada saat
kritis. Kemampuan ini memerlukan penguasaan pengetahuan dan keterampilan keperawatan
yang unik pada situasi kritis dan mampu menerapkannya untuk memenuhi kebutuhan
pasien kritis (Hudak dan Gallo, 1997). Pengetahuan perawat tentang resusitasi merupakan
modal yang sangat penting untuk pelaksanaan tindakan resusitasi pada situasi kritis.
Pengetahuan ini menentukan keberhasilan tindakan resusitasi. Pengetahuan tentang resusitasi
didapat melalui pendidikan, pelatihan atau pengalaman selama bekerja.
BAB III

PEMBAHASAN

A. Definisi Resusitasi Jantung Paru pada Bayi dan Anak

Resusitasi jantung paru bisa juga dilakukan pada bayi baru lahir. Resusitasi pada
bayi baru lahir adalah tindakan untuk menghidupkan kembali atau memulihkan kembali
kesadaran bayi baru lahir yang tampaknya mati sebagai akibat berhentinya fungsi jantung
dan paru, yang berorientasi pada otak melalui tindakan pembebasan jalan napas (airway),
pemberian bantuan napas (breathing), dan pemijatan dada untuk menjaga sirkulasi yang
adekuat (circulation). Resusitasi ditentukan sebelum akhir menit pertama kehidupan.
B. Penatalaksanaan RJP pada Bayi dan Anak

1. RJP pada bayi baru lahir

a. Persiapan

1) Persiapan alat

a) Balon sungkup/Bag Value Mask (BVM) khusus bayi

b) Sumber oksigen

c) Sarung tangan

d) Stetoskop

e) Jam tangan

f) Suction Dee Lee

g) Selimut bayi

h) Kasa

i) Bengkok (nierbekken)

2) Persiapan pasien dan lingkungan

a) Informed consent

b) Atur posisi bayi

b. Prosedur pelaksanaan
1) Siapkan alat-alat yang akan dipergunakan dalam tindakan.
Usahakan alat dipersiapkan secara ergonomis untuk lebih
memudahkan dalam melakukan tindakan.

2) Cuci tangan sebagai pencegahan infeksi.Ketika mencuci tangan,


lepaskan semua perhiasan yang melekat ditangan.

3) Gunakan sarung tangan yang bersih. Posisikan tangan ke dada bayi


dengan benar. (Gunakan jari telunjuk dan jari tengah).

4) Tentukan posisi tangan/landmark. Tarik garis lurus diantara dua


putting susu. Letakkan 3 jari, dengan posisi jari telunjuk tepat di
atas garis. Angkat jari telunjuk dan lakukan kompresi dengan jari
tengah dan jari manis.

5) Lakukan kompresi kardiak, jika denyut jantung <80 kali/menit.


Lakukan penekanan sekitar 1,5 cm tiga kali setiap 2 detik dan
berikan satu kali pernapasan. Dalam 1 menit memberikan 90
kompresi dan 30 ventilasi (rasio 3:1). Jika dua penolong diberikan
dengan rasio 15:2, yaitu 15 kompresi : 2 ventilasi.

6) Evaluasi denyut jantungnya kembali setelah 30 detik.

a) Jika masih <80 kali/menit, lanjutkan ventilasi dan kompresi


kardiak.

b) Jika >80 kali/menit, lanjutkan ventilasi hingga pernapasan


berjalan spontan, tetapi hentikan kompresi kardiak.

7) Evaluasi setiap 3 menit, setelah itu nilai pernapasan, denyut


jantung, dan warna kulit.

2. RJP pada bayi atau anak dibawah satu tahun


a. Jangan pernah menghiperekstensikan leher bayi.

b. Tutuplah hidung dan mulut bayi dengan mulut anda saat memberikan
napas buatan.

c. Berikan napas buatan bukan napas dalam.

d. Gunakan ujung jari anda untuk mengkompresi sternum.

e. Kompresi sternum hanya sedalam 1,25-2,5 cm.

f. Lakukan kompresi dengan kecepatan 100 kali permenit dengan satu kali
napas setiap 5 kompresi (kecepatan rata-ratanya adalah 20 kali
permenit).

g. Hitung tanpa selang waktu diantara, misalnya satu, dua, tiga, empat, dan
seterusnya.

h. Lakukan prosedur dasar RJP

1) Periksa tingkat kesadaran.

2) Periksa aktifitas pernapasan.

3) Jika tidak bernapas, lakukan prosedur berikutnya :

a) Panggil bantuan jika anda sendiri, lakukan pernapasan


buatan selama satu menit lalu panggil bantuan.

b) Letakkan bayi terlentang pada permukaan yang keras.


Lakukan pemindahan bayi sebagai satu unit untuk
menghindari terjadinya cedera leher atau kepala.
c) Buka jalan napas dengan menengadahkan kepala dan
mengangkat dagu. Jangan mengekstensikan leher bayi
sejauh pada orang dewasa.

(1) Untuk menengadahkan kepala bayi, letakkan satu


tangan di atas dahi bayi.

(2) Dengan menggunakan satu jari disetiap sisi


rahang korban, tarik rahang tersebut ke arah
depan. Jagalah agar posisi siku anda berada di atas
permukaan yang sama dengan tempat bayi
berbaring.

d) Periksa lagi pernapasannya. Dekatkanlah telingan anda ke


mulut bayi. Perhatikan gerakan dadanya, dengarkan bunyi
napasnya, dan rasakan napasnya ditelinga anda.

e) Jika bayi tidak bernapas, tarik napas dalam dan


katupkanlah mulut anda ke mulut dan hidung bayi rapat-
rapat. Usahakanlah agar jalan napas tetap terbuka.

f) Berikan dua kali napas buatan selama 1-1,5 detik tiap satu
kali napas. Berhentilah pada setiap kali hembusan untuk
menarik napas. Ingat, berikan volume udara secukupnya
untuk menaikkan dada. Kecepatan pernapasan buatan yang
diberikan adalah satu kali napas setiap 3 detik.

g) Periksa sirkulasi. Bayi memiliki leher yang lebih pendek


dan lebih gemuk sehingga arti karotis bayi lebih sukar
untuk dicari. Cobalah untuk memeriksa nadi brakhial, yang
terdapat di sisi dalam lengan atas. Jika tidak ada denyutan,
lanjutkan langkah-langkah berikut :
(1) Panggil pelayanan medis gawat darurat.

(2) Mulailah melakukan kompresi dada. Jagalah agar


kepala tetap menengadah dengan satu tangan.
Buat garis imajinasi diantara kedua putting bayi
(garis intermamary).

(3) Letakkan dua jari anda dengan jarak satu jari di


bawah garis yang berpotongan dengan sternum.
Gunakan dua jari anda untuk melakukan
kompresi.

(4) Kompresi dada sedalam 1,25-2,5 cm dengan


kecepatan 100 kali per menit. Pada akhir setiap
kompresi, biarkan sternum kembali ke posisinya
semula tanpa memindahkan jari anda. Berikan 1
kali napas setiap 5 kompresi.

(5) Selesaikan 10 siklus kompresi dan pernapasan.

(6) Periksa nadi brakhial.

(7) Jika tidak ada denyutan, berikan 1 hembusan


napas yang dilanjutkan dengan kompresi dan
pernapasan.

(8) Raba denyutan setiap beberapa menit.

(9) Teruskan RJP sampai bantuan datang.

3. RJP dengan seorang penyelamat : Bayi

No. Pengkajian Tindakan


1. Jalan napas. Lihat ada tidaknya Berhati-hati jangan terlalu
respon. Berteriak untuk hiperekstensi. Berikan ventilasi
mendapatkan pertolongan. 2 kali.
Baringkan pasien. Buka jalan
napas.
2. Pernapasan. Tentukan apakah Pengecualian : Tutup mulut
bernapas atau tidak. Berikan dan hidung dengan rapat.
ventilasi.
3. Sirkulasi. Tentukan teraba atau Rasakan denyut nadi brakial
tidaknya nadi. Aktifkan EMS. selama 5-10 detik. Bayangkan
Mulai lakukan kompresi dada. garis antara kedua puting susu.
Letakkan 2-3 jari tangan pada
sternum. 1 jari melebar di
bawah garis bayangan tersebut.
Kompresi secara vertikal, 0,5-1
detik. Katakan apa saja yang
dapat membantu. Kecepatan
kompresi :100 kali/menit.
4. Rasio kompresi-ventilasi Rasio : 5-1. 5 kali kompresi 1
kali ventilasi perlahan.
Hentikan untuk
memungkinkan ventilasi.
Lakukan 10 siklus, kemudian
periksa nadi brakial. Nadi tak
teraba : lakukan ventilasi
sekali. Lanjutkan RJP.

BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan

Resusitasi jantung paru pada bayi dan anak merupakan tindakan penyelamatan
yang dilakukan pada bayi atau anak-anak yang mengalami kegawatdaruratan pernapasan.
Tindakan resusitasi pada bayi dan anak-anak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang sudah
berpengalaman dan memiliki pengetahuan tentang teknik-teknik resusitasi jantung paru
pada bayi dan anak. Juga tenaga kesehatan yang tanggap, karena tindakan resusitasi ini
menuntut tenaga kesehatan untuk kerja cepat dan tepat karena menyangkut hidup seorang
bayi atau anak-anak.

B. Saran

Selalu berhati-hati dan teliti saat melakukan tindakan resusitasi pada bayi dan
anak-anak. Karena bayi dan anak-anak masih rentan, sehingga kita harus lebih berhati-
hati. Ikuti setiap prosedur kerja dengan baik, agar dapat meminimalisir terjadinya hal-hal
yang tidak diinginkan.

DAFTAR PUSTAKA
Asfuriyah, Siti. Dkk. 2014. Perbedaan Pengetahuan Perawat dan Bidan Tentang Kegawatan
Nafas dan Tindakan Resusitasi pada Neonatus di Rumah Sakit Islam Kendal. Jawa Tengah.

Goodner, Brenda. Linda Skidmore-Roth. 1995. Panduan Tindakan Keperawatan Klinik Praktis.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Hidayati, Ratna. Dkk. 2014. Praktik Laboratorium Keperawatan Jilid 2. Jakarta: Penerbit
Erlangga.

Suarnianti. Dkk. 2013. Pengetahuan Perawat Tentang Kegawatan Nafas dan Tindakan
Resusitasi Jantung Paru pada Pasien yang Mengalami Kegawatan Pernafasan di Ruang ICU
dan UGD RSUD Kolonodale Provinsi Sulawesi Tengah. Volume 3 No. 4 tahun 2013.

LAMPIRAN
A. Soal-Soal

1. Ny. “Y” baru saja melahirkan seorang bayi laki-laki dengan normal. Tetapi, bayi
tersebut terlihat pucat, tidak menangis, serta napas yang tersengal-sengal. Setelah
dilakukan pemeriksaan, ternyata frekuensi jantungnya 70 kali/menit. Kemudian,
tenaga kesehatan memutuskan untuk melakukan RJP, menyiapkan alat-alat yang
dibutuhkan, mencuci tangan, menggunakan sarung tangan, serta memposisikan
bayi dengan benar. Langkah selanjutnya yang tepat dilakukan oleh tenaga
kesehatan adalah …..

A. Mengevaluasi setiap 3 menit, setelah itu nilai pernapasan, denyut jantung, dan
warna kulit.

B. Menentukan posisi tangan/landmark. Tarik garis lurus diantara dua


puting susu. Letakkan 3 jari, dengan posisi jari telunjuk tepat di atas
garis. Angkat jari telunjuk dan lakukan kompresi dengan jari tengah dan
jari manis.

C. Melakukan kompresi kardiak, jika denyut jantung <80 kali/menit.

D. Menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan.

E. Menggunakan sarung tangan yang bersih.

2. Pada kasus kecelakaan, terdapat korban anak-anak usia sekitar 1 tahun, ditemukan
tidak bergerak. Setelah melakukan pemeriksaan kesadaran, tenaga kesehatan
memutuskan untuk melakukan RJP. Saat melakukan RJP, tenaga kesehatan terlalu
menengadahkan kepala anak tersebut, sehingga dapat menutup jalan napas. Hal
tepat yang seharusnya dilakukan adalah …..

A. Tidak menghiperekstensikan leher anak.

B. Memberikan bantuan napas tanpa memeriksa pernapasan.


C. Langsung melakukan kompresi dada.

D. Memeriksa pernapasan kemudian memberikan bantuan pernapasan 2 napas


bantuan cepat.

E. Memeriksa nadi di arteri radialis, kemudian melakukan kompresi dada.

3. Pada kasus kecelakaan, terdapat korban anak-anak usia sekitar 1 tahun, ditemukan
tidak bergerak. Setelah melakukan pemeriksaan kesadaran dan aktifitas
pernapasan, ternyata anak tersebut tidak bernapas. Hal pertama yang harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan adalah …..

A. Meletakkan anak terlentang pada permukaan yang keras.

B. Membuka jalan napas dengan menengadahkan kepala anak dan mengangkat


dagunya.

C. Memberikan 2 kali napas buatan selama 1-1,5 detik tiap satu kali napas.

D. Memanggil bantuan, jika sendiri. Melakukan pernapasan buatan selama


satu menit lalu panggil bantuan.

E. Memeriksa sirkulasi anak.

4. Ny. “Y” baru saja melahirkan seorang bayi laki-laki dengan normal. Tetapi, bayi
tersebut terlihat pucat, tidak menangis, serta napas yang tersengal-sengal. Setelah
dilakukan pemeriksaan, ternyata frekuensi jantungnya 70 kali/menit. Tenaga
kesehatan pun memutuskan untuk melakukan RJP. Setelah 30 detik dilakukannya
prosedur pelaksanaan RJP, tenaga kesehatan mengevaluasi kembali denyut
jantung bayi tersebut. Ternyata denyut jantungnya masih <80 kali/menit. Hal tepat
yang selanjutnya dilakukan tenaga kesehatan adalah …..

A. Meminta bantuan.
B. Membuka jalan napas dengan menengadahkan kepala bayi dan mengangkat
dagunya.

C. Melanjutkan ventilasi dan kompresi kardiak.

D. Memberikan napas buatan.

E. Memeriksa kembali pernapasannya.

5. Pada kasus kecelakaan, terdapat korban anak-anak usia sekitar 1 tahun, ditemukan
tidak bergerak. Setelah melakukan pemeriksaan kesadaran dan aktifitas
pernapasan, ternyata anak tersebut tidak bernapas. Kemudian, tenaga kesehatan
memutuskan untuk melakukan RJP. Hal-hal yang harus diperhatikan tenaga
kesehatan saat melakukan kompresi sternum adalah, kecuali …..

A. Menggunakan ujung jari saat mengompresi sternum.

B. Melakukan kompresi sternum hanya sedalam 1,25-2,5 cm.

C. Melakukan kompresi dengan kecepatan 100 kali/menit.

D. Memberikan 1 kali napas setiap 5 kompresi.

E. Memberikan napas buatan, bukan napas dalam.

B. Sumber Referensi

Anda mungkin juga menyukai