Disusun Oleh :
NIM : P07124018028
Tingkat/Kelas: I A
T.A 2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kami
panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya
kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah “Teknik Resusitasi Jantung Paru
pada Bayi dan Anak”.
Penulis sadar sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya penulis dengan lapang dada menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah Resusitasi Jantung Paru pada Anak ini bisa
memberikan manfaat maupun inspirasi untuk pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER…………………………………………………………………….
KATA PENGANTAR……………………………………………………..
DAFTAR ISI……………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….
A. Latar Belakang…………………………………………………….
B. Rumusan Masalah………………………………………………..
C. Tujuan………………………………………………………………
BAB IV PENUTUP…………………………………………………………..
A. Kesimpulan…………………………………………………………..
B. Saran…………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..
LAMPIRAN………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat diambil berdasarkan latar belakang di atas
sebagai berikut :
1. Apa itu Resusitasi Jantung Paru (RJP) pada bayi daan anak?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Resusitasi Jantung Paru pada bayi dan anak.
LANDASAN TEORI
Masalah kesehatan ibu dan bayi terutama pada masa perinatal merupakan
masalah nasional yang perlu mendapat prioritas utama karena sangat menentukan kualitas
sumber daya manusia pada generasi mendatang. Angka kematian bayi di indonesia masih
tinggi di perkirakan masih berkisar 35 per 1000 kelahiran hidup atau 175.000 bayi
meninggal setiap tahunnya sebelum mencapai usia 1 tahun (Maryunani dan
Nuhayati,2009).
Kegawatan perinatal ini bisa terjadi pada bayi aterm maupun preterm, bayi dengan
berat lahir cukup maupun dengan berat lahir rendah (BBLR). Bayi dengan BBLR yang
preterm berpotensi mengalami kegawatan lebih besar. Berbagai jenis kegawatan yang
sering dijumpai di lapangan dan mempunyai angka morbiditas dan mortalitas cukup tinggi
serta penanganan segera yaitu trauma kelahiran, asfiksia neonatorum, sindroma gawat nafas
neonatus, hiperbilirubinemia, infeksi, kejang dan renjatan atau syok (Yunanto, dkk, 2003).
Kegawatan pernafasan juga dapat terjadi pada bayi dengan penyakit pernafasan
dapat menimbulkan dampak yang cukup berat berupa terjadinya henti nafas atau bahkan
kematian. Akibat dari gangguan pada sistem pernafasan adalah terjadinya kekurangan
oksigen (hipoksia) pada tubuh. Depresi nafas yang dimanifestasikan dengan apneu yang
memanjang hanya dapat diatasi dengan pemberian oksigen dengan tekanan positif, massase
jantung eksternal dan koreksi keadaan asidosis. Hanya setelah oksigenasi dan perfusi
jaringan diperbaiki maka aktivitas respirasi dimulai (Yu dan Monintja, 1997).
PEMBAHASAN
Resusitasi jantung paru bisa juga dilakukan pada bayi baru lahir. Resusitasi pada
bayi baru lahir adalah tindakan untuk menghidupkan kembali atau memulihkan kembali
kesadaran bayi baru lahir yang tampaknya mati sebagai akibat berhentinya fungsi jantung
dan paru, yang berorientasi pada otak melalui tindakan pembebasan jalan napas (airway),
pemberian bantuan napas (breathing), dan pemijatan dada untuk menjaga sirkulasi yang
adekuat (circulation). Resusitasi ditentukan sebelum akhir menit pertama kehidupan.
B. Penatalaksanaan RJP pada Bayi dan Anak
a. Persiapan
1) Persiapan alat
b) Sumber oksigen
c) Sarung tangan
d) Stetoskop
e) Jam tangan
g) Selimut bayi
h) Kasa
i) Bengkok (nierbekken)
a) Informed consent
b. Prosedur pelaksanaan
1) Siapkan alat-alat yang akan dipergunakan dalam tindakan.
Usahakan alat dipersiapkan secara ergonomis untuk lebih
memudahkan dalam melakukan tindakan.
b. Tutuplah hidung dan mulut bayi dengan mulut anda saat memberikan
napas buatan.
f. Lakukan kompresi dengan kecepatan 100 kali permenit dengan satu kali
napas setiap 5 kompresi (kecepatan rata-ratanya adalah 20 kali
permenit).
g. Hitung tanpa selang waktu diantara, misalnya satu, dua, tiga, empat, dan
seterusnya.
f) Berikan dua kali napas buatan selama 1-1,5 detik tiap satu
kali napas. Berhentilah pada setiap kali hembusan untuk
menarik napas. Ingat, berikan volume udara secukupnya
untuk menaikkan dada. Kecepatan pernapasan buatan yang
diberikan adalah satu kali napas setiap 3 detik.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Resusitasi jantung paru pada bayi dan anak merupakan tindakan penyelamatan
yang dilakukan pada bayi atau anak-anak yang mengalami kegawatdaruratan pernapasan.
Tindakan resusitasi pada bayi dan anak-anak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang sudah
berpengalaman dan memiliki pengetahuan tentang teknik-teknik resusitasi jantung paru
pada bayi dan anak. Juga tenaga kesehatan yang tanggap, karena tindakan resusitasi ini
menuntut tenaga kesehatan untuk kerja cepat dan tepat karena menyangkut hidup seorang
bayi atau anak-anak.
B. Saran
Selalu berhati-hati dan teliti saat melakukan tindakan resusitasi pada bayi dan
anak-anak. Karena bayi dan anak-anak masih rentan, sehingga kita harus lebih berhati-
hati. Ikuti setiap prosedur kerja dengan baik, agar dapat meminimalisir terjadinya hal-hal
yang tidak diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Asfuriyah, Siti. Dkk. 2014. Perbedaan Pengetahuan Perawat dan Bidan Tentang Kegawatan
Nafas dan Tindakan Resusitasi pada Neonatus di Rumah Sakit Islam Kendal. Jawa Tengah.
Goodner, Brenda. Linda Skidmore-Roth. 1995. Panduan Tindakan Keperawatan Klinik Praktis.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hidayati, Ratna. Dkk. 2014. Praktik Laboratorium Keperawatan Jilid 2. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Suarnianti. Dkk. 2013. Pengetahuan Perawat Tentang Kegawatan Nafas dan Tindakan
Resusitasi Jantung Paru pada Pasien yang Mengalami Kegawatan Pernafasan di Ruang ICU
dan UGD RSUD Kolonodale Provinsi Sulawesi Tengah. Volume 3 No. 4 tahun 2013.
LAMPIRAN
A. Soal-Soal
1. Ny. “Y” baru saja melahirkan seorang bayi laki-laki dengan normal. Tetapi, bayi
tersebut terlihat pucat, tidak menangis, serta napas yang tersengal-sengal. Setelah
dilakukan pemeriksaan, ternyata frekuensi jantungnya 70 kali/menit. Kemudian,
tenaga kesehatan memutuskan untuk melakukan RJP, menyiapkan alat-alat yang
dibutuhkan, mencuci tangan, menggunakan sarung tangan, serta memposisikan
bayi dengan benar. Langkah selanjutnya yang tepat dilakukan oleh tenaga
kesehatan adalah …..
A. Mengevaluasi setiap 3 menit, setelah itu nilai pernapasan, denyut jantung, dan
warna kulit.
2. Pada kasus kecelakaan, terdapat korban anak-anak usia sekitar 1 tahun, ditemukan
tidak bergerak. Setelah melakukan pemeriksaan kesadaran, tenaga kesehatan
memutuskan untuk melakukan RJP. Saat melakukan RJP, tenaga kesehatan terlalu
menengadahkan kepala anak tersebut, sehingga dapat menutup jalan napas. Hal
tepat yang seharusnya dilakukan adalah …..
3. Pada kasus kecelakaan, terdapat korban anak-anak usia sekitar 1 tahun, ditemukan
tidak bergerak. Setelah melakukan pemeriksaan kesadaran dan aktifitas
pernapasan, ternyata anak tersebut tidak bernapas. Hal pertama yang harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan adalah …..
C. Memberikan 2 kali napas buatan selama 1-1,5 detik tiap satu kali napas.
4. Ny. “Y” baru saja melahirkan seorang bayi laki-laki dengan normal. Tetapi, bayi
tersebut terlihat pucat, tidak menangis, serta napas yang tersengal-sengal. Setelah
dilakukan pemeriksaan, ternyata frekuensi jantungnya 70 kali/menit. Tenaga
kesehatan pun memutuskan untuk melakukan RJP. Setelah 30 detik dilakukannya
prosedur pelaksanaan RJP, tenaga kesehatan mengevaluasi kembali denyut
jantung bayi tersebut. Ternyata denyut jantungnya masih <80 kali/menit. Hal tepat
yang selanjutnya dilakukan tenaga kesehatan adalah …..
A. Meminta bantuan.
B. Membuka jalan napas dengan menengadahkan kepala bayi dan mengangkat
dagunya.
5. Pada kasus kecelakaan, terdapat korban anak-anak usia sekitar 1 tahun, ditemukan
tidak bergerak. Setelah melakukan pemeriksaan kesadaran dan aktifitas
pernapasan, ternyata anak tersebut tidak bernapas. Kemudian, tenaga kesehatan
memutuskan untuk melakukan RJP. Hal-hal yang harus diperhatikan tenaga
kesehatan saat melakukan kompresi sternum adalah, kecuali …..
B. Sumber Referensi